buku motivasi dan panduan menyusun karya

Revisi 1 Free, not for sale!

  CARA MUDAH MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH REMAJA

  Motivasi dan Panduan untuk Pemula Fatchul Anam Nurlaili, M.Sc.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga buku dengan judul “Cara Mudah Menyusun Karya Tulis Ilmiah Remaja” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan buku ini.

  Barangkali sudah banyak beredar buku panduan penulisan karya tulis ilmiah. Namun, dalam buku-buku tersebut, metodologi penulisan karya tulis ilmiah disampaikan dengan ragam bahasa yang kurang begitu bisa dipahami oleh anak remaja yang masih duduk di bangku SMA. Oleh karena itu, penulis memandang perlu untuk menyusun suatu buku panduan penulisan karya tulis ilmiah remaja dengan menggunakan ragam bahasa yang mudah dipahami serta mampu memotivasi siswa dalam menulis karya tulis ilmiah remaja.

  Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

  Yogyakarta, Januari 2014 Penulis

  Tentang Penulis

  Fatchul Anam Nurlaili, M.Sc., lahir di Yogyakarta pada tanggal 13 Juni 1989. Setelah menyelesaikan kelas akselerasi di SMA N 8 Yogyakarta pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi S1 di Universitas Gadjah Mada pada jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Tahun 2010 penulis melanjutkan studi S2 di jurusan yang sama pada Prodi Teknologi Hasil Perkebunan dan berhasil lulus dengan

  predikat cumlaude tahun 2012. Pada tahun 2013, penulis memperoleh beasiswa S3 dari Dikti untuk program beasiswa calon dosen di jurusan yang sama pula, pada Prodi Ilmu Pangan. Penulis aktif membimbing karya ilmiah remaja sejak tahun 2010 di Puspanegara Research Community, sebuah komunitas peneliti belia di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Penulis telah banyak mengantarkan siswa bimbingannya ke ajang kompetisi karya ilmiah remaja tingkat nasional. Selain masih aktif menjadi advisor di Puspanegara Research Community, penulis aktif membuat artikel untuk dipublikasikan di beberapa media massa. Beberapa artikelnya terkait isu pangan dan pertanian kerap mewarnai kolom opini di surat kabar lokal dan nasional. Selain itu, saat ini penulis tengah menyusun beebrapa buku terkait ilmu pangan dan pertanian. Penulis dapat dihubungi melalui email anam.new.78gmail.com.

TENTANG BUKU INI

  Mengapa disusun buku ini?

  Halo sobat muda sekalian, selamat telah memiliki kemauan untuk membaca buku ini. Artinya, sobat muda memiliki semangat yang tinggi untuk meningkatkan kemampuan pribadi masing-masing. Yah, dalam hal ini tentunya kemampuan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Sebagai pendahuluan perlu saya sampaikan bahwa buku ini ditulis berdasarkan kondisi di lapangan yang hampir selalu saya temui ketika membimbing siswa dalam menyusun karya tulis ilmiah mereka.

  Banyak siswa SMA serta mahasiswa yang belum mengetahui apa itu karya tulis ilmiah. Akibatnya, mereka tidak bisa mengikuti berbagai lomba karya tulis ilmiah yang sering diadakan di Indonesia, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Menang lomba karya tulis ilmiah adalah suatu prestasi yang luar biasa serta mampu menambah kualitas diri orang yang bersangkutan. Hadiah yang ditawarkan pun cukup WOW…! Sebagai contoh, pada tingkat sekolah menengah atas ada even Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Pada tahun 2013, peraih medali emas mendapatkan hadiah uang pembinaan sejumlah lima belas juta rupiah. Siapa yang nggak pengen sih dengan uang segitu banyak. Selain hadiah uang, pemenang juga masih berkesempatan untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat internasional di luar negeri. Biaya perjalanan dan akomodasi lainnya tentu sudah ditanggung pihak pemerintah.

  Belum pahamnya materi karya tulis ilmiah pun juga terjadi di tingkat mahasiswa. Selain tidak bisa mengikuti berbagai lomba karya tulis ilmiah yang sering diadakan oleh kampus-kampus besar, mereka tentu juga akan dipusingkan dengan beban penyelesaian tugas akhir mereka. Nah, dengan melihat permasalahan di lapangan tersebut, saya berusaha menyusun buku ini untuk sobat muda sekalian.

  Penggunaan diksi yang mudah

  Mungkin pada bagian-bagian selanjutnya sobat muda akan merasakan nuansa yang berbeda ketika membaca buku ini. Komentar yang muncul mungkin seperti ini : buku tentang karya tulis ilmiah kok bahasanya santai kayak gini yah…?! Semua itu memang saya sengaja.

  Sesuai dengan pengalaman saya sebagai Advisor di Puspanegara Research Community (sebuah komunitas peneliti di SMA Negeri 5 Yogyakarta), bagi remaja

  SMA, pemilihan ragam bahasa menjadi sangat penting untuk bisa memahami suatu materi. Menurut saya, hal yang dibutuhkan remaja setingkat pelajar SMA dan mahasiswa adalah bisa paham dan bisa segera menulis, bukan hanya hafal banyak pengertian dengan bahasa yang muluk-muluk saja. Ketika masih kuliah dulu, beberapa teman S1 saya masih belum bisa paham dengan penjelasan yang ada di buku mata kuliah metodologi penelitian karena pilihan kata yang digunakan di dalamnya terlalu formal sehingga malah menjadi sulit dipahami. Oleh karena itu, dalam buku ini digunakan pilihan kata yang lebih mudah dipahami bagi remaja SMA serta mahasiswa.

  Disertai contoh konkrit

  Dalam menjelaskan banyak hal, buku ini disertai dengan contoh nyatanya. Contoh tersebut saya ambil dari beberapa karya tulis, baik karya saya sendiri maupun karya siswa bimbingan saya yang telah berhasil mendapatkan juara pada suatu kompetisi karya tulis ilmiah, baik lokal, regional, maupun nasional.

  Contoh yang akan ditampilkan merupakan contoh sederhana sehingga sobat muda tidak down dulu di awal. Hal terpenting yang ditekankan dalam buku ini

  adalah membangkitkan semangat menulis sobat

  muda semua.

  Keberadaaan contoh konkrit yang sederhana ini bisa sobat muda temukan di setiap bagian dalam buku ini, terutama bagian ketiga yang menyampaikan materi tentang sistematika karya tulis ilmiah. Di bagian lampiran, sobat muda bisa mendapatkan contoh konkrit karya tulis ilmiah yang full version. Inilah salah satu hal yang istimewa dalam buku ini.

  Berdasarkan pengalaman di lapangan

  Sobat muda, apa yang saya sampaikan dalam buku ini adalah berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun sebagai advisor di Puspanegara Research Community. Komunitas tersebut merupakan komunitas peneliti di lingkungan SMA Negeri 5 Yogyakarta. Selama beberapa tahun menjadi advisor di komunitas tersebut, saya banyak merumuskan kebutuhan materi karya tulis ilmiah yang dibutuhkan oleh Sobat muda, apa yang saya sampaikan dalam buku ini adalah berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun sebagai advisor di Puspanegara Research Community. Komunitas tersebut merupakan komunitas peneliti di lingkungan SMA Negeri 5 Yogyakarta. Selama beberapa tahun menjadi advisor di komunitas tersebut, saya banyak merumuskan kebutuhan materi karya tulis ilmiah yang dibutuhkan oleh

  

  Harapannya, buku ini bisa menjadi referensi yang akrab bagi siswa SMA serta mahasiswa dalam membuat karya tulis ilmiah, baik untuk kepentingan lomba maupun lainnya. Pembahasan dalam buku ini akan diawali dengan materi ringan yang membahas tentang karya tulis ilmiah dan jenis-jenisnya. Selamat belajar !

Bagian pertama : APA ITU KARYA TULIS ILMIAH ?

  Keberhasilan adalah hak setiap hamba dari Tuhannya. Keberhasilan itu adalah pasti, tinggal kemauan si hamba untuk mengambilnya, dengan bercita-cita luhur, berusaha, dan berdoa (Fatchul Anam Nurlaili)

  Pengertian karya tulis ilmiah

  Mungkin sobat muda ada yang belum tahu atau masih bingung mengenai apa itu karya tulis ilmiah. Nah, di bagian awal dari buku ini akan disampaikan gambaran umum tentang karya tulis ilmiah.

  Ditilik dari definisinya, karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang memiliki sifat ilmiah dan memenuhi syarat keilmuan. Syarat keilmuan yang dimaksud di sini adalah :

  a. Isi kajian berada pada lingkup pengetahuan ilmiah

  b. Menggunakan metode berfikir ilmiah yang logis dan sistematis

  c. Bersifat objektif Nah, dari definisi di atas kita sudah mulai tahu apa itu karya tulis ilmiah. Jadi,

  tidak semua tulisan bisa dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Puisi, prosa, pantun, dan cerpen tentu tidak termasuk dalam karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah memiliki beberapa jenis. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis karya tulis ilmiah tersebut, sobat muda bisa membaca keterangan berikut.

  Jenis-jenis karya tulis ilmiah

  Kita sudah tahu bahwa tidak semua tulisan bisa dimasukkan dalam klasifikasi karya tulis ilmiah. Selanjutnya, berdasarkan isi dan bentuknya, karya tulis ilmiah dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

  a. Buku Pelajaran Buku pelajaran merupakan karya tulis ilmiah di bidang pendidikan karena

  memiliki nilai kebenaran ilmiah dan disusun dengan landasan teori tertentu. Buku pelajaran mencakup materi pelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku pelajaran pun memiliki nilai kebenaran ilmiah dan disusun dengan landasan teori tertentu. Buku pelajaran mencakup materi pelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku pelajaran pun

  Gambar 1. Contoh sampul buku pelajaran

  b. Makalah Jenis berikutnya dari karya tulis ilmiah adalah makalah. Makalah adalah sebuah

  karya tulis ilmiah yang ruang lingkup permasalahannya mencakup suatu topik tertentu. Makalah memiliki ciri-ciri khusus ,yaitu :

  1. Merupakan hasil kajian literatur atau hasil laporan penelitian (baik penelitian laboratorium maupun lapangan) mengenai suatu permasalahan, misalnya adalah makalah hasil kunjungan studi ke salah satu pabrik minuman ringan.

  2. Mendemonstrasikan kemampuan menerapkan suatu teori dalam penanganan suatu kasus di lapangan.

  3. Menunjukkan kemampuan memahami suatu permasalahan dilihat dari sisi teoretik.

  4. Tersaji metode pemecahan masalah yang logis dan sistematis sesuai dengan teori. Bentuk makalah yang sering digunakan dalam karya tulis ilmiah ada dua

  macam, yaitu :

  1. Common paper, makalah yang dibuat secara deskriptif dan dengan mengemukakan berbagai aliran pendapat kemudian disampaikan argumentasi untuk mempertahankan salah satu aliran atau pendapat tersebut.

  2. Position paper, makalah yang dibuat untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis serta sebagai gambaran nyata atas keberpihakan penulis pada salah satu teori dengan dukungan argumentasi yang logis.

  c. Modul Selanjutnya, yang termasuk karya tulis ilmiah adalah modul. Tentunya kita

  sering mendengar atau membaca kata ”modul”. Apa itu modul? Modul adalah materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga pembacanya dapat menyerap sendiri materi tersebut. Jadi, dalam penyusunan modul harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga pembaca bisa menyerap materi dengn cepat. Beberapa contoh modul adalah modul pengoperasian komputer. Dalam modul tersebut akan disampaikan prosedur pegoperasikan perangkat komputer secara runtut dan praktis. Contoh selanjutnya adalah modul mata kuliah di Universitas Terbuka. Dengan model pembelajaran mandiri, mahasiswa universitas ini dituntut untuk bisa menguasai materi secara mandiri melalui modul yang telah disediakan.

  Gambar 2. Contoh sampul modul. Karya tulis ilmiah jenis ini dibuat untuk memudahkan pembacanya guna memahami suatu materi secara mandiri.

  d. Diktat Pelajaran Serupa dengan buku pelajaran, diktat adalah catatan tertulis suatu materi bidang

  studi yang disiapkan oleh guru untuk mempermudah penyampaian materi kepada siswanya. Perbedaan antara diktat dengan buku pelajaran adalah bahwa buku pelajaran diterbitkan oleh penerbit dan telah melalui proses pengecekan yang ketat. Diktat sifatnya lebih ringkas dan simpel daripada buku pelajaran dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswanya masing-masing. Tidak semua guru bisa membuat diktat karena walaupun terlihat mudah, namun proses penyusunannya memerlukan kemampuan khusus dan cukup menyita waktu. Jenis-jenis diktat pun bermacam-macam berdasarkan materi pelajaran yang disampaikan di dalamnya, seperti diktat pelajaran biologi, diktat pelajaran sejarah, dan diktat pelajaran komputer.

  e. Karya Terjemahan Sobat muda, karya terjemahan adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku

  atau karya tulis ilmiah yang berbahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Jadi, karya terjemahan bisa dianggap sebagai karya tulis ilmiah jika karya yang diterjemahkan juga termasuk karya tulis ilmiah. Sebagai contoh konkrit, bila karya yang diterjemahkan merupakan hand book (semacam buku pegangan suatu bidang keilmuan tertentu) maka karya tersebut termasuk karya tulis ilmiah. Selanjutnya, jika yang diterjemahkan adalah buku puisi maka tentunya karya terjemahan tersebut tidak termasuk karya tulis ilmiah.

  Gambar 3. Contoh karya terjemahan. Al Majmu‟ adalah kitab hukum Islam berbahasa Arab karya Imam Nawawi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

  Tentunya tidak semua orang bisa berprofesi sebagai penerjemah. Ada persyaratan-persyaratan khusus yang harus dipenuhi sebagai seoang penerjemah, di antaranya yaitu :

  1. menguasai materi yang akan diterjemahkan

  2. menguasai tata bahasa asing terkait

  3. menguasai bahasa Indonesia dengan baik

  4. menguasai teknik penerjemahan

  5. memahami latar belakang budaya dari bahasa asing tersebut Sobat muda yang memenuhi klasifikasi di atas, segera saja memulai debut

  karirnya sebagai penerjemah hebat. Selamat mencoba!

  f. Laporan hasil penelitian Laporan hasil penelitian merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan penelitian

  yang telah dilakukan atau sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan atau sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian

  g. Artikel Ilmiah Sobat muda sekalian, jenis selanjutnya dari karya tulis ilmiah adalah artikel

  ilmiah. Artikel ilmiah ini berbeda dengan laporan hasil penelitian yang baku. Artikel ilmiah menyampaikan materi yang lebih bersifat singkat, padat, dan mudah dipahami. Artikel ini terbagi menjadi dua macam yang berbeda, yaitu :

  1. Artikel ilmiah hasil penelitian, merupakan tulisan ilmiah yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Artikel ini disusun sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan semua aspek laporan hasil penelitian, tetapi dalam format yang lebih ringkas. Jadi, bisa dikatakan bahwa artikel ilmiah jenis ini hampir serupa dengan ringkasan atas semua bagian dari laporan hasil penelitian.

  2. Artikel ilmiah nonpenelitian, adalah artikel-artikel hasil pemikiran yang memiliki dasar teori yang jelas. Dasar teori tersebut bisa berasal dari hasil penelitian terdahulu ataupun berasal dari buku-buku teks.

  Nah, sekarang sobat muda sudah tahu kan apa itu karya tulis ilmiah beserta jenis-jenisnya. Selanjutnya, dalam bab berikutnya sobat muda akan diperkenalkan dengan cara-cara yang bisa digunakan untuk menggali ide hebat. Ide penelitian merupakan pijakan awal bagi peneliti sebelum melangkah lebih jauh. Dalam penilaian lomba karya tulis ilmiah, ide penelitian memiliki skor nilai yang tinggi. Untuk lebih jelasnya, sobat muda bisa mempelajari bagian selanjutnya dari buku ini. Keep spirit!

Motivasi kita-1

Memahat Diri

  Realita, manis ataupun pahit, adalah kenyataan yang mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih berharga. Sobat muda, ada suatu kiasan menarik yang menggambarkan betapa pentingnya suatu "masalah" dalam kehidupan ini.

  Tentunya kita tahu apa itu batu hitam. Mungkin dianggap sama sekali tak berharga, diinjak-injak, dan dicampakkan. Bahkan biasanya dijual per-truk. Bedakan dengan batu hitam yang sudah dipahat oleh pemahat ternama, tentu harganya akan melejit jauuuuuuh lebih tinggi. Bahkan batu hitam kecil yang sudah dipahat, bisa bernilai jutaan rupiah. Bandingkan dengan harga batu hitam biasa yang tak pernah tersentuh pahat....

  Sobat muda, apa yang membedakan keduanya? Mengapa selisih harganya begitu jauh? Dipahat mungki terasa sakit bagi batu hitam. Namun, ketahuilah bahwa sakitnya goresan pahat justru menambah nilai bagi si batu hitam. sobat muda, begitu juga dengan "masalah" yang kita hadapi, bagaikan pahat yang mengiris-iris kita. Mungkin terasa sakit, pilu, penuh derita. namun, itulah proses kita untuk menjadi pribadi yang bernilai tinggi.....

Bila sobat muda mengalami kendala dalam memahami bagian pertama ini, sobat muda bisa menghubungi

  saya via email

  anam.new.78gmail.com

Bagian kedua : MENEMUKAN IDE HEBAT

  Kawan, kita hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berusaha sebatas kemampuan, melukis mimpi dalam alam nyata. Mungkin kita bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, namun ingatlah kawan bahwa semua itu tak bisa membatasi mimpi kita. (Fatchul Anam Nurlaili)

  Ide penelitian, selama ini cukup menjadi kendala awal bagi para pemula. Sekilas, mungkin ide penelitian terlihat begitu mudah. Namun, dalam praktiknya banyak orang yang mengalami kebuntuan pada tahap ini.

  Saya seringkali bertanya kepada siswa bimbingan saya mengenai ide penelitian yang akan dia jalankan. Dengan pertanyaan yang sangat singkat „idenya apa nih?‟,

  terbukti mereka kelabakan untuk menjawabnya. Hampir 80 siswa kebingungan untuk menjawabnya. Jawaban yang terlontar mungkin sangat seadanya, „waduh, apa ya mas, bingung e‟. Ada juga yang menjawab „belum tahu mas mau ngapain. Gimana ya mas enaknya?‟ Nah loh, malah ganti nanya.

  Uraian di atas membuktikan bahwa untuk menemukan ide penelitian memang gampang-gampang susah. Padahal, dalam penilaian lomba karya tulis ilmiah, unsur ide penelitian memiliki porsi nilai yang cukup besar bila dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Juri akan memberikan apresiasi penilaian yang luar biasa tinggi terhadap ide yang orisinil, inovatif, kreatif, solutif, dan aplikatif. Sobat muda, di bagian ini akan dibahas mengenai cara-cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan ide penelitian dengan mudah.

  Memunculkan ide individu

  Seringkali kita terpesona dengan suatu ide hebat orang lain. Bagaimana tidak, mereka bisa menemukan ide luar biasa yang begitu bermanfaat bagi manusia. Pujian pun tak jarang kita lontarkan kepada mereka. Selama ini mungkin kita hanya sebagai penonton atas ide hebat tersebut. namun, bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah terbesit ide seperti itu dalam pikiran kita? Mungkin di antara pembaca sekalian akan banyak yang menjawab “tidak”, sedikitpun belum pernah terbesit ide sehebat itu.

  Terkait dengan hal di atas, banyak orang yang berpikir bahwa kemampuan menumbuhkan gagasan itu muncul karena adanya bakat sejak lahir, bukan karena belajar. Anggapan itu kemudian berkembang dan menancap kuat dalam alam bawah sadar mereka. Namun, ada juga orang yang berpendapat bahwa gagasan-gagasan muncul begitu saja dalam pikiran manusia. Mungkin saja pendapat tersebut betul, tetapi kita tidak dapat mengandalkan faktor kebetulan saja. Bila kita cermati, anggapan-anggapan tersebut merupakan produk pikiran kita sendiri yang menjadi penghalang untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan ide hebat. Secara alami, sebenarnya kita mampu memunculkan ide-ide besar yang bermanfaat.

  Pada tahap awal, kita harus tanamkan dalam diri kita bagaimana cara untuk dapat memunculkan gagasan-gagasan baru dan hebat sewaktu-waktu kita memerlukannya. Proses untuk menumbuhkan ide-ide baru bersifat aktif, bukan reaktif. Berikut ini adalah cara-cara untuk memunculkan gagasan baru.

  a. Identifikasi masalah

  Sekarang, pertanyaan mendasar yang harus kita jawab adalah ”mengapa kita perlu memunculkan ide-ide baru yang hebat?” Jawaban yang disampaikan tentunya adalah “untuk memenuhi kebutuhan kita dalam menemukan metode pemecahan masalah secara hebat”. Kebutuhan tersebut adalah induk penemuan sedangkan kesulitan yang sering kita temui adalah sering kali tanpa sadar kita mengejar permasalahan yang salah dan berputar-putar sendiri. Sebetulnya yang kita perlukan adalah pemahaman yang sangat jernih mengenai apa yang menjadi masalah sesungguhnya. Atau, dengan bahasa yang lebih mudah, kita harus melakukan identifikasi masalah secara tepat.

  Sebagai contoh adalah seorang dokter yang dituntut untuk memberikan obat secara tepat. Dalam hal ini, dokter harus mendiagnosis penyakit si pasien sehingga baru bisa menentukan obat apa yang cocok bagi pasien. Seperti halnya dokter, sebagai calon peneliti kita juga harus melakukan identifikasi masalah sehingga masalah utamanya bisa ditemukan. Hal ini membutuhkan kejernihan pikiran dan perlu dilatih sejak dini. Setelah masalah utamanya ditemukan, kita baru bisa menentukan solusi yang akan kita tawarkan.

  Contoh kasus : Mimin akan mengikuti suatu lomba karya tulis ilmiah yang diadakan oleh salah

  satu universitas negeri ternama di Yogyakarta. Lomba tersebut mengangkat tema

  “peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pangan berbahan baku lokal”. Awalnya dia bingung, topik apa yang akan dia pilih agar karyanya mengandung ide hebat. Akhirnya dia berkonsultasi dengan pembimbingnya dan terjadilah percakapan berikut ini.

  Mimin

  : Siang mas, saya mau ikut lomba karya tulis ilmiah, tapi saya bingung menentukan ide utama yang akan saya angkat mas.

  Pembimbing : Temanya apa emang ? Mimin

  : Temanya “peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pangan berbahan baku lokal” mas. Kira-kira mau tentang apa ya yang saya tulis?

  Pembimbing : Oke, sekarang saya tanya, mengapa ketahanan pangan kita perlu

  ditingkatkan?

  Mimin

  : Kan kita masih belum bisa lepas dari ketergantungan bahan pangan dari luar negeri mas sehingga dikatakan bahwa ketahanan pangan kita masih perlu ditingkatkan.

  Pembimbing : Iya, memang benar. Sekarang, bahan pangan apa yang masih harus

  kita impor 100 dari luar negeri?

  Mimin

  : Ehmmmm, apa yah. Oh iya, gandum mas.

  Pembimbing : Tepat sekali, gandum. Sebagai ide utama karya tulis ilmiahmu,

  coba kamu pikirkan, bahan pangan lokal apa yang bisa digunakan untuk mengganti tepung gandum dalam pembuatan suatu produk pangan? Harapannya kan impor gandum bisa menurun sehingga ketergantungan kita pada bahan pangan impor bisa dikurangi.

  Mimin

  : Bagaimana kalau kita mencoba memanfaatkan tepung singkong mas ? Kita bisa mencoba membuat berbagai macam kue kering dan brownis dari tepung singkong mas. Lumayan mas, bisa mengurangi ketergantungan tepung gandum.

  Nah, dari contoh kasus di atas, kebingungan Mimin sebenarnya terjadi karena dia belum memahami permasalahan utama dari tema yang ditentukan panitia penyelenggara lomba. Pembimbing berusaha mengarahkan pemikiran Mimin agar permasalahan utamanya bisa ditemukan. Sesuai percakapan di atas, permasalahan utamanya adalah “ketergantungan kita pada bahan pangan impor masih tinggi”.

  Setelah masalah utama tersebut diketahui, ide karya tulis ilmiah bisa diambil dari solusi yang bisa ditawarkan dari permasalahan tersebut. Sebagai solusinya, Mimin mencoba membuat produk pangan berbahan baku tepung singkong untuk mengurangi ketergantungan pada tepung gandum.

  b. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai Hal yang sangat penting sebelum kita mulai menyelesaikan suatu masalah

  adalah kita perlu menentukan, apa tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah kita. Cara ini sebenarnya berhubungan dengan cara sebelumnya. Hanya saja, dengan cara ini yang didahulukan adalah penentuan tujuannya terlebih dahulu dengan tidak begitu mementingkan identifikasi masalahnya. Penentuan ide penelitian dengan cara ini tidak bertentangan dengan cara sebelumnya. Keduanya bisa digunakan, tergantung dengan permasalahan yang dihadapi serta kecenderungan sobat muda sekalian selaku peneliti.

  Contoh kasus : Dari percakapan Mimin dengan pembimbingnya, kita bisa tahu bahwa Mimin

  benar-benar bingung mengenai ide apa yang akan dia angkat dalam karya tulisnya. Cara kedua selain identifikasi masalah, Mimin juga bisa menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ilmiahnya. Agar lebih jelas, berikut ini adalah contoh konkrit metode berfikir untuk menetapkan tujuan akhirnya.

  Mimin

  : Siang mas, saya mau ikut lomba karya tulis ilmiah, tapi nggak tau nih mas mau ngangkat ide apa.

  Pembimbing

  : Temanya apa, Min?

  Mimin

  : Temanya “peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pangan berbahan baku lokal” mas. Kira-kira mau tentang apa ya yang saya tulis?

  Pembimbing

  : Hmmm, emang menurutmu, apa sih maksud dari penulisan karya tulis ilmiah dengan tema di atas?

  Mimin

  : Ya kan biar dapat solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pangan mas …iya nggak sih ?

  Pembimbing

  : Yoa, benar. Makanya sekarang kamu mikirin produk baru yang memanfaatkan bahan baku lokal.

  Contoh kasus percakapan di atas sebenarnya mirip dengan contoh sebelumnya. Perbedaan yang mencolok bertumpu pada landasan awal berfikirnya. Pada percakapan sebelumnya, landasan berfikir untuk menemukan ide adalah berawal dari “menemukan masalah utama” sedangkan yang kedua berawal dari “tujuan atau solusi yang diharapkan”.

  c. Analisis SWOT Analisis masalah perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi serta solusi

  yang dibutuhkan, bisa dilakukan dengan membaca kasus-kasus yang serupa atau melakukan tanya jawab kepada orang-orang yang berkompeten. Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan melakukan analisis strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan) dan threats (ancaman), atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.

  Teknik ini ditemukan oleh Albert Humphrey, pemimpin proyek riset di Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktor- faktor utamanya kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.

  Aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Sebelum menuju contoh kasus tentang aplikasi analisis SWOT yang spesifik dalam penelitian, nih ada contoh kasus yang asik untuk lebih memahami analisis SWOT.

  Contoh kasus berikut ini adalah contoh sederhana analisa SWOT yang dibuat oleh seorang siswa SMA saat ingin memulai debut karirnya di dunia pacaran.

  Strength (Kekuatan)

  a. wajah saya lumayan ganteng

  b. IQ lumayan membanggakan b. IQ lumayan membanggakan

  d. saya punya bakat hebat di grup band

  Weakness (Kelemahan)

  a. kurang percaya diri

  b. masih minder jika bertemu cewek

  c. belum punya kendaraan pribadi

  Oppurtunities (Peluang)

  a. saya punya banyak teman yang punya adik cewek cantik

  b. banyak teman cewek sekelas yang belum punya pacar

  Threat (Ancaman)

  a. teman-teman cowok sekelas banyak yang berdompet tebal dan suka jago merayu

  b. siswa kelas lain banyak yang tebar pesona

  Dengan kondisi SWOT seperti di atas, bagaimana langkah yang harus diambil oleh si cowok SMA tadi saat akan memulai debut karir pacarannya ? Nah, paling tidak rekomendasinya adalah seperti berikut ini.

  a. lebih rajin berlatih di grup band dan cari kesempatan untuk manggung sehingga lebih terkenal dan jadi rebutan cewek

  b. belajar istiqomah update status, biar selalu eksis dan gaul

  c. hindari cari pacar di kelas. Mending cari adik cewek temannya karena masih gampang dibohongin

  d. tabung uang yang dimiliki untuk membeli motor guna mendongkrak performa

  e. harus tambah cool dan stylish untuk mengurangi mindernya

  Hal penting yang harus diperhatikan saat menggunakan analisa SWOT adalah “semua yang dituliskan haruslah jujur dan berdasarkan fakta”. Gimana coba bila si cowok SMA di atas hanya berandai-andai bahwa ia punya cukup uang jajan, tentunya arahan untuk menabung uang jajan buat beli motor pun jadi tidak berguna.

  Nah, sudah semakin jelas kan apa itu analisis SWOT. Sekarang kita akan beralih ke contoh kasus nyata tentang aplikasi analisis SWOT dalam hal penemuan ide penelitian. Analisis SWOT bisa digunakan dalam menentukan atau mengerucutkan ide, Nah, sudah semakin jelas kan apa itu analisis SWOT. Sekarang kita akan beralih ke contoh kasus nyata tentang aplikasi analisis SWOT dalam hal penemuan ide penelitian. Analisis SWOT bisa digunakan dalam menentukan atau mengerucutkan ide,

  Sebagai contoh kasus, Mimin akan membuat inovasi produk berupa brownis dengan bahan baku utamanya adalah tepung singkong modifikasi (tepung Mocaf). Untuk itu, ia melakukan analisis SWOT sebagai berikut.

  Strength

  a. Menggunakan bahan baku lokal

  b. Unik

  c. Tabungan yang dimiliki lebih dari cukup untuk melakukan penelitian ini

  Weakness

  a. Secara teori, pengembangan brownis dari tepung mocaf tidak seperti brownis yang dari tepung terigu (terancam bantat)

  b. Belum ada resep dan teknik yang baku untuk membuat produk ini

  Opportunities

  a. Belum banyak diangkat dalam penelitian ilmiah

  b. Isu diversifikasi pangan cukup menonjol

  Threats

  a. Potensi kegagalan produksi cukup tinggi

  b. Rasanya belum tentu enak Berdasarkan analisis di atas, Mimin menemukan beberapa rekomendasi yang

  merupakan penyempurna dari idenya tersebut :

  a. Membuat variasi substitusi tepung gandum-tepung mocaf untuk meminimalkan kebantatan produk

  b. Mengujikan produk pada responden hingga didapatkan resep yang disukai dengan menggunakan uji organoleptik

  c. Menonjolkan kebaruan produk serta kaitannya dengan program diversifikasi pangan yang digalakkan oleh pemerintah

  d. Yakin sebagai pribadi kreatif Oke sobat muda sekalian, satu hal yang tak boleh kita lupakan dalam rangka

  mencari ide hebat : kita harus yakin bahwa Tuhan menganugerahi setiap manusia mencari ide hebat : kita harus yakin bahwa Tuhan menganugerahi setiap manusia

  Kisah tentang Archimedes yang banyak diceritakan oleh orang adalah kisah saat Archimedes menemukan cara dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk baku. Menurut kisah tersebut, sebuah mahkota untuk Raja Hiero II telah dibuat dan raja memerintahkan Archimedes untuk memeriksa apakah mahkota tersebut benar-benar terbuat dari emas murni ataukah mengandung campuran perak. Hal tersebut diperintahkan pada Archimedes karena Raja Hiero II tidak mempercayai pembuat mahkota tersebut. Sobat muda, awalnya Archimedes ragu apakah ia bisa memecahkan teka-teki tersebut atau tidak. Namun, ia yakin bahwa suatu ketika pasti ia dapat menemukan ide untuk memecahkan teka-teki tersebut. Ia pun segera menerima titah sang raja tersebut.

  Saat Archimedes berendam dalam bak mandinya, tanpa sengaja dia melihat bahwa air dalam bak mandi yang tumpah sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes menyadari bahwa efek ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan membagi berat mahkota dengan volume air yang dipindahkan, kerapatan, dan berat jenis dari mahkota bisa diperoleh. Dengan cara inilah kemudian Archimedes bisa memecahkan misteri keaslian mahkota raja.

  Gambar 4. Secara tidak sengaja kreativitas Archimedes menghubungkan fenomena tumpahnya air dengan teka-teki dari raja

  Berat jenis mahkota akan lebih rendah daripada berat jenis emas murni apabila pembuat mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun logam dengan berat jenis yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan penemuannya ini, Archimedes melompat keluar dari bak mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu, kemudian berlari keluar ke jalan dan berteriak "Eureka!" (“Saya menemukannya”).

  Dalam kisah di atas jelas sekali bahwa munculnya ide adalah datang begitu saja. Kreativitas Archimedes lah yang kemudian mengkonversi realita tak disengaja menjadi teori hebat yang masih tetap diakui kebenarannya hingga saat ini. Nah, sama seperti Archimedes, sobat muda juga memiliki kreativitas yang bisa muncul kapanpun tanpa kita sadari.

  e. Mengamati benda Poin ini sebenarnya adalah salah satu dari sekian banyak tips untuk mengasah kepekaan kreativitas kita. Seringkali tips ini dilupakan oleh banyak orang sehingga perlu saya sampaikan di sini. Praktiknya cukup mudah :

  Amatilah salah satu benda yang ada di sekitar sobat muda selama kurang lebih setengah menit kemudian gambarkan kembali apa yang sobat muda ingat. Setelah itu, pikirkan secara acak : apa yang bisa sobat muda kerjakan dengan benda tersebut ?

  Tujuan dari latihan ini adalah untuk melatih ketajaman ingatan kita. Sebenarnya nggak hanya ingatan dan penglihatan saja yang dilatih. Ketika otak diberi pertanyaan untuk memunculkan kemungkinan yang bisa dilakukan dengan suatu benda maka hal itu bisa melatih otak dalam memunculkan kreativitas terpendamnya.

  Sebenarnya tidak hanya penglihatan saja yang bisa digunakan dalam latihan ini, semua indera dapat membantu kita dalam membangun kreativitas karena baik indera penglihat, pendengar, pencium, pengecap maupun peraba memperoleh berbagai masukan sepanjang hari. Membangun kreativitas berarti meningkatkan kepekaan penginderaan yang kita miliki. Itulah yang sobat muda bisa lakukan dalam latihan ini.

  f. Beri waktu pada otak Salah satu hal yang menakjubkan adalah bahwa kita dapat memerintahkan otak untuk bekerja secara otomatis bagaikan autopilot dalam pesawat. Apabila kita memberinya gagasan-gagasan dasar dan sejumlah rangsangan yang cocok, akhirnya otak akan memunculkan gagasan-gagasan yang dapat diteruskannya. Saat dihadapkan pada suatu tugas, sobat muda mungkin akan menunda sampai detik-detik terakhir, dengan alasan bahwa otak akan bekerja lebih baik kalau terdesak. Namun, dalam tulisan ini saya tegaskan bahwa :

  “Jangan menunda tugas”

  Mungkin ada benarnya bahwa ketegangan otak yang diakibatkan oleh mepetnya batas waktu tugas dapat mempersatukan pikiran dengan baik. Namun, hal tersebut tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada otak untuk menghasilkan pekerjaan yang maksimal.

  Mencari ide hebat pun juga seperti itu. Ada baiknya bila kita meluangkan waktu jauh-jauh hari sebelum deadline pengumpulan karya tulis sehingga kita diuntungkan dengan beberapa hal berikut :

  a. Mendapat ide yang di atas batas minimal

  b. Memiliki cukup waktu untuk menindaklanjuti ide hingga menulis laporan karya tulis ilmiahnya

  c. Tersedia cukup waktu untuk mengevaluasi hasil penelitian yang didapat c. Tersedia cukup waktu untuk mengevaluasi hasil penelitian yang didapat

  orang lain, dengan tujuan untuk mengetahui reaksi seseorang atas tindakan yang kita ambil. Sebagai contoh kasus, akan saya sampaikan cerita teman saya yang bisa dipanggil Uun.

  Uun adalah seorang mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan magisternya di Universitas Kassel, Jerman. Ia akan melakukan penelitian di Indonesia terkait pandangan konsumen terhadap informasi nilai gizi yang ada pada kemasan produk pangan. Untuk itu, dia membuat kuesioner yang akan dibagikan kepada responden. Kuesioner tersebut telah selesai dibuatnya dan tinggal dibagikan saja kepada responden. Namun, ia menyadari bahwa apa yang ia anggap sempurna belum tentu tidak memiliki kekurangan di mata orang lain. Ia kemudian mengirimkan rancangan kuesionernya kepada beberapa temannya via kotak masuk Facebook dan mengatakan :

  “Haloooo teman2ku tercinta, apa kabar? Aku sekarang lagi dalam proses pengerjaan thesis. Thesisku tentang "Perilaku konsumen terhadap label informasi nilai gizi pada produk pangan". Aku akan mengadakan survei terhadap konsumen di Semarang.

  Nah, untuk mendapatkan data, aku menggunakan kuesioner. Jadi intinya aku pengen minta pendapat teman2 mengenai konten kuesionerku sebelum aku distribusikan (ibaratnya FGD untuk evaluasi kuesioner sebelum digunakan). Kira2 kontennya sudah mudah dipahami atau belum? Apakah ada yang perlu diperbaiki? Dan kalo ada masukan-masukan monggo secara kalian kan anak pangan (email ini dikirimkan kepada kami yang merupakan alumni UGM jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian) heheee.

  Berikut aku lampirkan file kuesionerku, contoh label informasi nilai gizi produk pangan di Indonesia, dan file proposal thesisku kalo2 teman2 tertarik untuk membacanya”

  Teman saya Uun, dalam redaksi email di atas, berusaha membuka komunikasi dengan teman-temannya yang berlatar belakang pendidikan teknologi pangan. Langkah ini menurut saya cukup tepat karena dengan membuka diri terhadap saran dan kritik orang lain, ia akan mendapatkan masukan yang cukup berarti bagi kesempurnaan pemahamannya terhadap kuesioner yang telah dibuatnya.

  Memunculkan ide kelompok

  Mengumpulkan orang bersama-sama untuk mencari ide merupakan cara yang efektif, apabila ditangani dengan semestinya. Tapi, pertemuan itu dapat juga menjadi penghamburan waktu bagi para peserta apabila tidak ditangani secara benar.

  Gambar 5. Diskusi kelompok untuk menemukan ide penelitian ataupun mencari solusi atas kendala penelitian yang tengah dihadapi

  Di bawah ini ada beberapa tips agar pemunculan ide secara kelompok dapat berjalan secara efektif.

  a. Mempraktikkan brainstrorming Nah loh, ada istilah baru nih buat sobat muda sekalian. Brainstorming kalau diartikan secara etimologi bisa menjadi “badai otak” (brain=otak, storm=badai). Aneh kan?! Makanya harus dilihat secara terminologis juga biar nggak kacau pengertiannya. Brainstrorming akan lebih mudah dipahami sebagai “curah-gagasan”. Maksudnya, otak dibiarkan berfikir secara liar (bagaikan badai) agar bisa menghasilkan banyak ide. Maksudnya berfikir secara liar adalah bebas berfikir tanpa harus memperhatikan berbagai “kemustahilan” yang ada. Brainstorming ini akan memudahkan kita untuk mendapatkan banyak gagasan dengan cepat dan orisinil. Proses ini berlandaskan anggapan bahwa sekelompok orang yang bekerja bersama di bawah pimpinan yang baik, dapat memunculkan jauh lebih banyak ide daripada bekerja secara sendiri- sendiri. Metode ini membutuhkan satu orang pemimpin diskusi. Namun, perlu diingat bahwa pemimpin diskusi harus bisa mengkondisikan agar ide setiap anggota bisa muncul secara bebas, tidak boleh ada yang mencela ataupun meremehkan.

  b. Menyampaikan informasi penting Sebelum pertemuan brainstorming, beberapa hari sebelumnya para peserta harus mendapatkan informasi penting yang berisi beberapa hal, yaitu waktu dan tempat diskusi, pokok pembicaraan, dan hasil akhir yang diminta.

  c. Menggunakan pemandu Sobat muda, tujuan adanya pemandu adalah untuk mengarahkan dan

  mengendalikan pertemuan. Selain itu, juga untuk membantu para peserta mengembangkan gagasan-gagasan mereka tanpa ada kendalan dalam menyampaikannya (seperti keterangan sebelumnya). Tentunya, pemandu tersebut harus yang sudah berpengalaman dan menguasai bidang ilmu yang akan didiskusikan.

  Dengan adanya rencana yang jelas maka pemandu dapat mempersiapkan dengan baik sehingga ia dapat mengetahui banyaknya waktu yang tersedia dan mampu membagi waktu. Keuntungan cara ini adalah berkurangnya hambatan di dalam kelompok diskusi dibandingkan dengan diskusi brainstorming yang tanpa pemimpin.

  d. Tinggalkan pikiran negatif Jangan membiarkan pikiran-pikiran negatif muncul di permukaan karena akan

  menjadi penghalang keberhasilan diskusi. Pemimpin diskusi juga tidak boleh membiarkan adanya peserta yang mencerca gagasan orang lain karena hanya akan merusak suasana dan menimbulkan permusuhan. Seseorang yang telah dicerca tentunya akan mundur dan tidak akan bersuara lagi sehingga kehadirannya menjadi tidak berarti. Lebih buruknya lagi, ia akan menjadi agresif dan mencari peluang untuk melakukan tindakan balas dendam. Nah, kalau sudah begini, situasinya pasti ruwet dan tidak kondusif lagi untuk diskusi.

  e. Keaktifan peserta diskusi Dalam diskusi brainstorming, penting untuk menjaga peran aktif peserta

  diskusi dalam memberikan sumbangan ide ataupun pendapatnya, bukan hanya menjadi pengamat saja. Jika ada peserta yang hanya berdiam diri, maka ia harus didorong untuk memberikan sumbangan pemikiran. Jika ada peserta yang terlalu aktif, maka ia harus pula dikendalikan agar tidak sampai memaksakan ego atau pendapatnya. Inilah salah satu pentingnya keberadaan pemandu dalam diskusi brainstrorming.

  f. Belajar menghargai pendapat orang lain Sobat muda, terkadang sulit bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik, bisa

  dikarenakan orang tersebut memang menyebalkan atau hal yang diceritakan kurang menarik. Selain alasan-alasan itu, sebenarnya mendengarkan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan secara aktif. Keuntungan dari mendengar ialah perhatian kita akan lebih terarah ke masalah yang sedang dihadapi dan kita akan mendapatkan lebih banyak informasi. Peserta diskusi yang menyampaikan pendapat pun akan merasa dihargai sehingga suasana diskusi tetap kondusif.

  g. Mencatat hasil diskusi dan membagi tugas Usahakanlah untuk menyelesaikan satu masalah hanya dalam satu kali

  pertemuan saja. Tidak efektif untuk melanjutkan atau memulai lagi pada hari-hari berikutnya karena mungkin akan timbul masalah-masalah sampingan. Jika selama pertemuan, telah didapatkan hasil diskusi yang dianggap cukup maka buatlah suatu ringkasan akhir, dapatkan kata mufakat dari semua peserta, dan lakukan pembagian tugas secara merata. Hal ini seringkali saya sampaikan kepada siswa bimbingan saya. Setiap akhir diskusi saya katakan pada mereka : jangan lupa hasil diskusi ini dicatat, kemudian sebelum kalian pulang, bagilah tugas untuk menjalankan hasil diskusi ini.

Motivasi Kita-2

Doa Yang Terkabul

  Sobat muda, ada seorang ibu penjual tempe yang sudah berpengalaman dalam membuat tempe selama lebih dari 20 tahun. Suatu hari ia butuh uang ekstra untuk membayar SPP anak bungsunya yang telah menunggak beberapa bulan. Seperti biasa, satu-satunya penghasilan yang dapat ia harapkan adalah dari penjualan tempe. Katena butuh uang ekstra, iapun juga membuat tempe yang lebih banyak daripada biasanya. Namun, pada suatu malam ia heran karena tempe yang dibuatnya tidak kunjung jadi. Selama 20 tahun, baru kali ini ia gagal membuat tempe. Pada malam itu juga, dengan meneteskan air mata ia pun berdoa kepada Tuhan : “Ya Tuhan, semoga tempe ini segera jadi. Dengan apa saya harus membayar SPP anak saya, wahai Tuhan?”

  Dan paginya pun, bim salabim. Tempenya masih tetap belum jadi. Sang ibu tertunduk lesu. Kali ini air mata yang mengalir lebih banyak dari pada yang semalam. Ia bingung. Tak ada lagi stok tempe yang tersedia. Dengan ragu, ia membawa tempe yang belum jadi tersebut ke pasar. Pasrah kepada Tuhan. Seperti biasa, ia menggelar dagangan di pasar. Tak satupun pembeli yang datang menghampirinya. Tiba-tiba ada seorang ibu- ibu yang bertanya dengan lembut, “Bu, ada tempe yang belum jadi? Saya

  butuh banyak untuk saya bawa keluar kota. Kalau saya bawa yang jadi, nanti di sana pasti sudah busuk”.

  Sobat muda, ternyata Tuhan mengabulkan doa ibu tadi dengan arti “terkabul” yang sesungguhnya.

Bila sobat muda mengalami kendala dalam memahami bagian kedua ini, sobat muda bisa menghubungi saya

  via email

  anam.new.78gmail.com

Bagian ketiga : PERSIAPAN MENULIS

  Sukses itu bukanlah ketika menjadi orang lain. Sukses adalah ketika kita bisa menjadi diri kita sendiri. (Fatchul Anam Nurlaili)

  Mencari bahan tulisan

  Sobat muda, kita bisa mendapatkan informasi dengan benar dari referensi aslinya jika kita mampu membacanya secara benar pula. Dalam hal ini, seorang pembaca yang baik adalah pembaca yang bisa memanfaatkan kelompok kata tertentu sebagai kunci pembuka gambaran. Tulisan yang dibacanya tidaklah kata demi kata, namun beberapa kata yang saling berkaitan. Setelah menangkap maksud umumnya, ia beralih ke deret kata lainnya sehingga ia bisa mendapatkan gambaran pemahaman tulisan tersebut secara umum.

  Dengan teknik membaca seperti di atas, pembaca mampu mengingat-ingatnya kembali secara lebih baik daripada membaca kata demi kata. Mengingat kembali inti bacaan, itulah hal yang penting bagi penulis karya ilmiah sehingga ia bisa kapan saja menghubungkan teori yang dibacanya dengan fenomena yang sedang ditelitinya.

  Untuk bisa membaca dengan cepat dan efisien, pembaca perlu menggarisbawahi kelompok kata yang membentuk ungkapan itu dengan pensil atau pulpen warna. Ketika membaca lagi, ia akan terbantu banyak oleh garis bawah atau tanda-tanda lainnya yang telah dibuatnya hingga ia bisa mendapatkan informasi yang banyak dari sumber yang dibacanya tersebut.

  Pada kenyataannya, ketika kita membaca suatu berita surat kabar mula-mula kita tidak membacanya kata demi kata. Namun, kita akan melihat judulnya terlebih dahulu dan itupun tidak kata demi kata. Jika sekiranya judul tersebut menarik, kita akan meneruskan membacanya dan jika tidak maka kita akan beralih ke berita lainnya pada halaman yang sama.

  Nah, seperti halnya membaca berita seperti di atas, ketika membaca buku pun secara tidak sadar kebanyakan dari kita juga seperti itu. Mula-mula kita akan menjelajahi terlebih dahulu bahan bacaan tersebut sehingga kita tahu apakah perlu untuk meneruskannya atau tidak. Membaca secara grambyangan (global) terlebih Nah, seperti halnya membaca berita seperti di atas, ketika membaca buku pun secara tidak sadar kebanyakan dari kita juga seperti itu. Mula-mula kita akan menjelajahi terlebih dahulu bahan bacaan tersebut sehingga kita tahu apakah perlu untuk meneruskannya atau tidak. Membaca secara grambyangan (global) terlebih

  1. Relevan dengan tema penulisan karya ilmiah kita

  2. Terlalu mendasar dan hanya mengemukakan hal-hal yang sudah lama menjadi pengetahuan umum

  3. Terlalu sulit dicerna

  4. Menjawab permasalahan yang sedang kita hadapi dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah

  Membaca secara grambyangan atau mengambil makna globalnya saja ini dapat menghemat waktu karena kita tdak perlu membacanya hingga akhir tulisan, kata demi kata. Kalaupun suatu tulisan perlu dibaca berulang-ulang maka pembacaan global yang telah dilakukan sebelumnya sudah bisa memberikan gambaran umum mengenai kerangka tulisannya. Kerangka tersebut akan menolong kita untuk membedakan, pokok-gagasan, konsep, atau gambaran dari perincian kecil yang sebenarnya tidak perlu dibaca.

  Untuk menjelajahi isi buku secara cepat, kita harus melihat daftar isinya terlebih dahulu sehingga bisa mendapatkan gambaran topik yang disajikan dalam buku tersebut. Setelah itu, kita membaca secara sekilas kata pendahuluannya sehingga kita bisa mengetahui latar belakang dan tujuan dari ditulisnya buku tersebut. Selanjutnya, kita baru menuju keterangan di tiap bab.

  Pencarian referensi tulisan dari suatu buku bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah :

  1. Memilih dan mengumpulkan pokok isinya saja

  2. Mencari jawaban atas permasalahan yang sedang kita hadapi

  3. Mengecek kebenaran suatu pernyataan, baik yang bersumber dari buku lain, hasil penelitian yang kita dapat, maupun di bagian lain dari buku itu sendiri.

  Jujur menyampaikan informasi