LPJ Kuliah Praktek Teknik Mesin

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
PT. GE Lighting Indonesia merupakan salah satu cabang perusahaan yang

berpusat di Amerika Serikat, yang bergerak sebagai perusahaan produsen lampu
listrik yang terkemuka di dunia untuk negara-negara komersial dan industrial.
Produk yang dihasilkan oleh PT. GE Lighting Indonesia adalah lampu pijar
(Incandescant Lamp) dan lampu TL (Tube Lamp).
Pemilihan PT. GE Lighting Indonesia, sebagai tempat kerja praktek
dikarenakan perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang industri Lampu dan di dalam operasinya melibatkan berbagai Proses
Produksi.
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia terutama
tenaga ahli dibidang Teknik Mesin diperlukan suatu keterampilan tersendiri yang

sanggup mengikuti persaingan global yang kompetitif. Untuk itu, peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Teknik Mesin harus diimbangi dengan
penambahan wawasan langsung di dunia kerja. Penambahan wawasan dalam
dunia kerja bagi mahasiswa didapatkan melalui kerja praktek, dan dengan adanya
kerja praktek ini berarti ilmu yang dimiliki mahasiswa dapat diaplikasikan.

1.2

PELAKSANAAN
Kerja Praktek dilaksanakan di PT. GE Lighting Indonesia yang terletak di

Jalan Magelang Km 9,6 Denggung, Tridadi, Sleman, Yogyakarta, 55511.
Tepatnya di bagian Incandescent Lamp (Lampu Pijar).
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek selama satu bulan, yang dimulai sejak
tanggal 5 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 5 September 2008.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

1


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

1.3

TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum
1. Membina hubungan yang baik dan dinamis dengan dunia kerja
(perusahaan) dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia,
sebagai salah satu faktor produksi yang sangat penting untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang situasi, kondisi, dan kebutuhan dunia
kerja sebagai bahan informasi atau umpan balik untuk pengembangan
kemampuan mahasiswa.
3. Melatih dan membina hubungan kerja sama dengan atasan, bawahan, dan
karyawan dalam bekerja.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu
(S-1) di Jurusan Tenik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Islam Indonesia.
2. Memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh guna memperkuat cakrawala
berpikir tentang proses produksi di PT. GE Lighting Indonesia.

1.4

MANFAAT

1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Memberikan pengetahuaan yang lebih dalam dari dunia kerja yang akan
dihadapi oleh mahasiswa suatu saat nanti.
2. Kesempatan memperdalam ilmu maupun memahami profesi tentang
teknik-teknik untuk menangani masalah yang ada dalam Proses Produksi.
3. Melatih mahasiswa untuk berpikir secara alamiah dalam menganalisa
masalah secara terperinci sehingga didapatkan pemecahaan masalah yang
sesuai untuk diterapkan.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia


2

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Menjalin hubungan kerjasama yang baik, khususnya dalam pengembangan
ilmu dan teknologi dengan PT. GE Lighting Indonesia.
2. Bahan evaluasi akademis untuk pengembangan kuliah, pengajaran, dan
revisi kurikulum.
3. Mengetahui relevansi antara ilmu/ teori yang diberikan di bangku kuliah
dengan praktek/ kondisi kerja industri yang nyata.

1.4.3 Bagi Perusahaan
1. Membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki potensi bagi peusahaan.
2. Memberikan masukan yang lebih segar bagi perusahaan, sehingga lebih
dinamis.

3. Membantu alternatif proses penanganan masalah bagi perusahaan,
terutama mengenai proses produksi.

1.5

SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang dugunakan dlam laporan kerja praktek

ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, waktu pelaksanaan, tujuan,
dan manfaat pelaksanaan kerja praktek, serta sistematika penulisan laporan kerja
praktek.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai institut perusahaan,
antara lain status kepemilikan, sejarah singkat, struktur organisasi, unit kerja,
produk serta pemasarannya.
BAB III PROSES PRODUKSI
Bab ini menguraikan tentang kegiatan poroses produksi perusahaan,
khususnya menyangkut proses bagaimana pembuatan lampu pijar (Incandescent

Lamp) dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

3

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

BAB IV TUGAS KHUSUS
Bab ini berisi tentang analisa Mesin Mounting pada incandescent lamp
jenis GLS Gas Tipe PS 60 E-27, serta indikasi permasalahan, kualifikasi
permasalahan dan kemungkinan penyebabnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat tantang kesimpulan dan saran yang berupa rangkuman
dari pelaksanaan maupun dalam penulisan laporan pelaksanaan kerja praktek.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia


4

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
2.1

SEJARAH PERKEMBANGAN PERUSAHAAN
Pada awalnya di Indonesia ada dua buah pabrik PT. GE (General Electric)

Lighting Indonesia yang berada di Surabaya dan di Yogyakarta. Dengan alasan
untuk meningkatkan efisiensi perusahaan maka PT. GE Lighting Indonesia yang
berada di Surabaya akhirnya ditutup. Sampai dengan saat ini di Indonesia hanya
ada satu perusahaan PT. GE Lighting Indonesia yaitu PT. GE Lighting Indonesia
yang berada di wilayah Yogyakarta.
Perusahaan produsen lampu listrik yang berada di Yogyakarta ini, pada
dasarnya merupakan gabungan


atau merger antara PT. Sibalec (Sinar Baru

Electric) dengan PT. GE Lighting Indonesia, dimana PT. GE Lighting Indonesia
mempunyai saham yang paling besar. Penggabungan dua buah perusahaan ini
dilaksanakan pada 1 November 1996. Pada awalnya perusahaan ini memakai
nama PT. Sibalec dan semenjak penggabungan itu perusahaan ini berganti nama
menjadi PT. GE Lighting Indonesia. Perusahaan ini terletak di Jalan Magelang
Km. 9,6

Denggung, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Gedung dan fasilitas

perusahaan yang dipakai adalah fasilitas dan gedung yang digunakan oleh PT.
Sibalec pada waktu sebelum bergabung ke dalam PT. GE Lighting Indonesia.

2.2

STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan prinsip manajemen modern, suatu organisasi membutuhkan


strutur organisasi sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi itu
dikelola.
Demikian pula dengan PT. GE Lighting Indonesia sebagai suatu organisasi
atau perusahaan, strutur organisasi dibuat sebagai sarana untuk memperlancar
tugas-tugas dengan menekankan adanya pembagian tugas serta tanggung jawab,
koordinasi dan pelimpahan kekuasaan diantara para pemimpin perusahaan dengan

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

5

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

karyawan perusahaan. Bagan/ struktur organisasi di PT. GE Linghting Indonesia
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

2.3


PRODUKSI
Produk yang dihasilkan oleh PT. GE Lighting Indonesia adalah lampu

pijar (incandescant lamp) dan lampu TL (fluoroscent lamp). Merek-merek yang
dihasilkan antara lain:
1. GE Lighting Indonesia

: dengan berbagai merek ternama di dunia

2. Sibalec dan Dop

: kedunya merupakan produk asli PT.Sibalec

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

6

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia


Produk-produk ini dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu:
1. Produk Lampu Pijar (Incandescent Lamp)
Produk lampu pijar dapat dibedakan menurut beberapa kriteria, antara lain:
a. Menurut bentuk glass:
PS 60, MG 45, G 80, G 45, G 40, C 35
b. Menurut voltasenya:
110 – 130 volt, 220 – 240 volt, 240 – 250 volt
c. Menurut dayanya:
5 W, 10 W, 15 W, 25 W, 40 W, 60 W, 75 W, 100 W
d. Menurut jenis basenya:
E-27, E-14, B-22, B-15
Kode E: Edison, dengan base ulir
Kode B: Bayonet, dengan base bayonet (kait)
2. Produk Lampu TL (Tube Lamp)
Produk lampu ini dibedakan berdasarkan besar dayanya:
a. TL biasa atau FL (Fluorescent Lamp)
10 W, 15 W, 20 W, 40 W
b. TL bulat atau FCL (Fluorescent Circular Lamp)
22 W, 32 W

2.4

PEMASARAN

2.4.1 Wilayah Pemasaran
Produk PT. GE Lighting Indonesia memiliki cakupan daerah pemasaran
yang cukup luas baik untuk wilayah dalam negeri (lokal) maupun luar negeri
(internasional). Dengan berbagai merek produk yang sudah ternama, ditambah
dengan usia promosi pada media cetak, elektronik, dan periklanan maka produkproduk yang dihasilkan oleh PT. GE Lighting Indonesia mampu bersaing dengan
produk-produk sejenis.
Produk dengan merek Sibalec dan Dop dipasarkan terutama untuk wilayah
dalam negeri serta sebagian diekspor. Sedangkan merek-merek dari GE Lighting

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

7

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

dipasarkan dalam pasar Internasional (sebagai penyandang merek internasional
GE Lighting), dan sebagian lagi dipasarkan untuk wilayah Indonesia sendiri.

2.4.2 Saluran Distribusi
Saluran distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menyalurkan barang hasil produk ke konsumen akhir. Agar pendistribusian dan
penjualan dapat berjalan dengan baik, maka saluran distribusi harus bekerja secara
sinergis dan masing-masing tingkat harus bertanggungjawab atas tugas
pendistribusiannya.
Jalur distribusi yang biasa digunakan PT. GE Lighting Indonesia untuk
wilayah dalam negeri adalah sebagai berikut:
a. Produsen

Perwakilan

Agen

Pengecer

b. Produsen

Perwakilan

Agen

Grosir

c. Produsen

Agen

Pengecer

d. Produsen

Agen

Grosir

Konsumen
Pengecer

Konsumen

Konsumen
Pengecer

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

Konsumen

8

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

BAB 3
PROSES PRODUKSI
3.1

PRODUKSI INCANDESCENT LAMP
Mesin-mesin produksi incandescent jenis GLS Gas tipe PS 60 terdiri dari

Mesin Flare, Mesin Stem, Mesin Mounting, Mesin Sealing, Mesin Exhaust, Mesin
Basing, dan Mesin Ageing.
Semua mesin tersebut disusun sesuai dengan urutan proses produksi. Hal
ini dikarenakan proses produksi incandescent merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dari satu mesin ke mesin selanjutnya. Untuk memproduksi lampu
jenis incandescent dibutuhkan satu line mesin yang terdiri dari mesin-mesin di
atas.

3.2

BAHAN BAKU UTAMA
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi incandescent

jenis GLS Gas tipe PS 60 adalah:
1. Flare Tube
Yakni sebuah silinder yang terbuat dari kaca berdiameter ± 11,25 mm
yang akan befungsi sebagai pipa gas.
2. Exhaust Tube
Menyerupai Flare Tube, tetapi memiliki diameter yang lebih kecil yaitu ±
3,0 mm.
3. Kawat LIW (Lead In Wire)
Kawat LIW merupakan kawat pemegang/ penjepit filament dan juga
berfungsi sebagai penghantar arus listrik. Kawat LIW ini terdiri dari logam
Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Dumet (Du). Kawat LIW ini dibagi
menjadi 2, yaitu:

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

9

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

a. Susunan Cu – Du – Cu (45 x  0,4 – 5 x  0,3 – 30 x  0,4). Kawat
LIW ini berfungsi menghantarkan arus (-), dan disoldir di sisi samping
basing.
b. Susunan Ni – Du – Fuse (30 x  0,5 – 8 x  0,3 – 44 x  0,17).
Kawat LIW ini berfungsi menghantarkan arus (+), dan disoldir di sisi
kerucut/ keramik Base. Sedangkan Fuse berfungsi sebagai sekering.
4. Filament
Suatu penghantar yang dapat menghasilkan cahaya (berpijar) akibat
adanya aliran listrik dari kawat LIW.
5. Mo Wire
Suatu penjepit yang digunakan untuk menyangga Filament agar tidak
mudah terjadi hubungan singkat.
6. Glass Bulb
Yakni kaca yang berbentuk seperti bola yang berfungsi sebagai kepala
lampu dan menutupi bagian dalam lampu.
7. Coating
Yakni zat berwarna yang digunakan untuk memberikan warna putih pada
permukan dalam Glass Bulb. Terdiri dari campuran zat-zat kimia,
meliputi: Phospor (P), Zat Adesive (CMZ), Butyl Accetate, Netro
Cellulose (NC), dan Solactal.
8. Socket (Base)
Yakni konduktor pada bagian bawah atau kaki lampu yang nantinya akan
berhubungan langsung dengan arus listrik.

3.3

BAHAN BAKU PENDUKUNG
Sebagai bahan baku penunjang untuk memperoleh produk lampu pijar

yang berkualitas, maka digunakan bahan baku pendukung sebagai berikut:
1. Air/ Aquadest (H20)
Air digunakan sebagai pelarut/ pengencer (untuk coating dan zat-zat kimia
lain).

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

10

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

2. Cairan Kimia
Zat-zat kimia yang digunakan berfungsi sebagai pencuci komponenkomponen lampu semisal Filament dan LIW. Zat-zat kimia ini terdiri dari
AlZr, P3N5, Barium, Butyl Accetate.
3. Gas Kimia
Gas ini digunakan khususnya untuk pembakaran dan pengisian gas. Gasgas kimia yang digunakan antara lain: Liquid Petroleum Gas (LPG),
Hidrogen (H), Oksigen (O2), Nitrogen (N2), dan Argon (Ar).

3.4

MESIN FLARE
1. Fungsi
Mesin ini berfungsi untuk memproses bahan baku Flare Tube menjadi
Flare yang dimensinya disesuaikan standar.
2. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan sebagai input adalah Flare Tube dengan
ukuran:
Panjang

= 1250 mm

Diameter

= 11,25 mm

Tebal

= 0,9 mm

3. Proses
a. Prosedur yang harus dilakukan pada saat memasukkan Flare Tube pada
mesin adalah:

 Mengatur panjang Flare Tube

 Memasukkan Flare Tube yang dilengkapi dengan bantalan berlapis
Sindanium yang dapat berputar bebas atau licin. Sindanium ini
merupakan bahan yang tahan panas dan tidak melukai kaca.

b. Api potong denagn menggunakan H2 dan O2 supaya lebih tajam, tidak
dengan LPG atau asam.
c. Untuk pemotongan Glass dengan menggunakan sistem thermosock.
Pisau potong harus tajam dan bisa berputar dengan putaran Flare

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

11

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

dengan bebas dengan diberi pendingin uadar compressor yang juga
berfungsi memutar jarum pisau. Untuk ketinggian api potong dan pisau
harus sejajar.
d. Pengapian pertama sebagai pemanasan awal dengan sedikit oksigen.
Spuyer gas yang dipakai satu dengan strimin yang jumlahnya juga
satu. Posisi spuyer horizontal dan posisi api juga horizontal diarahkan
pada bagian paling bawah untuk membuat penebalan bagian bawah
Flare.
e. Pengapian kedua dengan sedikit oksigen. Posisi spuyer horizontal
dengan posisi api vertikal. Dipakai dua spuyer.
f. Pengapian ketiga dengan O2 dan SO2 sebagai pelumas pada
pembentukan Flare.
g. Proses Flaring, proses ini menggunakan reamer tipe plate yang dibuat
dari besi cor dengan tujuan untuk membuat penebalan Flare, menahan
panas, mempermudah perawatan, menyederhanakan mekanik. Reamer
dipansi dengan pengapian lemah.
h. Pendinginan arah ke dalam dengan angin compressor bebas air dan oli,
dengan tekanan ± 4 kg/cm2. Tujuannya adalah untuk menekan ke
dalam agar Glass tidak pecah saat pendinginan.

3.5

MESIN STEM
1. Fungsi
Menggabungkan Flare dari Mesin Flare dengan Exhaust Tube dan LIW
sebagai pemegang Filament.
2. Bahan Baku
Input bahan baku yang dipergunakan adalah Flare, Exhust Tube, dan LIW.
3. Proses
a. Pengapian

 Pengapian awal tidak menggunakan O2.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

12

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

 Pengapian awal cenderung ke bawah tetapi tidak sampai masuk ke
dalam Flare, sehingga tidak membakar LIW.

 Sedikit demi sedikit api dibuat sepanas mungkin dengan
menambahkan O2 agar Flare, Exhaust Tube dan LIW dapat merekat
erat.

 Dalam proses pengapian warna dumet akan berubah menjadi
kuning kemerahan.
Cu

CuO

Cu2O (kuning)

 Komposisi Ni – Fe + C agar sifat pengembangannya sama dengan
kaca
b. Pinching

 Pada posisi jepitan pertama, sebelumnya Glass dan dumet harus
sudah menyatu (Fusi), sehingga tidak ada gelembung yang terjebak
antara dumet dengan Glass.

 Sebelum jepitan pertama, warna bagian kaca yang akan dijepit
merah tua dan sesudah dijepit diberi O2.

 Tebal jepitan pertama kira-kira 4 mm dan jepitn kedua kira-kira 4,2
mm.
c. Tiupan Pembentuk Pundak Pembuat Lubang

 Sesudah jepitan pertama, pada Flare harus ditiup sekuat mungkin,
tetapi tidak sampai berlubang. Hal ini bertujuan untuk membentuk
pundak dan memperkecil Strain. Bersamaan ditiupnya Flare
tersebut

juga

dutiup

pada

bagian

Exhaust

Tube

untuk

memprsiapkan lubang. Angin peniup menggunakan compressor
yang dilengkapi dengan Flowmeter.

 Sebelum jepitan kedua atau tahap peniupan kedua, pada bagian
Flare untuk menahan bentuk, sedangkan tiupan pada Exhaust Tube
lebih kuat untuk membuat lubang, jepitan kedua ini berfungsi untuk
memperbaiki bentuk Stem.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

13

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

d. Annealing

 Tujuan Annealing adalah untuk mengurangi Strain.

 Suhu masuk Stem sekitar 300 0C, kemudian dipanaskan secepat
mungkin sampai 450 0C, kemudian didinginkan sampai 250 0C.

 Jika panas oven terlalu tinggi, maka pada saat keluar oven, suhu
jepitan masih tinggi sehingga akan terjadi Strain pada jepitan.

 Jika suhu oven terlalu rendah, maka suhu pada tabung belum cukup
tinggi sehingga terjadi Strain.

3.6

MESIN MOUNTING
1. Fungsi
Mesin mounting berfungsi untuk memasang Filament dan penyangganya
atau Mo Wire (penyangga Filament, dengan komposisi Molydenum) pada
Stem serta pemberian Getter (penangkap/ perangkap kotoran dengan
komposisi P3N5 dan AlZr/ Ba).
2. Bahan Baku
Input bahan baku yang dipergunakan adalah Stem, Filament, Mo Wire,
dan Getter.
3. Proses
a. Proses mesin mounting ini dilakukan setelah proses dari mesin Stem,
output Stem masuk ke mesin Mounting untuk penggepengan LIW
supaya LIW menjepit Filament lebih kuat dan rapat, penekukan LIW
dengan ukuran 3 – 4 mm.
b. Langkah selanjutnya adalah pemasangan Filament supaya terjepit
maksimal satu coil. Pemuntiran untuk membuat Filament searah
dengan jepitan Filament, lalu mendorong LIW ke belakang supaya
LiW tidak terbakar.
c. Berikutnya adalah pencetakan kepala anchor dan pemasangan Mo
Wire, kepala anchor harus berlubang dan Mo Wire tidak boleh
menjorok ke dalam lubang anchor.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

14

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

d. Langkah

selanjutnya

penggabungan

LIW

ke

depan

untuk

mempersiapkan pengerolan Mo Wire. Pada saat pengerolan Mo Wire,
rol harus rapat dan ekor harus ke atas searah dengan Mo Wire.
Pelumasan Mo Wire menggunakan Molybdenum Sulfide (MoS2).
e. Selanjutnya pembuatan Filament, dengan ketentuan LIW harus sejajar
dengan Stem, tinggi Mo Wire sama dengan tinggi LIW. Sedangkan
pembagian jarak Filament harus sama, kekencangan harus tertentu
yaitu satu menyentuh bagian atas dan satunya berjarak ¾ diameter, dan
jarak LIW untuk 25 W dan 40 W adalah 25 mm, sedangkan untuk 60
W, 75 W, dan 100 W adalah 27 mm.
f. Pemberian Getter dengan ketentuan sebagai berikut:
 P3N5

Berfungsi untuk menangkap O2 dan uap air. Getter ini bekerja
hanya sekali pada waktu Flashing dan bisa menangkap ke segala
arah.

 AlZr

Berfungsi untuk menangkap uap air selama umur lampu. AlZr bisa
bekerja aktif pada suhu ± 300 0C. AlZr hanya dipakai pada lampu
dengan ukuran Watt besar dan Coating. Jika stok AlZr habis, maka
fungsi AlZr ini sementara dapat digantikan oleh zat kimia lain yaitu
Barium (Ba).

3.7

MESIN SEALING
1. Fungsi
Mesin Sealing berfungsi untuk menggabungkan antara Glass Bulb dengan
hasil Mounting.
2. Bahan Baku
Input bahan bakunya adalah Glass Bulb dan output dari hasil Mounting
(Pance).

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

15

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

3. Proses
a. Head Sealing
Yang perlu diperhatikan dalam menyetel head Sealing adalah:
i. Tinggi Rendah Head
Untuk menghasilkan lampu yang baik, maka salah satu aspek yang
penting adalah penyetelan head Sealing yang baik pula, terutama
dalam hal:

 Tinggi Rendah Sepatu Sealing
Penyetelan sepatu Sealing harus benar-benar diperhatikan
dengan baik, karena hal ini akan mempengaruhi panjang pendek
lampu yang dihasilkan. Penyetelan sepatu Sealing yang terlalu
tinggi akan menghasilkan lampu yang panjang dan begitu pula
sebaliknya, jika terlalu rendah akan menghasilkan lampu yang
pendek.

Jadi

pada

prinsipnya,

penyetelan

harus

sama

ketinggiannya, lampu yang dihasilkan akan sama panjang.

 Tinggi Rendah Sealing Spindle

Penyetelan Sealing Spindle harus sama tinggi. Lampu menjadi
mentah bila penyetelannya terlalu rendah.

 Tinggi Rendah Penahan Potongan/ Tatakan Glass Bulb
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah jarak antara
penahan potongan atau tatakan Glass Bulb bagian bawah atau
mulut. Jarak yang ideal yaitu antara 15 – 20 mm. jarak yang
terlalu jauh dari mulut Glass Bulb dapat menyebabkan daerah
cetakan menjadi tipis karena sebagian kaca akan ikut turun.
ii. Jarak Head Sealing
Selain penyetelan ketinggian Haed Sealing yang sama, maka jarak
antara head Sealing harus sama baik dengan jarak antara titik pusat
maupun jarak terhadap lainnya. Jarak head yang tidak sama akan
mengakibatkan:

 Penyetelan terhadap cetakan tidak sama

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

16

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

 Hasil cetakan tidak sama

 Banyak terjadi retak pada waktu proses cetak

 Pada waktu Marking, lampu tidak bisa lurus dengan
capnyakarena hasil Sealingyang tidak menggelembung

 Banyak kegagalan saat loading dalam mekanik Glass Bulb dan
Mounting yang masuk ke Sealing
iii. Putaran Head Sealing
Karena posisi spuyer pengapian di Mesin Sealing hanya di bagian
luar saja, maka putaran head Sealing perlu diperhatikan dan
terpisah dari putaran index, sehingga mudah dalam penyetelan
putarannya. Putaran head Sealing yang baik adalah 1,2 putaran tiap
index. Hal ini dimaksudkan supaya spuyer api tidak menganai
bagian yang sama setiap pergeseran mesin, tetapi akan kembali ke
bagian yang sama setelah lima kali pergeseran.
b. Pengapian
Api pemanasan Glass Bulb dimulai dari head pertama sampai depan
cetak. Api disemprotkan pada Glass Bulb tersebut. Fungsi pemanasan
ini untuk menghilangkan uap air, karena dalam Glass Bulb tersebut
masih mengandung 8 % uap air.
c. Kurva suhu pemanas

 Bidang pertama adalah daerah pemanasan awal sampai temperatur
600 0C saat Glass Bulb sudah mulai mencair, yang dimaksudkan
untuk AlZr meggabungkan Glass Bulb dan Flare menjadi satu.

 Bidang kedua adalah daerah pemanasan dan pemerataan bagian
atas Flare dengan suhu 600

0

C yang dimaksudkan untuk

memudahkan pemotongan dan pemanasan awal daerah cetak.
Posisi api sedikit ke atas dengan temperatur ± 600 0C untuk
melunakkan Glass Bulb pada waktu cetak.

 Pada bidang ketigatidak ada pemanasan Glass Bulb, tetapi
pemanasan cetakan itu sendiri sampai suhu 150 – 200 0C. pada

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

17

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

posisi ini Glas Bulb dicetak dengan angin compressor biasa,
sehingga suhu turun dari 600 0C menjadi ± 500 0C.

 Bidang keempat adalah daerah strain dimana setelah dicetak, suhu
diturunkan hingga 400 0C dan pengapian di daerah cetak dengan
angin blower panas di bagian puncak bola.

 Pada bidang kelima menurunkan suhu dari 400 0C m enjadi 300 0C.
 Bidang keenam atau lampu masuk Exhaust menunjukkan Glass
Bulb masuk masih mempunyai suhu 300 0C.
d. Suhu kepala Glass Bulb
Pemanasan

Glass

Bulb

pada

dasarnya

dimaksudkan

untuk

menghilangkan uap air yang ada di permukaan Glass Bulb, walaupun
terlihat kering. Glass Bulb bagian puncak dipanasi hingga temperatur ±
230 0C dengan spuyer diarahkan dari 3 bagian, yaitu 2 dari samping
dan 1 dari atas. Untuk mengetahui suhunya, cukup ditest dengan
menggunakan Indikator Biru (Thermopaint).

3.8

MESIN EXHAUST
1. Fungsi
Fungsi Mesin Exhaust adalah untuk menghampakan bagian dalam lampu
(pada jenis lampu gas, juga berfungsi untuk memasukkan/ mengisi gas).
2. Bahan Baku
Sebagai input, bahan bakunya adalah:
a. Gas N2 (Nitrogen) dan Ar (Argon)
Bahan baku ini harus sangat sedukit kandungan impuritisnya, terutama
kandungan oksigen, karena bila kandungan oksigennya cukup banyak
akan menyebabkan lampu lebih cepat mati (mengurangi umur lampu).
b. Hasil dari Mesin Sealing
Setelah persyaratan-persyaratan di bagian depan terpenuhi dan sesuai
standar, maka penyetelan mesin berikutnya yang tidak kalah pentingnya

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

18

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

adalah pada Mesin Exhaust. Mesin ini mempunyai peran yang sangat
penting dalam penentuan kualitas lampu.
3. Proses
a. Penghampaan, Pemanasan, Pencucian, dan Pendinginan
Mesin terbagi dalam 32 posisi, pada prinsipnya yang tidak dilakukan
hanya proses penghampaan, tetapi juga diFlashing atau dicuci dengan
gas N2 yang dilakukan sebanyak 10 kali, yang kemudian dihampakan
kembali dalam 4 posisi terakhir. Dengan cara ini penghampaan lebih
efektif dalam menghilangkan oksigen, uap air, dan impuriti lainnya.
Disamping dengan cara tersebut ada cara lain dengan dioven sebanyak
18 posisi yang bertujuan untuk memanaskan lampu sehingga impuriti
yang terpanaskan akan mengembang dan mudah untuk dihisap oleh
compressor vacum.
Tujuan pengisian gas N2 dalam Flashing ke dalam lampu adalah:

 Gas N2 sifatnya netral, sehingga tidak mempengaruhi kualitas
lampu

 Sebagai pendingin lampu

 Dapat mencegah timbulnya arching
Dengan mesin Exhaust, lampu dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Posisi 1, lampu masuk dari Mesin Sealing lewat konveyor
annealing

 Posisi 2 dan 3, menyedot udara dalam kapasitas besar

 Posisi 4, detector mengontrol adanya kebocoran lampu
 Posisi 5, 6, dan 7, adalah vaccum tunggal

 Posisi 8, memasukkan gas N2 sebagai Flashing

 Posisi 9, adalah vaccum

 Posisi 10 – 24, berselang-seling N2 dan vaccum
 Posisi 25 – 29, adalah vaccum tunggal

 Posisi 29, adalah pemanasan pertama Exhaust Tube

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

19

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

 Posisi 30, adalah pemanasan kedua Exhaust Tube bersamaan
dengan masuknya gas Ar

 Posisi 31, adalah Pinching yang dibarengi dengan pengambilan
lampu. Pinching Mesin Exhaust adalah proses pemanasan Exhaust
Tube sampai suhu mendekati melting point kemudian dijepit

 Posisi 32, adalah pemanasan head Exhaust, sehingga tidak terjadi
perbedaan suhu antara sepatu dengan Glass Bulb
b. Pengisian Gas
Tujuan dimasukkannya gas N2 dan Ar adalah:
 Menekan penguapan Filament

 Mencegah arching, sehingga mendapatkan umur lampu yang
tambah lama

 Melindungi Filament dari impuriti

 Perbandingan gas N2 dan Ar adalah:

 Lampu jenis PX 60, 92 % Ar dan 8 % N2
 Lampu jenis G 40, 85 % Ar dan 15 % N2

 Lampu dengan daya lebih dari 250 W, 100 % N2
Gas-gas tersebut dimasukkan pada posisi terakhir setelah vaccum,
maksudnya adalah dalam lampu tersebut dimungkinkan bebas impuriti,
sehingga gas Ar baru dimasukkan. Gas Ar dimasukkan ke dalam
dengan tekanan 650 – 700 mmHg (tekanan standar adalah 625 – 660
mmHg).
c. Glow Test
Glow Test adalah cara terbaik untuk mengetahui baik tidaknya lampu.
Dengan perbedaan warna test tersebut dapat diketahui watak dan
kondisi dari lampu tersebut. Glow Test dilakukan pada saat Exhaust
Tube sudah terpotong dan dimbil sample intuk dilakukan Glow Test.
Untuk membedakan warna dan syarat lampu yang baik serta gas yang
ada di dalam lampu tersebut adalah:

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

20

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

 Bila gas Ar baik dan tekanan cukup, maka pancaran sinar terpusat
pada LIW, tidak menyebar dan berwarna keunguan.

 Bila lampu banyak impuriti, maka pancaran akan menyebar, tidak
terpusat dengan warna hijau keunguan.

 Bila gas Ar baik tetapi tekanan kurang, maka pancaran terpusat ke
LIW tetapi warnanya keunguan dan putih susu.

 Bila lampu bocor, maka pancaran tidak akan terpusat dengan
warna biru kekuningan.

 Bila lampu hanya berisi N2, maka tidak ada pancaran.
d. Cara Test Lampu
Diambil 3 buah lampu, kemudian dilakukan Glow Test sebelum
Flashing. Bila lampu baik maka akan terlihat warna ungu. Lampu
kemudian dinyalakan dengan tegangan yang dinaikkan dari 0 volt
sampai menyala lemah, setelah itu lampu dinyalakan selama 1 menit
pada tegangan cukup tinggi sampai lampu menyala terang. Setelah
selesai, kemudian dilakukan Glow Test lagi.

 Jika warna test pertama dan kedua sama yaitu hijau kekuningan ,
maka di dalam lampu terlalau banyak impuriti.

 Jika warna test pertama berbeda dengan warna test yang kedua,
yakni berwarna biru dan keunguan, maka berarti Flashing dan
Getter burfungsi dengan baik dan lampu menjadi baik.
Dengan cara ini dapat dibedakan lampu yang belum dinyalakan dengan
yang sudah dinyalakan, yaitu adanya perbedaan warna dengan warna
test yang kedua, menunjukkan hasil yang lebih baik karena Getter
sudah bekerja.
e. Pengaruh Getter Terhadap Lampu
Untuk lampu gas juga dipakai Phospor Nitrit (P3N5) yang berwarna
putih kekuningan. Getter ini akan bekerja pada waktu lampu diFlashing. Pada waktu dinyalakan, P3N5 akan menguap dan bereaksi
dengan O2 yang ada. Untuk lampu jenis coating ditambah dengan

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

21

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Getter AlZr, yang ditempelkan pada Exhaust Tube yang berfungsi
untuk mengikat uap air yang ada pada bahan coating yang higroskopis.
f. Catatan dan Masalah Setelah Terjadi Exhaust

 Arching akibat di dalam lampu masih banyak terdapat impuriti,
antara lain Oksigen, partikel-partikel yang mudah terkonduksi,
sehingga di dalam jepitan yang meleset tersebut akan terjadi
Arching. Untuk mengurangi Arching di dalam lampu gas harus
diperhatikan pula konsebtrasi gas Ar dan N2, karena gas Ar dapat
menghantarkan listrik, sedangkan gas N2 tidak. Bila listrik
dihidupkan maka akan terjadi ion-ion Cu. Ion Cu ini akan
bersentuhan dengan gas Ar, padahal gas Ar dapat menghantarkan
listrik, sehingga jika melalui molekul gas ini, kedua kutub akan
semakin mudah terjadi hubungan singkat. Tetapi dengan adanya
N2, hal ini akan teratasi karena molekul gas N2 yang netral lebih
kecil dari gas Ar.

 Blacking terjadi karena terlalu banyak impuriti dalam lampu,
sehingga Getter tidak mampu mengatasi sepenuhnya. Contohnya
adalah Filament kotor, sehingga saat Folament dinyalakan akan
terjadi penguapan dalam waktu singkat dan akan menempel ke
dinding dan Glass akan terlihat hitam.

 Filament kendor setelah Flashing akibat dari bahan Filament terlalu
kasar dan atau bahan perekat Filament kurang silikat.

 Komposisi gas Ar dan N2 yang kurang seimbang akan
mempengaruhi lumen per Watt akan turun. Bila Ar banyak dan N 2
sedikit, maka lumen akan naik, dan umur lampu akan turun.

 Overhaul center valve dilakukan 1½ tahun sekali.

 Pada saat itu dilakukan test dengan optikal flat disk dan barel disk
yang disinari dengan cahaya monochromatic. Hasil yang baik
adalah yang garisnya rata, bukan tidak beraturan.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

22

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

3.9

MESIN BASING
1. Fungsi
Fungsi Mesin Basing adalah untuk menghubungkan hasil Mesin Exhaust
dengan Base (Socket).
2. Bahan Baku
a. Base (Socket)
Base dibuat dari bahan Aluminium dengan sedikit campuran Tembaga
dan isolator. Bentuk Base harus benar-benar bulat, karena bila tidak
bulat benar akan membuat lem yang ada di dalam Base akan keluar
pada saat dipasang pada Glass. Menurut jenisnya, Base ada beberapa
macam diantaranya E-27 dan B-22. Jenis E-27 mempunyai luas lebih
besar daripada B-22 pada bidang perekatan dengan Glass, sehingga
semen yang mengembang akibat terpanasi akan mengisi ruang kosong
yang ada tetapi tidak menekan Glass maupun Base. Sedangkan pada
jenis B-22 jarak seal dengan Base sangat dekat, yang memungkinkan
pengembangan semen akan menekan Glass dan base sehingga jenis ini
harus lebih kuat daripada E-27.

b. Semen
Pembuatan semen diusahakan tidak terlalu encer, karena akan
menyulitkan penekanannya pada Bese dan untuk menjaga agar pada
pemanasan tidak meleleh keluar. Bahan yang dipakai adalah
Glassbond putih dan MIBK.
c. Flux
Patri samping meliputi Alcoa Flux 60 % dan Philips Flux 40 %.
Phillips Flux meliputi ZnCl2 + NH4Cl + Air + Glycerine.
3. Mesin
a. Head
Jumlah head Mesin Basing pada umumnya adalah 48. Dalam
penyetelan head Basing yang perlu diperhatikan yaitu:

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

23

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

i.

Jarak Head
Banyaknya

mesin mekanik pada Mesin Basing membuat

penyetelan jarak head harus benar-benar baik. Yang perlu
diperhatikan adalah kesamaan jarak antar head dan kesamaan jarak
dari titik pusat. Ketidaksamaan dalam penyetelan head akan
mengakibatkan kegagaln proses basing terutama perlakuan
mekaniknya, karena gerakan mekanik hanya tertuju pada titik yang
sudah dutentukan.
ii.

Tinggi Rendah Head
Akibat yang ditimbulkan apabila penyetelan ketinggian head tidak
sama, pada dasarnya hampir sama dengan akibat ketidaksamaan
pada jarak head, hanya saja ada hal lain yaitu bisa mengakibatkan
pecah lingkar yang diakibatkan oleh api samping yang mengenai
Glass pada waktu proses penyolderan samping.

b. Flashing
Proses Flashing atau penyalaan dilakukan sebelum pemanasan
sejumlah 7 posisi yang dilengkapi dengan pengaturan tegangan pada
msing-masing posisi. Untuk menghasilkan penyalaan yang baik dan
100 % bisa menyala, maka mekanik penyalaan dibuat seperti tang
penjepit untuk bagian atas dan bagian sampingditekan dengan kuat.
Penjepit atas maupun penjepit samping dibuat dari Tembaga yang
mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Penjepit atas untuk arus
positif dan penjepit samping untuk arus negatif. Waktu penyalaan
diatur oleh Microswitch yang duhubungkan dengan timer.
c. Pengapian
i. Pengapian Untuk Lem atau Semen
Jenis spuyer yang dipakai adalah spuyer pensil dengan posisi
pengapian terbuka, dengan maksud agar penguapan dalam proses
pengapian tidak terhambat spuyer, yang teriri dari 2 tahap dengan
setiap tahap mencakup 7 posisi. Setiap posisi terdiri dari 6 spuyer

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

24

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

pensil, 3 dari dalam dan 3 dari luar. Tahap pertama, pengapian
dibuat panas secepat mungkin, kemudian tahap kedua suhunya
dibuat lebih rendah.
ii. Pengapian Soldir Atas dan Patri Samping
Jenis spuyer yang dipakai juga spuyer jenis pensil. Untuk proses
soldir atas dan patri samping dipakai Flux. Pengapian untuk patri
samping hanya memakai 1 buah spuyer pensil dan untuk soldir atas
dipakai 2 buah spuyer pensil.
Proses penyolderan untuk Base jenis B-22 atau Bayonet dugunakan
4 buah spuyer pensil dan dilakukan 2 kali penyolderan. Posisi
daerah yang akan disoldir adalah luar dan dalam, bukan kanan dan
kiri. Pertama, bagian luar dulu dengan 2 spuyer pensil, kemudian
yang kedua adalah bagian dalam pada posisi yang lain dengan 2
spuyer juga.
d. Sensor
Penyensoran pada Mesin Basing dimaksudkan untuk memisahkan
antara lampu yang jelek dengan lampu yang baik. Alat sensor
dihubungkan dengan komputer sehingga bisa dengan teliti melakukan
penyensoran. Sistemnya adalah dengan menggunakan daya, dengan
ketentuan juka daya lebih atau kurang dari 4 % daya nominal, maka
lampu dianggap jelek. Lampu yang jelek akan dipisahkan secara
otomatis oleh selenoid yang dihubungkan dengan sensor tersebut.
Sistem yang bekerja adalah palt akan ditarik bila lampu yang keluar
tidak memenuhi standar, palt kan kembali lagi atau selenoid mati bila
lampu yang keluar baik dan memenuhi standar yang ditentukan.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

25

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

4. Proses
a. Flashing
i. Fungsi Flashing
Flashing berfungsi untuk menstabilkan Filament dan juga
menguapkan impuriti dari Filament sehungga bisa bereaksi dengan
Getter.
ii. Flashing Schedule
Semua proses Flashing dilakukan pada Mesin Basing, baik untuk
lampu gas maupun untuk lampu vaccum. Flasshing terdiri dari 7
posisi yang tiap posisinya dapat distel tegangannya sesuai dengan
kebutuhan. Semua posisi memakai tambahan Ballast kecuali posisi
terakhir.
Adapun susunan Flashing-nya adalah sebagai berikut:

 Untuk daya 25 W dan 40 W, tegangan Flashing maksimal 70 %
dari tegangan minimal. Hal ini untuk menghindari Filament
menjadi rapuh bila tegangan Flashing di atas 70 %. Untuk
Filament 60 W jika dijumpai masalah seperti pada Filament 25
W dan 40 W, maka harus diFlashing pada tegangan maksimal
70 % tegangan nominal.

 Untuk daya 60 W ke atas adalah 75 %, 80 %, 90 %, 110 %, dan
120 % dengan Ballast 60 Ω dan diakhiri dengan 100 % tanpa
Ballast.
iii.

Pengaruh Flashing pada jenis lampu gas adalah Filament akan
menjadi lebih pendek setelah dilakukan proses Flashing.

b. Pengapian
Proses pengapian pada dasarnya adalah proses perekatan antara Base
dengan bahan perekatnya, yakni semen atau Glassbond dan alkohol.
Untuk mendapatkan hasil perekatan yang kuat, maka sistem
pengapiannya dibuat dalam 2 tahap. Tahap pertama temperatur

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

26

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

dinaikkan secepatnya agar semen cepat mengembang dan tahap yang
kedua adalah temperatur diturunkan.
Hasil tersebut dimaksudkan agar:

 Semen dengan cepat mengisi bahan yang kosong.

 Menghindari keluarnya semen karena sifatnya yang agak encer.
 Mengurangi penguapan alkohol.
 Hasil rekatan jauh lebih baik.

Untuk Base jenis B-22 atau Bayonet, volume semen perlu diperhatikan
karena jenis ini lebih kuat daripada Base jenis E-27 dan semen
cenderung menembang bila terkena panas, sehingga kalau semen
terlalu banyak, maka semen akan mendesak Glass atau Exhaust Tube
yang bisa membuat keretakan pada daerah yang terkena desakan
tersebut. Suhu pengapian dapat dicek dengan melihat perubahan warna
pada lem. Jika warna kuning kecoklatan, maka suhu pengapian sudah
cukup. Kualitas hasil perekatan dapat dilihat dari test momen puntir.
Posisi perekatan Base yang benar adalah menghadap ke bawah agar
alkohol tidak mudah menguap dan juga mencegah kemungkinan
terjadi pecah lingkar. Jika posisi perekatnya menghadap ke atas maka
ada kemungkinan semen akan turun dan aluminium akan langsung
bersentuhan dengan Glass, sehingga bagian yang menyentuh Glass
akan menimbulkan pecah lingkar.

3.10 MESIN AGEING
1. Fungsi
Mesin Ageing digunakan sebagai final test line production.
2. Bahan Baku
Bahan baku inputnya adalah berupa finished product (output dari Basing).
3. Proses

 Lampu output Basing ditest kebocoran dan penyoldirannya.

 Lampu dimasukkan ke dalam head Ageing, untuk proses Ageing.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

27

Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

 Lampu dikeluarkan dari head Ageing, kemudian disortir.

 Selanjutnya dilakukan inspeksi akhir (dimensi, fisik, dan QC total).

 Lampu disortir kembali, lampu yang disortir ditest ulang (retest), jika
dapat memenuhi standar kualitas akan dilakukan packaging, kalau
tidak maka dibuang.

 Setelah inspeksi produk selesai dan lampu layak, kemudian dipak lalu
disimpan di gudang dan siap untuk dipasarkan.

Laporan Kerja Praktek PT. GE Lighting Indonesia

28