MODEL PEMBELAJARAN BILINGUAL UNTUK MENIN

MODEL PEMBELAJARAN BILINGUAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA SISWA
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan pada Prodi Pengembangan
Kurikulum Sekolah Pascasarjan Universitas Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu: Prof.Dr.Hj.Mulyani Sumantri,M.Sc.

Oleh
Fata Fahmi Fikri
NIM. 1202092

PRODI PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013

MODEL PEMBELAJARAN BILINGUAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA SISWA
Oleh Fata Fahmi Fikri

1. Pendahuluan
Di awal tahun 2013 MK mengabulkan gugatan terhadap status Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional (RSBI) dan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) yang berimplikasi pada
perubahan status sekolah RSBI dan SBI menjadi sekolah reguler. Kemendikbud telah
membuat surat edaran terkait pembubaran rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI)
dan menjadikannya sebagai sekolah biasa atau reguler. Namun demikian tersirat nada kecewa
dan harapan perbaikan dari pihak Kementrian Pendidikan Nasional.
“… menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengaku tak habis pikir
mengapa cita-cita mulia seperti itu justru akhirnya dinyatakan bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945 oleh MK. M. Nuh berpendapat, salah satu
cara agar bangsa Indonesia bisa bangkit adalah melalui jalur pendidikan. Hal itu
dapat diimplementasikan dengan menciptakan sekolah-sekolah top untuk
mendorong terciptanya kualitas pendidikan yang lebih baik. Pun demikian M. Nuh
mengaku tetap akan menghormati putusan MK tersebut. Kini dirinya dikabarkan
telah

memiliki

gambaran


mengenai

formula

baru

sekolah

eks-RSBI.”

(http://www.entitashukum.com/pembubaran-rsbisbi-runtuhnya-diskriminasipendidikan-di-indonesia/ pada 26 April 2013)
Terlepas dari adanya banyak faktor penyelenggaraan RSBI dan SBI selama ini yang
dinilai tidak baik oleh masyarakat umum, RSBI dan SBI telah membawa semangat
memajukan sekolah di Indonesia. Diantara semangat itu adalah dengan implementasi
pembelajaran Bilingual yang menurut Basel dan Hidayat (2011, 100-103) ada tiga alasan
mengapa Kementrian Pendidikan

Nasional mengadakan program Bilingual yang dalam

aplikasinya dilakukan pada sekolah RSBI dan SBI. Alasan yang pertama adalah alasan yang

bersifat konstitusi negara. Sementara alasan yang kedua dan ketiga berdasarkan dinamika
pendidikan di lapangan yaitu menjamurnya sekolah Internasional dan kurangnya kemampuan
bahasa Inggris guru dan siswa.
Maka saat ini meskipun RSBI dan SBI menjadi berstatus sekolah reguler,
pembelajaran Bilingual tidak serta merta ditinggalkan. Pembelajaran Bilingual masih menjadi
tren di Indonesia. Makalah ini ingin menjelaskan dua model pembelajaran Bilingual yaitu
model Bilingual yang diusung oleh pemerintah melalui Kemdiknas dan model yang diusung
National Bilingual Center dengan nama programnya Bilingual Education Training System
1

(BEST) . Materi dalam makalah ini banyak merujuk dari buku “Sukses Bilingual, Cara
Menjadi Sekolah Bilingual.”
2. Model Bilingual yang dikembangkan Kemdiknas.
2.1. Latar belakang program Bilingual pada RSBI dan SBI
Pemerintah melalui Kemdiknas membuat terobosan dengan mengembangkan program
Bilingual yang diimplementasikan pada RSBI dan SBI dengan alasan salah satunya masih
rendahnya kemampuan berbahasa Inggris siswa dan guru secara umum. Faktanya setelah
belajar 6 hingga 9 tahun, seseorang lulusan pendidikan menengah di negara ini belum
mempunya kemampuan bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk berkomunikasi lisan.
Menyadari kondisi ini untuk memperbaiki sistem pengajaran bahasa Inggris yang menjadikan

lulusan sekolahnya menguasai IPTEK melalui bahasa Inggris pemerintah menyiapkan konsep
model pembelajaran bahasa Inggris yang dalam bahasa ilmiahnya bernama Program
Pengayaan Bahasa Inggris (English Enrichment Program) yang kemudian lebih dikenal
dengan program Bilingual dan bisa juga disebut Imersi. Program Bilingual ini atau Imersi
dijabarkan dalam sebuah sistem yang bernama sekolah imersi RSBI dan SBI.
“Imersi berasal dari kosa kata Immersion yang berarti pencelupan. Immersion Program
adalah program yang didesain berdasarkan salah satu kesuksesan program imersi di
Kanada di tahun 70-an.”
2.2. Imersi Kemdiknas: RSBI-SBI
Dengan memahami prinsip dasar imersi yaitu dominasi bahasa kedua yang sangat dominan,
Kemdiknas melakukan adaptasi dan adopsi pada beberapa hal saja. Kemdiknas hanya mengadaptasi
program imersi pada bidang Mipa dan TIK yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantah. Pemerintah tidak melakukan imersi pada setiap mata pelajaran dengan tujuan (1)
penguasaan IPTEK dalam Bahasa Inggris, (2) peningkatan kualitas daya saing lulusan sekolah
menengah di Indonesia, dan (3) untuk menunjang pembelajaran MIPA dan TIK dalam Bahasa Inggris.
2.3. Proses Pemodelan oleh Kemdiknas
Salah satu model yang dikembangkan oleh kemdiknas adalah model imersi yang
dimodifikasi. Model ini sering disebut dengan model Bilingual. Tahapan pemodelannya sebagai
berikut:
1. Analisis penyebab ketidakberhasilan program bahasa Inggris di sekolah.

2. Analisis model Imersi
3. Pengembangan konsep, meliputi:
2

-

Definisi kerja

-

Tujuan, dan

-

Pengembangan Kurikulum

4. Uji coba program
2.4. Model Imersi (lebih lanjut)
Model imersi ini meliputi tiga tahapan mulai dari tahapan pengembangan program, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi. Model imersi ini telah diujicobakan pada tahun pelajaran 2004/2005

di 34 SMP Koalisi Nasional. Setiap sekolah masing-masing mempunyai satu atau dua kelas.
Dalam definisi kerjanya program imersi ini adalah, dalam Basel dan Hidayat (2011, 110):
Sebuah proses pembelajaran khususnya MIPA dan TIK dalam bahasa Inggris yang materi
pembelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya dalam bahasa Inggris. Dengan kata lain
bahasa pengantar yang digunakan di dalam sekolah program imersi ini adalah bahasa kedua yang
dalam hal ini adalah bahasa Inggris.
Program imersi ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang
tinggi dalam MIPA sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut, memiliki kemahiran berbahasa
Inggris yang tinggi, dan mempunyai kemampuan berstandar internasionalisme dan sikap
nasionalisme.
2.4.1. Tahap pengembangan program
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:

-

Pengembangan materi
Awalnya materi yang dikembangkan kemdiknas dalam bentuk modul masih bernuansa
penerjemahan dari modul berbahasa Indonesia kepada modul berbahasa Inggris. Seiring
waktu terus dilakukan perbaikan hingga pada tahun 2009 guru-guru bidang studi MIPA
dan TIK dilatih dan dibekali dengan bahan-bahan pembelajaran yang luar biasa seperti

film, perangkat lunak, modul mipa dan bahasa Inggris untuk guru dan siswa.

-

Pengembangan multi media pengajaran
Kemdiknas telah melengkapi bukan hanya dengan buku atau modul saja. Multi media
pembelajaran sudah disediakan dalam bentuk perangkat lunak, film, dan lain sebagainya.

-

Pengembangan model pembelajaran
Kemdiknas telah memberikan contoh kongrit bagaimana mengelola kelas Bilingual
dengan juga sudah menyiapakan RPP contoh dalam bahasa Inggris.

-

Seleksi dan pelatihan guru MIPA dalam bahasa Inggris serta metode pembelajaran
Seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan setidaknya 5 kompetensi yang harus
dikuasai bagi para pengajar program ini meliputi: kompetensi bahasa inggris, kompetensi
3


bahasa inggris MIPA, kompetensi MIPA, kompetensi pengajaran MIPA dan kompetensi
pengajaran MIPA dalam bahasa Inggris.

-

Seleksi dan pelatihan bahasa Inggris untuk siswa.
Kemdiknas juga telah memberikan izin kepada sekolah penyelenggara program ini untuk
terlebih dahulu menyeleksi input siswanya.

2.4.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:

-

Distribusi jadual pelajaran

-

Prosentase penggunaan bahasa Inggris bervariasi tergantung pada kesiapan siswa dan

guru dalam bahasa Inggris.

-

Team Teaching

-

Program pendukung untuk siswa.

-

Program pendukung atau pendampingan untuk guru.

2.4.3. Tahap Evaluasi (kesimpulan)
Dengan model uji coba seperti dijelaskan sebelumnya, kemdiknas menyimpulkan bahwa
program berjalan dengan hasil yang memuaskan. Secara nasional kemampuan (pencapaian)
kompetensi siswa program MIPA dalam bahasa Inggris setara dengan pencapaian kompetensi siswa
program reguler. Bahkan pencapaian kompetensi MIPA dalam bahasa Inggris lebih tinggi. Hasil ini
ditampilkan dalam tabel berikut: (Basel dan Hidayat, 2011)


Matematika
IPA

Program MIPA dalam Bahasa Inggris
Soal Bahasa Inggris
Soal Bahasa Indonesia
5.35
5.37
5.80
5.69

Program Reguler
Soal Bhs. Indonesia
4.64
5.26

3. Model Bilingual BEST.
BEST adalah nama dari model Bilingual yang dikembangkan oleh National Bilingual
Center, singkatan dari Bilingual Education System Training. Model ini adalah satu model

program pengayaan bahasa Inggris atau program Imersi yang digunakan di RSBI dan SBI.
Basel dan Hidayat (2012) sebagai penggagas dan pengembang model BEST
menyatakan perlunya landasan teori yang digunakan dalam model ini untuk memecahkan
permasalahan utama yang dihadapi meliputi (1) Teori tentang pembelajaran bahasa Inggris
yang tidak tepat, (2) teori tentang kemampuan bahasa Inggris guru dan siswa yang tidak
layak, dan (3) sistem yang tidak tepat dalam mendukung proses pembelajaran.
4

3.1. Rekayasa Model Bilingual (dalam BEST)
Setelah menganalisa penggunaan teori dalam memecahkan masalah, selanjutnya
adalah rekayasa model. Dalam model ini agar lebih mudah dipahami diilustrasikan dengan
membayangkan profil sekolah yang terdiri dari 3 komponen meliputi (1) komponen fondasi
bilingual; permasalahan dan teori dasar sebagai solusi, (2) komponen bangunan bilingual;
program bilingual dan pengembangannya, (3) komponen atap bilingual; evaluasi bilingual.
3.2. Tahapan pemodelan dan solusi model Bilingual BEST
Tahapan pemodelan sehingga dipilih model BEST melalui terlebih dahulu analisa
teori linguistic terapan. Diantara teorin linguistic terapan yang dipilih adalah teori Imersi dan
teori Bilingual. Pemilihan teori ini karena keduanya sudah terbukti dan dominan dipakai
dalam pengembangan program pembelajaran bahasa Inggris. Selain teori linguistic terapan
juga dipakai teori non kebahasaan diantaranya teori psikologi pembelajaran dan metode
pembelajaran.
Setelah tahapan analisa teori, dikembangkan kemudian model berdasar dua teori
tersebut (linguistic terapan dan non kebahasaan) menjadi dua model Holistic Immersion dan
Partial Immersion. Dalam model holistik immersion terdapat dua model turunannya yaitu
Early Immersion dan Late Immersion
Tahapan selanjutnya adalah penetapan model yang dipakai. Dalam hal ini Basel dan
Hidayat (2011) memilih model yang kedua yaitu model Partial Immersion atau disebut juga
Bilingual. Model ini yang dipakai dalam BEST. Pemilihan model ini dikarenakan beberapa
alasan yang sudah dianalisis bahwa model Holistic Immersion salah satu diantaranya sekolah
untuk mengaplikasikan model holistic immersion memerlukan sekelompok guru Bahasa
Inggris dan bidang studi yang hebat. Faktanya, sebelum diluncurkan program RSBI dan SBI
tidak banyak lembaga pendidikan pencipta tenaga guru di Indonesia yang menyiapkan secara
khusus guru yang akan mengajar dengan model ini. Sehingga model imersi holistik ini tidak
bisa memberikan jalan keluar bagi SD, SMP dan SMA untuk memulai program pembelajaran
Bahasa Inggrisnya dengan model bilingual.
3.3. Model Bilingual BEST
Definisi program model ini adalah program bahasa pertama dan bahasa kedua
digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas dengan dominasi penggunaannya
dikembangkan secara bertahap mulai dari level bilingual dasar hingga tinggi, yang dalam

5

model BEST levelisasi tersebut dibuat dalam 10 level dengan ilustrasi pertumbuhan pohon
sejak biji hingg berbuah :seed, sproud, root, bud, trunk, branch, twig, leave, flower, dan fruit
Tahap akhir dari kemampuan bahasa yang ingin dicapai dalam program ini adalah agar
peserta didik mampu menggunakan kedua bahasa secara berimbang dengan kompetensi sama
tinggi digunakan baik lisan maupun tulisan.
Secara garis besar sekolah dengan bilingual BEST dapat digolongkan dalam tiga
golongan: sekolah bilingual tingkat rendah, sekolah bilingual tingkat menengah, dan sekolah
bilingual tingkat tinggi.
3.4. Aplikasi Model (Implementasi di Sekolah)
Model bilingual BEST sudah diujicobakan di beberapa sekolah mulai TK hingga PT
dengan rentang waktu antara 3-10 tahun. Model ini diawali dengan aplikasi model Bilingual
Transisi di sekolah. Bilingual Transisi adalah program dengan memberikan kesempatan setiap
sekolah untuk berkembang yang nantinya mempunyai penggunaan bahasa keduanya lebih
dominan. Model ini tidak hanya memberika kesempatan kepada guru yang sudah senior
(dalam bahasa Inggris) untuk kembali berkembang tapi juga memberikan suasana “atmosfer”
perubahan yang meminimalisasikan gejolak ataupun keresahan diantara para guru saat
program ini berjalan.
Aplikasi model ini meliputi tahapan berikut:
1. Tahapan persiapan model, meliputi analisa SDM, silabus, fasilitas, biaya, dan
regulasi.
2. Pembentukan model tahapan bilingual BEST meliputi langkah-langkah:
-

Langkah pertama: Alur pengembangan bahasa, dengan status sekolah monolingual
berubah menjadi sekolah bilingual tingkat rendah yang terus bergerak menjadi
tingkat menengah dan tinggi.

-

Langkah kedua: Fokus perubahan bilingual. Pada tahap ini elemen-elemen
sekolah bilingual yang menjadi fokus perubahan yaitu elemen kelas, jenis bahasa,
dan bidang studi.

-

Langkah ketiga: Integrasi fokus dan alur. Saat alur pengembangan bahasa telah
ditetntukan sekolah A berada di tingkat bilingual rendah, maka dalam integrasinya
sekolah tersebut bisa menggunakan Model Fokus Best berupa modifikasi dari
karya Stephen D. Krashen.

-

Langkah keempat: Jadwal pembelajaran.

6

-

Langkah kelima: rambu-rambu bilingual. Setelah semua siap sekolah perlu
menetapkan rambu-rmabu bilingual berupa seperangkat regulasi yang menjaga
budaya sekolah, kinerja guru, dan pencapaian akademik wajib tidak tergangu.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi
4.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dapat dibuat setelah mencermati kajian dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang disajikan dalam makalah ini lebih bersifat sebagai pengantar dalam
memahami implementasi pembelajaran bilingual yang diantara tujuanya untuk
mencapai kemampuan kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris yang baik untuk
digunakan lisan dan tulis.
2. Dua model yang disajikan sebagai program bilingual dapat diterapkan di sekolahsekolah di Indonesia, dimana kedua model ini telah diujicobakan implementasinya.
4.2. Rekomendasi
Selanjutnya diantara yang dapat dijadikan rekomendasi adalah sebagai berikut:
1. Masih diperlukan pengembangan lebih lanjut dan penelitian penerapan model
bilingual di sekolah-sekolah Indonesia..
2. Masih perlu upaya-upaya yang kuat bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka meningkatkan dan atau mencapai hasil pendidikan yang baik sehingga
kebaikan yang dimaksudkan oleh pemerintah dalam terobosan-terobosan program
pendidikan tidak disalah artikan atau terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.
3. Masih diperlukan kajian yang lebih dalam dan penelitian lebih lanjut dalam
pelaksanaan program bilingual untuk pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.
Referensi:
Basel, Henri dan Hidayat, Rachmat. 2011. Sukses Bilingual, Pengantar Implementasi dan
Evaluasi untuk Sekolah dan Pihak Lain yang Membutuhkan. Jakarta: Penerbit NEC
Press.
http://www.kemdiknas.go.id akses pada 1 Mei 2013.
http://www.entitashukum.com/pembubaran-rsbisbi-runtuhnya-diskriminasi-pendidikan-diindonesia/ akses pada 1 Mei 2013.

7

8