yang di maksud media pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang
terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola
pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih
modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori
pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang sesungguhnya.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang
luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi
diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Efektifitas pembelajaran di MTs Asyrofuddin.

B. Apa yang di maksud media pembelajaran?
3. TUJUAN PENULISAN
A. Mempelajari dan Mengoreksi pembelajaran .

1

BAB II
PEMBAHASAN
MTs

merupakan Lembaga Pendidikan dan pengajaran Islam

dimana di dalamnya terjadi interaksi antara ustadz sebagai Guru
(pengajar) dan para santri sebagai siswa (peserta didik) dengan
mengambil tempat di masjid atau pondok (asrama) untuk
mengkaji dan membahas buku – buku teks keagamaan karya
ulama’ masa lalu. Madrasah Tsanawiyah – Aliyah adalah dua
lembaga pendidikan formal yang basicnya adalah agama islam.
1. A. MTs Asyrofuddin


Walaupun lembaga pendidikan ini terbuka untuk umum,
peserta didik dalam madrasah ini didominasi oleh siswa yang
mukim di pesantren, atau disebut siswa – santri. Pola tersebut
dikenal juga dengan istilah “Boarding School”, yakni kegiatan
pendidikan dan pengajaran yang menyatu dan terpadu dengan
tempat tinggal peserta didik. Dalam kondisi formal – Madrasah
Guru

beserta

mengajar

stafnya

(KBM),

menjadi

dalam


fasilitator

pesantren

kegiatan

Ustadz

dan

belajar

Pengurus

menggatikannya.
2. Metode dan Sistem Pembelajaran MTs Asyrofuddin.

Dalam realisasinya, peserta didik (dengan mandiri atau
berdasarkan intruksi Pembimbing) membentuk kelompok kecil (4
– 5 anak / kelompok) dengan membawa modul materi yang akan


2

dipelajari dengan Guru. Sebelum kelompok tersebut menghadap
Guru, mereka terlebih dulu mempelajari materi secara mandiri
ataupun secara diskusi. Ketika kelompok tersebut menghadap
Guru, Guru tidak langsung menyampaikan / menerangkan materi
tetapi menguji dulu hasil belajar mandiri siswa untuk mengetahui
kompetensi yang sudah dicapainya. Setelah Guru mengetahui
pencapaian siswa terhadap materi barulah ia menerangkan
materi sesuai dengan kompetensi siswa. Jadi metode ini sangat
menuntut peserta didik untuk aktif.
Dalam beberapa aspek, metode ini lebih baik dari metode
klasikal antara lain dari segi pencapaian peserta didik. Dengan
metode ini kompetensi peserta didik akan lebih terjamin karena
seorang Guru harus benar – benar memperhatikan serta
mengetahui

kompetensi


masing



masing

individu

dalam

kelompok. Karena syarat peserta didik untuk melangkah pada
materi selanjutnya adalah harus mampu menguasai materi yang
dipelajarinya maka tolak ukur dari kompetensi tersebut juga
tidak hanya berdasarkan nilai hasil evaluasi / ulangan saja tetapi
juga berdasarkan pengamatan Guru terhadap peserta didik
ketika peserta didik tersebut maju menghadap Guru. Untuk
evaluasi dalam sistem sorogan juga tidak hanya secara tertulis
saja tetapi juga secara lisan (munaqosah). Menurut saya, yang
seperti itulah kompetensi yang bisa menjamin hasil dari apa
yang telah diperoleh siswa dalam belajar. Sedangkan untuk

evaluasi sistem klasikal dan tertulis saya rasa kurang efektif
untuk mengetahui pencapaian siswa yang sebenarnya.
Tidak hanya metode PPSM II saja yang berimbas pada
madrasah ini, bahkan beberapa materi yang menjadi “menu
sajian” di pesantren juga disajikan melalui Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) pada 2 (dua) Madrasah ini. Jadi pendidikan
3

agama tidak hanya pada pesantren saja melainkan juga pada
pembelajaran formal-madrasah. Sebagaimana pesantren salaf
pada umumnya materi – materi agama disini juga berpedoman
pada karya Ulama’ kuno yaitu kitab kuning, tidak menggunakan
buku paket. Sebagai contoh, mata pelajaran Fiqih yang pada
sekolah / madrasah pada umumnya menggunakan buku paket
yang disususn oleh Kementrian Agama tetapi pada MTs tidak,
melainkan

menggunakan

kitab


Taqrib

karya

Syech

Abu

Syuja’.Demikian juga mata pelajaran Alqur’an dan hadist, untuk
mata pelajaran al qur’an, Alquran terjemah sebagai modul
pembelajarannya dan Kitab hadist “Mukhtarul ahadist” sebagai
modul mata pelajaran Hadist. Namun untuk efisiensi dan praktisi
beberapa mata pelajan sudah membuat dan menggunakan
modul khusus untuk mendukung pembelajaran sesuai dengan
RPP ataupun Silabus yang ada.
Menyesuaikan

metode


yang

digunakan,

MTs

tidak

menggunakan kurikulum KTSP, tetapi menerapkan kurikulum
Moving class. Moving class merupakan sistem belajar mengajar
yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping (Guru) di
kelas. KonsepMoving Class mengacu pada pembelajaran kelas
yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang
dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan
moving class, pada saat mata pelajaran berganti maka siswa
akan

meninggalkan

pelajaran


yang

kelas

menuju

dijadwalkan,

jadi

kelas

lain

siswa

yang

sesuai


mata

mendatangi

pendamping / Guru, bukan sebaliknya. Jadi kurikulum moving
class sangatlah sesuai dengan metode sorogan, sebagaimana
yang

telah

diuraikan

sebelumnya

bahwa

pembelajarannya

menitik beratkan pada peserta didik, Guru dan sarana hanya

sebagai fasilitator pendukung. Keunggulan sistem ini adalah para

4

siswa lebih mempunyai waktu untuk bergerak, sehingga selalu
segar untuk menerima pelajaran.
Telah

disampaikan

sebelumnya

bahwa

mekanisme

pembelajaran dengan sistem ini adalah siswa (kelompok) yang
kiranya sudah siap (sudah mempersiapkan diri dengan belajar)
akan menghadap Guru pembimbing untuk memperoleh materi.
Jika berupa kelompok maka kompetensi masing – masing
anggota harus sama (homogen), kelompok tersebut berlaku
selama pencapaian materi masing – masing anggotanya masih
setara, ketika ada anggota kelompok yang tertinggal (misalnya
karena tidak masuk) dia otomatis keluar dari kelompok tersebut
dan

menggabungkan

diri

ke

kelompok

yang

pencapaian

materinya sama (setara) dengannya, jika memang tidak ada
maka dia menghadap Guru sendirian (individual). Jadi bisa
dikatakan dengan sistem ini sangat berlaku sistem kompetisi
(perlombaan), tentunya dalam hal pencapaian materi individu
peserta didik. Anak yang dengan tekun belajar akan mudah
untuk menyelesaikan materi setiap mata pelajaran, karena
banyak sedikitnya materi yang diberikan Guru sesuai dengan
intelegensi

dan

pemahaman

peserta

didik.

Di

sinilah

keistimewaan sistem moving class, dimana klasifikasi siswa
(dalam setiap mata pelajaran) tidak dilihat dari kelasnya tetapi
dari pencapaian materinya. Maka kelas disini hanya sebagai
pengelompokan siswa menurut tahun masuknya. Jadi untuk
siswa

yang

memang

mampu

mengejar

materi

ia

dapat

mempeljari materi yang sebenarnya untuk jenjang di atasnya.
Dengan begitu ada sistemakselerasi, yaitu percepatan anak
dalam menempuh materi. Dengan begitu anak dapat menempuh
pendidikan pada kedua Madrasah ini selama 4 tahun yang pada
umumnya selama 6 tahun. Atau satu jenjang madrasah saja

5

misalnya untuk MTs 2 tahun dan MA 2 tahun. Dengan adanya
program akselerasi tersebut masing – masing peserta didik akan
termotivasi untuk mengejar materi sehingga akan ada semacam
kompetisi (perlombaan) dengan orientasi dapat dengan cepat
selesai.
Sistem ini adalah murni diambil dari sistem pembelajaran
pesantren yang ada, yaitu PPSM II. Adapun sistem tersebut
diterapkan

tidak

lain

bertujuan

untuk

mempertahankan

eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan islam di era
modern ini. hal tersebut mempertimbangkan dimana banyak
diantara pesantren – pesantren salaf yang mati karena minimnya
minat masyarakat terhadap lembaga pendidikan kuno. Dengan
tidak mengurangi substansi kajian dan unsur – unsur penting
dalam pesantren, tiga lembaga pendidikan islam, PPSM II, MTs
berusaha untuk mengembangkan masyarakat islam khususnya
dan memenuhi kebutuhan peserta didik dalam IPTEK dengan
diimbangi IMTAQ.

BAB III
KSIMPULAN
Dari Uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
PPSM II, dan MTs –merupakan lembaga pendidikan islam yang
melakukan pengajaran agama maupun umum dan berusaha
untuk memenuhi tuntutan dan tantangan zaman di era modern
dengan tidak meninggalkan unsur – usur terpenting dalam
agama

islam.

Dengan

orientasi

6

untuk

mencetak

generasi

penerus

yang

mampu

bersaing

dan

tetap

tidak

mengesampingkan pendidikan agama islam itu sendirilembaga
ini berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan dan zaman
sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/

7