Vol.13 No.2 April 2012

ISSN: 1412-968X
Volume 13, Nomor 2, April 2012

JouRNAl oF

Economic
management
& Business
Ekonomi Islam Sebagai Sumber Etika dalam Transformasi Sistem Ekonomi
A. Hadi Ariin

123

Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural di Kalangan Dosen
Amru Usman

145

Peranan Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan di Kota Lhokseumawe
Damanhur Dan Mauliza


157

Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Harry Hasan Masyrafah Dan Wahyuddin

167

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam
Berwirausaha di Kawasan Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe
Ikramuddin
187
Analisis Kinerja Pegawai Sebelum dan Setelah Pemotongan Tunjangan
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada BAPPEDA Kota Lhokseumawe
Khairawati, Rahmaniar dan Safrizal

199

Analisis Pengaruh Manfaat Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop
di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Khairina Ar

209
Analisis Perbandingan Pasar Dana Antara Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Aceh
Muhammad Nasir

225

Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi pada Industri Skala Kecil Menengah
Nur Faliza
243
Pengaruh Rasio Analisis Fundamental Terhadap Return Saham:
Perbedaan Pengaruh Antara Saham Syariah dan Non Syariah
Dedy Oktri Hadi Saputra dan Rini Indriani

FAkultAS EkoNomI
universitas malikussaleh

253

E-MABIS


JOURNAL OF
Economic
Management
& Business

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

ISSN : 1412 – 968X

Diterbitkan Oleh :
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Dewan Penasehat/Advisory Board
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Ketua Penyunting/ Chief Editor
Wahyuddin (Chief)
Pengelola Penyunting/Managing Editor
Khairil Anwar (Chief)
Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni,

Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri
Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/
Editorial Advisory and Review Board
Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal),
Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),
Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK),
Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),
Jeliteng Pribadi, MA (USK),
Sirkulasi & Secretary :
Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail

Kantor Penyunting/Editorial Ofice
Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941
E-mail : emabis@fe-unimal.org - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis
Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan
Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000
Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe,
Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi,
Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan
Jurnal E-Mabis terbit 3 kali setahun pada bulan Januari, Mei, dan Oktober.

ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 3 kali setahun mulai Edisi Vol.6 Nomor : 1, Januari 2005

Daftar Isi
Ekonomi Islam Sebagai Sumber Etika dalam Transformasi Sistem Ekonomi
A. Hadi Ariin

123

Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural di Kalangan Dosen
Amru Usman

145

Peranan Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan di Kota Lhokseumawe
Damanhur Dan Mauliza

157

Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Harry Hasan Masyrafah Dan Wahyuddin


167

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam
Berwirausaha di Kawasan Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe
Ikramuddin

187

Analisis Kinerja Pegawai Sebelum dan Setelah Pemotongan Tunjangan
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada BAPPEDA Kota Lhokseumawe
Khairawati, Rahmaniar dan Safrizal

199

Analisis Pengaruh Manfaat Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop
di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Khairina Ar

209


Analisis Perbandingan Pasar Dana Antara Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Aceh
Muhammad Nasir

225

Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi pada Industri Skala Kecil Menengah
Nur Faliza
243
Pengaruh Rasio Analisis Fundamental Terhadap Return Saham:
Perbedaan Pengaruh Antara Saham Syariah dan Non Syariah
Dedy Oktri Hadi Saputra dan Rini Indriani

253

Journal
Of Economic
Management
& Business - Volume

13, Nomor 2, April 2012
Journal
of Economic
managEmEnt
& BusinEss
Volume 13, Nomor 2, April 2012
ISSN: 2301-4717
Hal. 123-143

Ekonomi islam sEBagai sumBEr Etika
dalam transformasi sistEm Ekonomi

a. hadi arifin
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

An economic miracle will be born and was transformed into an economy justice,
if we are able and willing to transform the economic system of spiritualistic ethical,
which does not make money as a commodity and a store of wealth, the central
bank is the only instrument for monetary control, fair prices, equitable distribution,
consumption and production of halal. Spiritualistic ethics recommends for each

person in the transaction to always seek the pleasure of the Allah, not value free,
should not be prioritized over the maintenance of economic interests and values
are taught the virtue of religion, respect for humanity, the creation of distributive
justice, and possession of property which is not without limits. Economic ethics
should be able to keep and maintain the religion, soul, mind, offspring, property
and honor. We must move from economic man to islamic man. Function of money
as riba, and selling as a commodity money in cash and credit, and money has been
declared as the economic heart, is in violation of ethics has ruined the economy and
world economic order, unrest and poverty in various parts of the world. Special
Aceh, in need of transformation processes of economic ethics of Islam which is based
on cultural values and religious ethics by staying true to the typical spiritualistic
Aceh which has since proved successful hereditary raise the dignity of the Acehnese
people both at national and international level.
Keywords: economic ethic, typical spiritualistic aceh, transformation, riba

123

A. HAdI ArIFIN

124


latar BElakang
Sejak kemunculannya pertama kali di
muka bumi, manusia telah dihadapkan pada
persoalan bagaimana caranya memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Bermula dari
manusia bekerja sebagai individu seorang
diri, lalu bekerjasama sebagai anggota
kelompok manusia yang makin lama makin
berkembang jumlahnya.
Waktu pun beredar, dan peradaban
manusia pun mengalami kemajuan yang
pesat. Lalu manusia mesti bekerja keras,
bersaing, dan bahkan bertikai, untuk alasan
klasik yang tak pernah usang, yakni untuk
memenuhi dan mempertahankan kehidupan
ekonominya.
Kegiatan ekonomi merupakan aktivitas
yang amat fundamental sejak keberadaan
hidup manusia di muka bumi ini, meskipun

kemudian setelah bermilyar tahun manusia
dapat
menjelaskannya
dalam
suatu
peradaban pemikiran ekonomi menurut
yang mereka fahami. Sebagaimana hukum
gravitasi bumi telah berlaku sejak bumi
ini diciptakan Allah, meskipun setelah
bermilyar tahun kemudian Newton dapat
menemukannya.
Persoalan ekonomi adalah suatu
fenomena kehidupan manusia yang bersifat
universal, tetapi memiliki prinsip dan
etika tersendiri sesuai pemikiran mereka
masing masing. Benih untuk lahirnya
sebuah pemikiran ekonomi sesungguhnya
telah tersebar dan tercecer dimana-mana,
mengikuti peradaban dan penyebaran
hidup manusia. Lingkungan kondusif bagi
kelahiran “bayi ekonomi ”, yang kini telah
tumbuh dan menyebar di dunia adalah
berasal dari peradaban Islam, peradaban
kapitalisme, dan peradaban sosialisme.
di dalam peradaban kapitalisme,
benih pemikiran ekonomi memperoleh
tempat yang subur untuk berkembang
oleh serangkaian proses pemikiran, dan
penulisan buku ilmiah dari pemikir-pemikir
ekonominya. Adam Smith adalah salah
seorang pemikir terkemuka yang telah

membidani kelahiran pemikiran ekonomi
kapitalisme, dengan tulisannya monumental
pada tahun 1776 M. dasar analisanya
semata-mata objektif. Smith tidak percaya
pada dorongan subjektif yang ikhlas yang
mendasari tindakan ekonomi seseorang,
ketika ia menulis: ”Bukan berkat kemurahan
hati tukang daging, tukang pembuat bir atau
tukang roti kita dapat makan siang, akan tetapi
karena mereka memperhatikan kepentingan
pribadi mereka. Kita berbicara bukan kepada rasa
kemanusiaan mereka, melainkan kepada cinta
mereka kepada diri mereka sendiri, dan janganlah
sekali-kali berbicara tentang keperluan-keperluan
kita, melainkan tentang keuntungan-keuntungan
mereka”.
Ternyata teori Smith-lah yang sampai kini
mendasari perkembangan ekonomi liberal
yang melahirkan ekonomi kapitalisme,
dan telah mulai berjangkit sejak revolusi
industri, serta makin berkembang dengan
adanya penemuan Smith pada suatu masa
dalam sejarahnya. Setelah kapitalisme
merajalela dimana-mana dalam kebebasan
nilai, maka telah menimbulkan penderitaan
dan kesengsaraan pada masyarakat.
Adalah Karl Marx, si bidan yang
di”nabi”kan oleh pengikutnya, yang
melahirkan ”pemikiran ekonomi sosialisme”,
dengan membangun teori ”scientiic socialism”
berdasarkan azas ”materialisme historis”
dan ”dialektik materialisme” dan pada masamasa selanjutnya, menulis dan mengkritik
kapitalisme, mengupas dan kemudian
meramalkan keruntuhan sistem tersebut
dalam bukunya ”Das Kapital”. Kapitalisme
memang tidak segera mati seperti diramalkan
oleh Marx, tetapi pemikiran Marx sendiri
tentang ekonomi sosialisme memunculkan
kekuatan baru yang tidak kalah besarnya.
dewasa ini pertarungan masih dengan
sengit terjadi antara kedua paham tersebut
dalam skala dan gelanggang yang tidak
tanggung-tanggung luasnya.
Baik Adam Smith maupun Karl Marx,
sesungguhnya tidak lagi diikuti secara
murni ajaran-ajarannya. Tetapi dalam
berbagai ranting dan cabang pemikiran

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

yang diturunkan dari padanya masih dapat
ditemui dasar-dasar ajaran kedua tokoh
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
di dalam peradaban Islam, Al Qur’an,
adalah sumber utama bagi
melahirkan
pemikiran ekonomi Islam, di mulai sejak
masa kepemimpinan rasulullah Muhammad
Sallallahualaihi Wassallam. Persoalan utama
yang di kaji dan di aplikasi adalah mengenai
pemenuhan kebutuhan pokok, keadilan,
eisiensi, dan pertumbuhan serta kebebasan
beretika. Kontribusi utama tasawuf pada
saat itu adalah mendorong kemitraan yang
saling menuntungkan, tidak rakus dalam
memanfaatkan kesempatan yang di berikan
Allah Subhanahuwata’ala, dan secara tetap
menolak penempatan tuntutan kekayaan
dunia yang terlalu tinggi.
Berdasarkan Al-qur’an dan Al-hadist
mereka juga mengkaji konsep maslahah dan
mafsadah, yang pembahasannya amat tertuju
pada al-falah (kesuksesan) dalam arti yang
amat luas. Pendekatan para fuqaha selalu
global dan rasional, serta menerapkan
methodologi analisis ekonomi positif dan
normatif untuk menyatakan mengenai
perilaku adil, merata, dan keseimbangan
dalam
segala
aspek
perekonomian
masyarakat. Pemikiran ekonomi Islam
tersebut, telah mendapatkan perhatian
khusus dari cendikiawan muslim lain
dan non muslim, termasuk Schumputer
yang mengkaji mengenai pemikiran Ibn
Khaldun.
Pola kehidupan ekonomi yang berlaku
sekarang adalah wujud dari sistem ekonomi
kapitalisme. Akibatnya, telah makin deras
merembes kepada bidang kehidupan
lain.dewasa ini semakin banyak kita
menyaksikan bergeser dan berpadunya
nilai kehidupan bangsa kita, yang ramah
dan jujur. Bertukar dan bertambah dengan
nilai kehidupan baru yang asing, dan
dalam beberapa hal sesungguhnya banyak
bertentangan dengan nilai pola kehidupan
ekonomi Islam. Akhirnya muncullah
budaya permissive, gaya hidup hedonistik,
kemiskinan ditengah kemakmuran yang

125

bertentangan dengan nilai etika agama.
Selanjutnya, kitapun telah menyaksikan
berjangkitnya nilai individualisme, materialisme, dan konsumerisme yang banyak dibawa
dan timbul dari proses interaksi dengan pola
kehidupan baru dan asing. Memang harus di
akui bahwa sistem ekonomilah yang makin
efektif dan dominan mempengaruhi sistem
kehidupan masyarakat. Seolah-olah faktor
ekonomilah yang membentuk karakter
manusia, pada hal sebenarnya manusialah
yang seharusnya mengendalikan tingkah
laku ekonomi berdasarkan etika kehidupan
yang mereka anut.
Sebagai akibat dari fenomena ekonomi
dunia yang didominasi oleh aliran ekonomi
kapitalisme sampai saat ini, ternyata
telah gagal menyelesaikan permasalahan
masyarakat, bahkan menambah masalah
baru bagi ekonomi dunia. Krisis keuangan
global saat ini menunjukkan kegagalan
sistem ekonomi dunia dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Kalau kita melihat
lintas sejarah manusia sepanjang abad 20
telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang
melanda banyak negara. Hal ini menunjukkan
krisis kerap terjadi hampir setiap 5 tahun
sekali, yang mengakibatkan penderitaan
bagi ratusan juta umat manusia.
Menurut Muhammad Taqi Usmani
volume transaksi yang terjadi di pasar uang
(currency speculation and derivative market)
dunia berjumlah US$ 1,2 trillion dalam satu
hari, sedangkan volume transaksi pada
perdagangan dunia di sektor riil hanya US$ 6
trillion untuk setahun. rasionya sebesar 500
: 6, Jadi sekitar 1 % dari transaksi pasar uang.
Lebih parah lagi, hanya 45% dari transaksi
di pasar dalam bentuk spot, selebihnya
sebesar 54% dalam bentuk forward, futures
dan options trading.
Ini menunjukkan bahwa ekonomi
kapitalisme tidak mempunyai perangkat
kebijakan yang tegas dan terlalu mendewakan
modal dan memberikan penghargaan yang
berlebihan terhadap modal yang direleksikan
dalam bentuk bunga. Suku bunga dinyatakan
sebagai jantung perkonomian

A. HAdI ArIFIN

126

Kesemua ini merupakan ulah perbuatan
manusia yang telah meninggalkan etika
ekonomi dalam berbagai aspek kehidupan.
Sehingga Francis Fukuyama menyatakan
dunia saat ini telah mengalami kegoncangan
yang sangat luar biasa ditengah-tengah
masyarakat, yang mengakibatkan terjadinya
gangguan serius terhadap etika dan sosial
yang dianut oleh masyarakat, sehingga
diperlukan kondisi yang mengkaji implikasi
etika dan sosial dalam masyarakat.
Pemikiran ekonomi Islam yang telah
diakui kekekalannya ini oleh pemikir
ekonomi di seluruh dunia, bukanlah pula
akan menjadi tongkat ajaib yang dapat
mengubah permasalahan dalam seketika. dan
tidaklah pula jurus jitu untuk menghindari
keterpurukan ekonomi yang sudah terjadi,
namun dengan kita menerapkan ekonomi
Islam, kita juga tidak akan sampai menjual
baju yang sedang kita pakai. diperlukan
suatu transformasi sistem ekonomi yang
sesuai etika dasar manusia yang hanif, dalam
upaya keluar dari keterpurukan ekonomi
saat ini.
Mengingat kebutuhan dunia untuk
mengatasi krisis ekonomi global, maka
penulis perlu mengkaji ekonomi islam
sebagai sumber etika transformasi sistem
ekonomi, berdasar pemikiran ekonomi Islam
yang sudah lama terlupakan, semenjak
jatuhnya khilafah Usmaniyah.
sistEm Ekonomi islam
Prinsip utama ilsafat ekonomi Islam
ialah terdapat pada makna kalimat tauhid,
yakni kalimat syahadat. Karena kehidupan
manusia di muka bumi merupakan ujian
dan semua perbekalan yang tersedia bagi
manusia adalah amanah, maka ia harus
mempertanggung-jawabkannya dihadapan
Allah dan keberhasilan hidup ukhrawinya
tergantung pada amaliahnya dalam
kehidupan di muka bumi.
Karena setiap orang mendapatkan
kesempatan yang sama berhubungan
dengan Tuhan dan alam semesta, lalu

hubungan tertentu antar manusia dengan
manusia pun ditetapkan. Hubungan tersebut
berupa mu’min akhul mu’min (hubungan
persaudaraan) dan musaawah (persamaan)
. ”Tauhid adalah ibarat mata uang dengan
dua muka; yang pertama menggambarkan
Allah sebagai Khaliq (pencipta) dan pada sisi
lainnya semua manusia adalah sama atau
setiap orang adalah saudara bagi yang lain”.
(Q.S 7:35)
Al Qur’an secara qath’i (pasti) menyatakan
bahwa kehidupan yang ideal antara
lain adalah kehidupan yang seimbang
secara material dan spiritual (Q.S. 6:112),
dimana hidup kifayah(kecukupan) dan amn
(damai) mendapat dukungan yang amat
luas dan dalam, serta diridhai oleh Allah
Subhanahuwata’ala.
Dari ilsafat di atas, membuka perspektif
yang amat sempurna bagi kegiatan ekonomi.
Tiada larangan apa pun untuk menjalankan
usaha ekonomi. Manusia dianjurkan
memanfaatkan kesempatan luas untuk
berproduksi, sesuai dengan nikmat Allah
yang hampir tidak terbatas. Sebagaimana
irmanNya: ”Dan jika kamu hitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tidak bisa
menghitungnya” (Q.S. 14:34). Kenikmatan
dari kemajuan pertanian, perdagangan,
perniagaan, industri dan berbagai bentuk
kegiatan produktif yang sudah dikenal pada
awal sejarah Islam merupakan anugerah
Ilahi.
Banyak
pemikir
ekonomi
Islam
membahas tujuan usaha ekonomi yang
sempurna secara terperinci. Tujuan ini bisa
bersifat pribadi atau sosial masyarakat.
Tujuan pribadi yang diperbolehkan,
termasuk antara lain pemenuhan kebutuhan
pribadi dan keluarga. Menabung untuk
jaminan hari tua dan hasrat untuk bisa
meninggalkan warisan bagi keturunan
diakui pula sebagai tujuan usaha produktif
yang dibenarkan. Kebutuhan minimal
untuk mempertahankan kehidupan pada
dasarnya adalah kewajiban. Sementara
tidak ada batas maximum ditetapkan dalam
batas jumlah. Kesederhanaan dalam usaha

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

pemenuhan kebutuhan ini lebih diutamakan.
Sedangkan keserakahan, bakhil (kikir) dan
keinginan yang berlebihan untuk mencapai
kesenangan dan kemewahan adalah tercela.
Kesederhanaan pada umumnya diartikan
dalam kaitannya dengan konsep negatif
mengenai keborosan (israf) dan pengeluaran
barang dan jasa yang dilarang oleh Islam
(tabdzir). Pemuasan hati dengan kehidupan
mewah dan hasrat untuk berbangga-bangga
dicela. Islam tidak dapat membenarkan
pamer kemewahan dari golongan elite yang
bergelimang kemewahan.
Pemikir ekonomi islam lain mengenai
kegiatan ekonomi memberi arti yang sangat
penting untuk tujuan sosial. Pemberantasan
kelaparan dan kemelaratan, penyakit dan
buta huruf serta pengerahan dana untuk
memperkuat negara Islam dan penyebaran
agama Allah (da’wah) dinyatakan sebagai
tujuan terpuji dari kegiatan ekonomi
perorangan. Seseorang yang terlibat dalam
kegiatan produktif untuk tujuan-tujuan
tersebut di atas, dianggap sebagai memenuhi
kehendak Allah dan dijanjikan balasan yang
setimpal di dunia dan di akhirat.
Tujuan kegiatan ekonomi ialahuntuk
menjadikan masyarakat Islam secara
ekonomis kuat, sehingga ia dapat dikembangkan dan mampu bersaing dengan baik
dan berhasil sesuai dengan sistem ekonomi
lainnya di seluruh dunia. disebutkan bahwa
hubungan yang sifatnya tidak terbatas dari
tujuan sosial dalam kegiatan ekonomi,
bertentangan dengan sifat keterbatasan
dari tujuan-tujuan perorangan. Kegiatan
ekonomi yang demikian, diberikan ruang
gerak yang tidak terbatas dan sangat
digalakkan. Ekonomi Islam telah mengatur
bagaimana mengolah sumber daya yang ada,
mekanisme pendistirbusian harta kekayaan
dan pola konsumsi para konsumen.
Islam adalah suatu sistem kehidupan
yang sangat universal, komprehensif dan
integral, yang tidak hanya sebagai sekedar
agama. Islam adalah agama dan dunia,
ibadah dan mua’malah, aqidah dan syari’ah,
kebudayaan dan peradaban, agama dan

127

negara. Mengkaji ekonomi dari sudut Islam,
kita akan diajak mereleksikan diri kepada
para ahli iqh dan ahli ushul-iqh yang telah
menjadikan “agama” sebagai salah satu dari
lima hal yang sifatnya dlaruri (tidak boleh
tidak, harus ada) diharuskan untuk menjaga
dan memeliharanya, yaitu: agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. dan ditambah satu
lagi, kehormatan. Salah satu ibadah Islam
yang pokok (mua’malat) pada kenyataannya
merupakan bagian sistem keuangan dan
ekonomi Islam, itulah ibadah zakat, yang
oleh Allah dikaitkan dengan ibadah shalat
pada dua puluh delapan ayat al-Qur’an.
dan inilah rukun Islam yang ketiga dan
dibangun secara sistematik dan agung
dalam rangka menuju ekonomi masyarakat
yang adil, merata dan makmur.
Mannan mendeinisikan ekonomi Islam
sebagai upaya untuk mengoptimalkan
nilai Islam dalam kehidupan ekonomi
rakyat. Jadi, Ekonomi Islam merupakan
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah ekonomi rakyat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam itu sendiri. Sedangkan
menurut Metwally, lebih menekan pada
usaha mempelajari masalah rakyat Islam
dalam memenuhi kebutuhannya, dimana
disebutkan bahwa: “Ekonomi Islam adalah
ilmu yang mempelajari perilaku Muslim
(yang beriman) dalam suatu masyarakat
Islam yang mengikuti al-Quran dan
Hadits”.
Memang banyak sumbangsih pemikiran
terhadap deinisi ekonomi Islam itu, tapi
umumnya tidak lepas dari aturan atau
syari’at Islam itu sendiri. Jadi, hakekat
ekonomi Islam itu sendiri merupakan
pengetahuan yang dihasilkan dari sebuah
upaya manusia keluar dari persoalan
ekonomi dengan kebenaran al-Qur’an dan
Hadits.
di dalam Al-Qur’an juga disebutkan
persoalan ekonomi Islam diidentikan
dengan Wasathan, yang artinya “ummat
yang pertengahan”. Atau pun bisa diartikan
menggunakan rizki yang ada di sekitar kita
dengan cara berhemat agar kita menjadi

128

manusia yang baik dan tidak merusak nikmat
apa pun yang diberikan Nya. dari sini bisa
dinyatakan bahwa Ekonomi Islam dapat
disebut juga dalam terminologi “ekonomi
illahiyah” atau, “ekonomi syari’ah”, atau
“ekonomi Qur’an, atau hanya “ekonomi Islam”
saja, Walaupun sekarang lebih populer
dinyatakan dalam terminologi ”ekonomi
Islam”. Sedangkan sumber hukum ekonomi
Islam yang diakui oleh empat mazhab
adalah: Istihsan, Istislah, dan Istishab.
Beberapa pemikir ekonomi Islam
yang amat terkenal pada masanya,
akan dikemukakan berikut ini, untuk
menggambarkan betapa hebatnya pola pikir,
sikap, dan etika mereka dalam hal istihsan,
istislah, dan istishab mengatur fenomena
ekonomi masyarakat.
Zaid bin Ali (80-120H./699-738M), adalah
pelopor transaksi secara kredit dimana harga
kredit lebih lebih tinggi dari harga tunai,
yang dilandasi prinsip saling ridha kedua
belah pihak. Sedangkan Abu Hanifah (80150H/699-767M). Ia menggagas keabsahan
dan kesahihan hukum kontrak jual beli
dengan apa yang dikenal dewasa ini dengan
bay’ al-salam dan al-murabahah, asalkan
jelas di dalam akad tentang komoditi,
mutu, kuantitas, waktu dan tempatnya.
Selanjutnya Al-Awza’i (88-157H./707-774M.),
Ia adalah penggagas orisinal dalam ilmu
ekonomi syariah, tentang kebolehan dan
kesahihan sistem muzara’ah sebagai bagian
dari bentuk murabahah dan membolehkan
peminjaman modal, baik dalam bentuk
tunai atau sejenis.
Imam Malik Bin Anas (93-179H./712796M.) Ia pun memiliki pemikiran orisinal
dalam pemikiran ekonomi, seperti Teori
istislah yang diperkenalkannya mengandung
analisis nilai kegunaan atau teori utility
dalam ilsafat Barat yang di kemudian hari
diperkenalkan oleh Jeremy Benthan dan
John Stuart Mill. Kemudian, Abu Yusuf (112182H./731-798H.)Ia dikenal atas perhatianya
terhadap keuangan umum serta perhatianya
pada peran negara, pekerjaan umum, dan
perkembangan pertanian. Ia juga adalah

A. HAdI ArIFIN

peletak dasar prinsip-prinsip perpajakan
yang dikemudian hari “diambil” oleh para
ahli ekonomi sebagai canons of taxation.
Sedangkan pemikiran kontroversialnya
ada pada pandanganya yang menentang
pengendalian harga atau tas’ir, yakni
penetapan harga oleh penguasa. Selain
itu Abu Yusuf juga mempertegaskan
mengenai peran dan tanggung jawab
negara dalam mewujudkan fasilitas publik
seperti irigasi dan jalan raya. Sehingga
pemerintah dapat memaksimalkan sektor
pertanian. Sementara Abu ‘Ubayd al-Qasim
bin Sallam (157-224H/774-738M),menjelaskan
pembahasan ekonomi syariah tentang hak
pemerintah atas rakyatnya dan hak rakyat atas
pemerintahnya. Ilmu ekonomi syariah adalah
bagian tak terpisahkan dari ilmu hukum
ketatanegaraan.
Selanjutnya al-Mawardi (450H.), menyatakan bahwa institusi negara dan pemerintahan
untuk mensejahterakan (al-falah) rakyatnya,
baik secara spiritual (ibadah), ekonomi,
politik dan hak-hak individual (privat:
hak Adami) secara berimbang dengan hak
Allah atau hak publik. Abu Hamid al-Ghazali
(1059-1111 H) ,Tokoh yang lebih dikenal
sebagai sui dan ilosof serta pengkritik
ilsafat terkemuka ini melihat bahwa uang
bukanlah komoditi, melainkan alat tukar.
Sementara, Nasirudin Tusi (1201-1274 H),
telah membahas mengenai pembelanjaan
rumah tangga dan pemerintah, Serta
berbagai bentuk kontrak sosial.
Ibnu
Taymiyyah
(1262-1328
H)
menegaskan tentang tugas, fungsi dan
peran pemerintah sebagai pelaksana
amanat untuk kesejahteraan rakyat, serta
menekankan adanya intervensi pemerintah
dalam mekanisme pasar; pengawasan
pasar; hingga akuntansi yang erat kaitanya
dengan sistem dan prinsip zakat, pajak, dan
jizyah. Pendapat Ibnu Taymiyyah ini sangat
bertolak belakang dengan Adam Smith yang
menganggap persoalan ekonomi bebas dari
intervensi pemerintah.
Ibn Khaldun (1332-1406 H), Cendekiawan
yang lebih dikenal sebagai Bapak “ilmu

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

sosial”, Ia menjelaskan hubungan antara ilmu
ekonomi dengan kesejahteraan manusia.
Referensi ilosoisnya merujuk kepada
“ketentuan akal dan etika” dimana ilmu
ekonomi adalah pengetahuan normatif dan
sekaligus positif. Ia pun mengetengahkan
gagasan ilmu ekonomi yang mendasar,
yakni; pentingnya pembagian kerja,
pengakuan terhadap sumbangan kerja
terhadap teori nilai, teori mengenai
pertumbuhan penduduk, pembentukan
modal, lintas perdagangan, sistim harga
dsb. Pemikiran Ibnu Khaldun mendahului
Adam Smith, ricardo, Malthus dan penulis
neo klasik sekaliber Keynes.
Kebangkitan Islam pada masa ini
tidaklah semata-mata bersifat kegiatan
politik. la lebih merupakan lambang dari
perubahan mendasar dari dunia Islam masa
kini: suatu usaha untuk melepaskan diri
dari ikatan-ikatan budaya dasar peradaban
Barat, yang secara paksa dicangkokkan
pada masyarakat Islam, tanpa belas kasih
mengabaikan aspirasi ideologi mereka
serta tradisi sejarahnya, dan suatu usaha
untuk menemukan kembali Islam sebagai
dasar dari suatu sistem sosial yang baru,
kebudayaan dan peradaban masa depan
mereka.
Ini adalah proses kreatif walaupun penuh
tantangan dan meliputi hampir seluruh segi
kehidupan mereka di bidang intelektual,
sosial, politik, ekonomi, pendidikan,
kebudayaan dan internasional. Mereka
terlibat dalam mawas diri yang seksama,
suatu pengkajian kembali dari perkembangan
kebudayaan selama dominasi Barat dan
pengaruh lanjutannya, serta perumusan
suatu strategi baru untuk perkembangan
yang bebas dengan menimba inspirasi
dari cita-cita dan tata nilai Islam mengenai
Ummah.Ini merupakan usaha berdimensi
banyak dan masih pada tahap pembentukan.
Kebangkitan Islam merupakan suatu
kenyataan yang telah selesai, hanya dalam
pengertian bahwa ia merupakan awal dari
suatu proses. dalam keadaan demikian dia
hanyalah permulaan menuju masa depan

129

yang penuh tantangan. diantara penyebab
timbulnya semangat kajian terhadap
ekonomi islam, karena terjadi berbagai krisis
ekonomi yang melanda dunia, sehingga
semangat untuk mengaktualisasi ekonomi
islam lebih berkembang pesat, agar tujuan
dasar ekonomi islam dalam menegakkan
keadilan dapat tercapai.
Etika Ekonomi islam
Salah satu fenomena yang paling penting
dalam moral adalah fenomena pembenaran
nilai-nilai etika. Ciri-ciri etika islam adalah
bersifat itri, berdasarkan pada keadilan,
menghasilkan kebahagiaan bagi manusia,
dan bersifat rasional sebagai alat mencapai
kebenaran hakiki. Terminologi yang paling
dekat dengan etika dalam Islam adalah
akhlak jamak dari khuluq. Akhlak adalah
kebiasaan kehendak dan perbuatan yang
tidak dikehendak seperti bernafas. Apabila
seseorang
membiasakan
berkehendak
bersedekah, maka kebiasaan kehendak ini
membentuk akhlak dermawan.
Namun demikian mari sama-sama kita
melihat bagaimana Al-Quran menceritakan
mengenai etika. Ada beberapa kata yang
digunakan untuk menceritakan etika
diantaranya dengan ungkapan kata Akhlak.
Firman Allah surat al-Qalam ayat 4:
dan Sesungguhnya kamu benar-benar
memiliki akhlak yang agung.
Al-Quran juga menggunakan kata-kata
Khayr (kebaikan) untuk menggambarkan
mengenai etika ataupun akhlak. Kata-kata
khayr muncul dalam Al-Quran sebanyak
176 kali tidak termasuk kata derivatifnya,
sedangkan kata-kata Syarr (keburukan) yang
disebutkan dalam Al-Quran lebih sedikit
sebanyak 31 kali.
Selain itu Al-Quran juga menggunakan
kata Birr (kebajikan) sebagaimana irman
Allah dalam surat Ali-Imran ayat 92.
Pengertian birr hanya terbatas kepada
perbuatan yang bermanfaat kepada orang
lain sedangkan khair semua kebaikan.
Selain itu Al-Quran juga menggunakan

130

kata Qist sebagai sebagai jalan hanif untuk
menggambarkan etika sebagaimana disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 9:
dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan
yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada
yang bengkok. dan Jikalau dia menghendaki,
tentulah dia memimpin kamu semuanya
(kepada jalan yang benar).
Terdapat beberapa kata lain dalam
Al-Quran yang menggambarkan tentang
etika, kadangkala Al-Quran menyebutknya
dengan kata ‘adl (adil) (5:6, 6:125, dan
17:35), Haqq (kebenaran) (2:42, dan 86:13)
dan ma’ruf (kebaikan) (3:104). Kesemua
kata yang disebutkan dalam Al-Quran di
atas merupakan ungkapan terhadap makna
akhlak (etika) dalam Islam.
Islam bukan agama sempit yang hanya
datang untuk menyelamatkan rakyatnya
bagi kehidupan akhirat, namun Islam
merupakan cara hidup yang membina
keseluruhan tatanan kehidupan manusia
sesuai dengan prinsip yang diturunkan oleh
Allah sebagai panduan manusia. Oleh sebab
itu marilah kita menelaah kembali aktivitas
ekonomi dalam rangka kerja Islam.
konsumsi.
Konsumsi merupakan proses akhir dari
hirarki barang dan jasa, kalau produksi
indentik dengan penciptaan nilai baru maka
konsumsi menghilangkan nilai ciptaan.
dalam ekonomi Islam adanya hubungan
erat antara konsumsi dengan produksi
walau keduanya mempunyai peran masingmasing dalam aktivitas perekonomian.
Hubungan erat ini menunjukkan adanya
pemahaman dan tanggung jawab terhadap
tugas masing-masing.
dalam
ekonomi
konvensional
konsumen dipahami dengan manusia yang
mempunyai berbagai keinginan untuk
mencapai kepuasan, tetapi dalam Islam
bukan hanya mencapai kepuasan, namun
dengan mengkonsumsi barang atau jasa
akan mendapatkan keberkatan di dunia
dan akhirat.
Konsep harta dalam Islam dipahami

A. HAdI ArIFIN

sebagai amanah(QS 33:72) dan ujian (QS 8:28)
sehingga manusia lebih berhati-hati dalam
menggunakannya.
dan pada akhirnya
manusia harus mengakui keterbatasannya
dan mengikuti perintah Allah (QS 57:7).
Sehingga tidak ada satupun yang dikonsumsi
dan diproduksi oleh manusia terlepas dari
nilai etika.
Prinsip dasar konsumsi dalam Islam
terdiri dari hal, pertama Iman kepada hari
akhirat menghasilkan pola pikir manusia
lebih matang dan tajam; kedua konsep
kesuksesan (falah) karena disaat konsumen
mengkonsumsi barang dan jasa yang di
ridhai oleh Allah maka dia telah mencapai
kesuksesan, karena kesuksesan tidak dapat
diukur dengan semakin banyak barang
dan jasa yang dikonsumsi; ketiga konsep
harta sebagai amanah, sehingga harta tidak
hanya menggambarkan sebagai lambang
kejahatan dan alat mediasi untuk menuju
ke neraka, namun juga dapat menjadi alat
untuk menuju ke surga.
Mannan menjelaskan secara panjang lebar
mengenai prinsip konsumsi dalam Islam
yaitu : pertama prinsip adil yaitu dengan
mengkonsumsi barang dan jasa yang baik
dan benar (halalan tayiban); kedua Prinsip
bersih dan suci; ketiga Prinsip sederhana
(tidak Israf, wastefull) dengan menjauhi
berhutang, menjaga aset dengan baik, tidak
hidup mewah dan boros (QS 25:67, 7:31, 2:219,
25:67, 17:26, 2:273, 9:60); keempat prinsip
kemaslahatan karena menurut kaedah usul
iqh al aslu il asya’ al ibahah maa lam yarid dalilut
tahrim (segala anugerah Allah halal untuk
dimanfaatkan selama tidak ada dalil yang
mengharamkannya); kelima prinsip etika
dengan memahami batasan-batasan yang
ditetapkan oleh Allah, sebagai learning prosses
untuk menguatkan keimanan kepada Allah,
selain itu konsumen juga mengedepankan
sifat-sifat terpuji seperti bersyukur, zikir,
dan tafakkur terhadap nikmat yang telah
dianugerahkan oleh Allah.
dalam keadaan tertentu barang mewah
sebaiknya tidak di produksi, namun lebih

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

mengutamakan
memproduksi
barang
kebutuhan pokok. dalam keadaan paceklik,
salah satu cara menghindari dari tidak
mengkonsumsi barang mewah adalah
dengan meninggikan pajaknya.
Konsumen yang Islami harus bangga
dengan mengikuti ajaran Islam dan hijrah
dari pemahaman economic man ke arah
Islamic man, sehingga pada akhirnya tingkah
laku konsumen yang Islami mengantarkan
manusia kearah kehidupan yang sederhana
dan tidak mubazir. dengan mengikuti 5 skala
prioritas: pertama agama, kedua nyawa,
ketiga akal pikiran, keempat keturunan dan
kelima harta kekayaan.
Produksi
Kalau konsumsi menghilangkan nilai
suatu barang atau jasa maka produksi
kebalikannya. Sumber daya alam yang
diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan
oleh manusia (QS 2:29). dalam ajaran Islam,
manusia bertanggung jawab membuktikan
setiap ciptaan Allah bermanfaat dan tidak
ada yang sia-sia (QS 14:32-33). Hanya
dengan usaha yang diridhai Allah akan
menghasilkan manfaat dan keberkahan,
upaya tersebut disebut juga dengan
pengabdian kepada Allah.
Kahf mengatakan produksi bukan
hanya sekedar meningkatkan nilai tambah
barang, namun dengan produksi juga dapat
meningkatkan nilai tambah etika produsen
dan konsumen.
dari sudut pandang ekonomi islam,
produksi merupakan suatu upaya untuk
menjadikan suatu barang berguna dan
memberi manfaat kepada manusia. Nilai
baru yang dimiliki oleh suatu barang
dihasilkan dari sumber daya alam, manusia
hanya merubah fungsi dan manfaat barang
tersebut sehingga nilai dan manfaatnya
bertambah.
Tujuan produksi selain mendapatkan
keuntungan di dunia dan akhirat, produsen
yang
Islami
sangat
mengutamakan
memproduksi barang-barang kebutuhan
pokok. Selain itu produksi juga bertujuan

131

sebagai
menyahuti
panggilan
Allah
untuk berusaha dan bekerja, menghindari
dari pembekuan harta kekayaan dan
pinalti terhadap harta (tanah) yang tidak
dimanfaatkan. Karena dalam ekonomi Islam
apabila tanah ditelantarkan dalam jangka
waktu 3 tahun, maka hak kepemilikan
tanah tersebut beralih. Pihak pemerintah
wajib menyerahkan kepada pihak yang mau
menggarap harta tanah tersebut.
Setiap produsen bertanggung jawab
dalam memproduksi barang kebutuhan
umat Islam secara sederhana, barang
kebutuhan keluarga, dan kebutuhan dimasa
yang akan datang, yang semuanya itu bagian
dari fardu kifayah.
distribusi
dalam ekonomi konvensional seorang
pekerja akan mendapatkan upah, seorang
pengusaha akan mendapatkan keuntungan
bahkan lebih tragisnya seseorang bisa saja
mendapatkan bunga tanpa harus bekerja.
Namun Islam mempunyai mekanisme
pendistribusian harta kekayaan tersendiri.
Baik dengan cara hubungan darah ataupun
tidak, seperti warisan, hibah, waqaf, sedekah,
zakat, kafarat, dan jizyah, yang setidaknya
terdapat 12 mekanisme pendistribusian
harta kekayaan dalam Islam.
Zakat adalah salah satu
instrumen
distribusi harta kekayaan dalam Islam. Zakat
bukan hanya sekedar kewajiban individu,
namun merupakan kewajiban sosial yang
harus dijalankan oleh umat Islam. Zakat
mempunyai makna tumbuh, berkembang
dan suci, yang terdiri dari zakat perusahaan
dan zakat individu.
Begitu juga dengan waqaf, kemampuan
mendistribusikan harta kekayaan sangat luar
biasa, jika umat Islam mampu mengelola
dengan baik dan benar, seperti pemanfaatan
pada sektor pendidikan, kesehatan, dengan
mekanisme waqaf tunai.
Kharaj atau sewa telah diperkenalkan
pada masa awal Islam oleh Umar bin Khattab
dengan memberlakukan sistem kharaj atas
tanah pertanian yang dikuasai oleh umat

132

Islam dari hasil peperangan. Sebelumnya
harta rampasan perang semuanya dibagi
untuk pejuang dijalan Allah, namun setelah
Umar melihat prospek perekonomian negara
Islam, maka umar memutuskan untuk tidak
membagi harta rampasan perang tersebut,
tetapi dikelola oleh negara.
Terkait dengan distribusi, ihtikar
(monopoli) merupakan upaya penimbunan
terhadap segala hal, dan monopoli ini
merupakan hal yang sangat dilarang apalagi
penimbunan terhadap barang kebutuhan
pokok.dari segi bahasa ihtikar bermakna
mengumpulkan,
memendamkan
dan
zhalim. Menurut istilah, Ihtikar merupakan
penguasaan terhadap bahan kebutuhan
orang ramai, kemudian disimpan hingga
persediaanya kurang dalam pasar dan
menyebabkan
kenaikan
harga
serta
menyusahkan orang banyak.
Fuqaha
Hanaiyah
mendeinisikan
monopoli dengan penimbunan makanan
sehingga menyebabkan naiknya harga, Abu
Yusuf berpendapat setiap perbuatan yang
dapat menyusahkan orang ramai apabila
dipendamkan maka ia dikatakan sebagai
monopoli walaupun emas atau pakaian.
Adapun menurut pendapat Malikiyah
monopoli adalah segala aktiitas yang terjadi
di pasar yang menyebabkan kesusahan
orang ramai baik dalam bentuk makanan,
minyak dan kapas. Sementara menurut
Syai’iyah dan Hanabilah monopoli adalah
seseorang yang membeli makanan untuk
disimpan sehingga harganya naik.
dari uraian di atas dapat disimpulkan
tidak ada satu kegiatanpun yang dilakukan
oleh manusia terlepas dari nilai etika
walaupun dia bebas dari segi ekonomi, hal
ini diintepretasikan untuk mengingat Allah
disaat mendistribusi, mengkonsumsi, dan
memproduksi barang atau jasa
uang
dalam ekonomi konvensional pembahasan mengenai uang telah mengalami
tiga fase perubahan, fase pertama dikenal
dengan neo klasik, fase kedua disebut

A. HAdI ArIFIN

juga dengan fase keynes dan yang terakhir
dikenal dengan fase post keynes.
Sementara itu teori keuangan neo klasik
dan keynes lebih terfokus pada penentuan
tingkat suku bunga, dan kurang memberi
perhatian kenapa bunga dikenakan. Oleh
sebab itu terdapat kekeliruan dalam teori
ekonomi mengenai keuntungan dengan
bunga. Bunga merupakan faktor yang
menyebabkan tingginya harga, untung dan
sewa.
Uang mendapat perlakuan istimewa jika
dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Pakar ekonomi mendeinisikan uang
menurut fungsinya; pertama sebagai alat
tukar, kedua sebagai nilai pengukur, ketiga
menjadi standar bagi nilai yang tertunda
dan keempat mengenai nilai simpanan. Ahli
ekonomi berbeda pendapat mengenai sifat
uang, apakah ia termasuk dalam kekayaan
dalam sebuah negara atau menjadi utang.
Patikin, Tobin, Gurley dan Shaw, Pigou,
Metzler dan Habeler tidak memasukkan
uang lat dan keseluruhan sifatnya dalam
kekayaan negara. Sedangkan Martin, Pesek
dan Thomas Saving mengkatagorikan uang
sebagai kekayaan relevan yang merupakan
sebagian dari kekayaan bersih.
Berdasarkan
pemahaman
ekonomi
seperti telah disebutkan di atas, dapat
dikemukakan beberapa hal mengenai uang:
pertama uang mempunyai sifat rekaan,
misalnya dengan hanya memegang uang
akan mendapatkan keuntungan nyata tanpa
harus membelanjakan; Kedua tidak ada biaya
yang dikenakan karena menyimpannya;
Ketiga permintaan terhadap uang tidak
asli, karena permintaan sebenarnya kepada
barang dan jasa yang dapat diperoleh dengan
uang; Keempat uang tidak mengalami nilai
susut. Kelima uang merupakan kelaziman
sosial dari tatanan masyarakat.
Al-Quran dan Hadits menggambarkan
secara komprehensif tentang fungsi uang.
Hal ini mendorong beberapa cendikiawan
muslim memberikan perhatian khusus
mengenai uang dan perannya, diantaranya
adalah Baqir al-Sadr dan Mahmud

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

Abu Saud. Sadr dan Saud mengatakan
menjadikan uang sebagai ukuran nilai
merupakan puncak permasalahan. Sadr juga
mengatakan dengan mengaktualisasikan
pengutipan zakat dan penghapusan
bunga akan menghilangkan perasaan
untuk mendapatkan keuntungan dengan
menggunakan uang. Menurut Monzer Kahf
fungsi uang sebagai perantara adalah ukuran
nilai yang dapat memudahkan transaksi
bukan untuk menimbulkan hambatan.
Ekonomi Islam secara tegas mengatur
tentang uang sebagai alat tukar, dengan
Bank Sentral sebagai jalur resmi dalam
melakukan transaksi luar negeri serta
menyatakan bahwa krisis keuangan hanya
dapat diselesaikan dengan pengharaman
bunga, spekulasi dan monopoli.
Samuelson mengatakan bunga adalah
harga atau sewa karena menggunakan uang.
Menurut penulis permasalahan pertama
yang dihadapi jika kita menerapkan teori
ini adalah setiap sewa akan mengalami
susut nilai berbeda dengan uang tidak akan
mengalami susut nilai jika dalam keadaan
yang statis. Selain itu benda yang kita sewa
akan tetap wujud kebendaannya sampai
pada akhir masa sewa, namun berbeda
dengan uang yang akan habis di pakai
setelah diperoleh.
Bunga
Menurut teori keuangan neo klasik
dan keynes lebih terfokus pada penentuan
tingkat suku bunga, dan kurang memberi
perhatian kenapa bunga dikenakan.
Terdapat kekeliruan dalam toeri ekonomi
mengenai keuntungan dengan bunga. Bunga
merupakan faktor yang menyebabkan
tingginya harga, untung dan sewa.
dalam Islam secara tegas mengharamkan
riba dengan beberapa alasan, pertama
karena bunga merupakan zulm (penindasan)
terhadap jerih payah usaha orang lain. Kedua
menciptakan kesenjangan sosial antara
miskin dengan kaya. Ketiga menciptakan
golongan yang tidak produktif dengan
mengharapkan bayaran bunga dari harta

133

yang dikumpulkan. Menurut Hamedullah
prinsip resiko unilateral merupakan dasar
pengaharaman riba dalam Islam.
Bunga telah menciptakan ketidakseimbangan antara produksi dengan
distribusi. dimana sipeminjam modal
tidak dapat menggunakan modal pinjaman
secara keseluruhan dikarenakan dia harus
membayar bunga dari modal pinjaman.
Ketidakseimbangan ini merupakan faktor
penyebab terjadinya monopoli, stagnansi
dan imperialisme.
Bunga sebagai penghalang untuk
mewujudkan tumbuhnya investasi dan
distribusi normal. Karena dengan bunga
akan menahan aliran dana dari investasi
yang mempunyai pulangannya skala kecil.
Kenyataan ekonomi dunia saat ini masih
menganut sistem bunga sehingga sangat
layak apabila krisis ekonomi kerap terjadi
hampir setiap 5 tahun sekali. Adalah Islam
mempunyai solusi dalam mengatasi masalah
bunga dengan memberlakukan sistem zakat
dan qirad. Kedua instrumen ini merupakan
alternatif untuk mensehatkan ekonomi
sebuah negara.
sistEm Ekonomi saat ini
Kondisi ekonomi global diperkirakan
belum akan pulih pada 2009. Sejumlah
ekonom dunia, termasuk peraih Hadiah
Nobel Ekonomi Paul Krugman yang awalnya
optimistis ekonomi Amerika Serikat tak akan
sampai mengalami krisispun, mengatakan
bahwa tak menutup kemungkinan kondisi
masih akan memburuk. Hal ini terutama
dikaitkan dengan perkembangan terakhir
di negara berkembang, yang berpotensi
berkembang menjadi krisis mata uang
terbesar yang pernah ada (istilah Krugman
: the mother of all currency crisis).
di Eropa Timur, dampak krisis global
mengakibatkan resesi di sejumlah negara.
rontoknya nilai tukar akibat penarikan
dana oleh investor, yang dibarengi dengan
turunnya penerimaan ekspor dan tingginya
inlasi, memunculkan risiko kebangkrutan

134

seluruh ekonomi Eropa Timur. Kondisi di
atas hanya mengulang sejarah kegagalan
masa lalu pada tahun 1972.
Krugman dan analis valas di Morgan
Stanley, Stephen Jen, mencemaskan akan
terjadinya kejatuhan tajam (hard landing)
nilai aset-aset dan perekonomian emerging
markets dan ini berpotensi menjadi pemicu
(episentrum) krisis global baru (setelah krisis
inansial amerika serikat ) dalam beberapa
bulan mendatang. dampak krisis ini juga
akan sangat memukul negara maju dan
perekonomian global, serta negara-negara
yang bertaklid buta kepada Barat dalam
segala hal dan melakukan kesalahan yang
sama dengan melihat krisis hanya lewat
simtom.
Jika disigi lebih dalam, maka akan
didapatkan bahwa Subprime Mortgages Crisis
muncul dari sifat keserakahan manusia,
yang sudah dikenal sejak masa Yunani kuno,
terutama oleh Plato. Pemikiran ini kemudian
dianut
dan
dikembangkan
menjadi
“dalil” bagi Adam Smith untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
secara keseluruhan. dengan memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada manusia
dan membiarkan melakukan apapun yang
terbaik menurut mereka dalam memenuhi
kebutuhannya
masing-masing,
pada
akhirnya akan selaras dengan kemakmuran
masyarakat banyak. Pemerintah tidak perlu
campur tangan. Inilah yang menjadi cikal
bakal salah satu doktrin ekonomi kapitalis
Laissez Faire – Laissez Passer, yang kira-kira
berarti : biarkan semua terjadi, biarkan semua
berlalu (let do, let pass). dipercaya, tanpa
adanya intervensi atau campur tangan dari
pemerintah maka semua tindakan manusia
akan berjalan secara harmonis, otomatis dan
bersifat self-regulating
Krisis Finansial Global yang terjadi saat
ini untuk kesekian kalinya menjadi bukti
kegagalan Ekonomi Kapitalisme. Teori
dasar ekonomi kapitalisme yang diletakkan
oleh Adam Smith, hanya sebatas ilusi dan
terbukti tidak ada dalam realita ekonomi,
dimana kenyataannya intervensi pemerintah

A. HAdI ArIFIN

tetap harus ada. Bahkan tanpa ragu,
Ekonom Penerima Hadiah Nobel Ekonomi
tahun 2001, Joseph Stiglitz, menganjurkan
agar pemerintah AS segera campur tangan
dengan mengeluarkan paket stimulus
kepada dunia inansial dalam negeri AS.
Hasil Pertemuan Puncak, Pasar Moneter
dan Ekonomi dunia Pemimpin Kelompok
Government Twenty (G20) di Washington,
menetapkan lima rencana aksi berupa:
Penguatan transparansi & akuntabilitas;
Penguatan regulasi; Mendorong integritas
dalam pasar keuangan; Memperkuat
kerjasama internasional; reformasi institusi
keuangan internasional.
Berita yang paling mengagetkan adalah
kekhawatiran akan ancaman runtuhnya
perusahaan-perusahaan Bank Investasi
terbesar di pusat keuangan Wall Street di
New York AS. Lehman Brothers, salah satu
perusahaan investasi bank AS terbesar
memasukkan permohonan status bangkrut
pada tanggal 15 September 2008. Inilah
akhir nasib suatu bank besar dan tertua yang
berdiri di negara bagian Alabama tahun
1844 dan jatuh begitu saja– padahal di tahun
2007 perusahaan tersebut masih melaporkan
jumlah penjualan sebesar 57 milyar dolar
dan di bulan Maret 2008 masih sempat
dinyatakan oleh majalah Business Week
sebagai salah satu dari 50 perusahaan papan
atas di tahun 2008. Namun kini, Lehman
bernilai tidak lebih dari senilai 2 milyar
dolar saja. rentetan peristiwa ini dirangkum
oleh majalah Wall Street Journal dengan katakata,” Sistem keuangan Amerika terguncang
hingga ke pusarnya.”
Krisis keuangan global, telah ikut
mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Kasus terakhir yang telah melanda di
Indonesia adalah di-PHK-nya ribuan pekerja
dari beberapa perusahaan dan kolapsnya
salah satu institusi perbankan swasta. Belum
lagi muncul kekhawatiran akan terjadinya
PHK besar pada awal semester 2009. Bukti
real bahwa Indonesia telah terimbas resesi
dunia salah satunya terlihat dari runtuhnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, April 2012

yang merosot 58,3%. Memasuki 2008, IHSG
mencapai 2731,5, sedangkan 21 November
2008 turun hingga 1.146. Jatuhnya nilai
perdagangan di lantai bursa diikuti oleh
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat . depresiasi rupiah
mencapai 32,51%. Awal 2008, nilai rupiah
ada di posisi rp. 9.433 per dolar Amerika
Serikat yang kemudian turun secara tajam
menjadi rp 12.500 per dolar Amerika
Serikat pada 25 November 2008. Sebagai
pembanding, Singapura sudah dinyatakan
resesi saat nilai tukar mata uangnya hanya
4,86 % begitu pula dengan Jerman yang
Indeks Bursa Sahamnya turun 48,08 %.
Inggris, salah satu negara dibelahan benua
Eropa yang terimbas resesi dunia setelah
Amerika Serikat, ternyata mengalami
depresiasi mata uang yang mendekati
seperti apa yang dialami oleh rupiah, yakni
sekitar 32 %.
Sementara itu, pada tingkat lokal,
Nanggroe Aceh darussalam sebagai
provinsi yang baru saja keluar dari krisis
politik dan keamanan serta bencana alam,
memiliki permasalahan yang juga tidak
sederhana, meski semuanya adalah derivasi
dari apa yang terjadi secara nasional bahkan
internasional. Setelah berada di penghujung
tahun keempat pasca tsunami, dimana setiap
tahunnya trilyunan rupiah disediakan baik
bersumber dari dalam negeri maupun luar
negeri, tetapi sampai hari ini Aceh dengan
4.163.250 penduduknya yang tersebar
di 23 kabupaten/kota belum juga dapat
terentaskan secara ekonomi. di tengah
sekian banyak persoalan yang masih melilit
Serambi Mekah ini, serapan dana yang telah
disediakan setiap tahunnya untuk dapat
mendongkrak perekonomian masyarakat
aceh,
tergolong
rendah.
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA)
untuk tahun 2008 telah disediakan sebesar
8,5 trilyun rupiah. dengan dana sebesar itu,
Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) hanya
mampu menyerap 3 (tiga) trilyun rupiah atau
sekitar 35,29 % sedangkan 5,5 trilyun rupiah
sisanya tidak dapat dimanfaatkan. dan dari 3

135

trilyun tersebut 1,5 trilyun dihabiskan untuk
belanja tidak langsung berupa belanja rutin
pegawai dan operasi kantor. Satu setengah
trilyun sisanya digunakan untuk belanja
langsung. Artinya besaran dana yang telah
dihabiskan untuk belanja tidak langsung
sama dengan belanja langsung. dengan kata
lain, masyarakat Aceh secara umum pada
tahun 2008 hanya mendapatkan stimulus
sebesar 1,5 trilyun rupiah untuk sarana dan
prasarana pelayanan publik, pembangunan
infrastruktur serta perekonomian, dimana
nilainya sama dengan biaya yang dihabiskan
untuk operasional aparat Pemerintah Aceh.
Jelas, ini merupakan suatu pemanfaatan
dana yang belum berpihak pada masyarakat.
Kondisi tersebut dimungkinkan oleh
beberapa faktor seperti keterlambatan
pembahasan anggaran, minimnya kapasitas
aparatur pemerintah serta persoalanpersoalan tender.
Setelah masuk akhir tahun keempat
rehab-rekon, kondisi nelayan dan petani
tambak masih belum ada perubahan secara
signiikan dibandingkan sebelum bencana
tsunami. Faktor penghambatnya adalah:
karakter masyarakat yang sulit menerima
informasi dari pihak luar, tidak ada tindak
lanjut dari proyek yang telah digulirkan
ditambah minimnya SdM departemen terkait.
Kelemahan juga terjadi pada rendahnya
pengetahuan dan ketrampilan mengelola
pasca panen. Untuk pertanian, meskipun ada
peningkatan produksi namun tidak sampai
melebihi angka 10 persen. Sedangkan di
bidang investasi, meskipun masih dinanti
realisasinya, sampai oktober 2008, tercatat
ada 16 investor asing yang berminat untuk
menanamkan investasinya di aceh sudah
mendapatkan surat persetujuan dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Perkebunan kelapa sawit, pe