RAMADHAN DAN RITUALITAS UMAT ISLAM

RAMADHAN DAN RITUALITAS UMAT ISLAM
Oleh: M. Nurdin Juned
Kedatangan bulan suci Ramadhan bagi umat Islam adalah merupakan medan ibadah yang sangat
luas makna dan hikmahnya, baik dan segi rohani dan jasmani maupun dan segi sosial dan moral.
Para Ulama' mengatakan Ramadhan adalah bulan pelatihan dan pengkaderan kembali untuk
mencapai derajat taqwa yang sebenar benarnya. Didalam bulan suci Ramadhan selama satu
bulan penuh kita melatih diri untuk mengendalikan dan semua bentuk keinginan dan nafsu yang
selama sebelas bulan terbebas lepas, dan selama satu bulan itu pula kita melakukan aktivitas
ritual berupa menahan haus dan lapar disiang hari, mengerjakan ibadah dimalam hari dengan
shalat tarawih dan witir membaca Al-Qur'an dan berzikir, agar supaya kehidupan ini berarti
didunia dan beruntung di Akhirat nanti. Kemudian bagi mereka yang berlebih dalam bidang
materi untuk memperbanyak amal sosial yang merupakan sifat kepedulian terhadap sesamanya
seperti, shadaqah, infak, wakaf, guna membantu aktivitas dakwah keagamaan dan menyantuni
anak anak yatim, fakir miskin atau omng orang yang tengah berjuang dijalan Allah swt. lainnya.
Oleh karena itu dalam kondisi yang tengah kita hadapi dewasa ini momentum Ramadhan dapat
kita jadikan renungan untuk memperhatikan apa yang sudah dan sedang kita perbuat, maupun
apa yang terjadi disekitar kita agar nilai ketaqwaan itu tetap utuh, identitas kepribadian sebagai
muslim dan bangsa terus kitajunjung tinggi walaupun berada diarus globalisasi yang cukup
dahsyat ini.
Untuk itu agar semua ini tercapai maka melalui ibadah Ramadhan, fikiran harus berkuasa, emosi
harus dikendalikan, syahwat tidak boleh menyeret manusia kepada kehidupan hewan, tetapi

membawa mereka lebih meningkat bahkan lebih tinggi dari jenis Malaikat sekalipun. Sebab
itulah kita diperintahkan untuk berpuasa, agar kita tetap dalam keadaan mawas diri, waspada dan
tidak lupa kepada kenyataan kenyataan yang telah lalu, dan musti kita temui dimasa kini.
Rasulullah pernah mengatakan tentang keadaan umat manusia di setiap zaman, yaitu akan datang
suatu masa dalam kehidupan umatku, dimana mereka lebih mencintai yang lima perkara dan
melupakan yang lima perkara pula pertama; mereka gemar sekali mendirikan gedung-gedung
yang megah dan rumah-rumah mewah, tetapi mereka lupa maqbarah atau kuburan. Kedua;
mereka sangat mencintai kehidupan dunia, tetapi lupa kepada kehidupan di Akhirat nanti. Ketiga
mereka sangat cinta kepada kehidupan, tetapi lupa kepada kematian. Keempat; mereka sangat
gemar mengumpulkan harta kekayaan, tetapi lupa akan sa'at berhisab di hari perhitungan dan
kelima; mereka sangat suka membuat dosa dan maksiat, tetapi lupa bahkan hampir tidak pernah
bertaubat sekali juga walaupun kubur telah mendekat (Al-Hadis)
Apa yang dikatakan oleh Rasulullah itu dan kita cermati dari sifat kemanusiaan yang sudah
menyimpang dari aturan Agama dan moral, maka kenyataan itu dapat kita rasakan dalam kontek
kehidupan manusia di zaman kini. Hal ini dapat kita perhatikan. Pertama; hampir semua kota
besar telah dibangun gedung-gedung menjulang tinggi dan rumah-rumah mewah bertebaran,
tetapi lahan kuburan semakin menyempit, seakan manusia telah lupa kepada tempatnya kembali,
pada hal apa yang dibangunnya itu adalah untuk sementara bagi penghuninya.
Kedua; Bagi yang telah terkontaminasi dalam kehidupan yang materialistis, nampaknya
kekayaan yang dikumpulkan selalu dimonopoli untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi ia

lupa bahkan hilang rasa sosialnya atau solidaritasnya terhadap orang lain dan umatnya. Pada hal
kehidupan yang fana ini sangatlah menentukan baik buruknya dialam Akhirat nanti.
Ketiga; Manusia beranggapan kehidupan ini seoalah olah tak punya batas akhirnya, sehingga
mereka berbuat juga tak mengenal batas dan aturan Agama maupun moral. Pada hal kematian

pasti datang dan terus menantinya kapan dan dimana atau sa'at yang bagaimana. Karena itu ada
manusia yang mengakhiri hidupnya dengan husnul khatimah yaitu kehidupan yang diakhiri
dengan penuh Rahmat atau kebahagiaan karena kehidupan yang dijalaninya dipenuhi oleh
kebajikan dan amal amal shaleh. Tetapi ada pula yang mengakhiri hidup ini dengan su'ul
khatimah yaitu kesudahan yang sangat menyedihkan, karena selama hidupnya selalu dirundung
oleh kelalaian yang berkepanjangan.
Keempat; Manusia ini sangat gemar dan punya hobi mengumpul dan mengoleksi harta kekayaan
yang terkadang tak ada nilai manfa'atnya lagi untuk dirinya. Akan tetapi dia sangat lupa dari
harta yang dikumpulkannya itu ada hak orang lain yang harus dia salurkan sebagai tanda rasa
kemanusiaan dan kepedulian terhadap orang yang tidak mampu, dan mereka hanya menghitung
modal dan keuntungan dalam usahanya, namun dia lupa untuk menghitung berapa yang harus
dan wajib dikeluarkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Kelima; Yang sangat memprihatinkan ada orang yang tidak lagi mengenal arti kebaikan,
kebersamaan, gotong royong, tolong menolong sesama umat dan bangsa ini.
Melalui ibadah Ramadhan marilah kita renungi hidup ini dan prilaku yang telah kita perbuat,

amal ibadah yang telah kita kerjakan, serta kita pupuk iman yang masih labil menjadi mantap
dan stabil agar tetap punya kemampuan untuk mengantisipasi tantangan yang akan merusak
aqidah kita sebagai seorang muslim. Kemudian kita melatih diri lahir dan batin supaya pikiran
kita lebih kuat dari nafsu dan rohani kita tidak mati dalam memahami makna kehidupan ini.
Sebab tujuan dari berpuasa itu bukan hanya menahan haus dan lapar tetapi mengendalikan diri
dari nafsu.
Jika orang berpuasa hanya sekedar menahan haus dan lapar, maka yang diperolehnya hanya
kehausan dan kelaparan, la haus dan lapar di waktu siang, dan karena nafsu tidak terkendalikan
maka pada waktu malamnya ia makan dan minum sepuas hati. Akibatya orang ini pada waktu
siang ia setengah mati kelaparan dan pada waktu malam ia setengah mati kekenyangan dan
setelah itu ditimpa oleh dua macam penyakit yaitu sesak napas kebanyakan makan atau mencret
sehabis makan banyak. Oleh karena itu jangan seluruh pikiran dan kegiatan hanya untuk
memenuhi nafsu makan saja walaupun makan itu sangat perlu. Seorang ahli hikmat mengatakan;
"Hewan hidup buat makan, sedangkan manusia hanya makan supaya bisa bertahan hidup." Ali
bin Abi Thalib pernah berkata: "Barang siapa hanya berpikir untuk urusan perutnya, maka
martabat dirinya sama dengan benda-benda yang keluar dari dalam perutnya itu.”
Penulis adalah Wakil Ketua PDM Kota Palembang
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 20 2004