hubungan motivasi belajar dengan prestas

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu

keharusan bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut
kesiapan setiap bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya
bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi di
pasar bebas. Dalam hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena
merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia,
oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi
prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah.
Inovasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama
dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan,
antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu
guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan dan peningkatan kualitas
pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan dan pengadaan fasilitas

lainnya. Semuanya itu belum menampakkan hasil yang menggembirakan1.
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar
yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif
maupun psikomotor. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan proses
belajar mengajar yang didalamnya terdapat beberap faktor yang merupakan
penentu lancar atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar2.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun dalam pendidikan diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

1 Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hal. 20
2 Ibid hal. 25

1

Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai
pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Sedangkan menurut Mortimer J. Adler dalam “Pendidikan adalah dengan
mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik

melalui sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk
membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu
kebiasaan yang baik”3
Dari kedua pendapat di atas, maka sudah jelas terlihat bahwa hanya
dengan proses pendidikan yang baik, akan melahirkan manusia-manusia yang
berkualitas yang sangat berguna bagi keberhasilan pembangunan. John C. Bock
mengidentifikasi peranan pendidikan sebagai berikut : (a) memasyarakatkan
idiologi dan nilai-nilai sosio kultural bangsa, (b) mempersiapkan tenaga kerja
untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial dan
(c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan.
Begitu pula halnya bila kita lihat dalam proses belajar mengajar PAI.
Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari PAI akan
melakukan kegiatan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang
termotivasi dalam mempelajari PAI. Siswa yang yang memiliki motivasi yang
tinggi dalam mempelajari PAI maka prestasi yang diraih juga akan lebih baik 4.
Berdasarkan uraian tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi
Siswa”.
B.


Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam proposal ini adalah seberapa besar pengaruh

motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
C.

Rumusan Masalah

3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) hal. 216
4 Ibid hal. 218

2

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat
hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa?
D.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa.


E.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan yang positif
bagi pelaksanaan proses pembelajaran, dikaitkan dengan hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi siswa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri guna
meningkatkan profesionalisme di bidang penelitian dan pengajaran.
3. Hasil penelitian ini berguna untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.


Landasan Teori
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)5. Seberapa kuat motivasi
yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri
bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi
psikologi, Abin Syamsuddin Makmun mengemukakan bahwa untuk memahami
motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi
kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out
put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran
kegiatan6. Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa
teori tentang motivasi, antara lain : (1) Teori Abraham H. Maslow (Teori

Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
B.

Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya

berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
5 Ibid hal 217
6 Ibid hal 218

4

lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam
arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata7.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik8.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang
bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta
ingin berkembang9.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai
kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki10.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : (a) Kebutuhan yang satu saat
sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; (b)
7 Ibid hal 314


8 Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007) hal. 89
9 . ibid hal.93

10 Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal 152

5

Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. (c)
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
C.

Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi

atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbedabeda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high

achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasisituasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan
bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah11.
D.

Prestasi Belajar
Menurut Djalal bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan

siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran”12. Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium
”prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan”. Prestasi belajar
menurut Hamalik adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Ada
banyak pengertian tentang prestasi belajar. Berdasarkan pengertian di atas maka
yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran
11 Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hal. 318
12 Slameto. . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
hal. 256


6

sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam
belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar
yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau
tidak diperlukan suatu pengukuran13. “Pengukuran adalah proses penentuan
luas/kuantitas sesuatu”. Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa
dihadapkan

pada

tugas,

pertanyaan

atau

persoalan


yang

harus

dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang
belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan
informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian
terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan
banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut
Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik” 14. Dalam
penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan.
Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan
nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan
tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan
keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa15.
Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap
akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi
belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan
oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar . Prestasi belajar mempunyai
arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik, pendidik, wali murid dan
sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari

13 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 2005) hal. 298
14 Ibid hal. 299
15 Ibid hal. 301

7

prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan
kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan
ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara
aktual sebagai hasil dari proses belajar.

8

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa
Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha
mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi,
cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran,
mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar
dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar
kelas16.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat,
lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi belajar yang
lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar.
Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah
dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap
pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar 17. Kondisi
siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan
prestasi yang memuaskan. Dalam kaitannya dengan materi pelajaran, selama ini siswa
cenderung tidak memiliki minat untuk mempelajarinya 18. Hal ini tidak terlepas dari
kurangnya motivasi yang diberikan oleh pengajar dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat diduga adanya hubungan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar geografi siswa.

16 Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007) hal.
130

17 Slameto. . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
hal. 270

18 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 2005) hal.
300

9

B.

Indicator Motivasi Siswa :
1. Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil
2. Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar
3.

Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar
5. Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar
6. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif
C.

Metodologi Penelitian
1.

Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian ex post facto
dengan pendekatan korelasional19. Metode ini digunakan karena
peneliti berusaha mengetahui variable terikat (Prestasi Belajar) pada
siswa Kelas IX A SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

2.

Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas : motivasi belajar siswa
b. Variabel terikat : prestasi belajar siswa

D.

Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis alternative
Semakin tinggi motivasi, maka prestasi belajar seseorang akan semakin
baik20.
2. Hipotesis nol

19 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2015)
hal. 108

20 Sugiyono, Statistika dan Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2009) hal. 76
10

Sebaliknya, semakin rendah motivasi, maka prestasi belajar seseorang akan
semakin buruk.
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka jawaban sementara
yang akan dibuktikan kebenarannya adalah terdapat hubungan signifikan
antara motivasi belajar dengan prestasi siswa.

E.

Populasi dan Sampel
1.

Populasi
Populasi adalah himpunan subjek penelitian. Populasi dari penelitian
ini adalah semua siswa Kelas IX A SMP Negeri 22 Bandar Lampung,
sehingga populasinya berjumlah 40 orang siswa.

2.

Sampel
Sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 40 siswa atau seluruh siswa
kelas IX A yang ada, sampel di ambil dari 50% populasi yang ada
sehingga disebut penelitian Kuantitatif.
Adapun datanya adalah sebagai berikut :

No

Tingkat Motivasi belajar

Hasil belajar

1

50

54

2

56

58

3

58

62

.

11

4

59

61

5

62

60

6

62

63

7

62

60

8

63

67

9

64

67

10

65

68

11

67

68

12

70

69

13

70

70

14

71

71

15

72

72

16

73

73

17

74

74

18

75

75
12

19

76

76

20

77

77

(mencari hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa).
Mencari nilai r.

13

No.

X

Y

X2

Y2

XY

1

50

54

2500

2916

2700

2

56

58

3136

3364

3248

3

58

62

3364

3844

3596

4

59

61

3481

3721

3599

5

62

60

3844

3600

3720

6

62

63

3844

3969

3906

7

62

60

3844

3600

3720

8

63

67

3969

4489

4221

9

64

67

4096

4489

4288

10

65

68

4225

4624

4420

4489

4624

4556

4900

4761

4830

4900

5184

5040

5041

5184

5112

5184

5184

5184

5329

5625

5475

8176

5776

5624

5625

6084

5850

5776

6241

6004

11

67

68

12

70

69

13

70

72

14

71

72

15

16

17

18

72

73

74

75

72

75

76

78

14

F.

Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode
kuesioner dan observasi.
1.

Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Dalam observasi
ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang
atau situasi yang diamati sebagai sumber data21.

2.

Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini
merupakan metode yang dapat membantu mencari data mengenai
pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa22.

21 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2015)
hal 203

22 Ibid hal.194

15

G.

Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis regresi

dan analisis korelasi untuk menguji hipotesis penelitian.
1.

Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam
analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent
Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut
Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi
hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka
disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel
bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi
berganda23.

2.

Analisis korelasi yang digunakan adalah (PPM) Pearson Product
Moment. Teknik analisis Korelasi PPM termasuk teknik statistik
parametrik yang mengunakan data interval dan ratio dengan
persyaratan tertentu24. Misalnya: data dipilih secara acak (random);
datanya berdistribusi normal; data yang dihubungkan berpola linier;
dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai
dengan subjek yang sama. Kalau salah satu tidak terpenuhi
persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan. Korelasi
PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga
(-1 < r < + 1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif
sempurna;

r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti

korelasinya sangat kuat. Sebelum dilakukan analisis data, maka
terlebih dahulu dilakukan Uji Linieritas .

23 Sugiyono, Statistika dan Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2009) hal.100
24 Ibid hal 113

16

3.

Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi
variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis regresi
yang telah dibuat, selanjutnya diuji keterkaitan koefisien garis regresi
serta linearitas garis regresi.

4.

Aturan pengambilan keputusan
Setelah persyaratan analisis data sebagaimana diuraikan di atas
dipenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap data
penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.

Pengajuan Hipotesis :
Ha : terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi
dengan prestasi belajar siswa.
Ho : tidak terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi
dengan prestasi belajar siswa.

b.

Mencari koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y
dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka
kasar.

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor tiap item dari tiap responden
Y = skor total seluruh item dari tiap responden
ΣX = jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba
ΣY = jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden

17

N = jumlah responden uji coba

rxy =

=

x
¿
2
¿
∑ y ¿2
¿
n ∑ y2 ¿
n¿
¿
√¿
n∑ xy −( ∑ x ) (∑ y)
¿

( 20 X 91652 )−(1326)2
1363
¿
¿
¿2
√ ¿ ( 20 X 93673 )−¿
20 ( 90807 )−( 1326 )( 1363)
¿
¿

=

( 1816140 )−(1807338)
√( 1833040−1758276 ) X (1873460−1857769)

8802
√74764 X 15691
¿

8802
√1173121924

¿

8802
34250,86

R hitung = 0,256

18

Jadi hasil keputusannya adalah r hitung sebesar 0,256 dan r tabel dengan n=20
lewat kepercayaan 5% maka didaptkan r tabel sebesar 0,4444. Dikarenakan r
hitung > r tabel, maka keputusan yang diambil menolak Ho dan menerima Ha.
Artinya terdapat hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa
SMPN 22 Bandar Lampung.

19

Daftar Pustaka

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
2007)
Slameto. . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung :
Alfabeta, 2015)
Sugiyono, Statistika dan Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2009)
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi,
2005)
Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)

20