Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat (3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era Globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia agar mampu mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat. Undang – undang No. 20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan meningkatkan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional”.

Tujuan dari proses pembelajaran di perguruan tinggi pada umumnya terfokus pada prestasi akademik yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan nilai akademik merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kemampuan mahasiswa. Selain itu, kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi berperan pada pemberian informasi yang faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran yang logis dalam menentukan jawaban yang benar atau salah atas suatu permasalahan.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lohr dalam sufnawa (2008) menyebutkan bahwa (IQ) hanya 25% berperan terhadap keberhasilan dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ).

Konsep dan teori tentang kecerdasan emosional memberikan harapan baru kepada dunia pendidikan yang selama ini lebih berorientasi pada IQ (Intelligence Quotient) sebagai sesuatu yang bersifat pembawaan. Dengan mengelola kecerdasan emosional dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya siswa yang memilki IQ tinggi yang dapat berhasil dalam belajar namun siswa yang memiliki IQ rendah juga dapat mencapai hasil belajar yang tinggi pula.

Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan diperguruan tinggi, namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami mahasiswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence mahasiswa.

Goleman menyatakan bahwa khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain.

Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual masih belum cukup dalam menentukan kesuksesan seseorang, tetapi juga harus didukung oleh faktor–faktor lain, diantaranya adalah minat belajar. Seseorang yang memiliki minat belajar akan memiliki keinginan, perhatian dan cita-cita. Oleh karena itu minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.

Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution (2007:58) bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Seseorang yang malas, tidak belajar,dan gagal dalam meraih hasil dan prestasi disebabkan karena tidak ada minat. IQ selama ini diyakini sebagai satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan masa depan anak. Namun hasil penelitian terbaru dalam bidang psikologi anak menunjukkan bahwa kecerdasan emosi juga sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan anak. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa 60 % dari semua mahasiswa di Inggris bukan karena IQ-nya yang rendah, melainkan karena motif prestasinya yang lemah, yang dalam banyak keadaan lebih kuat pengaruhnya terhadap prestasi (Supriadi, 1997: 8).

Surya (1979) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa faktor-faktor non-intelektual mempunyai kontribusi yang besar terhadap timbulnya gejala berprestasi kurang. Faktor non-intelektual tersebut antara lain sikap dan kebiasaan belajar, motif berprestasi, minat belajar, kekurangmatangan, ketergantungan,pengalaman masa kecil, kualitas hidup keluarga, dan hubungan sosial

Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat dapat diukur dari memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, ada rasa suka dan senang, ada rasa keterikatan, lebih menyukai dari pada yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan. Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Muhibbin Syah (2003:136) minat besar sekali pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, karna ada daya tarik baginya.

Berdasarakan pendapat dan teori - teori yang tersebut diatas, maka disimpulkan bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam meraih hasil belajar yang optimal tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual melainkan ada faktor lain yang memiliki pengaruh besar, salah satunya adalah kecerdasan emosional (EQ) dan minat belajar. Kedua faktor tersebut menurut Goleman (2000 : 4) dan Lohr dalam sufnawa (2008) mampu memperkuat seseorang dalam menggerakkan dan meningkatkan kemampuan – kemampuan intelegensi yang ada dalam diri seseorang dengan tujuan seseorang tersebut dapat meraih hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai aktivitas dari suatu proses interaksi tindak pengajar dan tindak belajar yang dapat diukur dengan teknik – teknik penilaian tertentu oleh pendidik. Sudjana (2004 : 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom ( Dimayti dsn mujiono, 2006:201) hasil belajar dicspsi melalui tiga kategori yaitu, (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan penilaian, (2) Ranah afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan dan emosi. (3) Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan pengetahuan yang dicapai seseorang terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran.

Program studi pendidikan ekonomi akuntansi mengajarkan mahasiswa mata perkuliahan mengenai dasar – dasar akuntansi, tujuan akuntansi, hingga penyusunan laporan keuangan. Pengetahuan tentang dasar – dasar akuntansi keuangan merupakan langkah awal yang harus dipelajari dan dikuasai oleh mahasiswa untuk dapat memahami lebih lanjut materi penyusunan laporan keuangan. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, selain kemampuan intelektual mahasiswa akuntansi juga harus memliki minat belajar dan mampu mengendalikan emosional, karena materi pendidikan akuntansi tidak hanya memfokuskan pada hasil perhitungan semata, namun juga memerlukan kemampuan logika berpikir, ketekunan dan pengendalian emosi. Hal ini karena lulusan pendidikan akuntansi akan mampu menyampaikan ilmu yang dimikinya kepada calon peserta didik mereka dimasa depan secara maksimal.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rachman (2011) didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional (EQ) siswa berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar. Kemudian Kristina (2006) yang mendapakan hasil dari penelitiannya yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan Intelektual (IQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) berpengaruh secara slimutan terhadap hasil belajar siswa. Lianita (2013) dalam skripsinya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa.

Kristina menggabungkan antara EQ, IQ dan SQ sebagai variable penelitiannya dan memfokuskan pada IQ, EQ, dan SQ yang berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar secara slimutan, namun dari hasil penelitian tersebut masih kurang sempurna karena sulit membedakan anatara EQ dan SQ sehingga tidak diketahui secara pasti apakah EQ atau SQ yang lebih berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Racman menyimpulkan bahwa EQ berpengaruh terhadap motivasi belajar penelitian tersebut jelas berbeda karena penulis meneliti EQ dan minat belajar terhadap hasil belajar. Penelitian yang hampir mendekati yaitu penelitian yang dilakukan oleh lianita, akan tetapi penelitian tersebut hanya menjadikan kecerdasan emosional sebagai variabelnya sedangkan penelitian yang akan dilakukan saat ini menjadikan kecerdasan emosional dan minat belajar sebagai variabel, diharapkan keduanya dapat secara bersama – sama berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa.

Pada hakekatnya mahasiswa bukan tidak cerdas namun secara emosi maupun secara keyakinan mereka kurang bisa mengendalikan diri dengan baik apalagi dalam hal self confidence (kepercayaan pada diri sendiri). Mereka tidak percaya pada diri sendiri baik dalam proses pembelajaran ataupun ujian, mereka cenderung lebih lebih suka mengeluh dan banyak bertanya pada saat ujian maupun pada saat praktek. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh oleh para mahasiswa yang telah mempelajari dasar – dasar akuntansi masih relative rendah. Dari hasil pengamatan sebelumnya hanya 20% mahasiswa yang mendapat nilai baik. Ini dikarenakan masih banyak mahasiswa yang tidak focus saat proses pembelajaran dasar – dasar akuntansi keuangan, mereka beralasan karena adanya perasaaan gelisah yang tidak beralasan, sehingga sering mengakibatkan mahasiswa tidak memperhatikan dosen saat belajar.

Disamping itu, kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkan keinginan dan minat belajar untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi juga masih sangat kurang. Para mahasiswa juga memilki sifat acuh baik dengan dosen maupun kepada sesama mahasiswa dan cenderung mengabaikan pendapat sesama mahasiswa. Kurangnya rasa empati diantara sesama mahasiswa sehingga saat diadakan diskusi kelas banyak mahasiswa yang tidak menyimak dan cenderung bercerita, bermain, dan mengantuk. Adapula mahasiswa yang cenderung mengabaikan pelajaran dikarenakan kurang percaya diri dan tidak paham akan materi yang diajarkan sehingga mereka tidak mampu untuk menghadapi kesulitan belajarnya.

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian yang terkait dengan kecerdaan emosional (EQ) dan minat belajar perlu dilakukan dengan diharapkan EQ dan Minat Belajar dapat bersinergi dan saling menunjang mahasiswa untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Bersinerginya antara kemampuan intelektual, manajemen emosi dan kemauan serta minat belajar maka mahasiswa akan lebih dapat memaknai keberhasilan & kestabilan prestasi. Berdasarkan pada latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dalam penelitian ini diambil judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matari Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ada banyak permasalah yang muncul dan dapat diungkapkan dari Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada mata kuliah Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Tahun Pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari :

  1. Menduga rendahnya hasil belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi dikarenakan kecerdasan emosional mereka yang masih rendah..

  2. Terdapat mahasiswa yang kurang mampu mengatur suasana hati yang reaktif, serta kurang mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.

  3. Kurangnya hubungan sesama mahassiswa sehingga Kerjasama dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan masih belum maksimal.

  4. Kurangnya perhatian mahasiswa dalam memperhatikan dan menyimak dosen saat memberikan materi pembelajaran.

  5. Kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkan keinginan dan minat belajar untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi masih sangat kurang.

  6. Kurangnya kepercayaan pada diri sendiri dalam proses pembelajaran dikelas dan saat ujian.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam belajar, maka perlu dilakukan pembatasan masalah untuk tercapainya tujuan penelitian. Adapun batasan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Kecerdasan Emosional (EQ) meliputi mengenali diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain

  2. Minat Belajar meliputi kecendrungan seseorang memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, rasa suka dan senang, rasa ketertarikan dalam belajar, lebih menyukai dari hal yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan pembelajaran.

  3. Hasil belajar mahasiswa yang dipakai adalah Nilai Tes pada Materi Dasar – dasar Akuntansi yang diujikan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi semester III Tahun Ajaran 2013/2014 FKIP UIR Pekanbaru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?

  2. Bagaimana Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?

  3. Bagaimana Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada materi Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan acuan untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan masalah Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar, sehingga dapat menambah dan memperluas ilmu yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi mahasiswa dan dapat memberikan motivasi yang kuat untuk bisa belajar secara mandiri.

b. Bagi Dosen

Diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu referensi bagi dosen agar dapat menyampaikan bahan ajar yang bisa membangkitkan kecerdasan emosional mahasiswa dan juga menumbuhkan minat belajar mahasiswa .

c. Bagi Universitas

Menjadi kajian bagi Universitas sebagai salah satu sumber informasi ilmiah yang terkait pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa dalam menyerap ilmu pengetahuan di tingkat pendidikan tinggi serta dapat digunakan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional Untuk memperjelas, menyamakan persepsi atas istilah guna menghindari penafsiran yang berbeda pada variable penelitian, maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Kecerdasan Emosional (EQ) adalah suatu kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan perasaannya untuk dapat memandu pikiran dan tindakannya yang dapat diukur melalui kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri), kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengendalikan emosi orang lain, kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

  1. Minat Belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus yang berkaitan dengan perasaan senang terhadap apa yang telah diperoleh yang dapat diukur melalui perasaan senang, perhatian dalam belajar, bahan pelajaran dan sikap pengajar yang menarik, sertamanfaat dan fungsi mata pelajaran.

  1. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari suatu proses interaksi tindak pengajar dan tindak belajar yang dapat diukur dengan teknik – teknik penilaian tertentu oleh pendidik. Dalam hal ini hasil belajar didapat adalah Nilai Tes pada materi dasar – dasar Akuntansi yang diujikan kepada Mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi Tahun Ajaran 2013/2014 FKIP UIR Pekanbaru.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Belajar

Belajar menurut istilah adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian”. Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh Slameto (2003) secara psikologis “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri. Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk
menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh
karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar, dimana
didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan
perkembangan globalisasi.

Sehingga dengan belajar seseorang siap menghadapi
perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar merupakan suatu proses
perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
pendapat tersebut didukung oleh penjelasan Slameto (2010:2) bahwa :
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bermunculan pula berbagai macam teori tentang belajar. Wasty (2006) mengelompokkan teori belajar menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Teori Belajar Behavioristik

Yaitu, tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.

2. Teori Belajar Kognitif

Yaitu, tingkah laku seseorang didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

3. Teori Belajar Humanistik

Teori ini lebih menekankan pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005: 3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman

Bloom di dalam Sudjana (2007: 22-32) menyatakan bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh mahasiswa mencakup tiga aspek yaitu:

  1. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan
    dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari:

  1. Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

  2. Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.

  3. Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

  4. Analisis, mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke
    dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

  5. Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

  6. Evaluasi, mengacu pada kemampuan memberikan
    pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

  1. Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

  1. Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.

  2. Sambutan (Responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan.

  3. Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.

  4. Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

  5. Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup kemampuanuntuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.

  1. Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
    dari:

  1. Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

  2. Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.

  3. Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)

  4. Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

  5. Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancer, tepat, dan efisien.

  6. Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

  7. Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri. Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam menempuh pembelajaran selanjutnya. Kemampuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sudjana (2004 : 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik terpadu dalam satu kegiatan di antara keduannya itu terjadi interaksi dengan pendidik. Kemampuan yang dimiliki peserta didik dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Dengan demikian hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar. Horwart Kingsley (dalam Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar:

  1. keterampilan dan kebiasaan

  2. pengetahuan dan pengarahan

  3. sikap dan cita-cita.

Sutrisno (2008:25) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Menurut Skiner (Muhibbin, 2007:64 ) “Belajar adalah proses adaptasi ( penyesuaian tingkah laku ) yang berlangsung secra progresif “.

Menurut Hintzman ( Muhibbin, 2007:65 ) Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut “.

Menurut Wittig (Muhibbin 2007:65) “Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman”

Menurut Slameto ( 2010:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Menurut Chaplin ( Muhibbin, 2007:65) “Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman “.

Menurut H.Y W alluyun dalam nurben ( Damayanti, 2010: 17 ) “ Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam menentukan serangkaian hasil belajar”.

Soedijanto mandefinisikan, tentang hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Senada dengan definisi tersebut, munadir mendefinisikan. belajar sebagai penrubahan dalam disposisi atau kapabalitas manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa periode waktu.

Dari defenisi diatas maka dapat disimpulkan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang ingin memperoleh perubahan tingkah laku, mendapatkan pengetahuan baru dan mampu mencapai prestasi. Dalam hal penelitian ini, hasil belajar diukur melalui tes mengenai mater Dasar-dasar Akuntansi yang telah dipelajari sebelumnya.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari diri sendiri ( internal )

  1. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari luar. Yang termasuk faktor ini adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mesti nya, misalnya sakit, cacat tubuh atau perkembangan tidak berfungsi, berfungsinya kelenjer tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

  2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :

  3. Faktor intelektif yang meliputi fakta pontesial yaitu kecerdasan dan bakat

  4. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

  5. Faktor kematangan fisik maupun psikis

2. Faktor yang berasal dari luar diri( eksternal )

  1. Faktor sosial terdiri atas : masyarakat, pergaulan, dan mass media

  2. Faktor budaya seperti adat istiadat, pengetahuan, teknologi dan kesesuaian

  3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar

  4. Faktor lingkungan spiritual dan keagaman.

C. Dasar – Dasar Akuntansi

Defenisi akuntansi ditinjau dari sudut pemakai adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi, informasi yang dihasilakn diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh pimpinan organisasi. Sedangkan defenisi akuntansi ditinjau dari proses kegiatan adalah sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisasian data keuangan suatu organisasi.

Faktor pendukung dalam proses akuntansi diantaranya meliputi jurnal/jurnal khusus sebagai tempat dicatatnya transaksi, buku besar sebagai tempat postingan dari jurnal, Neraca saldo sebagai tempat mencatat seluruh saldo di buku besar, Neraca lajur sebagai tempat pengikhtisaran seluruh rekening agar menghasilkan laporan keuangan yang akurat. Konsep akuntansi akan sangat dibutuhkan untuk mempelajari bagaimana pengolahan data keuangan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Prinsip akuntansi juga diperlukan untuk menunjang pemahaman mengenai konsep dan dasar akuntansi. Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang kegiatannya terdiri atas pengumpulan dan pengolahan data keuangan suatu unit organisasi dan pengkomunikasian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan ekonomik. Ilmu akuntansi sebenarnya dipelajari untuk membentuk suatu laporan keuangan yang baik dan mudah dimengerti serta akurat. Dalam konsep yang lebih besar konsep akuntansi ini akan bermanfaat untuk perusahaan seperti manajer untuk mengambil keputusan, pemegang saham, atau pemilik perusahaan.

Dasar – dasar akuntansi adalah materi yang mempelajari mengenai tentang konsep dasar penyusunan laporan akuntansi yang mencangkup ruang lingkup akuntansi serta penjabarannya, fungsi akuntansi sampai dengan penyusunan pembuatan laporan keuangan. Hakekatnya materi ini merupakan langkah awal bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari metode penyususnan laporan keuangan lebih lanjut.

D. Kecerdasan Emosional (EQ)

Definisi keberhasilan hidup tidak hanya dipengaruhi oleh IQ, pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ) seperti bakat, ketajaman sosial, hubungan sosial, kematangan emosi dan lain-lain yang harus dikembangkan juga. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosional (EQ) (Melandy dan Aziza, 2006). Kecerdasan emosional petama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati).Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Dari beberapa pendapat yang dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain, dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

  1. Komponen Kecerdasan Emosional

Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) membagi kecerdasan emosional menjasdi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:

a. kemampuan mengenal diri / Pengenalan Diri (Self Awareness)

Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:

  1. Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya

  2. Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

  3. Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

b. Mengelola emosi Pengendalian Diri / Self Regulation

Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:

  1. Kendali diri (self-control), yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.

  2. Sifat dapat dipercaya (trustworthiness), yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas.

  3. Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi.

  4. Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.

c. Motivasi diri (Motivation)

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:

  1. Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.

  2. Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.

  3. Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

  4. Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

d. Berhubungan dengan orang lain (empati)

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:

  1. Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.

  2. Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.

  3. Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

e. Mengendalikan emosi orang lain / Ketrampilan Sosial (Social Skills)

Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:

  1. Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.

  2. Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.

  3. Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan pemecahan silang pendapat.

  4. Kepemimpinan (leadership), yaitu membangitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.

E. Minat Belajar Mahasiswa

1. Pengertian Minat

. Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.

Sedangkan menurut Bimo Walgito (1981: 38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut, minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.

Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.

Crow dan crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali,2007 : 121).

Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut :

  1. Menurut Slameto (2010:180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

  2. Mahfud Shalahuddin, mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah perhatian yang mengandung unsur – unsur perasaan.

  3. Menurut Abu Ahmadi, minat adalah sikap seseorang termasuk tiga fungsi jiwa (kognisi, konasi, dan emosi) yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu terdapat unsur perasaan yang sangat kuat.

  4. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungan – kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Dari pemaparan menganai definisi – deinisi minat diatas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktifitas.

2. Jenis - Jenis Minat

Menurut Djaali (2007 : 122) Minat dibagi dalam enam jenis yaitu :

a. Realistis

Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.

b. Investigative

Orang investigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.

c. Artistik

Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.

d. Social

Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada keitannya dengan perasaan; menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan mengajar.

e. Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.

f. Konvensional

Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien; mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi

3. Faktor- Faktor yang Menimbulkan Minat

Crow and Crow (Abdul Rahman,2004 : 264), berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :

a. Dorongan dari dalam diri individu

Contohnya yaitu dorongan untuk makan, ingin bermain. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,melakukan penelitian dan lain lain.

b. Motif social

Motif social menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

c. Faktor emosional,

Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses yaitu adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang.

Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu: (1) faktor dorongan yang berasal dari dalam (2) faktor motif social (3) faktor emosional.

Slameto (2010 : 180) menyatakan minat dapat diukur dengan :

  1. Memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari

  2. Ada rasa suka dan senang

  3. Ada rasa keterikatan

  4. Lsebih menyukai dari pada yang tidak diminati

  5. Dan partisipasi pada kegiatan

F. Keterkaitan antara Variabel

1. Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar Mahasiswa

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lohr dalam sufnawa (2008) menyebutkan bahwa (IQ) hanya 25% berperan terhadap keberhasilan dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Goleman (2000 : 4) berpendapat bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan – kekuatan lain, salah satunya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa.

Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan oranga lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat Solovey (Goleman, 2002 : 57-59) yang membagi EQ menjadi lima yaitu kemampuan mengenal diri (kesadaran diri), mengelola emosi, memotivasi diri, mengendalikan emosi orang lain, berhubungan dengan orang lain (empati). Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai hasi belajar yang maksimal sehingga dapat mencapai tujuan dan cita – citanya.

Berdasarkan pendapat yang diuraikan diatas disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang baik dapat mengekspresikan dan menggunakan keterampilan – keterampilan yang dimilikinya secara baik pula, sehingga mampu untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang maksimal. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang memilki tingkat kecerdasan emosi yang rendah maka akan sulit untuk mengekspresikan dan menggunakan kemampuannya secara maksimal, hal tersebut yang membuat rendahnya hasil belajar seseorang.

2. Keterkaitan antara Minat Belajar Mahasiswa dan Hasil Belajar Mahasiswa

Slameto (2010 : 180) menyatakan bahwa minat dapat diukur dari memperhatikan dan mengenang apa yang dipelajari, ada rasa suka dan senang, ada rasa keterikatan, lebih menyukai dari pada yang tidak diminati, dan partisipasi pada kegiatan.

Bila seseorang tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek.

Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dan Praja (2004:122) belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Muhibbin Syah (2003:136) minat besar sekali pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, karna ada daya tarik baginya, dengan daya tarik tersebut maka aktivitas belajar akan berjalan dengan baik dan terarah sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Berdasarakan pendapat dan teori - teori yang tersebut diatas, maka disimpulkan bahwa salah satu faktor dalam keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam meraih hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh minat belajar. Minat belajar diduga mampu memperkuat seseorang dalam menggerakkan dan meningkatkan kemampuan – kemampuan intelegensi yang ada dalam diri seseorang dengan tujuan seseorang tersebut dapat meraih hasil belajar yang maksimal.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

  1. Rachman (2011) yang meneliti Pengaruh Kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar siswa di SMA Nuruliman didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional siswa berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.

  1. Kristina (2006) dalam skripsinya “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ) dan Kecerdasan intelektual (IQ) Terhadap hasil Belajar Siswa SMPN 4 Malang, kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.

  2. Lianita (2013) dalam skripsinya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa.

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan teori dan latar belakang permasalahan yang akan diteliti dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Sesuai dengan variable yang dibahas yaitu variabel X dan Y, dimana variabel X1 dan X2 merupakan variabel bebas, dan variabel Y merupakan variabel terikat.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Kecerdasan Emosional / EQ (X1)


s


Hasil Belajar

(Y)

Minat Belajar

(X2)


I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan peneliti sebelumnya sebagai jawaban sementara dari penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini yaitu :

  1. Terdapat Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014

  1. Terdapat Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014

  1. Terdapat Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada matteri Dasar – dasar Akuntansi Keuangan di FKIP-UIR Pekanbaru Th. 2013/2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian