TEKNIK PRODUKSI TOMAT RAMAH LINGKUNGAN

R. SRINIVASAN

(EDITOR)

AVRDC –Pusat sayuran dunia merupakan Lembaga Penelitian Internasional yang bergerak dibidang sayuran tropis (non Profit) dan bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan kekurangan gizi melalui peningkatan produksi dan konsumsi sayuran sehat agar kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi.

AVRDC – The World Vegetable Center P.O. Box 42 Shanhua, Tainan 74199 TAIWAN

Tel: +886 6 583 7801 Fax:

Email: [email protected] Web: www.avrdc.org

AVRDC Publication: 10-740 ISBN 92-9058-182-4

Editor: Maureen Mecozzi Disain Kulit luar: Chen Ming-che Tim penyusun: Kathy Chen, Chen Ming-che, Vanna Liu, Lu Shiu-luan

© 2010 AVRDC – The World Vegetable Center Printed in Taiwan

This work is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License. To view a copy of this license, visit http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/tw/ or send a letter to Creative Commons, 171 Second Street, Suite 300, San Francisco, CA, 94105, USA.

Suggested citation

Srinivasan R (Ed.). 2010. Safer tomato production methods: A field guide for soil fertility and pest management. AVRDC – The World Vegetable Center, Shanhua, Taiwan. AVRDC Publication No. 10- 740. 97 p.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii Ucapan terima kasih

iv Pendahul uan

v Pr oduksi beni h t amat sehat

Su Fu-cheng, Ma Chin-Hua, R. Srinivasan, Wang Tien-chen Pengel ol aan kesubur an t anah unt uk

6 mempr oduksi t omat sehat

Ma Chin-Hua and Yueh-Huei Lin Ser angga hama dan t ungau pada

25 t omat

R. Srinivasan, Su Fu-cheng, Mei-ying Lin, Hsu Yun-che

Pengel ol aan penyaki t bakt er i pada

66 t omat

Chih-Hung Lin and Jaw-Fen Wang Pengel ol aan penyaki t yang

76 di sebabkan ol eh j amur pada t omat

Chen Chien-hua, Zong-Ming Sheu, Chen Wen-yu,

Wang Tien-chen Indek

KATA PENGANTAR

Tomat merupakan salah satu sayuran penting di Asia dan Afrika. Kedua benua ini menurut laporan dapat memproduksi lebih dari 65% tomat di dunia. Buah tomat kaya akan nutrisi seperti vitamin, mineral dan anti oksidan, serta penting juga untuk menjaga keseimbangan gizi manusia. Buah tomat penting sebagai komponen makanan karena mengandung Lycopene yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit kanker dan penyakit degenerasi syaraf. Tanaman tomat sangat rentan terhadap serangan beberapa jenis serangga dan tungau serta penyakit tanaman. Penggunaan pestisida kimia saat ini telah digunakan secara sembarangan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman tomat di Asia Tenggara dan Afrika. Disamping itu pupuk kimia dan pestisida kimia kadang-kadang digunakan secara berlebihan sehingga mengakibatkan pencemaran air tanah. Penggunaan bahan kimia di lahan pertanian tomat akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi, sehingga merugikan terhadap produser, konsumer dan gangguan terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. AVRDC – Pusat sayuran dunia ini telah berhasil mengembangkan teknologi produksi tomat yang aman (ramah lingkungan) di Taiwan sejak tahun 2005-2007. Strategi ini berhasil mengurangi ketergantungan masyarakat tani terhadap bahan kimia seperti pestisida dengan memaksimalkan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Strategi ini telah dikembangkan di Asia Selatan dan telah siap juga untuk dipromosikan secara luas di daerah pertanaman tomat yang beriklim tropis.

Buku saku ini berisi informasi tentang cara memproduksi bibit sehat, penggunaan bahan organik dan an organik secara optimum, informasi tentang strategi pengelolaan hama dan penyakit di daerah tropik dan informasi secara rinci tentang serangga penting, tungau dan penyakit tomat yang dilengkapi dengan gambarnya.

Buku ini diperuntukkan bagi petani tomat dan penyuluh pertanian spesialis sehingga diharapkan bermanfaat untuk memproduksi tomat yang aman dimasa mendatang .

J.D.H. Keatinge Director General

AVRDC - The World Vegetable Center

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada M.L. Chadha (pengelolaan kesuburan tanah), Ravindra C. Joshi (ahli serangga dan tungau), Mathew M. Abang (ahli penyakit bakteri) dan Drissa Silué (ahli penyakit jamur) atas usaha dan kerja kerasnya menyusun buku saku ini. Saya ingin juga mengucapkan terima kasih kepada Asia-Pacific Forum for Environment and Development (APFED) melalui Ryutaro Hashimoto APFED Awards for Good Practices to AVRDC – The World Vegetable Center pada tahun 2008. Ucapakan terima kasih juga disampaikan kepada Maureen Mecozzi yang membantu meng edit Chen Ming-che yang membantu pengambilan foto.

R. Sr i ni vasan AVRDC – The World Vegetable Center

PENDAHULUAN

Tomat ( Sol onum l ycoper si cum L) merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di seluruh dunia. Luas tanaman tomat di China lebih dari 5.000.000 ha dengan produksi mendekati 129.000.000 ton atau lebih dari ¼ luas tanaman tomat di dunia. Menurut laporan luas tanaman tomat di Egypt bersama India lebih dari 1/5 dari luas tanaman tomat di dunia. Negara lain yang menghasilkan tomat adalah Turki dan Nigeria. Luas areal tanaman tomat di Asia dan Afrika kira-kira 79 % dari luas areal tomat di dunia dan menghasilkan 65 persen kebutuhan tomat di dunia (FAO 2008) Jenis tomat liar aslinya berasal dari bagian barat daya Amerika. Ada dua hipotesis yang menyatakan bahwa tomat berasal dari negara Peru dan Meksiko (Peralta dan Spooner 2007). Walaupun tomat membutuhkan iklim yang dingin dan kering agar kualitas dan produksinya tinggi (Nicola et al . 2009), namun dapat beradaptasi kondisi iklim yang luas mulai dari daerah temperate sampai daerah panas dan tropik basah. Tomat mengandung nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, patasium, Posphor, magnesium dan Calsium (USA 2009), diamping itu tomat juga mengandung antioksidan yang dapat mengurangi serangan penyakit kanker (Miller et al . 2002) Di daerah tropik, kendala utama dalam memproduksi tomat adalah serangan hama dan penyakit. Hama utama tanaman tomat adalah penggerek buah, ulat grayak ( beet ar mywor m ), kutu kebul, penggorok daun dan tungau. Penyakit geminivirus ditularkan oleh kutu kebul. Penyakit tomat lainnya adalah bintik bakteri pada daun, layu bakteri, rebah kecambah, haward daun, dan bercak kering, layu fusarium, dan penyakit jamur hitam pada daun tomat. Banyak petani menggunakan pestisida untuk memelihara tanaman tomat. Sebagai contoh petani di India selama satu Tomat ( Sol onum l ycoper si cum L) merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di seluruh dunia. Luas tanaman tomat di China lebih dari 5.000.000 ha dengan produksi mendekati 129.000.000 ton atau lebih dari ¼ luas tanaman tomat di dunia. Menurut laporan luas tanaman tomat di Egypt bersama India lebih dari 1/5 dari luas tanaman tomat di dunia. Negara lain yang menghasilkan tomat adalah Turki dan Nigeria. Luas areal tanaman tomat di Asia dan Afrika kira-kira 79 % dari luas areal tomat di dunia dan menghasilkan 65 persen kebutuhan tomat di dunia (FAO 2008) Jenis tomat liar aslinya berasal dari bagian barat daya Amerika. Ada dua hipotesis yang menyatakan bahwa tomat berasal dari negara Peru dan Meksiko (Peralta dan Spooner 2007). Walaupun tomat membutuhkan iklim yang dingin dan kering agar kualitas dan produksinya tinggi (Nicola et al . 2009), namun dapat beradaptasi kondisi iklim yang luas mulai dari daerah temperate sampai daerah panas dan tropik basah. Tomat mengandung nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, patasium, Posphor, magnesium dan Calsium (USA 2009), diamping itu tomat juga mengandung antioksidan yang dapat mengurangi serangan penyakit kanker (Miller et al . 2002) Di daerah tropik, kendala utama dalam memproduksi tomat adalah serangan hama dan penyakit. Hama utama tanaman tomat adalah penggerek buah, ulat grayak ( beet ar mywor m ), kutu kebul, penggorok daun dan tungau. Penyakit geminivirus ditularkan oleh kutu kebul. Penyakit tomat lainnya adalah bintik bakteri pada daun, layu bakteri, rebah kecambah, haward daun, dan bercak kering, layu fusarium, dan penyakit jamur hitam pada daun tomat. Banyak petani menggunakan pestisida untuk memelihara tanaman tomat. Sebagai contoh petani di India selama satu

Pust aka [FAO] Food and Agriculture Organization. 2008. FAOSTAT.

http:/faostat.fao.org [accessed 31 December 2009]. Krusekopf HH, Mitchell JP, Hartz TK, May DM, Miyao EM,

Cahn MD. 2002. Pre-side dress soil nitrate testing identifies processing tomato fields not requiring side dress N fertilizer. HortScience 37(3): 520-524.

Miller EC, Hadley CW, Schwartz SJ, Erdman JW, Boileau

TMW, Clinton SK. 2002. Lycopene, tomato products, and prostate cancer prevention. Have we established causality? Pure Appl. Chem. 74(8):1435-1441.

Nagaraju N, Venkatesh HM, Warburton H, Muniyappa V,

Chancellor TCB, Colvin J. 2002. Farmers’ perceptions and practices for managing tomato leaf curl virus disease in southern India. International Journal Pest Management

48: 333-338 Naika S, Van Lidt de Jeude J, de Goffau M, Hilmi M, Van Dam

B. 2005. Cultivation of tomato. Production, processing and marketing. In: Van Dam B (ed.), Digigrafi, Wageningen, The Netherlands.

Nicola S, Tibaldi G, Fontana E. 2009. Tomato production

systems and their application to the tropics. Acta Horticulturae 821: 27-33.

Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV. 1994. Extent of pesticide

use in vegetable production in Nueva Ecija: Empirical evidence and policy implications. Research and Development Highlights 1994, Central Luzon State University, Republic of the Philippines. p.196-213.

Peralta IE, Spooner DM. 2007. History, origin and early

cultivation of tomato (solanaceae). In: Razdan MK, Mattoo AK (eds.), Genetic Improvement of Solanaceous Crops, Vol. 2. Enfield, USA: Science Publishers. p. 1-27.

[USDA] United States Department of Agriculture. 2009.

Tomatoes (red, ripe, raw, year round average) – Nutrient values and weights for edible portion (NDB No: 11529). USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 22. http:/www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi- bin/list_nut_edit.pl [accessed 31 December 2009].

Produksi benih t omat sehat

1 Su Fu-cheng 2 , Ma Chin-Hua ,

R. Srinivasan 1 , and Wang Tien-chen 3

1 Entomology; 2 Crop and Ecosystem Management; 3 Mycology AVRDC – The World Vegetable Center

Meningkatnya penggunaan benih hibrida komersial yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit akan menyebabkan biaya produksi benih menjadi mahal. Biaya penyediaan benih akan meningkat secara nyata bila penanam tomat benihnya banyak yang tidak tumbuh karena tempat pembibitan tidak bersih. Hal ini biasanya tidak akan terjadi bila penanam tomat mengikuti metoda pembibitan dalam kotak kecambah secara tradisonal untuk memproduksi bibit tomat. Ada beberapa langkah efektif yang dapat dilakukan untuk memproduksi benih tomat sehat, diantaranya adalah:

• Gunakan kotak semai ( t r ay ) lokal yang berukuran

diameter 4,5 cm dan dalamnya 4 cm • Isi lobang-lobang kotak semai dengan media tumbuh

seperti tanah bekas pembakaran, campuran pasir, kompos, dan sekam bakar. Sebelum digunakan, pastikan bahwa campuran kompos yang digunakan benar-benar telah matang dan tidak mengandung bibit penyakit.

• Kotak semai diletakkan pada tempat yang ditinggikan

seperti bangku/meja dan beri naungan. Jika bangku tidak tersedia, buatlah bedengan persemaian dengan ukuran lebar 1.5 meter dan panjang 2-3 meter yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menyemaikan tomat.

• Tomat yang disemaikan pada kotak semai,

dilettakkan di dalam rumah kassa dengan ukuran kassa 60-mesh. Jika rumah kasa tidak tersedia buatlah net tunnels yang terbuat dari kain kassa atau plastik yang berguna untuk menyungkup benih tomat. Sungkup tersebut berbentuk seperti U terbalik dengan ukuran lebar 2 meter dan tinggi 1 meter yang diberi kerangka besi atau aluminium. Setiap jarak 1 dilettakkan di dalam rumah kassa dengan ukuran kassa 60-mesh. Jika rumah kasa tidak tersedia buatlah net tunnels yang terbuat dari kain kassa atau plastik yang berguna untuk menyungkup benih tomat. Sungkup tersebut berbentuk seperti U terbalik dengan ukuran lebar 2 meter dan tinggi 1 meter yang diberi kerangka besi atau aluminium. Setiap jarak 1

• Jika tidak tersedia kain kasa atau nylon yang

berukuran 60 mess maka kain kassa berukuran 32 mess masih dapat digunakan tetapi harus diawasi agar kutu kebul tidak masuk melalui lobang kain kasa (semprot bagian luas bagian luar kain kasa dengan nimba atau insektisida kimia. Jika persemaian terbuka maka lakukan pengendalian serangga yang berperanan sebagai vektor penyakit seperti kutu kebul, thrips, dan aphids. Pengendalian serangga tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida dengan bahan imidacloprid atau nimba, dan jika diperlukan sekali gunakan insektisida sistemik berbentuk butiran yang dapat diaplikasikan ke tanah.

• Bahan media yang diperjual belikan dipasaran kadang-kadang tidak steril. Oleh karena itu lakukan perlakuan benih (seed treatment) dengan perlakuan kimia atau agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tular tanah. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan fungisida yang berspektrum luas seperti captan dan thiram untuk mengurangi serangan penyakit rebah kecambah (Hanson et al . 2000). Alternatif lain gunakan agensia hayati seperti Tr i choder ma vi r i de dan Pseudomonas f l uor escens .

• Taburkan 2 biji tomat kedalam masing-masing lobang

tanaman dengan dengan kedalaman 0.5 cm (Hanson tanaman dengan dengan kedalaman 0.5 cm (Hanson

tanaman tomat dengan takaran kira-kira 15 ml. Penyiraman selanjutnya dapat dilakukan setiap hari terutama pagi hari dengan takaran rata-rata 7.5–10 ml (maximum) per lubang tanaman. Jika temperatur tinggi terutama musim panas lakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari dengan takaran air sebanyak 7.5–10 ml (maximum) per lubang tanaman. Takaran air yang digunakan tergantung pada media tanam, dan kelembaban media tanam.

• Biji tomat akan berkecambah setelah 8 hari kemudian pada temperatur tanah optimum berkisar antara 20 – 30°C (Hanson et al . 2000).

• Jika perlakuan benih pada biji tomat tidak dilakukan, maka gunakan fungisida Etridiazole untuk mengendalikan penyakit tular benih. Pemberian fungisida dilakukan sesuai dengan dosis anjuran dan setiap lobang diberi dengan 5 ml larutan fungisida yang sudah diencerkan dengan air.

• Setelah tiga minggu, periksalah vigor dan warna daun bibit tomat. Jika daun berwarna kuning dan kurus maka benih tersebut harus diberi pupuk NPK dengan dosis 15-10-15 + 2 MgO melalui tanah. Encerkan pupuk tersebut dengan air dan beri setiap lobang persemaian benih sebanyak 5 ml. Lakukan pemberian pupuk yang telah diencerkan tersebut pada setiap lubang persemaian satu sampai dua kali sebelum dipindahkan. Lakukan pemantauan pertumbuhan benih dan jika benih tomat tumbuh dengan cepat sebelum dipindahkan, maka kurangi pemberian pupuk.

• Bukalah sungkup kain kassa dan aplikasikan segera • Bukalah sungkup kain kassa dan aplikasikan segera

dengan kain kassa untuk mencegah masuknya serangga. Jika tray perbenihan ada beberapa buah buka hanya satu kotak saja pada saat yang sama.

• Gunakan bibit sehat yang mempunyai satu atau

empat helai daun (umur bibit kira-kira 4 minggu), kokoh dan kekar untuk ditanam (Hanson et al . 2000).

Pust aka Hanson P, Chen JT, Kuo CG, Morris R, Opeña RT. 2000.

Suggested cultural practices for tomato. International Cooperators’ Guide, AVRDC Publication No. 00-508. p. 8. http://www.avrdc.org/pdf/tomato.pdf.

Talekar NS, Su FC, Lin MY. 2003. How to produce safer leafy

vegetables in nethouses and net tunnels. Asian Vegetable Research and Development Center, Shanhua, Tainan, Taiwan. 18 p.

Pengelolaan kesuburan tanah untuk produksi tomat ramah lingkungan

Ma Chin-Hua and Yueh-Huei Lin

Crop and Ecosystem Management AVRDC – The World Vegetable Center

Kelebihan atau tidak berimbangnya penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik di dalam sistem produksi sayuran dapat mengurangi hasil sayuran dan pulusi terhadap lingkungan serta berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kurangnya pemberian pupuk, pengelolaan pupuk yang tidak benar dan kurang tersedianya unsur hara di dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya hasil panen dan hal inilah yang menyebakan kemerosotan lahan pertanian di beberapa negara. Keseimbangan unsur hara dan efisiennya penggunaan unsur hara tanaman akan meningkatnya produktivitas tanaman sehingga keuntungan yang maksimal dapat dicapai dan resiko terhadap lingkungan dapat dikurangi.

PENGGUNAAN PUPUK YANG BERLEBIHAN Penggunaan bahan organik dan anorganik secara

berkelebihan di dalam sistem produksi sayuran umumnya sering terjadi di banyak negara. Namun demikian tidak semua unsur hara yang di aplikasikan ke tanah dapat diserap oleh tanaman. Unsur hara yang masih tertinggal di dalam tanah akan berbahaya terhadap lingkungan melalui pengikisan tanah oleh air atau melalui air permukaan atau hilang menguap ke atmosfir.

Dalam kondisi normal, semua pupuk nitrogen akan mudah larut dalam air dan setelah diaplikasi, segera dioksidasi menjadi Nitrat. Nitrat yang tidak diabsorsi oleh partikel tanah, sebagian besar elemen akan hanyut melalui air tanah atau air permukaan atau hilang ke atmosfir melalui dinitrifikasi. Nitrat yang berasal dari pelapukan bahan organik pada tanah atau pupuk kandang juga mudah larut. Larutnya NO3- melalui air permukaan akan menambah kandungan NO3- pada air minum atau akumulasinya akan meningkat pada jaringan tanaman. Jika air minum yang mengandung NO3- diminum atau tertelan akan menyebabkan met hemogl obi nemi a ; dan pada bayi yang berumur 6 bulan Dalam kondisi normal, semua pupuk nitrogen akan mudah larut dalam air dan setelah diaplikasi, segera dioksidasi menjadi Nitrat. Nitrat yang tidak diabsorsi oleh partikel tanah, sebagian besar elemen akan hanyut melalui air tanah atau air permukaan atau hilang ke atmosfir melalui dinitrifikasi. Nitrat yang berasal dari pelapukan bahan organik pada tanah atau pupuk kandang juga mudah larut. Larutnya NO3- melalui air permukaan akan menambah kandungan NO3- pada air minum atau akumulasinya akan meningkat pada jaringan tanaman. Jika air minum yang mengandung NO3- diminum atau tertelan akan menyebabkan met hemogl obi nemi a ; dan pada bayi yang berumur 6 bulan

Kalium (K) merupakan ion yang dapat dipertukarkan dan mudah diserap dalam tanah. Namun demikian K yang tidak dapat diambil oleh tanaman akan hilang dan tercuci melalui air tanah. Unsur K banyak yang hilang disebabkan jika pupuk cair hewan terbuang dari pekarangan rumah petani dan kandang peternakan hewan. Kalium yang terdapat dalam air tidak mengganggu dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Ket idak seimbangan aplikasi pupuk. Nitrogen biasanya setelah diaplikasikan segera berpengaruh

sangat nyata terhadap tanaman, dimana daun tanaman sangat nyata terhadap tanaman, dimana daun tanaman

Petani mengira bahwa pemberian pupuk Nitrogen saja dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, contoh pupuk Urea yang mudah diperoleh dengan harga yang dapat terjangkau. Namun demikian untuk memperoleh produksi sayuran yang tinggi, tanaman juga memerlukan sejumlah unsur lain yaitu fosfor dan Kalium. Oleh karena itu, meningkatkan hasil tanaman dengan pemberian Nitrogen tunggal akan menghabiskan nutrisi lain yang berada di dalam tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi Nitrogen akan menurun tanpa pemberian Fosfor dan Kalium. Pemupukan seimbang antara Nitrogen, Fosfor dan Kalium seharusnya diberikan berdasarkan kebutuhan tanaman sehingga kerusakan tanah dan tanaman dapat dihindari.

Tidak cukupnya pemakaian unsur hara. Penanaman tanaman yang terus menerus tanpa penambahan

unsur hara yang cukup akan menghabiskan unsur hara di dalam tanah sehingga kesuburan tanah akan menurun. Pemberian bahan organik yang dihasilkan tanaman pada lahan tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pemberian pupuk perlu ditambahkan kedalam tanah agar kesuburun tanah secara berkelanjutan tetap terjaga.

Pengelolaan unsur hara untuk menghasilkan sayuran

yang aman dikonsumsi.

1. Penambahan unsur hara unt uk menggant i unsur hara dalam tanah .

Gunakan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik dapat menambah unsur hara yang cukup untuk meningkatkan produksi tanaman dalam jangka pendek, sedangkan pupuk organik akan meningkatkan bahan organik tanah, struktur tanah dan kapasitas penyangga tanah agar kesuburan tanah dalam jangka panjang dapat terjaga.

Pemberian pupuk berimbang dengan menggunakan sumber pupuk organik dan anorganik akan meningkatkan produksi tanaman yang menguntungkan dan berkelanjutan. Pemberian pupuk organik dalam jangka panjang dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi asam, sedangkan pemberian pupuk dari berbagai bahan organik dalam jangka panjang akan meningkatkan pH menjadi basa. Pemberian pupuk berimbang antara pupuk organik dan anorganik penting untuk menjaga kondisi tanah menjadi lebih baik dan dapat menyediakan sumber hara lebih efisien. Perbandingan antara pupuk organik dan anorganik adalah 1;1 atau 1;3 berdasarkan kebutuhan Nitrogen, umumnya telah direkomendasikan untuk petani.

Campuran pupuk unt uk memenuhi unsur ut ama yang

dibutuhkan t anaman. Pemberian pupuk berimbang harus mempertimbangkan perbandingan unsur N, P dan K. Kebanyakan pupuk organik mengandung unsur N,P dan K yang bervariasi dari rendah- tinggi. Pemberian pupuk organik dengan Nitrogen saja dapat menyebabkan terjadinya penumpukan P dan K. Namun demikian di berbagai negara komposisi kandungan pupuk anorganik NPK adalah 15-15-15 atau 20-20-20. Kebanyakan tanaman mengambil P hanya dibutuhkan t anaman. Pemberian pupuk berimbang harus mempertimbangkan perbandingan unsur N, P dan K. Kebanyakan pupuk organik mengandung unsur N,P dan K yang bervariasi dari rendah- tinggi. Pemberian pupuk organik dengan Nitrogen saja dapat menyebabkan terjadinya penumpukan P dan K. Namun demikian di berbagai negara komposisi kandungan pupuk anorganik NPK adalah 15-15-15 atau 20-20-20. Kebanyakan tanaman mengambil P hanya

Dengan konversi, rasio pengambilan unsur hara oleh tomat adalah sama untuk N:P:K = 1:0.13:1.42. Data ini memperlihatkan bahwa tanaman tomat memiliki kebutuhan K yang lebih besar dibandingkan dengan sayuran yang lainnya. Aplikasi yang terus menerus pupuk organik dan anorganik dengan rasio NPK yang tidak seimbang atau sama mungkin akan menghasilkan akumulasi hara tertentu di dalam tanah. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan bahwa petani harus memperbaiki aplikasi pupuk dengan mencampurkan beberapa jenis pupuk pupuk organik untuk membentuk rasio yang diinginkan sehingga tanaman yang dibudidayakan pertumbuhannya lebih baik. Petani juga harus menggunakan kombinasi pupuk anorganik yang berbeda selama periode pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan mengurangi akumulasi unsur hara dan pencucian di dalam tanah.

2. Memperbaiki efisiensi penggunaan unsure hara

Menambah pupuk harus disesuaikan dengan pola

pert umbuhan t anaman t omat : Setiap tanaman memiliki pola akumulasi bahan kering maupun pengambilan unsur hara yang unik. Waktu aplikasi pupuk dan jumlah pupuk yang cocok dengan pola pertumbuhan tanaman adalah hal yang sangat kritis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Gambar 1 memperlihatkan pola penyerapan unsur hara oleh tanaman tomat. Kebutuhan N berada dalam tingkat sedang, selama pertumbuhan vegetative tanaman sampai tanaman membentuk tangkai buah. P merupakan unsur hara yang penting untuk keragaan pertumbuhan tanaman dan produksi buah. K dibutuhkan untuk pembentukan tangkai buah dan pembesaran buah. Fase pert umbuhan t anaman t omat : Setiap tanaman memiliki pola akumulasi bahan kering maupun pengambilan unsur hara yang unik. Waktu aplikasi pupuk dan jumlah pupuk yang cocok dengan pola pertumbuhan tanaman adalah hal yang sangat kritis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Gambar 1 memperlihatkan pola penyerapan unsur hara oleh tanaman tomat. Kebutuhan N berada dalam tingkat sedang, selama pertumbuhan vegetative tanaman sampai tanaman membentuk tangkai buah. P merupakan unsur hara yang penting untuk keragaan pertumbuhan tanaman dan produksi buah. K dibutuhkan untuk pembentukan tangkai buah dan pembesaran buah. Fase

Fig.1. Serapan N, P, and K ke dalam tanaman tomat pada lebih dari 120 hari. (potensi hasil 60 t/ha)

Sebagai pupuk samping pada saat tanaman berumur 20, 40,

60, 85, 105 hari setelah tanam. Selama fase tangkai buah dan fase pembesaran buah terbentuk, pemupukan samping harus lebih sering diaplikasikan. Pencucian N sangat tergantung pada pupuk yang diaplikasikan, waktu presipitasi, pengairan, tipe tanah dan serapan N oleh tanaman. Membagi aplikasi pupuk N selama satu fase tanam direkomendasikan untuk pengendalian N, terutama pencucian NO 3- ke dalam air tanah.

Meningkat kan efisiensi pupuk melalui cara aplikasi baru : Sebagian besar sayuran membutuhkan jumlah nutrisi yang tinggi di masa pertumbuhan yang relatif singkat.

Mempertahankan konsentrasi NPK yang cukup dalam larutan tanah selama periode pertumbuhan aktif sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman. AVRDC - Pusat Sayuran Dunia telah mengembangkan "Solusi Teknologi Starter" untuk beberapa sayuran: Pupuk anorganik dalam bentuk butiran disiapkan sebagai larutan cair yang dapat digunakan segera setelah tanam dengan cara pemberian larutan pupuk disamping tanaman tomat.

Larutan Starter dapat menyediakan nutrisi penting untuk tanaman tomat muda sebelum sistem akar tanaman mapan dan membantu tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mendesak selama periode pertumbuhan aktif, sehingga hasil buah yang lebih tinggi. Larutan starter dapat dibuat dengan cara mengencerkan pupuk organik majemuk cair (14% N-28% P2O5-K2O 14%) dan aplikasikan larutan tersebut rata-rata 2,4 g (240N-210P-200K mg) dalam 50 ml air per tanaman (setara untuk 7.2N-6.2P-6K kg / ha) setelah tanam, untuk tanaman tomat pada jenis tanah lempung berpasir. Larutan harus diaplikasikan dalam volume kurang dari 1% dari kapasitas lapang sehingga larutan akan terserap oleh permukaan tanah dekat akar tanaman. Meskipun konsentrasi larutan sangat tinggi, namun konsentrasinya akan menurun dekat akar setelah bereaksi dengan tanah, dan larutan ini dapat dipertahankan dalam tanah dalam dalam jumlah

maksimum . Aplikasi larutan Starter secara nyata dapat mendorong pertumbuhan awal dan hasil dari semua sayuran yang diuji. Hal ini juga akan meningkatkan pelepasan nutrisi dari kompos organik. Efek booster aplikasi larutan Starter terhadap pertumbuhan tanaman awal yang jelas: aplikasi 7.2N-6.2P-6K kg/ha larutan pemula bisa menggantikan 30 ~ 50% pupuk anorganik dan setengah jumlah pupuk organik. Hal ini juga mengurangi N yang masih tersisa dalam tanah, dan mungkin dapat menyebabkan pencemaran lingkungan pada tanaman yang dibudidayakan. Hasil penelitian maksimum . Aplikasi larutan Starter secara nyata dapat mendorong pertumbuhan awal dan hasil dari semua sayuran yang diuji. Hal ini juga akan meningkatkan pelepasan nutrisi dari kompos organik. Efek booster aplikasi larutan Starter terhadap pertumbuhan tanaman awal yang jelas: aplikasi 7.2N-6.2P-6K kg/ha larutan pemula bisa menggantikan 30 ~ 50% pupuk anorganik dan setengah jumlah pupuk organik. Hal ini juga mengurangi N yang masih tersisa dalam tanah, dan mungkin dapat menyebabkan pencemaran lingkungan pada tanaman yang dibudidayakan. Hasil penelitian

lingkungan .

3. Mengurangi kehilangan unsur hara dalam tanah Mengurangi jumlah pupuk adalah salah satu cara yang

efektif untuk mengurangi pencucian hara. Pengaturan jadwal tanam yang tepat adalah cara lain untuk menghindari hilangnya nutrisi. Misalnya, pupuk hijau mudah terurai dengan cepat di daerah tropis bila dibenamkan ke dalam tanah. Oleh karena itu, perlu ada tanaman berturut-turut di lapangan setelah beberapa minggu, agar nutrisi yang dihasilkan dari pupuk hijau dapat digunakan. Bedeng yang bermulsa dan tanaman penutup tanah di lapangan selama musim hujan juga efektif untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh aliran permukaan dan terbuangnya nutrisi.

4. Pengelolaan sumber daya yang lebih baik.

Tambahkan bahan organik ke tanah: Pergantian bahan organik sangat cepat di daerah tropis, sehingga untuk mempertahankan tingkat bahan organik yang cukup dalam tanah merupakan tantangan yang sulit. Berbagai cara untuk menyediakan bahan organik tanah, antara lain sebagai berikut: tanaman pupuk hijau, menambahkan pupuk kandang, kompos atau pupuk organik, serta menggabungkan

sisa tanaman, dll. Semua ini adalah metode yang cukup baik untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya isue tentang dampak lingkungan dan keberlanjutan penggunaan tanah telah mendorong kompos sebagai salah satu cara untuk mendaur ulang limbah kembali ke tanah. Penelitian yang banyak telah dikembangkan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi pengomposan ramah lingkungan. Pengomposan dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan rasio C / N untuk 20-30:1, menjaga kelembaban tanah pada 50-60%, dan mempertahankan aerasi yang baik untuk mendorong pertumbuhan mikroorganisme. Pembuatan kompos yang tepat akan meningkatkan efisiensi hara di dalam kompos, dan juga menurunkan kehilangan N selama proses pengomposan. Lakukan pergiliran tanaman: Pergiliran tanaman yang tepat akan menyediakan bahan organik tanah secara berkelanjutan, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), dan meningkatkan sifat biologis tanah sehingga mungkin dapat menekan beberapa patogen tular tanah. Disarankan bahwa tanaman pupuk hijau dimasukkan dalam sistem, terutama jenis pupuk hijau yang dapat mengikat N. Sayuran solanaceous tidak boleh dibudidayakan pada lahan yang sama tanpa pergiliran tanaman. Tanah perlu diberakan untuk memulihkan kesuburan tanah setelah budidaya tanaman secara intensif. Pergiliran tanaman padi dengan sayuran dataran tinggi harus dikelola dengan hati-hati, karena penanaman padi dapat merusak struktur tanah dan tidak mendukung keberhasilan budidaya sayuran.

Rekomendasi pemupukan unt uk memproduksi t omat ramah lingkungan.

Hitung nutrisi yang diserap oleh tanaman tomat berdasarkan target keuntungan: Rekomendasi pupuk bergantung pada kondisi daerah setempat. Tabel 1 daftar serapan tomat pada Hitung nutrisi yang diserap oleh tanaman tomat berdasarkan target keuntungan: Rekomendasi pupuk bergantung pada kondisi daerah setempat. Tabel 1 daftar serapan tomat pada

Table 1. Serapan hara oleh tanaman tomato berdasarkan target produksi

Target potensi hasil panen tomat untuk lokasi tertentu harus diidentifikasi dari data tahun-tahun sebelumnya. Jumlah pupuk yang akan diaplikasikan tergantung pada kesuburan tanah, tingkat pemulihan pupuk, bahan organik tanah, mineralisasi, dan pencucian N. Analisis tanah dianjurkan untuk menentukan ketersediaan N, P, dan K.

Jumlah kebutuhan pupuk yang akan diterapkan kemudian dapat dihitung berdasarkan target keuntungan dan nutrisi sisa tersedia. Ketika panen buah tomat, nutrisi yang diambil oleh buah dikeluarkan dari lapangan. Perkiraan pupuk yang aman dan rasional harus berdasarkan kehilangan hara yang diambil oleh buah tomat. Sebagai bahan perbandingan hasil penelitian dari IPNI misalnya: Serapan NPK setara dengan 3.3-0.4-4.2 kg/t buah tomat dipanen. Jika kita mengasumsikan potensi hasil tomat sekitar 40 t/ha, maka jumlah hara yang hilang diambil oleh tomat untuk mencapai target keuntungan dapat diperkirakan dengan mengalikan hara individu dengan 40, yaitu, NPK = 132-16-168 kg/ha (Tabel 2, setara dengan N -P2O5-K2O = 132-37-202 kg / ha, Tabel 1).

Mengubah kebut uhan nut risi dengan faktor perbaikan

pupuk: Jumlah upuk yang dibutuhkan harus dikonversi dari nutrisi yang hilang oleh faktor pemulihan pupuk. Namun, serapan pupuk yang efisiensi oleh tanaman sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis pupuk, waktu, dan penempatan, irigasi, curah hujan, jenis tanah, dan praktik pengelolaan yang lainnya. Di daerah tropis, tingkat pemulihan pupuk umumnya rendah. Jika kita mengasumsikan tingkat pemulihan pupuk NPK = 40% -10% - 50%, total kebutuhan unsur hara bagi untuk mendapatkan keuntungan sebesar 40 t / ha (berat segar) tercantum dalam Tabel 2.

Taksiran pupuk yang dibutuhkan berdasarkan hasil

analisis t anah. Sesuaikan kebutuhan pupuk sesungguhnya berdasarkan hasil analis uji tanah: Kebutuhan pupuk yang sebenarnya perlu disesuaikan karena beberapa nutrisi bisa dipasok dari tanah. Jumlah NPK sudah ada dalam tanah dapat diperkirakan dengan uji tanah. Penambahan pupuk yang dibutuhkan untuk membuat perbedaan antara kebutuhan pupuk NPK untuk target keuntungan dan NPK yang tersedia dalam tanah. Misalnya, jika uji tanah menunjukkan analisis t anah. Sesuaikan kebutuhan pupuk sesungguhnya berdasarkan hasil analis uji tanah: Kebutuhan pupuk yang sebenarnya perlu disesuaikan karena beberapa nutrisi bisa dipasok dari tanah. Jumlah NPK sudah ada dalam tanah dapat diperkirakan dengan uji tanah. Penambahan pupuk yang dibutuhkan untuk membuat perbedaan antara kebutuhan pupuk NPK untuk target keuntungan dan NPK yang tersedia dalam tanah. Misalnya, jika uji tanah menunjukkan

Table 2. Jumlah pupuk N, P, K yang dibutuhkan untuk target produksi tomat 40 t/ha o

Assumes nutrients available in the soil; the actual fertilizer amount applied should be adjusted downward based on the soil testing results.

Hasil analisis uji tanah tidak menunjukkan jumlah kebutuhan pupuk secara langsung. Klasifikasi nilai uji tanah sebagai "tinggi", "menengah", dan "rendah" tidak menunjukkan berapa banyak pupuk perlu diaplikasikan untuk mendapatkan peningkatan hasil yang diinginkan dan paling ekonomis. Untuk membuat rekomendasi pemupukan yang baik, hasil uji tanah harus dikalibrasi dengan respon tanaman. Jika tanah subur dan unsur haranya "sangat tinggi" maka kebutuhan pupuk sesungguhnya dapat disesuaikan ke bawah untuk 30 ~ 40% dari jumlah yang dihitung, atau 60 ~ 70% ketika tanah diklasifikasikan mempunyai kesuburan tanah tinggi. Pembagian j enis pupuk dan waktu yang berbeda: Tanaman tomat harus dipupuk dengan pupuk organik / atau pupuk kimia agar dapat berproduksi tinggi. Kompos atau pupuk Hasil analisis uji tanah tidak menunjukkan jumlah kebutuhan pupuk secara langsung. Klasifikasi nilai uji tanah sebagai "tinggi", "menengah", dan "rendah" tidak menunjukkan berapa banyak pupuk perlu diaplikasikan untuk mendapatkan peningkatan hasil yang diinginkan dan paling ekonomis. Untuk membuat rekomendasi pemupukan yang baik, hasil uji tanah harus dikalibrasi dengan respon tanaman. Jika tanah subur dan unsur haranya "sangat tinggi" maka kebutuhan pupuk sesungguhnya dapat disesuaikan ke bawah untuk 30 ~ 40% dari jumlah yang dihitung, atau 60 ~ 70% ketika tanah diklasifikasikan mempunyai kesuburan tanah tinggi. Pembagian j enis pupuk dan waktu yang berbeda: Tanaman tomat harus dipupuk dengan pupuk organik / atau pupuk kimia agar dapat berproduksi tinggi. Kompos atau pupuk

Nitrogen (N)

Tiga puluh persen dari pupuk anorganik dalam bentuk N harus diberikan sebagai pupuk dasar dan diberikan pada saat sebelum tanam. Empat persen N harus diaplikasikan sebagai larutan Starter dan diberikan segera setelah tanam. Sisanya N harus diaplikasikan sebagai pupuk samping tiga kali dengan jumlah yang sama pada saat tanaman berumur 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam (ST ).

Fosfor (P)

Tiga puluh persen dari pupuk P harus diberikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam. Lima belas persen dari P harus diberikan sebagai larutan Starter segera setelah tanam dan sisanya P dapat diberikan sebagai pupuk samping di kedua sisi tanaman pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam(6 ST).

Pupuk Kalium (K)

Dua puluh persen dari pupuk K harus diberikan sebagai pupuk dasar dan 30 persen harus diberikan sebagai Starter solution. Sisa K harus dibagi menjadi tiga bagian, diterapkan pada waktu yang sama dengan pemupukan N secara samping (Tabel 3). Dosis pupuk dan waktu aplikasi pupuk perlu dimodifikasi untuk memperhitungkan hasil yang lebih rendah, lamanya Dua puluh persen dari pupuk K harus diberikan sebagai pupuk dasar dan 30 persen harus diberikan sebagai Starter solution. Sisa K harus dibagi menjadi tiga bagian, diterapkan pada waktu yang sama dengan pemupukan N secara samping (Tabel 3). Dosis pupuk dan waktu aplikasi pupuk perlu dimodifikasi untuk memperhitungkan hasil yang lebih rendah, lamanya

disarankan di atas . Pembagian pupuk, waktu aplikasi, dan aplikasi metode untuk produksi tomat Table 3. Sumber pupuk, waktu aplikasi , cara aplikasi, untuk produksi tomat

a. Starter Solution can be prepared with locally available soluble fertilizers with all NPK at

a rate of 180-240 mg N/50 ml/plant. At first time of application, test the concentration to find out the optimum rate for your tomato plants.

b. WAT = weeks after transplanting, timing for the side-dressing can be changed based ongrowth of the plants. If fruit yield is high, additional side-dressing is recommended after 1st harvest of fruit.

c. Assumes the manure contains 1.27-0.82-1.55% of N-P 2 O 5 -K 2 O and with 55% dry matter content.

Kebutuhan nutrisi tanaman penting lainnya: Tomat sensitif terhadap kelebihan atau kekurangan unsur hara makro dan mikro. Kekurangan unsur K mungkin terjadi di banyak lokasi karena K tidak memadai atau tidak seimbang di banyak Kebutuhan nutrisi tanaman penting lainnya: Tomat sensitif terhadap kelebihan atau kekurangan unsur hara makro dan mikro. Kekurangan unsur K mungkin terjadi di banyak lokasi karena K tidak memadai atau tidak seimbang di banyak

Sebagian besar sulfur (S) dalam tanah terikat dalam bahan organik dan tidak dapat digunakan oleh tanaman sampai diubah menjadi bentuk sulfat (SO4-2) oleh bakteri tanah. Sulfur tidak bergerak dalam tanaman, ketika tanaman kekurangan sulfur maka efek yang pertama terlihat adalah bagian pucuk tanaman. Daun tanaman yang masih muda akan berwarna hijau pucat. Sulfur dapat disebarkan, dalam larikan pupuk yang mengandung sulfur atau tepung

Kekurangan zat besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn) dan boron (B) yang mungkin dapat terjadi pada tanah berkapur. Tomat harus dipasok dengan nutrisi ini ketika tanah kekurangan dari nutrisi tertentu. Besi (Fe) diambil oleh tanaman sebagai Fe +2 kation. Ketika defisiensi Fe terjadi, daun muda menjadi klorosis. Bintik kuning pucat dimulai dari dasar daun dan menyebar ke atas sepanjang pelepah dan luar sepanjang vena. Defisiensi Fe sering terjadi pada tanah dengan pH Kekurangan zat besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn) dan boron (B) yang mungkin dapat terjadi pada tanah berkapur. Tomat harus dipasok dengan nutrisi ini ketika tanah kekurangan dari nutrisi tertentu. Besi (Fe) diambil oleh tanaman sebagai Fe +2 kation. Ketika defisiensi Fe terjadi, daun muda menjadi klorosis. Bintik kuning pucat dimulai dari dasar daun dan menyebar ke atas sepanjang pelepah dan luar sepanjang vena. Defisiensi Fe sering terjadi pada tanah dengan pH

B dapat disebabkan oleh adanya pengapuran yang berkelebihan. Defisiensi B dapat dipulihkan dengan memberikan 10 kg/ha boraks per tahun atau pupuk pelengkap cair dengan 0,1 ~ 0,2% boraks atau asam borat 3-5 kali per minggu. Aplikasi boron yang berlebihan dapat juga menyebabkan gejala keracunan pada tanaman.

Untuk gangguan fisiologis seperti busuk ujung bunga, dapat dikurangi dengan cara menyemprotkan pupuk pelengkap cair pada daun atau buah dengan dosis 0,3 ~ 0,5% kalsium klorida, tetapi tidak dapat menyembuhkan tanaman sepenuhnya. Memperbaiki struktur tanah dan pengelolaan tanaman dapat meningkatkan aktifitas perakaran tanaman sehingga gangguan fisiologis pada tanaman dapat dikurangi. Seleksi yang tepat dari varietas tanaman adalah cara lain untuk meminimalkan terjadinya gangguan ini.

Anj uran penggunaan pupuk untuk memproduksi

sayuran ramah lingkungan. • Pilihlah varietas tomat yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan setempat dan gunakan unsur hara seefisien mungkin. • Aplikasikan pupuk yang berselaput (blanket) terutama untuk aplikasi pupuk yang berlebih. Ikuti cara aplikasi pupuk berimbang berdasarkan perkiraan hilangnya hara dari buah yang dipanen. • Hara yang diambil dari tanah melalui hasil panen harus dikembalikan dalam bentuk pupuk organik dan anorganik agar produktivitas lahan dapat dipertahankan. • Membagi pemupukan disamping tanaman menjadi tiga atau empat kali pemberian, lebih baik dibandingkan dengan hanya satu kali. Perlakuan ini meningkatkan efisiensi penggunaan hara dan dapat mengurangi kerugian. • Menjaga keseimbangan pemberian pupuk NPK, terutama untuk tomat, yang membutuhkan unsur K dan N lebih banyak. • Gunakan larutan Starter untuk produksi tomat yang ramah lingkungan. • Gunakan pupuk sebaik mungkin, agar keuntungan dapat dicapai secara maksimal sehingga dapat menjaga keselamatan dan system produksi yang berlanjutan.

Pust aka

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1998. Guide to efficient plant

nutrient management. Land and Water Development Division. Rome, Italy.

[FAO] Food and Agriculture Organization, [IFA] International Fertilizer

Industry Association. 2000. Fertilizers and their use. A pocket guide for extension officers. Fourth edition. Rome, Italy. 22

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. Fertilizer use by crop. Fifth edition. Rome, Italy.

[IFA] International Fertilizer Industry Association. 2008. Fertilizer use manual for tomato. (http://www.fertilizer.org/ifa/content/download/8975/133784/version 1/file/tomato.pdf)

[IPNI] International Plant Nutrition Institute. 2008. Nutrient removal in selected crops. (http://www.ipni.net/nutrientremoval and http://www.farmresearch.com/nurd/SourceDetails.asp?SID=73&CropID= 1)

Ma CH, Palada MC. 2006. Fertility management of the soil-rhizosphere system for efficient fertilizer use in vegetable production. Extension Bulletin 586. Food and Fertilizer Technology Center (FFTC). Taipei, Taiwan. 12 p.

Soh KG. 1997. Fertilizer use by crops. IFA Agro-economics Meeting, Beijing, China. United Nations. 2005. The Millennium Development Goals Report 2005.

Wilcox GE. 1993. Tomato. p. 137-141. In: Bennett F. (ed.), Nutrient Deficiencies and Toxicities in Crop Plants.

Hama serangga dan tungau pada tomat: identifikasi dan

pengelolaan

R. Srinivasan, Su Fu-cheng, Mei-ying Lin, and Hsu Yun-che

Ent omology AVRDC – The World Veget able Cent er

Dalam budidaya tomat bebarapa jenis serangga hama dan tungau dapat menyerang daun tomat, kuncup bunga, dan buah. Pada umumnya serangga hama yang dapat menyerang buah tomat adalah ulat buah atau penggerek buah (Hel i cover pa ar mi ger a Hübner ) , ulat grayak (Spodopt er a l i t ur a Fabr i ci us) , ulat grayak bawang (Spodopt er a exi gua Hübner ) , kutu kebul (Bemi si a t abaci Gennadi us) , leaf miner (Li r i omyza spp. ) and two-spotted spider mite (Tet r anychus ur t i cae Koch) . Hama kutu kebul kebul dan penggerek buah adalah hama utama di sebagian besar daerah tropis penghasil tomat di dunia. Kutu kebul dapat menyebarkan penyakit virus daun keriting sedangkan penggerek buah menyebabkan kerusakan parah pada buah sehingga dapat mengurangi hasil panen tomat.

Penggerek buah tomat

Helicoverpa armigera Hübner (Lepidoptera: Noctuidae)

Penggerek buah tomat merupakan serangga polifagus yang mempunyai mobilitasnya tinggi, merupakan hama penting yang dapat merusak banyak tanaman pertanian, sayuran dan buah-buahan. Hama ini merupakan hama utama pada tanaman pertanian terutama tanaman tembakau, jagung, sorgum, bunga matahari, kedelai, sejenis rumput-rumputan (Lucerne), dan merica (Torres-Villa et al . 1996). Telah diketahui bahwa hama ini dapat merusak lebih dari 180 jenis tanaman budidaya dan tanaman liar sekurang-kurangnya 45 famili (Venette et al . 2003a).

Biologi

Serangga dewasa merupakan ngengat bertubuh gemuk dengan rentangan sayap kira-kira 35-40 mm (Gambar 1).

Serangga jantan yang dewasa biasanya berwarna kuning pucat dengan kehijauan atau warna abu-abu sedangkan serangga betina dewasa berwarna coklat kemerahan. Serangga jantan mempunyai sayap luar berwarna kuning pucat dan kehijauan dengan cokelat terang bergaris melintang, sedangkan sayap luar betina berwarna coklat kemerahan dengan garis melintang coklat kehitaman yang berbeda. Sayap bagian dalam berwarna putih dengan tepi cokelat. Sebagian besar, ngengat betina muncul lebih awal dan melepaskan feromon seks untuk menarik serangga jantan setelah 2-5 hari keluar dari pupa. Serangga akan kawin setelah 1-5 hari keluar dari pupa. Pada umumnya ngengat betina hidupnya lebih lama dari pada ngengat jantan. Di laboratorium, panjang umur ngengat jantan bervariasi antara 1-23 hari ngengat sedangakn ngengat betina berumur antara 5-28 hari (Pearson 1958). Bhatt dan Patel (2001) mencatat umur ngengat jantan sekitar 51 hari dan ngengat betina umurnya dapat mencapai 54 hari .

Serangga dewasa memakan nektar dan bertelur satu per satu dan tersebar, biasanya telur diletakkan dekat daun, tunas bunga, atau buah muda. Ngengat ini lebih suka bertelur pada permukaan tanaman yang berbulu. Telur banyak diletakkan pada saat sebelum atau selama inang memproduksi bunga (King 1994). Seekor ngengat betina dapat meletakkan sekitar 730 sampai 1702 telur, jumlah telur maksimal yang diletakkan adalah 4394 telur selama masa bertelur antara 10 - 23 hari (King 1994; Fowler dan Lakin 2001; CAB 2003). Telur berbentuk bulat, mempunyai diameter sekitar 0,5 mm, berwarna putih saat diletakkan, tetapi kemudian berobah menjadi coklat, dan kehitaman sebelum menetas. Lamanya stadia telur sekitar 4-5 hari, tergantung pada suhu. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 3 hari pada suhu 25°C, tetapi pada suhu yang lebih rendah dapat lebih lama lagi hingga mencapai 11 hari (CAB 2003).

Larva yang baru menetas berwarna putih susu dengan coklat Larva yang baru menetas berwarna putih susu dengan coklat

Stadia pupa berlangsung dalam tanah, pada kedalaman 2,5- 17,5 cm. Kadang-kadang pupa terdapat pada permukaan tanaman atau didalam tanah (King 1994). Pupa berwarna coklat gelap (Gambar 3). Periode pupa bervariasi antara 6-33 hari tergantung pada suhu; rata-rata sekitar 10 hari sampai dua minggu. Suhu optimum untuk kelangsungan hidup pupa adalah 27°C (Twine 1978). Sedikit atau tidak ada diapause diamati di daerah tropis (King 1994). Namun, pupa dapat memasuki fase istirahat (diapause) tergantung pada penyinaran dan suhu. Fase di apause terjadi ketika larva terkena lamanya siang yang panjang sekitar 11,5-12,5 jam, dan suhu rendah (19-23°C), atau ketika larva mendapatkan periode panas yang panjang dan cuaca kering ( ≥35°C) (King 1994, Zhou et al 2000;. Shimizu dan Fujisaki 2002; CAB 2003). Dalam sebuah penelitian laboratorium, suhu tinggi (diatas 37°C) menyebabkan pupa mengalami dormansi (Nibouche 1998).

Gej ala kerusakan

Larva yang baru menetas memakan permukaan daun atau tunas bunga. Namun, larva yang agak besar lebih memilih Larva yang baru menetas memakan permukaan daun atau tunas bunga. Namun, larva yang agak besar lebih memilih

Gambar 1: Serangga dewasa Hel i cover pa ar mi ger a Gambar 2: Larva Hel i cover pa ar mi ger a Gambar 3: Pupa Hel i cover pa ar mi ger a Gambar 4: Buah tomat muda yang dirusak Hel i cover pa

ar mi ger a Gambar 5: Buah tomat yang sudah besar dirusak

H. ar mi ger a

Pengelolaan

• Hindari penanaman tomat di sekitar tanaman inang

lainnya, karena

H. ar mi ger a dewasa dapat dengan mudah bermigrasi ke tanaman tomat yang baru. Mungkin sulit untuk menghindari situasi ini di negara- negara yang tanahnya bergelombang atau berbukit- bukit. Mendirikan penghalang fisik seperti jaring nilon atau penanaman tanaman penghalang di sekitar lahan tomat dapat mengurangi kerusakan dari

H. ar mi ger a . Tetapi, tidak dapat mencegah masuknya seluruh serangga ini, karena serangga ini kuat untuk terbang. Jika memungkinkan secara ekonomi, petani bisa mendirikan jaring nilon di semua sisi serta dibagian atas lahan tomat. Metode ini sesuai dengan sistem budi daya sayuran dipinggiran kota.

• Rotasi tanaman. Jika petani menanam tomat setelah

tomat atau tanaman inang lain seperti buncis, jagung, kapas, dll maka kerusakan akan lebih tinggi karena serangga muncul dari tanaman tersebut sudah menjadi pupa dalam tanah selama siklus tanaman sebelumnya. Kerusakan tanaman akan lebih parah di lokasi di mana

H. ar mi ger a mengalami fase istirahat selama musim dingin. Lakukan rotasi tanaman tomat dengan tanaman bukan inang hama ini seperti tanaman sere, labu, atau tanaman kubis.

• Penanaman kultivar tomat tahan

H. ar mi ger a dapat mengurangi kerusakan hama ini. Namun, kultivar tomat komersial yang tahan belum tersedia. Skrining plasma nutfah di AVRDC menyatakan bahwa ketahanan tingkat tinggi terhadap

H. ar mi ger a hanya ditemukan pada jenis tomat liar, terutama L. hi r sut um dan L. pennel l i i . Upaya memasukkan gen tahan dari jenis tomat liar ke tomat yang dibudidayakan mengakibatkan aksesi tomat yang dihasilkan relatif tahan, namun semua aksesi H. ar mi ger a hanya ditemukan pada jenis tomat liar, terutama L. hi r sut um dan L. pennel l i i . Upaya memasukkan gen tahan dari jenis tomat liar ke tomat yang dibudidayakan mengakibatkan aksesi tomat yang dihasilkan relatif tahan, namun semua aksesi

H. ar mi ger a dapat digunakan

untuk memonitor, dan memerangkap ngengat dewasa secara massal, atau dapat mengganggu ngengat jantan selama periode kawin.

• Monitoring: Perangkap feromon seks berumpan feromon

H. ar mi ger a dapat menarik ngengat jantan dewasa. Perangkap ini dapat digunakan untuk meramalkan pertambahan populasi di lapangan.

• Perangkap massal: Perangkap feromon seks berumpan

feromon

H. Ar mi ger a dapat digunakan untuk menjebak banyak jantan, sehingga mengurangi kemungkinan ngengat betina untuk kawin dan menghasilkan telur di lapangan. Namun, hal ini tidak banyak pengaruhnya bagi serangga polifagus seperti

H. ar mi ger a , dimana populasinya selalu lebih tinggi karena ketersediaan beberapa tanaman inang dalam sistem pertanian di daerah tropis.

• Gangguan kawin: Konsentrasi tinggi dari percampuran