Mentalitas Sunda Perlu Perubahan.

[(OMPAS
o Selasa
1
17

2
18

345

(!j)
--

6
20

21

OJan OPeb o Mar OApr

I


.

Rabu ---o

7
22

OMei

8
23

Kamis 0 Jumat

o Sabtu o Minggu

9

12


10
24

OJun

11

OJul

~

13

26

27

Ags


OSep

25

14
28

OOkt

15
29

16
30

o Nav

Mentalitas Sunda
Perin Perubahan
Tingkatkan Etas Perjuangan

BANDUNG, KOMPAS - GenerasimudaSundadipandang perlu meningkatkan etos perjuangan dan mengubah
mentalitas yang sekadar meminta-minta kepada penguasa.
Kekuasaan dan kedudukan harus direbut dengan memantapkan kapabilitas diri urang Sunda, bukan dengan menyodorkan calon atau orang per orangyangjustru merendahkan martabat kalimgan Sunda sendiri.
Demikian salah satu kesimpulan diskusi kebudayaan Sunda
yang digelar Pusat Kebudayaan
Sunda dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran diGrha Kompas Gramedia, Bandung, Selasa
(18/8).Hadir puluhan penulis dan
budayawan Sunda serta akademisi dari FSUnpad.
Penulis dan budayawan Sunda,
Usep Romli, mengatakan, saat ini
sedang terjadi degradasi mentalitas dalam budaya berpolitik orang
Sunda. Hal itu antara lain ditandai
dengan tindakan sejumlah elite
Sunda yang mengajukan puluhan
nama sebagaicalon menteri di kabinet.
"Tindakan itu seolah-olah memintajatah kedudukan dan hanya
menghidupkan ambisi segelintir
elite Sunda untuk berkuasa," katanya.
Apalagitindakan itu dilakukan
atas dasar etnisitas. Menurut

Usep,hal itujustru merupakan kemunduran fatal. Ia mencontohkan pemimpin Sunda pada masa
silam yangberhasil tampil di kan-

.-- --~

cab nasional tanpa membawa-bawa etnisitas Sunda.
"Orang-orang seperti Otto Iskandardinata, Ir Djuanda,Iwa Kusumasumantri, dan Mochtar Kusumaatmadja berprestasi secara
nasional. Mereka tidak seperti generasi sekarang yang banyak
mengutamakan polesan atau karbitan," ujamya.
Tindakan sejumlah elite Sunda
itu, lanjut Usep, jangan sampai
terulang. Etnisitas harus diletakkan dalam proporsi yangtepat. Jangan sampai etnisitas itu menyeret ke kejatuhan hanya karena niatan untuk berkuasa. "Saatnya
orang Sundamembangun kembali
masyarakat madani,"ujamya.
Mentalitas jajahan
Mengenai fenomena budaya
politik Sunda masa kini, aWisejarah Unpad, Nina Lubis, melihatnya sebagai rentetan pengalaman
masa lalu. Masyarakat Sunda terlalu lama dijajah sehingga memunculkan apa yang disebutnya
.mentalitas vasal. Mentalitas itu


tumbuh di kalangan bawahan pada tatanan masyarakat feodal.
Orang Sunda seolah kehilangan
daya tawarnyadalam politik setelah Kerajaan Sunda runtuh pada
abad ke-16.Masa penjajahan oleh
Mataram selama setengah abad
menorehkan trauma dan rasa keterpinggiran pada dua generasi
Sunda.
Mentalitas bangsa jajahan itu
tak segera hilang karena disusul
oleh penjajahan Belanda selama,
tigasetengahabad. "Pada masa itu,
bupati-bupati Sunda hanya menjadi bawahan Belanda yang tak bisa melawan,"ujamya.
Nina mengkritik sejumlah sikap budayaSundayangmasih merepresentasikan ketidakberdayaan untuk melawan, antara lain sikap sinegar tengah yang menggambarkan sikap menjauhi konflikdan ingin aman.
"Dalam konteks tertentu, sikap
tersebut mencegah perpecaban.
Namun, untuk perebutan kekuasaan atau persaingan ekonomi dan
politik, sikap seperti itu justru harus diminimalisir,"katanya.
Sementara itu, penulis Kamo
Kartadibrata berpendapat, orang
Sunda tidak harus menduduki posisi politis di pusat. Pengembangan kapasitas di bidang-bidang

yang lainjuga tidak kalah penting.
Ia mencontohkan etnis Ti9nghoa
yang tidak menduduki posisi politis, tetapi bisa menguasai sumber
daya ekonomi.

~-----._-----_.

KI ; pin 9 Hum a 5 Un pod
----

------

2 009"

(REK)

31
.) Des