T PD 1207149 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Secara formal dan institusional, sekolah dasar masuk pada kategori
pendidikan dasar. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Berdasarkan isi dari pasal tersebut, seseorang yang akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang pendidikan menengah terlebih dahulu harus menjalani
pendidikan di jenjang pendidikan dasar. Normalnya untuk jenjang pendidikan
dasar di SD selama 6 tahun dan di SMP selama 3 tahun.
Pelajaran matematika mulai dipelajari siswa ketika duduk di bangku
sekolah dasar.BNSP (2006, hlm 345) menyatakan bahwa matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali mereka
dengan


kemampuan-kemampuan

yang

terdapat

dalam

pembelajaran

matematika.Kemampuan tersebut diantaranya kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.Hal ini menunjukkan
bahwa pentingnya belajar matematika, sehinggapelajaran matematika dijadikan
salah satu pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa ketika menempuh
pendidikan formal di SD, SMP, dan SMA.
Bagian

penting

dalam


mempelajari

matematika

adalah

proses

pembelajaran matematika. Jaworksy (Sulistiawati, 2012, hlm 3) menyatakan
bahwa penyelenggaraan pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta
menunjukkan

siswa

mengalami

hambatan

dalam


mempelajari

Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2

matematika.Hambatan dalam mempelajari matematika inilah yang menyebabkan
siswa mempunyai kemampuan rendah dalam bidang studi matematika.
Contoh hambatan belajar atau learning obstacle yang ditemukan penulis
pada pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan pecahan kelas VII di
salah satu SMP Negeri di Bandung.Guru mengawali pembelajaran dengan
menjelaskan konsep pecahan menggunakan gambar seperti berikut ini:

Gambar 1.1.Gambar Guru untuk Menjelaskan Konsep Pecahan
Guru menjelaskan bahwa yang diarsir pada daerah tersebut adalah


2
8

bagian. Dengan penjelasan bahwa 2 dari daerah yang diarsir dan 8 dari daerah
keseluruhan yang terdapat pada Gambar 1.1.Dijelaskan pula bahwa
tersebut senilai dengan

1
4

2
8

bagian

bagian, karena guru menganggap materi pecahan sudah

dipelajari oleh siswa ketika di SD sehingga konsep tersebut sepertinya sudah
langsung tergambar dalam pikiran siswa.
Namun, penjelasan konsep pecahan seperti di atas ternyata tidak cukup

mewakili pemahaman siswa tentang konsep pecahan yang sebenarnya.Hal ini
terlihat dari pembelajaran materi selanjutnya tentang penjumlahan pecahan. Untuk
konsep penjumlahan pecahan, terlihat semua siswa sudah mengetahui aturannya,
yaitu untuk menjumlahan dua atau lebih pecahan harus sama terlebih dahulu
penyebutnya, jika belum sama harus di samakan dahulu dan yang di
jumlahkannya hanya pembilangnya saja. Dalam hal ini guru meminta
menggambarkan penjumlahan tersebut dalam bentuk gambar seperti pada Gambar
1.1.

Ketika

siswa

diberikan

pertanyaan

menggambarkannya seperti berikut:

+


1
1
+3
3

= ⋯,

terlihat

=

Gambar 1.2. Gambar Siswa Mengenai Penjumlahan Pecahan
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

siswa


3

gambar penjumlahan di atas sekilas terlihat benar, tetapi jika kita ubah ke dalam
bentuk matematika menjadi seperti berikut:
1
3

1
3

+

2
6

=

Jelas bahwa hasil dari penjumlahan tersebut salah.Dalam kasus ini, terlihat
siswa sangat bergantung pada penyelesaian pemecahan masalah sebelumnya, yang
jika dibentuk gambar pecahan


1
3

2

dan jika dijumlahkan hasilnya yaitu6seperti pada

Gambar 2.1.Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan akibat
konsep yang mereka ketahui tentang pecahan terbatas.Maka terdapatlearning
obstacle pada pembelajaran tersebut yang bersifat epistemological obstacle.
Epistemological obstacle(Suryadi, 2010, hlm 14) adalah keterbatasan

pengetahuan konsep seseorang pada konteks tertentu, atau siswa mengalami
kesulitan dalam pembelajaran yang diakibatkan dari keterbatasan konteks.
Pengetahuan siswa hanya terbatas pada pengetahuan sebelumnya yaitu jika
menjumlahkan pecahan syaratnya harus penyebut yang sama dan yang
dijumlahkan hanya pembilangnya saja. Mereka hanya terbatas pemahaman
konteks seperti itu saja dan diberikan langsung.
Menurut


penelitian

Ullya

dkk.(2010:88)

di

dalam

pelaksanaan

pembelajaran di SDpada materi penjumlahan pecahan, guru tidak menanamkan
konsep penjumlahan pecahan dengan menggunakan model yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari siswa.Pada hal banyak sekali benda-benda di lingkungan
siswa yang dapat digunakan untuk mempelajari pecahan.Kenyataan guru hanya
menggunakan soal-soal pecahan yang ada di dalam buku pegangan siswa yang
abstrak.Serta guru sering memulai dengan definisi, sifat-sifat dan diakhiri dengan
pemberian contoh-contoh.Akibatnya siswa tidak bisa mengembangkan nalar,

komunikasi serta pemecahan masalah. Sedangkan, Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan
(Heruman, 2013:43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang
sulit untuk diajarkan. Kesulitan tersebut dikarenakan kurang bermaknanya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan sulitnya pengadaan media
pembelajaran.Sehingga guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4

pada suatu pecahan.Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami learning
obstacle yang bersifat didactical obstacle, yakni hambatan yang diakibatkan oleh

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Selain itu, pembelajaran yang diberikan
guru kurang mempertimbangkan keragaman respon siswa atas situasi didaktis
yang dikembangkan.Sehingga rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan
berikutnya tidak lagi sesuai dengan lintasan belajar (learning trajectory) yang

seharusnya dilalui masing-masing siswa, yang akhirnya siswa menemukan hasil
penjumlahan pecahan yang salah.
Menurut Suryadi (2010, hlm 7), kurangnya antisipasi didaktis yang
tercemin dalam perencanaan pembelajaran, dapat berdampak kurang optimalnya
proses

belajar

bagi

masing-masing

siswa.

Sehingga,untuk

menciptakan

pembelajaran yang optimal maka guru harus mempertimbangkan salah satu aspek
dalam mengembangkan antisipasi didaktis pedagogis(ADP) yaitu adanya learning
obstacles.Dalam hal ini, permasalahan yang terjadi karena adanyalearning
obstacle yang bersifat didactical obstacle dan epistemological obstacle. Tetapi

tidak menutup kemungkinan ketika dilakukan identifikasimakaakan muncul juga
learning obstacle yang bersifat ontogenic obstacle. Oleh karena itu, dengan

prinsip dari Didactical Design Research (DDR), maka penulis akan membuat
desain didaktis yang menyangkut didalamnya antisipasi-antisipasi didaktik seperti
metapedadidaktik, proses matematisasi, dan teori situasi didaktik sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang optimal dan hasil yang maksimal.
Learning obstacle yang bersifat epistemological obstacle terjadi pada

siswa di SMP pada materi pecahan khususnya penjumlahan pecahan. Perlu
diketahui bahwa materi pecahan sudah diajarkan sebelumnya di SD, sehingga ada
kemungkinan permasalahan tersebut terjadi karena kesalahan pembelajaran
matematika materi pecahan di SD. Sedangkan learning obstacle yang berisfat
didactical seperti yang dijelaskan sebelumnya terjadi di SD. Melihat hal tersebut,

penulis menyadari bahwa pentingnya guru merancang pembelajaran dengan
desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstaclepada materi pecahan di
SD. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Desain
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5

Didaktis Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan untuk Mengatasi
Learning Obstacle pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik learning obstacle pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan di SD?
2. Bagaimana desain didaktis hipotesis yang dapat mengatasi learning
obstacle yang teridentifikasi dalam mempelajari konsep penjumlahan dan

pengurangan pecahan di SD?
3. Bagaimana implementasi disain dedaktis hipotesisyang telah dibuat untuk
pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan
di SD, khususnya ditinjau dari respon siswa yang muncul?
4. Bagaimana gambaran learning obstacle pada materi penjumlahan dan
pengurangan

pecahan

di

SD

setelah

desain

didaktis

hipotesisdiimplementasikan?
5. Bagaimana desain didaktis empirikberdasarkan hasil temuan penelitian
ini?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Mengetahui karakteristik learning obstacle pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan di SD.
2. Terimplementasi desain didaktis hipotesis yang dapat mengatasi learning
obstacle yang teridentifikasi dalam mempelajari konsep penjumlahan dan

pengurangan pecahan di SD.
3. Mengetahui implementasi desain didaktis hipotesis yang telah dibuat
untuk pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan
pecahan di SD, khususnya ditinjau dari respon siswa yang muncul.
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

6

4. Memperoleh gambaran learning obstacle pada materi penjumlahan dan
pengurangan

pecahan

di

SD

setelah

desain

didaktis

hipotesis

diimplementasikan.
5. Terumuskan desain didaktis empirikberdasarkan hasil temuan penelitian
ini.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang akan didapat
dari penelitian ini yaitu:
1. Siswa dapat mempelajari konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan
dengan menggunaka bahan ajar yang dihasilkan/dirumuskan dari
penelitian ini.
2. Guru mendapatkan gambaran mengenai learing obstacle yang dialami
siswa

dalam

pembelajaran

matematika

materi

penjumlahan

dan

pengurangan pecahan.
3. Guru dapatmenggunakan desain didaktis dari penelitian ini untuk
mengatasi learning obstacle yang dialami siswa pada pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan khususnya di
kelas IV SD.
4. Peneliti dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organanisasi tesis ini mengacu pada buku pedoman penulisan
karya ilmiah UPI, yang terdiri dari lima bab yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Pada bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
struktur organisasi tesis.
2. BAB II Kajian Pustaka
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7

Pada bab ini menjelaskan mengenai learning obstacle, desain didaktis,
kajian materi pecahan SD kelas IV, teori belajar yang relevan, dan
penelitian yang relevan.

3. BAB III Metodologi Penelitian
Pada bab ini menjabarkan beberapa hal yang terkait dengan metodologi
penelitian diantaranya pendekatan dan desain penelitian, tempat dan
subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan pengujian keabsahan data.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini memaparkan hasil penelitian dan melakukan pembahasan
terhadap hasil penelitian.
5. BAB V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Pada bab ini menyajikan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan
pada bab

IV

dan memberikan

implikasi

serta

rekomendasidari

pembahasan.

Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu