D PK 0907843 Chapter5

(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, kondisi awal pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) yang berlangsung sebelum model pembel-ajaran berbasis multimedia interaktif dikembangkan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.1. Rancangan awal pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) disusun oleh guru mengacu pada standar proses pembelajaran dari BSNP yaitu memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, sekenario pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Namun demikian, rencana pembelajaran ini disusun di awal semester dan setelah itu tidak diperbaiki lagi oleh guru, bahkan hanya untuk memenuhi kewajiban administratif guru saja. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) khususnya di kelas VII, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru, terbukti masih konvensional dimana peran guru terlihat sangat dominan, guru secara searah menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk ceramah dan siswa hanya mendengarkan, mencatat atau memberi tanda pada buku pegangan saja. Hal ini menyebabkan siswa cenderung bersikap pasif dan hanya mengikuti dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Akibatnya keterlaksanaan rencana pembelajaran di kelas relatif rendah. 1.2. Mengenai kondisi aktivitas belajar siswa, peneliti memperoleh

gambaran bahwa para siswa memiliki keinginan untuk belajar dan bersekolah, karena mereka menyadari bahwa akan pentingnya belajar dan bersekolah yang akan membuat mereka menjadi tambah pandai. Terdapat adanya jawaban siswa dari hasil angket bahwa mereka kadang merasa bosan dengan model pembelajaran yang selama ini berlangsung,


(2)

dan menginginkan suatu model pembelajaran yang baru dan inovatif. Berdasarkan hasil data tersebut, disimpulkan bahwa aspek keadaan siswa untuk pengembangan model yang telah dilakukan peneliti, sudah memiliki dasar yang baik serta dukungan dari para siswa. Sumber pel-ajaran yang didapat para siswa cenderung tidak berkembang dalam memperoleh informasi, dan tidak ada usaha untuk mendapatkan pengetahuan terkini dengan baik.

1.3. Berdasarkan pengamatan menunjukkan, bahwa aspek sarana prasarana sekolah di SMP tersebut telah benar-benar memadai, dan dapat dilakukan untuk proses pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif. Hasil pengamatan, maka perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk dapat terlaksananya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini. Kesimpulan peneliti, bahwa pengembangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif sebagai salah satu alternatif pembaharuan model pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika), dapat dilaksanakan dan tidak hanya didukung oleh para guru dan siswa, akan tetapi juga sarana dan prasarana yang ada untuk dapat dioptimalkan dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi siswa akan mampu lebih tercapai dan hasil belajar lebih optimal.

1.4. Kinerja guru dalam implementasi kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) cenderung berdasarkan tahapan struktural yang mengikuti struktur keilmuan yang bersifat deduktif. Guru hanya mengikuti sistematika dari naskah standar kompetensi dan kompetensi dasar atau dari buku teks pegangan siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa guru mata pelajaran IPA (fisika) belum menggunakan prinsip pembelajaran kontekstual.

2. Hasil pengembangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia

interaktif dengan memanfaatkan teknologi pendidikan menghasilkan beberapa temuan, selain temuan dalam bentuk model pembelajaran yang


(3)

dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa, juga ditemukan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis multimedia. Berikut adalah kesimpulan dari pengembangan model.

2.1. Pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif, para guru tidak perlu menyusun perencanaan pembelajaran. Hal tersebut, dikarenakan para siswa belajar IPA melalui multimedia interaktif. Pembelajaran berbasis multimedia interaktif tujuan khusus pembel-ajarannya mudah dirumuskan, rumusan tujuannya mudah dicapai oleh siswanya sendiri. Makanya dengan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif merupakan pembelajaran secara mandiri, karena siswa harus aktif belajar secara bertanggung jawab dalam menimba ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Kecuali, ketika siswa mengalami kesulitan menghadapi permasalahan yang tidak terpecahkan, mereka baru perlu mendapatkan bantuan dari teman atau gurunya. Oleh sebab itu, guru di kelas tugasnya menjadi semakin ringan. Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif tidak benar, jika tidak variatif, dan cukup hanya monolog saja. Bahkan disini guru diperlukan untuk tetap berperan dalam penyampaian materi-materi pelajarannya meskipun dengan metode ceramah sekalipun. Hal tersebut perlu dilakukan, agar siswa lebih jelas dan benar menerima ilmu pengetahuannya. Dengan kata lain, mereka (para siswa) tidak verbalisme dalam memperoleh ilmu yang didapatnya.

2.2. Meski terdapat perbedaan yang tajam antara implementasi model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif. Namun, tidak benar bila pada model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif, siswa yang pandai semakin pandai dan yang kurang semakin kurang. Hanya perbedaan-nya, model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif memiliki keunggulan yang terletak pada melatih siswa berpikir kreatif aktif. Bentuk akhir model pembelajaran berbasis multimedia interaktif IPA


(4)

pada (Bab. IV gambar 4.12: h.202-204) dengan memanfaatkan teknologi pendidikan menekankan pada tiga kegiatan inti yaitu: (1) Ekplorasi, (2) Elaborasi, dan (3) Konfirmasi, yang merupakan suatu tahapan untuk memperkuat pemahaman atas apa yang dipelajari oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan, dapat disimpulkan bahwa ketiga tahapan tersebut dalam model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif akan semakin memperkuat pembelajaran yang dilakukan oleh siswa karena pada tahap elaborasi dan konfirmasi, siswa dapat mengembangkan masing-masing pengalaman belajarnya, dan pada akhirnya akan divalidasi dalam suatu diskusi baik dengan teman ataupun dengan guru, sehingga apa yang dipelajarinya selain menjadi semakin dipahami, juga semakin mengembangkan daya nalar siswa.

2.3. Model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dapat

meningkatkan kemampuan individual siswa secara lebih efektif, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan siswa mampu mengevaluasi dan menarik kesimpulan hasil belajarnya sendiri. Dengan demikian, mem-bawa dampak pengiring pada siswa atas sikap belajar mandiri, dan tidak membosankan bagi siswa dalam belajar. Bahkan peranan LKS bisa berkurang untuk membantu siswa dalam melakukan tugas pencarian informasi/ pembelajaran.

3. Penelitian mengenai proses pembelajaran dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif untuk meningkatkan hasil dan kemandirian belajar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bandung ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

3.1. Penggunaan metode penelitian pre-experimental design dengan desain pretest-posttest satu kelompok atau one-group pretest-posttest yang tidak memiliki kelas kontrol sehingga sulit mengetahui adanya intervensi-intervensi dari variabel lain yang turut mempengaruhi peningkatan skor kemandirian belajar siswa; Tenggang waktu antara pelaksanaan pembelajaran untuk


(5)

meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan pemberian

posttest terlalu singkat. Namun Kemampuan siswa yang tadinya hanya mengacu pada buku teks atau buku pegangan siswa, dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini siswa dituntut semakin variatif dalam menguasai materi yang berkembang. Dengan penelitian dan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran IPA berbasis mulitmedia interaktif ini kemampuan siswa semakin meningkat dan lebih kreatif, karena sumber pengetahuan yang perlu diketahui oleh siswa dengan model ini menjadi tidak terbatas. 3.2. Fasilitas dan lingkungan yang memiliki koneksi akses internet

merupakan syarat keberlangsungan dari model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan menggunakan Experiential Learning Cycle dari Kolb dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa SMP dalam mata pelajaran IPA (fisika). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fasilitas laboratorium komputer untuk kapasitas 35 orang siswa yang sudah disediakan oleh pihak sekolah dengan penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan berupa CD interaktif mata pelajaran IPA

(fisika) dengan materi “Besaran, Suhu, dan Pengukuran” dari

peneliti. Peneliti sumbangkan pada sekolah untuk digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga semakin mengoptimalkan sarana yang ada untuk proses pembelajaran dan peningkatan kualitas belajar para siswa dan juga para gurunya. Dapat disimpulkan bahwa penggalian pengalaman belajar kelompok berpengaruh terhadap pengetahuan baru siswa secara individual, terutama pada tahap elaborasi dan konfirmasi.


(6)

4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

4.1. Hasil uji Wilcoxon antara Post-test dengan Pre-test terdapat perbedaan yang signifikan antara Posttest dengan Pretest. Dimana nilai w nya sebesar 5,147 dengan signifikansi sig. 0,000 < 0,05.

Jadi diperoleh bahwa: “Model pembelajaran IPA berbasis

multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar lebih baik (tinggi) dari pada model

pembelajaran konvensional.”

4.2. Penelitian ini menggunakan profil model pembelajaran

experiential learning cycle dari teori belajar Kolb (1994) dengan karakteristik: (1) mengintegrasikan pengalaman awal siswa dengan pengalaman scientific (ilmiah), (2) belajar sambil bekerja (work-base laboratory), (3) pendidikan yang bersifat kooperatif (bekerja sama) dalam konteks sosial, dan (4) menjamin penguasaan kompetensi dasar fisika yang memadai. Hasil uji efektivitas melalui model pembelajaran berbasis multimedia interaktif IPA dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa.

4.3. Beberapa temuan terpenting adalah:

1) model pembelajaran IPA berbasis MMI harus relevan dengan kurikulum yang berlaku saat itu (ketika penelitian dilakukan), agar proses belajar siswa dan kemampuan kompetensi dasar siswa dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan.

2) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada ranah kognitif. Model pembel-ajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan keterampilan siswa, kemampuan bekerjasama dalam kelompok belajar, melatih berfikir kreatif, dan berkomunikasi, a) prinsip komunikasi dengan model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar, b) prinsip berpikir dengan model pembelajaran IPA


(7)

berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa, c) prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing) artinya bagaimana model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mecermati namun mampu melakukan (bekerja).

3) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat membentuk kemampuan berpikir siswa, artinya siswa tidak hanya dapat mengkomunikasikan atau menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan berbagai masalah, merangsang siswa untuk beraktivitas.

4) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diimplemen-tasikan, manakala sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Persyaratan untuk dapat diterapkannya model pembel-ajaran IPA berbasis MMI ini, adalah: a) pengaturan lingkungan manakala guru mempunyai pengalaman dengan mengatur lingkungan supaya siswa belajar dengan nyaman, b) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diterapkan, manakala guru memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran, c) terjadinya perubahan paradigma mengajar guru dari mengajar sebagai proses penyampaian materi ke mengajar sebagai proses mengatur lingkungan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada dilingkungan sekolah.

4.4. Guru memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif sebagai suatu model yang baik karena bukan hanya pengembangan pembelajaran untuk siswanya saja tetapi juga wahana untuk pengembangan kompetensi diri sebagai seorang guru yang profesional. Berbagai tujuan pembelajaran dapat diakomodasikan oleh model ini seperti siswa dapat berpikir kreatif, dan aktif, serta siswa dapat belajar sesuai tingkat


(8)

kecepatan belajar masing-masing siswa itu sendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagi guru yang memiliki dedikasi tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan melihat model ini sebagai suatu cara dalam mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan pengembangan dalam pembel-ajaran.

4.5. Siswa memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia

interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan sebagai suatu pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka terlibat langsung dalam pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka juga terlibat langsung dalam pembelajaran dan pembentukan pengalaman belajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan minat siswa dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat ditemukan beberapa prinsip-prinsip dalam penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan, Penelitian ini menyarankan pada berbagai pihak (guru, sekolah, pemerintah) bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien perlu dukungan pihak sekolah berupa media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, diantaranya: (1) multimedia interaktif melalui animasi yang didisain secara menarik mampu meningkatkan pembelajaran, sehingga siswa serius menyimak pelajaran dengan baik dan tidak membosankan; (2) multimedia interaktif ini didisain


(9)

berdasarkan bagian-bagian dan penggalan-penggalan menjadi unit terkecil, sehingga siswa dengan mudah dapat memahami isi materi yang disampaikan; (3) multimedia interaktif dengan bahasa yang komunikatif dan mengandung ilustrasi-ilustrasi menarik akan efektif untuk disimak, sehingga merangsang siswa untuk belajar mandiri; (4) multimedia interaktif ini dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa dengan mudah dapat mengecek keberhasilan belajarnya secara mandiri; dan (5) multimedia interaktif ini setiap bagian/penggalan ada reinforcement (penguatan), sehingga siswa akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penerapan di lapangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini, perlu lebih di kembangkan oleh berbagai pihak sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan teknologi pendidikan, guru perlu

memperoleh pelatihan khusus dalam mengembangkan rancangan

pembelajaran, karena rancangan pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.

Guru diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai model dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran berbasis multimedia interaktif mengharuskan adanya berbagai alternatif kegiatan, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran pun akan selalu bervariasi sesuai dengan jenis dan karakteristik materi pembelajaran. Untuk meningkatkan peran guru sebagaimana yang dituntut, maka guru sebaiknya terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan pengembangan profesional dalam jabatan

(in service training) seperti MGMP, workshop dan kegiatan in house training di sekolahnya masing-masing.


(10)

2. Untuk Kepala Sekolah

Untuk optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana pendukung belajar, Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan dituntut untuk dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, baik melalui pendidikan formal, atau pendidikan pascasarjana bagi guru yang berpendidikan S1. Di samping itu wadah-wadah pengembangan profesional guru perlu terus diberdayakan, seperti kegiatan MGMP,

workshop dan sebagainya.

2. Untuk LPTK

Untuk meningkatkan profesional guru secara optimal, LPTK sebagai lembaga yang berfungsi mencetak dan mempersiapkan guru perlu membekali mahasiswa calon guru dengan berbagai kemampuan profesional guru yang diperlukan, termasuk mengenai penguasaan mengenai model-model pembelajaran yang lebih inovatif.

3. Untuk Instansi Terkait

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) untuk mencapai tujuan kurikuler yang lebih optimal, maka Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat lebih memperbanyak berbagai kegiatan pelatihan guru, termasuk pelatihan mengenai penerapan model-model pembelajaran secara berkesinambungan.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Dalam upaya pengembangan model pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi selanjutnya yang lebih mutakhir, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan


(11)

metodologi dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru IPA (fisika) tentang model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga kualitas proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA (fisika) dapat lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.


(1)

4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

4.1. Hasil uji Wilcoxon antara Post-test dengan Pre-test terdapat perbedaan yang signifikan antara Posttest dengan Pretest. Dimana nilai w nya sebesar 5,147 dengan signifikansi sig. 0,000 < 0,05.

Jadi diperoleh bahwa: “Model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar lebih baik (tinggi) dari pada model

pembelajaran konvensional.”

4.2. Penelitian ini menggunakan profil model pembelajaran experiential learning cycle dari teori belajar Kolb (1994) dengan karakteristik: (1) mengintegrasikan pengalaman awal siswa dengan pengalaman scientific (ilmiah), (2) belajar sambil bekerja (work-base laboratory), (3) pendidikan yang bersifat kooperatif (bekerja sama) dalam konteks sosial, dan (4) menjamin penguasaan kompetensi dasar fisika yang memadai. Hasil uji efektivitas melalui model pembelajaran berbasis multimedia interaktif IPA dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa.

4.3. Beberapa temuan terpenting adalah:

1) model pembelajaran IPA berbasis MMI harus relevan dengan kurikulum yang berlaku saat itu (ketika penelitian dilakukan), agar proses belajar siswa dan kemampuan kompetensi dasar siswa dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan.

2) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada ranah kognitif. Model pembel-ajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan keterampilan siswa, kemampuan bekerjasama dalam kelompok belajar, melatih berfikir kreatif, dan berkomunikasi, a) prinsip komunikasi dengan model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar, b) prinsip berpikir dengan model pembelajaran IPA


(2)

berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa, c) prinsip belajar sambil berbuat (learning by

doing) artinya bagaimana model pembelajaran IPA berbasis MMI

dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mecermati namun mampu melakukan (bekerja).

3) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat membentuk kemampuan berpikir siswa, artinya siswa tidak hanya dapat mengkomunikasikan atau menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan berbagai masalah, merangsang siswa untuk beraktivitas.

4) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diimplemen-tasikan, manakala sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Persyaratan untuk dapat diterapkannya model pembel-ajaran IPA berbasis MMI ini, adalah: a) pengaturan lingkungan manakala guru mempunyai pengalaman dengan mengatur lingkungan supaya siswa belajar dengan nyaman, b) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diterapkan, manakala guru memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran, c) terjadinya perubahan paradigma mengajar guru dari mengajar sebagai proses penyampaian materi ke mengajar sebagai proses mengatur lingkungan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada dilingkungan sekolah.

4.4. Guru memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif sebagai suatu model yang baik karena bukan hanya pengembangan pembelajaran untuk siswanya saja tetapi juga wahana untuk pengembangan kompetensi diri sebagai seorang guru yang profesional. Berbagai tujuan pembelajaran dapat diakomodasikan oleh model ini seperti siswa dapat berpikir kreatif, dan aktif, serta siswa dapat belajar sesuai tingkat


(3)

kecepatan belajar masing-masing siswa itu sendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagi guru yang memiliki dedikasi tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan melihat model ini sebagai suatu cara dalam mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan pengembangan dalam pembel-ajaran.

4.5. Siswa memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan sebagai suatu pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka terlibat langsung dalam pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka juga terlibat langsung dalam pembelajaran dan pembentukan pengalaman belajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan minat siswa dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat ditemukan beberapa prinsip-prinsip dalam penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan, Penelitian ini menyarankan pada berbagai pihak (guru, sekolah, pemerintah) bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien perlu dukungan pihak sekolah berupa media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, diantaranya: (1) multimedia interaktif melalui animasi yang didisain secara menarik mampu meningkatkan pembelajaran, sehingga siswa serius menyimak pelajaran dengan baik dan tidak membosankan; (2) multimedia interaktif ini didisain


(4)

berdasarkan bagian-bagian dan penggalan-penggalan menjadi unit terkecil, sehingga siswa dengan mudah dapat memahami isi materi yang disampaikan; (3) multimedia interaktif dengan bahasa yang komunikatif dan mengandung ilustrasi-ilustrasi menarik akan efektif untuk disimak, sehingga merangsang siswa untuk belajar mandiri; (4) multimedia interaktif ini dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa dengan mudah dapat mengecek keberhasilan belajarnya secara mandiri; dan (5) multimedia interaktif ini setiap bagian/penggalan ada reinforcement (penguatan), sehingga siswa akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penerapan di lapangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini, perlu lebih di kembangkan oleh berbagai pihak sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan teknologi pendidikan, guru perlu memperoleh pelatihan khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, karena rancangan pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.

Guru diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai model dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran berbasis multimedia interaktif mengharuskan adanya berbagai alternatif kegiatan, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran pun akan selalu bervariasi sesuai dengan jenis dan karakteristik materi pembelajaran. Untuk meningkatkan peran guru sebagaimana yang dituntut, maka guru sebaiknya terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan pengembangan profesional dalam jabatan (in service training) seperti MGMP, workshop dan kegiatan in house training di sekolahnya masing-masing.


(5)

2. Untuk Kepala Sekolah

Untuk optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana pendukung belajar, Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan dituntut untuk dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, baik melalui pendidikan formal, atau pendidikan pascasarjana bagi guru yang berpendidikan S1. Di samping itu wadah-wadah pengembangan profesional guru perlu terus diberdayakan, seperti kegiatan MGMP, workshop dan sebagainya.

2. Untuk LPTK

Untuk meningkatkan profesional guru secara optimal, LPTK sebagai lembaga yang berfungsi mencetak dan mempersiapkan guru perlu membekali mahasiswa calon guru dengan berbagai kemampuan profesional guru yang diperlukan, termasuk mengenai penguasaan mengenai model-model pembelajaran yang lebih inovatif.

3. Untuk Instansi Terkait

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) untuk mencapai tujuan kurikuler yang lebih optimal, maka Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat lebih memperbanyak berbagai kegiatan pelatihan guru, termasuk pelatihan mengenai penerapan model-model pembelajaran secara berkesinambungan.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Dalam upaya pengembangan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi selanjutnya yang lebih mutakhir, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan


(6)

metodologi dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru IPA (fisika) tentang model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga kualitas proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA (fisika) dapat lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.