MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN D

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN MELALUI ALAT PERAGA BENDA-BENDA KONKRIT
SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 3 MEKARSARI
KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN PANGANDARAN
ABSTRAK
TATI ROHMAYATI, S.Pd.SD. NIP. 196010261979122005 Judul; Meningkatkan
Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Alat Peraga Benda-Benda
Konkrit Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 3 Mekarsari Kecamatan Cimerak
Kabupaten Pangandaran.
Kata Kunci: Penjumlahan dan pengurangan, dan Alat Peraga, Benda-benda
Konkrit
Penulis mengangkat materi penjumlahan dan pengurangan untuk dijadikan bahan
penelitian karena selama penulis mengajar di Kelas I SD Negeri 3 Mekarsari
dapat ditarik kesimpulan bahwa materi penjumlahan dan pengurangan kurang
diminati siswa. Hal ini tercermin dari kurangnya antusias siswa dalam mengikuti
pelajaran khususnya pada materi penjumlahan dan pengurangan serta kurang
adanya respon positif dan siswa dapat mengerjakan soal tes formatif dengan betul
kurang dari 65% dengan ketuntasan kurang dari 60%. Penelitian ini dilaksanakan
pada pertengahan semester I di Kelas I SD Negeri 3 Mekarsari mulai sejak
bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2015 yang dibagi menjadi dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Tahapan PTK meliputi tahapan perencanaan, tahap

pelaksanaan atau tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Tahapan
tersebut disusun dalam dua siklus. Pembelajaran operasional penjumlahan dan
pengurangan melalui alat peraga benda-benda konkrit dapat meningkatkan hasil
belajar sisaw Kelas I SD Negeri 3 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten
Pangandaran. Hal itu ditunjukan dengan data sebelum tindakan siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM hanya 34%, dan siswa yang tidak tuntas belajar
adalah 64%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah
perolehan siswa 20. Pada siklus I menunjukan adanya peningkatan siswa yang
tuntas belajar adalah 68% dan yang tidak tuntas belajar adalah 32%. Pada siklus II
semakin meningkat lagi siswa yang dinyatakan tuntas belajar mencapai 92% dan
siswa yang tidak tuntas belajar hanya 8% saja. Nilai tertinggi perolehan siswa
pada siklus II adalah 100 dan nilai terendahnya 60. Untuk membantu mengungap
dan menjelaskan materi operasional penjumlahan dan pengurangan pada siswa
Kelas I SD Negeri 3 Mekarsari agar memiliki pengetahuan dasar yang kuat,
disarankan untuk menggunakan alat peraga benda-benda konkrit sebagai bentuk
bantuan visual yang merangsang otak siswa untuk tertarik mencerna materi
sehingga siswa lebih mengerti materi melalui alat peraga benda-benda konkrit.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam
perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia,
ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam
keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi
agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa
pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam
pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung
jawab keluarga, sekolah dan masyarakat.
Rendahnya mutu pendidikan atau output yang dihasilkan oleh lembagalembaga pendidikan formal menjadi salah satu keprihatinan yang dilontarkan
banyak kalangan. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan
lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan
kondisi lingkungannya. Pada hal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar
sangat menentukan terhadap keberhasilan pendidikan.
Memasuki pertengahan semester I tahun 2015, ketika diadakan ulangan
semester mulai tampak timbul suatu masalah. Sewaktu ulangan jatuh pada mata
pelajaran Matematik, sebagian siswa merasa tidak bisa mengerjakan. Akhirnya
nilai yang diperoleh oleh siswa Kelas I dalam pelajaran matematika khususnya
dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan. Nilai dari 20 siswa
sebagai berikut: (1) 80-100 Amat baik ada 5 siswa = 25 %. (2) 55-79 Cukup ada

10 siswa =10 %. (3) 0-54 Kurang ada 10 siswa =50 %. Dengan kondisi nilai
tersebut diatas guru sebagai peneliti merasa pembelajaran matematika di Kelas I
kurang berhasil.
Selama ini peneliti sudah menggunakan berbagai macam metode untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, tetapi hasilnya masih belum
memuaskan. Agaknya memang strategi/pendekatan-pendekatan saja belum cukup
untuk menghasilkan perubahan. Meier (2002 : 54) mengatakan bahwa belajar
adalah berkreasi bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah suatu yang diserap
oleh pembelajaran, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh pembelajar.
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar memadukan pengetahuan
dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar
berharfiah adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi
oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan
strategi belajar baru yang memberdayakan siswa sebuah strategi belajar tidak
mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya

guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa
disekitarnya, dari pada memberi informasi. Memang pendidikan siswa Kelas I
Sekolah Dasar masih identik dengan dunia bermain, karena siswa Kelas I belum

dapat melepas keterkaitannya dengan pendidikan Taman Kanak-Kanak
sebelumnya, karena itu benda-benda disekitar sekolah sangat membantu proses
pembelajaran siswa.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas peneliti ingin
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasioanalkan penjumlahan dan
pengurangan dengan bantuan benda-benda konkrit siswa Kelas I Sekolah Dasar
Negeri 3 Mekarsari.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana:
1. Kontribusi penggunaan alat peraga benda-benda konkrit terhadap proses
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Negeri 3
Mekarsari.
2. Kontribusi penggunaan alat peraga benda-benda konkrit terhadap situasi
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan datar siswa kelas I SD Negeri 3
Mekarsari.

3. Kontribusi penggunaan alat peraga benda-benda konkrit terhadap hasil
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan datar siswa kelas I SD Negeri 3
Mekarsari.
B. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas I Semester I SD Negeri 3
Mekarsari Kecamatan Cimerak tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa Kelas I
sebanyak 25 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
2. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang
diperoleh. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pembelajaran
Matematika khususnya mengopersionalkan penjumlahan dan pengurangan
bilangan dilakukan dengan teknik Observasi, diskusi dan evaluasi hasil belajar
yang hasilnya akan dilaksanakan dalam bentuk skor. Sebelum dilaksanakan
pelaksanaan tindakan kelas peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran
Matematika Kelas I dilanjutkan dengan upaya pemecahan masalah yang dihadapi
Guru dan siswa.
Diskusi dilaksanakan bersama 2 orang pengamat yang membantu
pelaksanaan kegiatan penelitian, pengamat melakukan pencatatan terhadap semua
kegiatan siswa, kreatifitas siswa, perhatian siswa terhadap pelajaran, penggunaan

alat-alat bantu pembelajaran, kedisiplinan siswa, keberanian siswa dalam
menyelesaikan masalah, keberanian dalam mengemukakan pendapat, penilaian
terhadap siswa. Dari hasil catatan pengamat ini kemudian didiskusikan bersama
peneliti agar dalam kegiatan selanjutnya berjalan lebih efektif.
Kegiatan penilaian dilakukan dengan penilaian proses dan evaluasi akhir
pelajaran. Penilaian proses dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung
dengan menguji siswa maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Ketika
maju ke depan kelas peneliti memberi kesempatan yang sama antara siswa yang

memiliki kemampuan yang lebih dengan siswa yang memiliki kemampuan yang
cukup, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan lebih lambat dari teman yang
lainnya diberi kesempatan yang lebih besar agar siswa tersebut dapat mengejar
ketinggalannnya dari siswa yang lain. Kegiatan akhir pembelajaran berupa
penilaian yang ditentukan dengan skor dengan tujuan untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran dalam 1 pertemuan, dari masing–masing pertemuan
kemudian diakumulasi kan dalam bentuk tabel untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan pembelajaran Matematika dalam setiap pertemuan.
Dari hasil observasi ini peneliti banyak menemukan masalah–masalah pada
siswa Kelas I diantaranya siswa sebagian besar belum bisa mengoperasionalkan
penjumlahan dan pengurangan bilangan. Akhirnya peneliti mencoba untuk

mengatasi masalah yang dialami siswa Kelas I dalam mengoperasionalkan
penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan alat bantu benda-benda konkrit di
sekitar sekolah. Benda – benda kongkrit di sekitar sekolah yang peneliti gunakan
adalah biji kacang, kerikil, buah nyamplung. Sedangkan penilaian dilakukan
setiap pada setiap akhir pertemuan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk
menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran Matematika dengan
menggunakan alat bantu benda-benda kongkrit di sekitar sekolah.
3. Metode Analisis Data
Data hasil penelitian yang terkumpul berasal dari data observasi, diskusi
dan evaluasi. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti langkah
Hopkins (1993:151) dengan tiga tahap analisis yaitu tahap kategorisasi, validasi
dan intepretasi data.
Kategorisasi data dilakukan dengan memilih-milih data yang terkumpul
berdasarkan kategori tertentu yang di tetapkan. Kategori yang dimaksud meliputi
konsepsi awal siswa, jenis pertanyaan siswa, eksplorasi siswa, aktivitas siswa,
penilaian akhir siswa.
Adapun untuk memperoleh data kuantitatif dilakukan dengan mengukur
pencapaian hasil belajar siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
melalui test formatif baik pre-test maupun post-test dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

∑ FX
M=
N
Σ FX
N
M

= jumlah nilai siswa
= jumlah siswa
= rata-rata (mean)

Validasi merupakan data yang kedua, dalam kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengelola data yang betul-betul objektif, valid dan diakui
kebenarannya, validasi data dilakukan dengan observasi lapangan untuk
mengetahui masalah-masalah yang terjadi. Melakukan diskusi dengan pengamat
tentang hasil-hasil catatan yang ada di lapangan, kemudian diakhiri dengan
penilaian baik penilaian proses maupun penilaian akhir kegatan. Dari penilaian
akhir kegiatan data yang di peroleh disusun secara sistematis, dibedakan antara

penilaian sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan sesudah

dilaksanakan penelitian tindakan kelas, agar dapat digunakan untuk menarik satu
kesimpulan, sehingga kesimpulan yang diperoleh benar-benar valid, sahih dan
objektif.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Siklus I
Tabel 4.1
Hasil Nilai Evaluasi Siklus I

b.

Rata-rata Kelas
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Tuntas (%)
Tidak Tuntas (%)

Siklus I
Hasil Pra Pertemuan Pertemuan
Tindakan

ke-1
ke-2
62
63
66
90
90
95
20
50
55
36%
48%
68%
64%
52%
32%

Siklus II


Tabel 4. 2
Hasil Nilai Evaluasi Siklus II
Siklus II
Hasil Pra Pertemuan Pertemuan
Tindakan
ke-1
ke-2
Rata-rata Kelas
62
70
85
Nilai Tertinggi
90
95
100
Nilai Terendah
20
60
60
Tuntas (%)
64%
72%
92%
Tidak Tuntas (%)
36%
28%
8%
Adapun hasil seluruh evaluasi siklus I dan siklus II bisa dilihat pada tabel
rekapitulasi di bawah ini:
Tabe 4.2
Rekapitulasi Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
Hasil Pra Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Tindakan
ke-1
ke-2
Ke-1
Ke-2
Rata-rata Kelas
62
63
66
70
90
Nilai Tertinggi
90
90
95
95
100
Nilai Terendah
20
50
55
60
60
Tuntas (%)
36%
48%
68%
72%
92%
Tidak Tuntas (%)
64%
52%
32%
28%
8%
2. Pembahasan

a. Pembahasan Siklus I
Penggunaan alat peraga pada siklus I cukup efektif untuk meningkatkan
minat dan pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan.
Guru sudah berusaha mengikuti rencana perbaikan yang telah dirancang dan
disusun berdasarkan kekurangan pada proses pembelajaran awal.
Namun pada siklus I ini masih terdapat kelemahan yaitu guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab dan bertanya. Guru tidak
memberikan penguatan terhadap materi pada akhir kegiatan pembelajaran
sehingga akibatnya siswa masih belum sepenuhnya memahami karena tidak
mendapatkan penjalasan lanjutan atau penguatan dari guru. Siswa yang tuntas
belajar adalah 68% pada siklus I dari sebelumnya 36% pada hasil nilai pra
tindakan. Sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar adalah 32% dari sebelumnya
64% pada hasil nilai pra tindakan. Untuk lebih jelasnya bisa lihat grafik dibawah
ini.
Grafik 4.1
Hasil Nilai Evaluasi Siswa Siklus I
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

68%
32%
TUNTAS

TIDAK TUNTAS

b. Pembahasan Siklus II
Kegiatan pembelajara pada siklus II ini sudah mengalami kemajuan.
Keaktifan siswa sudah mulai terlihat, kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran
serta kekondusifan suasana pembelajaran sudah mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, dalam penyajian
temuannya sudah mulai terlihat begitu pula dalam mengerjakan tugas di papan
tulis. Selain itu siswa sudah mulai berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru. Suasana diskusi antar siswa pun sudah terlihat baik.
Pada siklus ini perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik. Guru penuh
dengan komitmen melaksanakan seluruh kegiatan pada rencana perbaikan yang
telah disusun. Guru memperbaiki kelemahan dari perbaikan pembelajaran siklus I
dengan memberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
memberi penguatan terhadap materi pelajaran di akhir pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang memiliki ketuntasan belajar pada perbaikan siklus
2 meningkat dari 68% siklus I menjadi 92% siklus II. Dan siswa yang tidak tuntas
belajar menurun dari 32% siklus I menjadi 8% saja pada siklus II. Ini menunjukan
bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti berhasil mengantar siswa

untuk mencapai nilai target yaitu KKM. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
grafik dibawah ini.
Grafik 4.2
Peningkatan Hasil Evaluasi Nilai Siswa Siklus I ke Siklus II
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

68%

32%

TUNTAS
TIDAK TUNTAS
8%

SIKLUS I

92%
SIKLUS 2

D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang upaya meningkatkan
kemampuan siswa Kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan
pengurangan bilangan pada pembelajaran Matematika dengan bantuan bendabenda kongkrit dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan alat peraga bendabenda konkrit, proses, situasi dan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan
siswa kelas I SD Negeri 3 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten
Pangandaran meningkat lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi siklus
I menunjukkan standart ketuntasan belajar mencapai 68 % meningkat menjadi
92% pada siklus II sehingga hampir seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar
dan hanya 8% saja yang tidak tuntas belajar.
2. Saran
Dengan mengacu pada temuan dari penelitian tindakan ini disampaikan
beberapa saran penyampaian saran ini merupakan sumbangan pemikiran bagi
peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di Kelas I SD Negeri
3 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran, khususnya
pembelajaran Matematika sebagai berikut :
1. Pendidikan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan, karena lingkungan
banyak menyediakan alat bantu pembelajaran.
2. Alat bantu pembelajaran tidak harus dibeli dengan harga yang mahal, bendabenda lingkungan sekitar dapat diperoleh dengan mudah dan dikenal oleh
siswa.
3. Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari alat bantu
benda-benda kongkrit disekitar sekolah sesuai dengan keinginannya.
4. Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa untuk tampil didepan
kelas menyelesaikan soal-soal latihan, agar siswa terlatih dan timbul rasa
percaya diri.

E. DAFTAR PUSTAKA
Abu, E. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta:
Balai Pustaka
Krismiantini&Dyan, I. 2008. Dunia Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide To Classroom Research Buckingham : Open
Unuversity Press.
Hamalik. 2002. Pendekatan Guru Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung :
Algensondo
Meier. 2002 Active Learning. Boston ; Allyn and Bacon.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bandung, Rosda Karya.
Nasution. 1982. Didaktik Asas-asa Mengajar. Bandung: Janmer
Purwodarminto. 1988. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Dep Dik Bud.
Wardhani. 2004. PPPG. Jakarta : LIPI