BERBAGAI PERILAKU MENTALITAS MANUSIA(3)

BERBAGAI PERILAKU MENTALITAS MANUSIA(3)
Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin terhadap sesama mukmin itu seperti sebuah
bangunan yang sebagian memperkuat sebagian yang lain”.(HR Bukhari dan Muslim,
dari Abi Musa).
Hadits itu singkat, padat, penuh makna dan filosofis yang perlu mendapat perhatian dari
ummat Islam terutama pemimpin mereka. Sebab kalau dapat direalisasi dan
disosialisasikan, maka ummat Islam akan memiliki potensi dan kekuatan yang – insya
Allah – menumbuhkan Ukhuwah (persaudaraan) Imaniyah (dengan dasar iman)
Islamiyah (menurut ajaran Islam), kita singkat dengan UII. Ujud UII ini merupakan
perilaku mentalitas Islami yang banyak manfaatnya dalam perjuangan ummat Islam.
Namun terwujudnya UII ini tidak mudah, sebab adanya rayuan dan penyesatan iblis/setan
(QS Al-Hijr: 39), dengan dorongan hawa nafsu (QS Yusuf: 53) dan pengaruh negatif
kehidupan materi duniawi yang menipu (QS al-Hadiid: 20). Juga adanya mendahulukan
kepentingan pribadi, harta, kedudukan, jabatan, money politik dan lainnya. Dan mungkin
belum adanya pengertian ajaran UII yang dituntunkan/diajarkan dalam al-Qur’an dan
Hadits. Oleh karena itu, muslim seharusnya mempelajari UII yang dituntunkan dalam alQur’an dan Hadits yang antara lain sebagai berikut:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah), dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.(QS Ali Imran:
103).
Dalam ayat sebelumnya (102), Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin
supaya bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa dan melarang
mereka mati melainkan mati dalam keadaan Islam. Setelah perintah serta larangan
demikian, Allah SWT memerintahkan kepada mereka yang mukmin supaya berpegang
teguh pada agama Allah SWT dengan keseluruhan mereka dan kebersamaan, artinya
dengan UII. Dengan kata lain, setelah beriman, bertaqwa dan berusaha sungguh-sungguh
agar mati dalam Islam dengan merealisasi iman dan taqwa, maka mereka mempelajari,
memahami Islam dan menjalankan Islam sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup
secara bersama dan ber-UII sebagai perilaku mentalitas mukmin yang imannya berfungsi
dan bermanfaat karena izin Allah SWT.
Selanjutnya, Allah SWT melarang bercerai-berai/berpecah belah dalam ber-UII yang
telah diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang beriman sebagai nikmat-Nya berupa
kesatuan hati dalam menghadapi musuh jahiliyah.
Kemudian Allah SWT mengingatkan bahwa mereka telah berada di tepi neraka (hampir
masuk neraka) kalau mereka hidup berpecah belah/bermusuh-musuhan. Tetapi Allah
SWT menyelamatkan mereka dengan ber-UII sebagai nikmat-Nya. Jadi, orang-orang
yang hidupnya berpegang dan berpedoman pada ajaran Islam dan ber-UII itu berarti
mendapat petunjuk dari Allah SWT.

Karena demikian, UII mutlak dibutuhkan sebagai kekuatan dan kesuksesan umat Islam
dalam perjuangan /jihad fii sabiilillah. Adanya kekuatan dan kesuksesan telah terbukti
dalam perjuangan Rasulullah saw bersama para shahabat yang UII mereka terjalin erat

dan komitmen. Karena mereka memiliki iman yang berfungsi dan memahami ajaran
Islam secara tepat dan mengamalkannya dengan ikhlas demi hanya mengharap ridha
Allah SWT semata. Hanya dengan ikhlas itulah mereka mendapat ridha dan pertolongan
Allah SWT.
Dalam konteks UII, masalahnya apakah bagi umat Islam – terutama di Indonesia – UII
itu sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa? Kalau jawabnya
belum, apakah ummat Islam, terutama pemimpin mereka – lebih-lebih – pemimpin
ormas/partai Islam tingkat Pimpinan Pusat/Pengurus Besar tidak merasa berkewajiban
mewujudkan dan membina UII?
Kalau merasa berkewajiban
mewujudkan UII, maka langkah pertama ialah
menanamkan /memasang niat ikhlas.
Langkah kedua: Usaha mempererat dan membimbing UII dengan berperilaku mentalitas
Islami antar sesama muslim mukmin yang antara lain dengan senyum (HR Bukhari dan
Turmudzi, dari Abu Dzar), menunjukkan sikap ramah tamah, saling hormat menghormati,
saling harga menghargai dan lainnya.

Langkah ketiga: Pemimpin-pemimpin muslim yang ada di level atau tingkat Pimpinan
Pusat/Pengurus Besar dari ormas /partai Islam merintis dan meneladankan UII kepada
umat Islam.
Langkah keempat: PP/PB ormas/partai Islam membentuk suatu jamaah/organisasi yang
anggotanya terdiri dari pimpinan tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting tanpa
merubah/mengganti AD & ART masing-masing ormas/partai. Nama Jamaah/prmas itu
misalnya Persaudaraan Partai dan Ormas Islam Indonesia (PPOII), atau lainnya.
Langkah kelima: Kalau organisasi itu terbentuk, maka program pokoknya:
1. Usaha menambah/menuntut ilmu yang ada di dalam al-Qur’an dan Hadits dan ilmu
pengetahuan. Sebab ilmu yang diberikan Allah SWT kepada manusia itu sedikit
sekali (QS Al-Israa’: 85).
2. Usaha meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dalam hidup berkeluarga,
bertetangga dan bermasyarakat. Sebab dengan iman dan taqwa, Allah SWT memberi
berkat (QS Al-A’raf: 96).
3. Usaha membina dan mempererat UII secara konstan dan kontinu.
4. Usaha memperjuangkan Islam dengan jihad fii sabiilillah, berda’wah dan bertabligh
dan mengusahakan solusi atau pemecahan setiap persoalan.
5. Usaha mendorong dan mengumpulkan dana infak fii sabiilillah dari umat Islam,
terutama hartawan muslim. Kalau tidak, berarti akan mendatangkan
kerusakan/kebinasaan dalam kehidupan. Padahal Allah SWT mencintai/menyukai

orang-orang yang berbuat kebaikan dengan infak harta (QS Al-Baqarah: 195).
Kalau organisasi dengan programnya terwujud, maka itulah perilaku mentalitas Islami
yang tinggi dan insya Allah membuahkan kesejahteraan hidup.
Rasulullah saw bersabda: “Semua orang-orang mukmin itu seperti satu orang. Jika
kepalanya mengadu (karena sakit), maka seluruhnya mengadu dan jika matanya
mengadu, maka seluruhnya mengadu”.(HR Ahmad dan Muslim dari Nu’man bin Basyir,
HS).
Secara syarah, hadits menunjukkan adanya perumpamaan yang penting sekali dalam
realisasi UII dalam pergaulan masyarakat Islam. Dan hadits menunjukkan perintah halus
bagi setiap muslim mukmin untuk ber-UII sesempurna mungkin. Sebab perumpamaan
yang tercantum dalam hadits: “seperti satu orang” itu menunjukkan makna yang amat

dalam. Di samping itu, perumpamaan tsb menggambarkan perilaku mentalitas solidaritas,
komunikasi, disiplin, kekompakan, kebersamaan dan kedamaian dalam gerak tubuh yang
mempunyai organ atau anggota seperti kepala, mata, telinga, tangan, kaki dan lainnya.
Analisanya:
1. Solidaritas. Kalau gerak organ tubuh diperhatikan dengan ekstra serius, maka terdapat
adanya solidaritas atau kesetiakawanan yang mantap antar organ. Solidaritas tersirat
dalam kalimat hadits: “maka seluruhnya mengadu”. Misalnya, kalau salah satu organ
tubuh – umpamanya kaki – merasa sakit, maka organ lainnya secara totalitas akan

ikut merasa sakit, mengeluh dan mengadu. Kemudian sesuai kemampuannya
memberi pertolongan kepada yang sakit.
2. Komunikasi. Kalau diperhatikan dan dirasakan, maka dalam gerakan tubuh manusia
terdapat komunikasi yang harmonis antar organ. Masing-masing organ secara
keseluruhan tidak pernah ada konflik dalam gerakannya, bahkan menunjukkan
adanya gerak komplementer atau saling melengkapi. Maka komunikasi yang
harmonis inilah yang seharusnya dijadikan pelajaran dalam realisasi UII.
3. Disiplin. Masing-masing organ/anggota tubuh melaksanakan tugasnya sesuai dengan
apa yang menjadi
profesinya atau kepandaian ilmunya/pekerjaannya dan
komptensinya dengan disiplin yang tinggi atau kepatuhan yang mantap. Misalnya,
mata bertugas melihat, telinga mendengar, mulut berkata, otak berpikir, hati
memimpin, mengarahkan, mengkoordinir, membimbing dan begitu tugas yang
lainnya bagi organ/anggota yang lainnya. Kalau tugas organ tubuh manusia itu
diterapkan dalam ber-UII secara disiplin, maka orang-orang muslim akan memiliki
kekuatan yang hebat dalam perjuangan menegakkan dan menunjung tinggi agama
Islam dan – insya Allah – mendapat pertolongan dan ridha Allah SWT yang memang
sangat diharapkan.
4. Kekompakan. Supaya kebutuhan dan tercapainya keinginan gerak tubuh, maka
masing-masing organ hendaknya melaksanakan tugasnya dengan kompak dan disiplin

yang tinggi. Karena disiplin dan kekompakan akan menumbuhkan solidaritas yang
mantap. Dan kalau kekompakkan dapat terwujud dalam ber-UII, maka itu – insya
Allah – akan merupakan kunci keberhasilan perjuangan ummat Islam dalam
memperjuangkan dan menegakkan Islam.
5. Kebersamaan. Setiap organ tubuh melaksanakan tugasnya itu untuk kepentingan
bersama. Maka untuk kepentingan bersama dalam ber-UII untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam harus ada rasa kebersamaan dalam melangkah.
Dengan demikian, perjuangan ummat Islam- insya Allah – mendapat keridhaan Allah
SWT dan kemenangan serta kerahmatan.
Sumber: SM-23-2002