Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Marana, Kabupaten Donggala – Sulawesi Tengah.
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANA
KABUPATEN DONGGALA – SULAWESI TENGAH
Oleh :
Bakrun, Setiadarma Dirasutisna, Alanda Idral, Eddy Sumardi., Rahman Hasan, Timor Situmorang, Emanuel M.Foeh
SUBDIT PANAS BUMI
ABSTRACT
The investigation area is situated in Marana area with thermal features as hotsprings with temperature range
between 50o and 94o C. The hot springs mostly has chloride and bicarbonate waters type.
Morphological unit of the area can be divided into high undulating hill morphology to low undulating hill morphology and alluvial plain morphology with the height range between 200 and 1500 meters above sea level.
The rock units of Marana geothermal area, Donggala regency consiste of Green schist rocks unit (TrS), Gneiss granite rock unit (Trg), Granite rock unit (Tg), Sedmentary rock unit (QTs), Limestone tock unit (Qgp) and Alluvium (Qal)
The investigation results indicate geothermal systems that are recognized by geoelectrical data as low to medium anomaly zones indicating hot fluid reservoirs located at deep narrow zones along fault zones.
The geothermal temperatures are estimated between 154o C to 237o C with the total prospect area is about 6
km2, and the estimated geothermal potential is about 40 Mwe
SARI
Daerah penyelidikan panas bumi terletak di daerah Marana, Kabupaten Donggala dengan indikasi permukaan
berupa manifestasi mata air panas yang mempunyai temperatur 50-94 0C. Tipe air panas ini termasuk ke
dalam tipe air panas khlorida dan bikarbonat.
Morfologi daerah penyelidikan termasuk jenis perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah serta pedataran dengan ketinggian antara 200 – 1500 meter dari muka laut.
Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Marana dapat dibagi menjadi 6 satuan yaitu Satuan Batuan
Sekis hijau (TrS), Satuan Batuan Granit genis (Trg), Satuan Batuan granit (Tg),Satuan Batuan Sedimen
(QTs), Batugamping (Qgp), dan Aluvium (Qal).
Berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika diperkirakan adanya zona akumulasi panas yang membentuk sistem panas bumi di bawah permukaan dengan ditandai oleh adanya anomali tahanan jenis sedang – rendah. Reservoir panas bumi terdapat pada lapisan yang dangkal, berada pada zona sesar.
Hasil perhitungan temperatur dengan menggunakan geotermometer diperoleh kisaran antara 154° C – 237°C.
Luas daerah prospek kurang lebih 6 Km², dengan perkiraan potensi panas bumi sebesar 40 Mwe.
Daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pemboran landaian suhu sampai kedalaman 250 m di daerah prospek Marana.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyelidikan
Kabupaten Donggala merupakan salah satu Kabupaten di Sulteng yang mempunyai sumber daya panas bumi dengan potensi cukup besar dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang. Daerah prospek panas bumi ini terletak di desa Masaingi, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Kapasitas tenaga listrik yang tersedia untuk kabupaten Donggala sampai dengan akhir tahun 2001 masih kurang dari 10 MW yang menggunakan energi Diesel (PLTD) dan air (PLTA). Kapasitas yang tersedia masih sangat kecil sehingga masih banyak daerah kecamatan maupun daerah pemukiman yang belum terjangkau listrik.
1.2 Maksud dan Tujuan
(2)
Gambaran geologi, sifat kimia, dan karakteristik fisika batuan dan fluida di daerah panas bumi Marana dengan metode geologi, geokimia dan geofisika secara terpadu.
Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk menentukan sebaran panas bumi baik lateral maupun vertikal, mengetahui kondisi batuan, fluida bawah permukaan (air panas), serta potensi energi panas bumi di daerah penyelidikan.
1.3 Posisi dan Pencapaian Daerah
Lokasi daerah penyelidikan terletak di desa Masaingi, yang berjarak sekitar 39 km dari Kota Palu. Penyelidikan ini lebih dikonsentrasikan di sekitar wilayah manifestasi panas bumi di desa Masaingi, yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Sindue, Kabupaten Dong -gala, Propinsi Sulawesi Tengah. Luas daerah
penyelidikan berkisar 18 x 15 km2, yang termasuk
ke dalam 2 (dua) kecamatan yaitu Sindue dan
Tawaili dengan posisi geografis antara 119o 46’
00’’- 119o 54’ 00” BT dan 00o 30’ 00”– 00o 41’
00” LS (Gambar 1-1).
II HASIL PENYELIDIKAN 2.1 Geologi
Jenis morfologi daerah penyelidikan didominasi oleh perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah yang tersusun oleh kerucut intrusi batuan granit dengan ketinggian antara 200 – 1500 m dari permukaan laut. Secara umum bentuk topografi cenderung melandai ke arah pantai yang juga mencerminkan penekukan topografi akibat struktur maupun tingkat erosi kuat.
Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Marana berdasarkan jenis batuan yang tersingkap adalah sebagai berikut: batuan sekis hijau, granit genisan berumur Pra Tersier (Kapur - Trias), sedangkan granit-granodiorit berumur Tersier (Mio-Pliosen) dan mempunyai penyebaran yang luas (>30 %) terdapat di bagian utara-barat laut daerah penelitian.
Satuan batuan granit dan granodiorit jenis batuan beku dalam (pluton) dominan mengandung kalium felspar tinggi. Hasil Pertarikhan Jejak
Belah (Fision Track Dating) menunjukkan adanya
terobosan baru berupa gang yang berbutir sedang-halus berupa andesit yang membentuk singkapan
yang berumur ± 200 ribu tahun (0.2 ± 0.1 juta
tahun) dari hasil analisis Fision Track.
Satuan batuan metamorf jenis sekis hijau merupakan batuan tertua di daerah ini berumur
pra Tersier (TrS) diperkirakan sebagai batuan alas (basement).
Satuan sedimen ini termasuk kelompok formasi Tinombo yang sebarannya > 20% dari daerah penyelidikan yang membentuk perbukitan rendah dan dataran di bagian barat daya daerah penyelidikan. Satuan ini cukup kompak yang terdiri dari konglomerat, batu pasir, halus-lanau, setempat-setempat berselingan dengan batu-lempung karbonatan dan batugamping klastik, terlihat terlas dengan baik (Gambar 2-1).
2.1.1 Manifestasi panas Bumi
Manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan di daerah penyelidikan diduga akibat
adanyatubuh terobosan batuan granit, granodiorit
maupun batuan metamorf serta sesar Masaingi sebagai kontrol pemunculan panas bumi daerah ini. Manifestasi berupa rembesan mata air panas melalui batuan sedimen yang menopang di tubuh batuan granit yang tidak memperlihatkan adanya ubahan hidrotermal. Jenis manifestasi panas bumi berupa rembesan mata air panas yang berkelompok di 6 (enam) lokasi sebagai berikut:
- Masaingi, Desa Masaingi
- Marana/Marawa I, Desa Masaingi
- Marana.Marawa II, desa Masaingi
- Marana/Marawa III, desa Masaingi
- Mapane, Desa Wani
- Buayana, Desa Wani.
Temperatur paling tinggi 89-94 °C berada di
kelompok manifestasi panas bumi Masaingi dengan temperatur udara bebas pada saat
pengukuran 32 °C, pH netral antara 7 – 8, tercium
bau belerang keras, secara fisik terlihat warna air jernih, adanya bualan gas.
2.1.2 Hidrogeologi
Daerah penyelidikan geologi Marana secara umum termasuk daerah tadah hujan meliputi sekitar 70 % dari daerah penyelidikan. Volume air tanah yang terperangkap di daerah penyelidikan nampaknya cukup tinggi terbukti dengan banyak mata air yang keluar melalui rekahan batuan granit.
Sungai-sungai besar yang merupakan sungai utama di bagian barat (di luar daerah penyelidikan) mulai dari kota Palu hingga ke utara tidak pernah kering dan bermuara ke selat Makassar. Anak sungai tergolong besar (lebar) akibat erosi, dan bermuara ke sungai utama dengan kondisi selalu berair. Pada musim kemarau dijumpai beberapa anak sungai kering, yang merupakan sungai musiman akibat sifat
(3)
batuannya yang poros. Kemunculan mata air ini menunjukkan bahwa air tanah terakumulasi jauh
di bawah permukaan tanah.
Zona reservoir ini terbentuk oleh media struktur dan tidak mencerminkan adanya ubahan batuan di
permukaan. Clay cap yang merupakan batuan
penudung terbentuk oleh mineral-mineral ubahan yang terjadi akibat fluida pada temperatur rendah seperti K-felspar, Ortoklas dan plagioklas menjadi kaolinit di sepanjang zona struktur. Dugaan adanya daerah akumulasi panas di bawah permukaan terindikasi pemunculan air panas bersuhu tinggi di Masaingi/Marana ditunjang oleh hasil pengamatan geomagnet dan gaya berat yang mengidikasikan adanya suatu intrusi.
Dari hasil penyelidikan geolistrik diketahui adanya tubuh reservoir pada kedalaman dangkal, kemungkinan tubuh reservoir sebagai tempat terakumulasinya panas pada kedalaman tertentu. Beberapa indikasi permukaan berupa air panas di bagian selatan yang temperatur rendah diperkirakan sebagai out flow.
2.2 Geokimia Air panas
Hasil ploting pada diagram segitiga Cl - SO4 -
HCO3 (Giggenbach,1988) menunjukkan bahwa
mata air panas Masaingi, Marana 1, dan Marana 2, termasuk ke dalam tipe khlorida, sedangkan Mata air panas Bayosa, Yompo 1, dan Yompo-2 termasuk ke dalam tipe bikarbonat.
2.2.1 Suhu Bawah Permukaan
Geotermometer kimia tergantung dari adanya keseimbangan antara mineral dan fluida yang dipengaruhi oleh suhu dan keberadaannya terawetkan sampai fluida tersebut muncul di permukaan.
Air panas tipe klorida dengan pH netral merupakan tipe yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai geotermometer, karena di daerah panas bumi Masaingi mempunyai tingkat keasaman yang rendah atau pH tinggi yang berkisar antara 7.4 – 8.1.
Nilai perbandingan dari atomic elements tidak
reaktif B/Cl (dalam Molar) berkisar antara 0.01 sampai 0.59. Nilai ini relatif rendah sehingga berdasarkan perbandingan unsur kimiawi yang merupakan indikasi terhadap suhu disimpulkan bahwa suhu bawah permukaan daerah panas bumi Donggala mempunyai suhu tinggi.
Nilai perbandingan molar Na/K berkisar antara 16.03 – 54.49, menghasilkan perkiraan suhu
bawah permukaan ≥200 oC, karena pH air panas
Masaingi netral dan termasuk ke dalam tipe air
panas khlorida, maka nilai ini lebih mewakili kondisi bawah permukaan yang sebenarnya. Nilai perbandingan Na terhadap Li berkisar antara 82.18 - 605.76 yang merupakan indikasi bahwa suhu bawah permukaan sangat tinggi.
Berdasarkan data diatas, maka suhu bawah permukaan di daerah penyelidikan ini akan lebih tepat bila menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus geotermometer, suhu bawah permukaan menunjukkan kisaran temperatur antara 154 –
237°C.
2.3 GEOFISIKA 2.3.1 Geomagnet
Hasil penyelidikan geomagnet mengindikasikan adanya struktur sesar/patahan yang ditunjukkan oleh liniasi anomali magnit yang berarah hampir utara – selatan (baratlaut – tenggara), dan timurlaut – baratdaya, serta ditandai dengan kemunculan mata air panas daerah Marana dan Mapane (di selatan daerah penyelidikan).
Anomali dengan kemagnitan tinggi - sedang yang terdapat di bagian tengah, selatan dan utara daerah penyelidikan diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan intrusi (granit dan granodiorit). Anomali magnit rendah di bagian utara dan timur (timurlaut), ditafsirkan sebagai batuan malihan yang tidak mempunyai kaitan dengan mata air panas (Gambar 2-2). Anomali rendah muncul di bagian tengah daerah penyelidikan yang diduga mempunyai kaitan dengan munculnya manifestasi mata air panas di daerah ini. Hasil penafsiran secara kwalitatip menunjukkan bahwa daerah penyelidikan dido-minasi oleh batuan granit/granodiorit dan batuan metamorf yang telah mengalami pelapukan kuat.
2.3.2 Gayaberat
Secara umum kerapatan kontur anomali gaya berat berarah timurlaut – baratdaya, hal ini mengindikasikan adanya struktur sesar yang dominan berarah timurlaut - baratdaya. Pengkutuban anomali positif dan negatif tampak mengelompok di bagian tengah di sekitar manifestasi mata air panas, kondisi ini mempertegas adanya zona sesar yang berarah timurlaut – baratdaya. Sesar-sesar tersebut diduga mengontrol pemunculan manifestasi panas bumi di daerah Marana (MAP. Marana 1; 2 dan 3 serta Masaingi). Seperti telah disebutkan sebelumnya, keberadaan kutub-kutub positif dan negatif di
(4)
lokasi ini mempertegas keberadaan sesar yang berarah baratlaut - tenggara yang merupakan sesar regional di daerah penyelidikan. Selain sesar-sesar diatas, juga ditemukan sesar yang berarah hampir timur-barat.
Peta anomali gayaberat mengindikasikan adanya 7 buah sesar di daerah penyelidikan. Tiga buah sesar berarah timurlaut-baratdaya, dua sesar sisanya masing-masing berarah baratlaut - tenggara dan hampir timur-barat.
Anomali positif yang tampak pada anomali sisa dan pada penampang gaya berat mengin-dikasikan adanya batuan intrusi di daerah penyelidikan dan
diperkirakan merupakan heat source dari sistim
panas bumi yang ada di daerah Marana (Gambar 2-3).
Model gayaberat 2-D dibuat melalui penampang AB yang memotong MAP Masaingi, pemodelan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gam-baran geologi bawah permukaan di daerah sekitar manifestasi MAP Masaingi secara lebih tegas. Intrusi granit/granodiorit? diduga muncul di sekitar lokasi ini dengan kontras densitas 0.5
gr/cm3. Batuan intrusi ini memotong batuan
sedimen di sekitarnya yang mempunyai kontras densitas lebih kecil.
Bagian atas batuan intrusi ini ditutupi oleh batuan granitik dengan kontras densitas yang kecil
(0.1gr/cm3).
Sistem air panas di daerah ini diperkirakan terperangkap pada rekahan/retakan batuan suatu tubuh reservoir yang berada pada kedalaman sekitar 1000 meter, dengan kata lain, batas bawah lapisan penudung berada pada kedalaman <1000 m.
2.3.3 Geolistrik dan Head-On
Hasil pemerataan geolistrik memperlihatkan daerah bertahanan jenis rendah makin meluas dengan bertambahnya kedalaman ke arah selatan dan tenggara dengan kontras tidak terlalu besar, sedangkan anomali bertahanan jenis tinggi cenderung melebar di bagian utara dan menghilang di bagian baratdaya dengan kontras cukup besar.
Secara geologi, daerah bertahanan jenis rendah ditafsirkan sebagai batuan sedimen yang cenderung menebal ke arah selatan, sedangkan batuan bertahanan jenis tinggi ditafsirkan sebagai batuan beku berupa batuan granit lapuk-segar yang tersebar di bagian utara dan cenderung miring ke arah selatan. Kondisi demikian mencerminkan makin ke arah selatan - tenggara batuan sedimen makin dalam.
Berdasarkan peta tahanan jenis, hal yang menarik adalah munculnya anomali tahanan jenis relatip tinggi di bagian tengah daerah penyelidikan (titik C2000 dan E2000) pada bentangan AB/2=750 dan AB/2=1000m. Hal ini menjadi menarik karena di sekitar titik-titik ukur tersebut muncul mata air panas Marana dan mata air panas Masaingi. Fenomena ini kemungkinan diakibatkan adanya struktur sesar yang memotong daerah tersebut, serta diperkuat oleh kelurusan anomali magnet total dan anomali sisa gayaberat pada lokasi tersebut. Berdasarkan indikasi dari peta tahanan jenis, luas daerah yang diduga sebagai areal
prospek adalah seluas ± 6 km2 (Gambar 2-4).
Penampang pendugaan tahanan jenis sebenarnya memperlihatkan ketebalan dan kedalaman lapisan sedimen pada lapisan kedua dan ketiga yang ditafsirkan sebagai perselingan lapisan lem- pung, pasir halus-kasar, kerakal-bongkah dan konglomerat, dengan ketebalan rata-rata 200-650 meter, terdapat pada kedalaman 500-800 meter. Sedangkan di bawahnya ditafsirkan sebagai batuan beku, terbentuk dari granit terdapat pada kedalaman 500- >800 meter dan cenderung lebih dalam ke arah selatan.
Metode Head-on memperlihatkan hasil yang cukup baik dalam menentukan posisi sesar di daerah penyelidikan. Pada penampang lintasan P,
terdapat 3 buah sesar dengan kemiringan 70o, 75o
dan 80o, ke arah barat. Pada lintasan R, seperti
halnya lintasan P, terdapat 2 buah sesar, dekat ke
permukaan dengan kemiringan 65o, dan 80o ke
arah barat, sedangkan dugaan struktur dalam
terdapat pada titik R-1400, dengan kemiringan 60o
arah ke barat. Struktur utama dari hasil pengukuran Head-On pada lintasan P dan R berarah hampir utara selatan dengan kemiringan
80o ke arah barat yaitu struktur yang mengontrol
pemunculan air panas Masaingi.
2.4 Model Panas Bumi
Penampang model panas bumi (Gambar 2-5) menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dibuat memotong struktur graben yaitu barat – timur yang menam -pakkan posisi bawah permukaan tubuh reservoir panas bumi yang diperkirakan.
Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan terobosan muda berupa intrusi melalui celah-celah/rekahan batuan granit.
Air meteorik yang masuk sebagian dapat langsung meresap kebawah permukaan melalui struktur, rekahan dan porositas batuan menjadi air
(5)
tanah dan sebagian lagi teralirkan langsung ke sungai. Kemudian masa panas tersebut beraku- mulasi dengan air tanah membentuk sistem air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan perkiraan awal suatu reservoir berada pada kedalaman > 500 meter.
2.5 Potensi Panas Bumi
Daerah prospek terdapat di sekitar air panas Masaingi dengan tahanan jenis antara 50 - 75 Ohm-m, yaitu pada lintasan E (1000 dan E-2000) dan lintasan D (D-3000).
Potensi panas bumi dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah prospek yang didapat dari zona maksimum peta Hg tanah (Gambar 2-6) dan hasil pemetaan geolistrik yang mencapai luas
prospek ± 6 km2. Dengan suhu reservoir terduga
(TRes) sebesar ± 237oC, maka diperoleh potensi
energi sebesar ± 40 Mwe.
III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan
a. Peranan struktur sesar Masaingi sangat
penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi di daerah ini, disamping merupakan media saluran naiknya panas ke permukaan dan juga berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas sepanjang jalur rekahan tersebut.
b. Gejala panas bumi yang terindikasi di
permukaan terdapat di desa Masaingi dan Wani.
c. Sumber panas diperkirakan dari tubuh
terobosan terakhir (muda) atau batuan gang yang tidak muncul di permukaan, hal ini ditunjang oleh anomali tinggi disekitar air panas dari hasil penyelidikan magnet dan gaya berat.
3.2 Saran
a. Untuk mengetahui penetrasi yang lebih dalam
perlu dilakukan penyelidikan dengan metode lainnya, misalnya CSAMT atau MT.
b. Jika dilanjutkan penyelidikan dengan
pemboran landaian suhu agar difokuskan pada daerah manifestasi panas bumi Marana, desa Masaingi, Kecamatan Sindue, pada titik amat E-2000 atau D-3000.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bemmelen R.W., 1949. The Geology of
Indonesia, Vol. IA, Goverment Printing
Office, The Hague
2. Breiner.S. 1973. Application Manual for
Portable Magnetometers
3. Fournier, R.O., 1981. Application of Water
Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System
: Principles and Case Histories”. John
Willey & Sons, New York.
4. Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Equilibria Derivation of Na – K - Mg – Ca
Geoindicators, Geochemica et
Cosmochemica, Acta 52, 2749 – 2765.
5. Hasan A.R. dkk. 2003. Peta geologi rinci
daerah Panas Bumi Pulu, Sulawesi Tengah.
6. Koga, A., 1978. Hydrothermal Geochemi
-stry, A text for the 9th International Group
Training Course on Geothermal Energy heald at Kyushu University.
7. Lawless, J., (1995) Guidebook An
Introduction to Geothermal System, Short
Course, Unocal Ltd., Jakarta.
8. Mahon K., Ellis A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System, Academic Press, Inc.
Orlando.
9. Sukamto Rab., dkk. 1973. Peta Geologi
Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Tengah, skala 1 : 250.000
10. Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993
Laporan Geologi Lembar Palu,
11. Telford and Sheriff, 1990. Applied Geophy
(6)
Gambar.1-1 Peta daerah lokasi penyelidikan Panas Bumi terpadu daerah Marana, Donggala, Sulawesi Tengah
(7)
Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Labuan Dalaka Bonda Pompoya Lero Toambe Nolayan Salumbone Kamboji Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Wetea Karama Kungguma Lumbubaka Mapane Teluk Batumapida Binangga Marana Binangga Enu Binangga Maoti
Binangga Enu Kio
K uala Tibo
Bin angga s
aloya
S E L
A T M A K A S S
A R
Binangga Masaingi Binangga Toaya Binangga Boi Teluk Uwerone Binangga Tompana Kuala Tibo Binangga Masaingi Binangga Uwetea B ina ngga Sarom bo Binangga Lero Binangga Kalikoa Binangga Numa Binangga Kaili
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000 9926000 9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000
0 1000 2000 3000 4000
PETA ANOMALI MAGNIT TOTAL DAERAH MARANA, KEC.SINDUE,KAB.DONGGALA
SULAWESI TENGAH
KETERANGAN > 100 Gamma 100 Gamma sampai -100 Gamma < -100 Gamma
Kontur anomali magnit Struktur
Mata air panas Jalan raya, jalan desa
Sungai
U
Gambar 2-2 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Marana
Gambar 2-3: Peta Anomali Sisa - Orde 2 Densiti = 2.69, Daerah Panas bumi Marana/Marawa
PETA ANOMALI SISA - ORDE2 density = 2.69
DAERAH PANAS BUMI MERAWA / MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE
KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
KETERANGAN
0 2000 4000 6000 8000
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500 Titik Pengamatan /pengambilan data
Sesar
A B
. . Garis Penampang
500 750 750 250 250 250 250 250 500 500 750 250 250 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Bonda Pompoya Lero Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Telu
k B atu m a pid
a Bin
angga Enu
Binangga Maoti
S E L A T M A K A S S A R
Binangga Toaya
Teluk Uwer
one
Binangga Tompana
Kuala Tibo
Binangga Kalikoa
a Numa
BS R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17R18 R25R26R27 R28R29 R35 R36 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R92R93 R94 R95 R96 R97 E5000 E4000 E3000 E2000 E1000 E0 F0 F1000 F2000 F3000 F4000 F5000 F6000 F7000 F7500 E6000 E7000 D0 D1000 D2000 D7000 D5000 D4000 D3000 G0 G1000 G2000 G3000 G4000 G5000 G6000 C1000 C2000 C3000 C4000 C5000 C6000 B1000 B2000 R119 R120 B4000 B5000 R116R117 R107 R108 R109 R111 R112 R113 R114 R115 R110 A0 A1000 A B
Manifestasi air panas Gambar 2-3 Peta Anomali Sisa Orde-2, Densitas 2,69 Daerah Marana
(8)
B0 B500 B1000 B1500 B2000 B2500 B3000 B3500 B4000 B4500 B5000 C0 C500 C1000 C1500 C2000 C2500 C3000 C3500 C4000 C4500 C5000 C5500 C6000 D0 D500 D1000 D1500 D2000 D2500 D3000 D3500 D4000 D4500 D5000 D5500 D6000 D6500 D7000 E.0 E.500 E.1000 E.1500 E.2000 E.2500 E.3000 E.3500 E.4000 E.4500 E.5000 E.5500 E.6000 E.6500 E.7000 F0 F500 F1000 F1500 F2000 F2500 F3000 F3500 F4000 F4500 F5000 F5500 F6000 F6500 F7000 F7500 G.0 G.500 G.1000 G.1500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 A0 A500 A1000 A1500 A2000 500 750 750 250 250 250 250 250 250 250 250 500 500 500 500 750 250 2 50 250
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000
9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Labuan Dalaka Bonda Pompoya Lero Toambe Nolayan Salumbone Kamboji Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Wetea Karama Kungguma Lumbubaka Mapane Te luk Ba tum ap id a Bin
angg
a M
ara
na
Binangg
a Enu
Binangga M aoti Bina ngga Enu Kio K uala
Tibo
Bin angg a s alo ya S E L A T M A K A S S A R
Binang
ga M
asai
ngi
Binangga Toaya
Binangga Boi
Teluk Uwer one
Binangga Tompana
Kuala Tibo
Bina ngga
Mas aingi
Bina ngga Uwe tea Bin angg a S arom bo
Binan gga
Lero
Binangga Kali
koa
Binangga N uma
Binang ga K
aili
10 20 25 30 40 50 60 70 75 80 90 100125150250275300370
Tahanan jenis sedang-tinggi ( batuan beku ) Tahanan jenis rendah-sedang
( batuan sedimen )
Gambar GF-19 A D C B E F
PETA TAHANAN JENIS SEMU ( AB/2=1000 m) DAERAH PANAS BUMI MARANA
DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
KETERANGAN
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500 Titik Pengamatan /pengambilan data
A B
. . Garis Penampang Manifestasi air panas
0 1000 2000 3000 4000
Gambar 2-4: Peta Sama Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 m, Daerah Panas bumi Marana
(9)
C.250 C.500
C.1000 C.1500C.1600C.1800
C.2000 C.2500 C.3000 C.3500 C.4000 D.0 D.500 D.1000 D.1550 D.2000 D.2500 D.3000 D.3500 D.4000 D.4950 D.5500 D.6000 D.6500 D.7000 E.0 E.600 E.1000 E.1500
E.1900E.2000E.2100 E.2500 E.3000 E.3500 E.4000 E.4500 E.5000 E.5500 E.6000 E.6500 E.7000 F.0 F.500 F.1000 F.1500 F.1850 F.2500 F.3000 F.3450 F.4000 F.4500 F.5000 F.5550 F.6000 G.0 G.500 G.1050 G.1500 G.2000 G.2450 G.3000 G.3500 G.4000 G.4450 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9 M.1 M.2 M.3M.4 M.5 M.6M.7 500 750 750 250 250 250 250 250 250 250 250 500 500 500 500 750 250
250
250
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000 9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Labuan Dalaka Bonda Pompoya Lero Toambe Nolayan Salumbone Kamboji Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Wetea Karama Kungguma Lumbubaka Mapane Te lu k Ba tum ap ida Bin
angga Ma
ran a
Binan
gga E
nu
Binang ga Maoti
Bina ngga
Enu K io K uala T ibo Bin angg a s alo ya S E L A T M A K A S S A R
Binang
ga M
asai
ngi
Binangga Toaya
Binangga Boi
Teluk Uwer one
Binangga Tompana
Kuala Tib
o
Bina ngga
Mas aingi
Bina ngga
Uwe tea
B inangg
a S arom
bo
Binan gga
Lero
Binangga
Kalikoa
Binangga N uma
Binang ga K
aili
0 25 50 75 100 150 200 250 300 350
KETERANGAN
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500
Titik Pengamatan /pengambilan data
Manifestasi air panas
0 1000 2000 3000 4000
Gambar GK-9
PETA SEBARAN ANOMALI HG DALAM TANAH DAERAH PANAS BUMI MARANA
DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
(1)
lokasi ini mempertegas keberadaan sesar yang berarah baratlaut - tenggara yang merupakan sesar regional di daerah penyelidikan. Selain sesar-sesar diatas, juga ditemukan sesar yang berarah hampir timur-barat.
Peta anomali gayaberat mengindikasikan adanya 7 buah sesar di daerah penyelidikan. Tiga buah sesar berarah timurlaut-baratdaya, dua sesar sisanya masing-masing berarah baratlaut - tenggara dan hampir timur-barat.
Anomali positif yang tampak pada anomali sisa dan pada penampang gaya berat mengin-dikasikan adanya batuan intrusi di daerah penyelidikan dan
diperkirakan merupakan heat source dari sistim
panas bumi yang ada di daerah Marana (Gambar 2-3).
Model gayaberat 2-D dibuat melalui penampang AB yang memotong MAP Masaingi, pemodelan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gam-baran geologi bawah permukaan di daerah sekitar manifestasi MAP Masaingi secara lebih tegas. Intrusi granit/granodiorit? diduga muncul di sekitar lokasi ini dengan kontras densitas 0.5
gr/cm3. Batuan intrusi ini memotong batuan
sedimen di sekitarnya yang mempunyai kontras densitas lebih kecil.
Bagian atas batuan intrusi ini ditutupi oleh batuan granitik dengan kontras densitas yang kecil (0.1gr/cm3).
Sistem air panas di daerah ini diperkirakan terperangkap pada rekahan/retakan batuan suatu tubuh reservoir yang berada pada kedalaman sekitar 1000 meter, dengan kata lain, batas bawah lapisan penudung berada pada kedalaman <1000 m.
2.3.3 Geolistrik dan Head-On
Hasil pemerataan geolistrik memperlihatkan daerah bertahanan jenis rendah makin meluas dengan bertambahnya kedalaman ke arah selatan dan tenggara dengan kontras tidak terlalu besar, sedangkan anomali bertahanan jenis tinggi cenderung melebar di bagian utara dan menghilang di bagian baratdaya dengan kontras cukup besar.
Secara geologi, daerah bertahanan jenis rendah ditafsirkan sebagai batuan sedimen yang cenderung menebal ke arah selatan, sedangkan batuan bertahanan jenis tinggi ditafsirkan sebagai batuan beku berupa batuan granit lapuk-segar yang tersebar di bagian utara dan cenderung miring ke arah selatan. Kondisi demikian mencerminkan makin ke arah selatan - tenggara
Berdasarkan peta tahanan jenis, hal yang menarik adalah munculnya anomali tahanan jenis relatip tinggi di bagian tengah daerah penyelidikan (titik C2000 dan E2000) pada bentangan AB/2=750 dan AB/2=1000m. Hal ini menjadi menarik karena di sekitar titik-titik ukur tersebut muncul mata air panas Marana dan mata air panas Masaingi. Fenomena ini kemungkinan diakibatkan adanya struktur sesar yang memotong daerah tersebut, serta diperkuat oleh kelurusan anomali magnet total dan anomali sisa gayaberat pada lokasi tersebut. Berdasarkan indikasi dari peta tahanan jenis, luas daerah yang diduga sebagai areal prospek adalah seluas ± 6 km2 (Gambar 2-4). Penampang pendugaan tahanan jenis sebenarnya memperlihatkan ketebalan dan kedalaman lapisan sedimen pada lapisan kedua dan ketiga yang ditafsirkan sebagai perselingan lapisan lem- pung, pasir halus-kasar, kerakal-bongkah dan konglomerat, dengan ketebalan rata-rata 200-650 meter, terdapat pada kedalaman 500-800 meter. Sedangkan di bawahnya ditafsirkan sebagai batuan beku, terbentuk dari granit terdapat pada kedalaman 500- >800 meter dan cenderung lebih dalam ke arah selatan.
Metode Head-on memperlihatkan hasil yang cukup baik dalam menentukan posisi sesar di daerah penyelidikan. Pada penampang lintasan P,
terdapat 3 buah sesar dengan kemiringan 70o, 75o
dan 80o, ke arah barat. Pada lintasan R, seperti
halnya lintasan P, terdapat 2 buah sesar, dekat ke
permukaan dengan kemiringan 65o, dan 80o ke
arah barat, sedangkan dugaan struktur dalam
terdapat pada titik R-1400, dengan kemiringan 60o
arah ke barat. Struktur utama dari hasil pengukuran Head-On pada lintasan P dan R berarah hampir utara selatan dengan kemiringan
80o ke arah barat yaitu struktur yang mengontrol
pemunculan air panas Masaingi. 2.4 Model Panas Bumi
Penampang model panas bumi (Gambar 2-5) menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dibuat memotong struktur graben yaitu barat – timur yang menam -pakkan posisi bawah permukaan tubuh reservoir panas bumi yang diperkirakan.
Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan terobosan muda berupa intrusi melalui celah-celah/rekahan batuan granit.
Air meteorik yang masuk sebagian dapat langsung meresap kebawah permukaan melalui
(2)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 37-5 tanah dan sebagian lagi teralirkan langsung ke
sungai. Kemudian masa panas tersebut beraku- mulasi dengan air tanah membentuk sistem air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan perkiraan awal suatu reservoir berada pada kedalaman > 500 meter.
2.5 Potensi Panas Bumi
Daerah prospek terdapat di sekitar air panas Masaingi dengan tahanan jenis antara 50 - 75 Ohm-m, yaitu pada lintasan E (1000 dan E-2000) dan lintasan D (D-3000).
Potensi panas bumi dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah prospek yang didapat dari zona maksimum peta Hg tanah (Gambar 2-6) dan hasil pemetaan geolistrik yang mencapai luas
prospek ± 6 km2. Dengan suhu reservoir terduga
(TRes) sebesar ± 237oC, maka diperoleh potensi
energi sebesar ± 40 Mwe.
III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
a. Peranan struktur sesar Masaingi sangat
penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi di daerah ini, disamping merupakan media saluran naiknya panas ke permukaan dan juga berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas sepanjang jalur rekahan tersebut.
b. Gejala panas bumi yang terindikasi di
permukaan terdapat di desa Masaingi dan Wani.
c. Sumber panas diperkirakan dari tubuh
terobosan terakhir (muda) atau batuan gang yang tidak muncul di permukaan, hal ini ditunjang oleh anomali tinggi disekitar air panas dari hasil penyelidikan magnet dan gaya berat.
3.2 Saran
a. Untuk mengetahui penetrasi yang lebih dalam
perlu dilakukan penyelidikan dengan metode lainnya, misalnya CSAMT atau MT.
b. Jika dilanjutkan penyelidikan dengan
pemboran landaian suhu agar difokuskan pada daerah manifestasi panas bumi Marana, desa Masaingi, Kecamatan Sindue, pada titik amat E-2000 atau D-3000.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bemmelen R.W., 1949. The Geology of
Indonesia, Vol. IA, Goverment Printing
Office, The Hague
2. Breiner.S. 1973. Application Manual for
Portable Magnetometers
3. Fournier, R.O., 1981. Application of Water
Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System
: Principles and Case Histories”. John
Willey & Sons, New York.
4. Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Equilibria Derivation of Na – K - Mg – Ca
Geoindicators, Geochemica et
Cosmochemica, Acta 52, 2749 – 2765.
5. Hasan A.R. dkk. 2003. Peta geologi rinci
daerah Panas Bumi Pulu, Sulawesi Tengah.
6. Koga, A., 1978. Hydrothermal Geochemi
-stry, A text for the 9th International Group
Training Course on Geothermal Energy heald at Kyushu University.
7. Lawless, J., (1995) Guidebook An
Introduction to Geothermal System, Short
Course, Unocal Ltd., Jakarta.
8. Mahon K., Ellis A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System, Academic Press, Inc.
Orlando.
9. Sukamto Rab., dkk. 1973. Peta Geologi
Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Tengah, skala 1 : 250.000
10. Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993
Laporan Geologi Lembar Palu,
11. Telford and Sheriff, 1990. Applied Geophy
(3)
Gambar.1-1 Peta daerah lokasi penyelidikan Panas Bumi terpadu daerah Marana, Donggala, Sulawesi Tengah
(4)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 37-7 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Labuan Dalaka Bonda Pompoya Lero Toambe Nolayan Salumbone Kamboji Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Wetea Karama Kungguma Lumbubaka Mapane Teluk Batumapida Binangga Marana Binangga Enu Binangga Maoti
Binangga Enu Kio
K uala Tibo
Bin angga s
aloya
S E L
A T M A K A S S
A R
Binangga Masaingi Binangga Toaya Binangga Boi Teluk Uwerone Binangga Tompana Kuala Tibo Binangga Masaingi Binangga Uwetea B ina ngga Sarom bo Binangga Lero Binangga Kalikoa Binangga Numa Binangga Kaili
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000
9926000 9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000
0 1000 2000 3000 4000
PETA ANOMALI MAGNIT TOTAL DAERAH MARANA, KEC.SINDUE,KAB.DONGGALA
SULAWESI TENGAH
KETERANGAN > 100 Gamma 100 Gamma sampai -100 Gamma < -100 Gamma
Kontur anomali magnit Struktur
Mata air panas Jalan raya, jalan desa
Sungai
U
Gambar 2-2 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Marana
Gambar 2-3: Peta Anomali Sisa - Orde 2 Densiti = 2.69, Daerah Panas bumi Marana/Marawa
PETA ANOMALI SISA - ORDE2 density = 2.69
DAERAH PANAS BUMI MERAWA / MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE
KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
KETERANGAN
0 2000 4000 6000 8000
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500 Titik Pengamatan /pengambilan data
Sesar
A B
. . Garis Penampang
500 750 750 250 250 250 250 250 500 500 750 250 250 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Bonda Pompoya Lero Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera
Telu k B atu m a pid
a Bin
angga Enu
Binangga Maoti
S E L A T M A K A S S A R
Binangga Toaya
Teluk Uwer one
Binangga Tompana
Kuala Tibo
Binangga Kalikoa
a Numa
BS R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17R18 R25R26R27 R28R29 R35 R36 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R92R93 R94 R95 R96 R97 E5000 E4000 E3000 E2000 E1000 E0 F0 F1000 F2000 F3000 F4000 F5000 F6000 F7000 F7500 E6000 E7000 D0 D1000 D2000 D7000 D5000 D4000 D3000 G0 G1000 G2000 G3000 G4000 G5000 G6000 C1000 C2000 C3000 C4000 C5000 C6000 B1000 B2000 R119 R120 B4000 B5000 R116R117 R107 R108 R109 R111 R112 R113 R114 R115 R110 A0 A1000 A B
Manifestasi air panas Gambar 2-3 Peta Anomali Sisa Orde-2, Densitas 2,69 Daerah Marana
(5)
B0 B500 B1000 B1500 B2000 B2500 B3000 B3500 B4000 B4500 B5000 C0 C500 C1000 C1500 C2000 C2500 C3000 C3500 C4000 C4500 C5000 C5500 C6000 D0 D500 D1000 D1500 D2000 D2500 D3000 D3500 D4000 D4500 D5000 D5500 D6000 D6500 D7000 E.0 E.500 E.1000 E.1500 E.2000 E.2500 E.3000 E.3500 E.4000 E.4500 E.5000 E.5500 E.6000 E.6500 E.7000 F0 F500 F1000 F1500 F2000 F2500 F3000 F3500 F4000 F4500 F5000 F5500 F6000 F6500 F7000 F7500 G.0 G.500 G.1000 G.1500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 A0 A500 A1000 A1500 A2000 500 750 750 250 250 250 250 250 250 250 250 500 500 500 500 750 250 2 50 250
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000
9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000 Marana Enu Karumba Maoti Tobou Umala Tibo Saloya Tanjungkuning Tobesule Jono Kadiaya Toaya Masaingi Rangaranga Bamba Bunta Labuan Dalaka Bonda Pompoya Lero Toambe Nolayan Salumbone Kamboji Ape Maliko Taripa Sumari Pumbasa Simou Sisera Wetea Karama Kungguma Lumbubaka Mapane Te luk Ba tum ap id a Bin angg
a M
ara
na
Binangg
a Enu
Binangga M
aoti Bina ngga Enu Kio K uala
Tibo
Bin angg a s alo ya S E L A T M A K A S S A R
Binang ga M
asai ngi
Binangga Toaya
Binangga Boi
Teluk Uwer
one
Binangga Tompana
Kuala Tibo
Bina ngga
Mas aingi
Bina ngga Uwe tea Bin angg a S arom bo
Binan gga
Lero
Binangga Kali koa
Binangga N
uma
Binang
ga K
aili
10 20 25 30 40 50 60 70 75 80 90 100125150250275300370
Tahanan jenis sedang-tinggi ( batuan beku ) Tahanan jenis rendah-sedang
( batuan sedimen )
Gambar GF-19 A D C B E F
PETA TAHANAN JENIS SEMU ( AB/2=1000 m) DAERAH PANAS BUMI MARANA
DESA MASAINGI KEC. SINDUE KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH
KETERANGAN
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500 Titik Pengamatan /pengambilan data
A B
. . Garis Penampang
Manifestasi air panas
0 1000 2000 3000 4000
Gambar 2-4: Peta Sama Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 m, Daerah Panas bumi Marana
(6)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 37-9 C.250
C.500 C.1000
C.1500C.1600C.1800 C.2000 C.2500
C.3000 C.3500
C.4000
D.0 D.500
D.1000 D.1550
D.2000 D.2500
D.3000 D.3500
D.4000 D.4950
D.5500 D.6000
D.6500 D.7000
E.0 E.600
E.1000 E.1500
E.1900E.2000E.2100 E.2500
E.3000 E.3500
E.4000 E.4500
E.5000 E.5500
E.6000 E.6500
E.7000
F.0 F.500
F.1000 F.1500
F.1850 F.2500
F.3000 F.3450
F.4000 F.4500
F.5000 F.5550
F.6000
G.0 G.500
G.1050 G.1500
G.2000 G.2450
G.3000 G.3500
G.4000 G.4450
G.5000 G.5500
G.6000 G.6500
R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9
M.1 M.2 M.3M.4
M.5 M.6M.7
500 750
750
250
250
250 250 250
250
250 250
500
500
500
500 750 250
250
250
808000 810000 812000 814000 816000 818000 820000 822000
9928000 9930000 9932000 9934000 9936000 9938000 9940000 9942000 9944000
Marana Enu
Karumba
Maoti
Tobou
Umala Tibo
Saloya Tanjungkuning
Tobesule
Jono
Kadiaya Toaya
Masaingi
Rangaranga Bamba
Bunta
Labuan Dalaka Bonda
Pompoya Lero Toambe
Nolayan
Salumbone Kamboji
Ape Maliko
Taripa
Sumari
Pumbasa
Simou
Sisera Wetea
Karama
Kungguma Lumbubaka
Mapane
Te lu k Ba tum ap ida
Bin
angga Ma
ran a
Binan
gga E
nu
Binang
ga Maoti
Bina
ngga
Enu K
io K
uala
T ibo
Bin
angg
a s alo
ya
S E L A T M A K A S S A R
Binang ga M
asai ngi
Binangga Toaya
Binangga Boi
Teluk Uwer
one
Binangga Tompana
Kuala Tib o
Bina ngga
Mas aingi
Bina
ngga
Uwe
tea
B inangg
a S
arom
bo
Binan gga
Lero
Binangga Kalikoa
Binangga N
uma
Binang
ga K
aili
0 25 50 75 100 150 200 250 300 350
KETERANGAN
Kota Kecamatan
Jalan raya beraspal
Sungai dan anak sungai
Kontur selang 50 meter
G1500
Titik Pengamatan /pengambilan data
Manifestasi air panas
0 1000 2000 3000 4000
Gambar GK-9 PETA SEBARAN ANOMALI HG DALAM TANAH
DAERAH PANAS BUMI MARANA DESA MASAINGI KEC. SINDUE
KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH