Desain Penelitian Penelitian Kualitatif docx

Desain Penelitian: Penelitian Kualitatif & Deskriptif
Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat
perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan
atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian
kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian harus mempertimbangkan secara matang pendekatan yang
tepat baik sintektik maupun analitik, dan tujuan dari penelitian tersebut
apakah bersifat heuristik maupun deduktif. Peneliti dapat menggabungkan
pendekatan-pendekatan ini. Sebagai contoh, hipotesis yang diturunkan dari
penelitian sintektik-heuristik kemudian dapat dipilih menjadi dasar penelitian
dengan menggunakan desain analitik-deduktif.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek
penelitian, peran peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta
yang objektif atau persepsi subjektif. Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan
verbal pembelajar bahasa sebagai strategi pemerolehan berbeda dengan

hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test yang
dikontrol dalam penelitian eksperimental.

Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
(Menurut Fraenkel dan Wallen, 1993)
N
o
1
2
3
4
5

Penelitian Kuantitatif
Menekankan hipotesis jadi yang
dirumuskan sebelumnya.
Menekankan definisi operasional
yang dirumuskan sebelumnya.
Data diubah menjadi skor numerik.
Menekankan pengukuran dan

penyempurnaan keajegan skor yang
diperoleh dari instrumen.
Pengukuran validitas melalui

Penelitian Kualitatif
Menekankan hipotesis yang
berkembang dalam pelaksanaan
penelitian.
Menekankan definisi dalam konteks
atau perkembangan penelitian.
Menekankan deskripsi naratif.
Menekankan pada asumsi bahwa
keajegan inferensi cukup kuat.
Pengukuran validitas melalui cek

6
7
8
9
1

0
1
1

rangkaian perhitungan statistik.
Menekankan teknik acak untuk
mendapatkan sampel representatif.
Menekankan prosedur penelitian
yang baku.
Menekankan desain untuk
pengontrolan variabel ekstranus.
Menekankan desain untuk
pengontrolan khusus untuk menjaga
bias dalam prosedur penelitian.
Menekankan rangkuman statistik
dalam hasil penelitian.
Menekankan penguraian fenomena.

Metodologi-metodologi
Perbedaan


silang dari sumber informasi.
Menekankan informasi ekspert untuk
mendapatkan sampel purposif.
Menekankan prosedur penelitian
deskriptif naratif.
Menekankan analisis logis dalam
pengontrolan variabel ekstranus.
Menekankan kejujuran peneliti dalam
pengontrolan prosedur bias.
Menekankan rangkuman naratif
dalam hasil penelitian.
Menekankan deskripsi holistik.

Penelitian

:

Persamaan


dan

Berikut ini adalah gambar jenis-jenis desain dan parameter penelitian
untuk melihat persamaan dan perbedaan di dalam metodologi penelitian.

Kualitatif

Deskriptif

1. Sintetik/ holistik
2. Heuristik
3. Kontrol (lemah)

Eksperimental
Analitik/konstituen
Deduktif
Kontrol (kuat)

Gambar. Jenis-jenis Desain dan Parameter Penelitian


Beberapa Perbedaan
Eksperimental

a.

Dalam

Penelitian

Kualitatif,

Deskriptif,

dan

Penelitian Kualitatif dan Deskriptif

Baik penelitian kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan
fenomena yang terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah
eksperimen atau suatu perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya

berkaitan dengan pendeskripsian, tetapi pendekatan penelitian berasal dari
perspektif yang berbeda.

Penelitian kualitatif adalah heuristik, bukan deduktif. Hal tersebut
dikarenakan terdapat pertanyaan penelitian atau data yang dibuat sebelum
penelitian dimulai. Wilayah penelitian dan pertanyaan menggunakan
perspektif sintektik/ holistik dalam rangka memperoleh informasi sebanyakbanyaknya, dan menghindari manipulasi atau interferensi di dalam konteks
penelitian. Terdapat istilah ‘organic development’ yang maknanya adalah
penelitian ini menyempitkan fokus sesuai perkembangan penelitian dan tidak
didikte oleh hipotesis.

Penelitian deskriptif dapat bersifat heuristik atau deduktif. Tipe atau kategori
penelitian ini mengacu pada penelitian yang menggunakan data-data yang
telah ada atau sebagai penelitian non-eksperimen dengan hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya. Studi deskriptif dapat menjelaskan aspek
pemerolehan bahasa kedua dari sudut pandang yang lebih sintektik atau
dapat berfokus pada deskripsi mengenai sebuah konstituen tertentu di
dalam proses, contohnya pemerolehan struktur bahasa tertentu atau
perilaku tertentu terhadap pembelajaran bahasa yang berbeda dengan
lainnya. Studi deskriptif beranjak dari sebuah pertanyaan umum mengenai

sebuah fenomena yang sedang dikaji atau dengan menggunakan pertanyaan
dan fokus yang lebih spesifik.

Beberapa ahli metode penelitian menyatakan bahwa penelitian deskriptif
berbeda dengan penelitian kualitatif dilihat dari data analisisnya. Data pada
penelitian deskriptif adalah kuantitatif. Tetapi faktanya, pendapat mengenai
perbedaan tersebut tidak selamanya benar. Pada penelitian kualitatif
mengenai pemerolehan bahasa, elemen-elemen baik kualitatif maupun
kuantitatif dapat digunakan. Data pada penelitian kualitatif menjadi data
kuantitatif setelah data-data tersebut dikumpulkan dan dikategorikan. Brown
memberikan contoh mengenai hal tersebut. Prosedur khas yang banyak
ditemukan pada penelitian kualitatif antara lain; observasi, perekaman, dan
transkripsi manual. Pertama, data-data tersebut akan dianalisa secara
kualitatif, kemudian dianalisa secara kuantitatif dalam hal urutan frekuensi
dan rata-rata panjang ungkapan. Contoh yang dikemukakan oleh Brown
tersebut merupakan studi Brown mengenai pemerolehan morfem gramatika
oleh orang dewasa dan pembelajar anak bahasa kedua. Penelitian deskriptif
studi kasus memberikan sebuah analisis
linguistik yang mendalam
mengenai aspek kemampuan gramatika pembelajar bahasa kedua,

sedangkan studi etnografi menyediakan analisis kuantitatif dalam bentuk
frekuensi kejadian fenomena dalam bahasa kedua.

b.

Penelitian Deskriptif dan eksperimental

Penelitian deskriptif dapat berupa sintektik maupun analitik dalam
pendekatannya terhadap fenomena bahasa kedua yang dikaji, sedangkan
penelitian eksperimen harus analitik. Hal tersebut merupakan perbedaan
yang mendasar. Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan alasan-alasan
heuristik. Contohnya untuk menyelidiki fenomena tertentu bahasa kedua
secara mendalam atau untuk menguji sebuah hipotesis a priori. Kedua
penelitian ini dapat berangkat dari hipotesis di mana peneliti memulainya
dengan sebuah teori atau pertanyaan penelitian.

Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam
penelitian deskriptif, tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang

berlangsung, sedangkan dalam penelitian eksperimental, manipulasi dan

kontrol merupakan parameter penting untuk validitas internal dan eksternal.

Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data
yangspesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai
dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna
data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang
fleksibel (Creswell, 2010 : 5).

Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli
antropologi dan sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks
bahwa peran peneliti tidak akan mengubah perilaku alami subjek penelitian.
Tidak seperti penelitian deskriptif, penelitian kualitiatif menghindari
pembentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian, hipotesis, identifikasi, a
priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi fokus penelitian.


Sebagaimana yang telah dibahas pada bab 2, penelitian kualitatif adalah
sintetik atau holistik (Parameter 1), heuristik (Parameter 2), dengan sedikit
atau tanpa manipulasi (Parameter 3) terhadap lingkungan penelitian, dan
menggunakan prosedur pengumpulan data dengan tingkat ketegasan yang
rendah (Parameter 4). Penelitian kualitatif akan menghindari kesulitan atau
permasalahan yang dirasakan akan muncul pada penelitian bahasa dengan
desain eksperimental.

Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena
seperti pola perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan
sebelumnya dan untuk memahami fenomena-fenomena tersebut menurut
perpektif aktivitas peserta atau pembelajar. Peneliti juga dapat sekaligus

berperan sebagai participant observer (partisipan pengamat) dengan
kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati tanpa adanya kontrol
atau pedoman dari kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan dari observasi
non partisipan adalah untuk menyusun kembali bagaimana pengalaman
yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin. Pada pemerolehan bahasa
kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena bahasa
kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif
peneliti.

Permasalahan-permasalahan observasi non-partisipan di dalam bahasa
kedua

Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian
tipe ini adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana
maknanya menjadi pelaku di dalam aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah
sesederhana seperti menanyakan pendapat pembelajar, dikarenakan
pembelajar dan peneliti biasanya menggunakan bahasa yang berbeda.
Bahasa yang digunakan oleh pembelajar untuk menggambarkan
pengalaman mereka juga belum sempurna. Para peneliti harus menduga,
menarik kesimpulan atau memperhitungkan hal-hal yang lebih luas lagi agar
dapat menghasilkan sebuah deskripsi yang akurat.

Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial
bahasa kedua, seperti interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa,
dan kapan), frekuensi, dan deskripsi tindak tutur dalam konteks penggunaan
bahasa, seperti deskripsi perihal bahasa yang digunakan antara guru dan
siswa.

Prosedur Melakukan Penelitian Kualitatif

Jenis penelitian kualitatif tidak memiliki desain atau prosedur standar
sebagaimana yanga ada di dalam penelitian eksperimen. Prosedur penelitian
kualitatif dapat diilustrasikan sebagai sebuah corong atau piramida terbalik,
yang bermakna bahwa perkembangan penelitian dari hal yang umum ke hal
yang spesifik. Ilustrasi lainnya adalah spiral yang juga menggambarkan
penelitian kualitatif berangkat dari hal umum ke pengumpulan data secara
lebih spesifik, selain itu spiral menunjukkan siklus perulangan observasi dan
analisis.

Berikut adalah proses pelaksanaan penelitian kualitatif :

Menentukan fenomena yang akan dikaji/ dijelaskan.

Dikarenakan penelitian kualitatif bersifat sintetik dalam pendekatannya,
maka pada tahap tertentu perlu mempersempit fokus observasi. Digunakan
unit dan sub-set dalam hirarki penelitian.

Menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data.

Penelitian kualitatif menggunakan berbagai alat/ cara untuk mengumpulkan
data. Dalam rangka memperoleh gambaran kegiatan atau kejadian secara
lengkap, sering kali digunakan metode-metode yang berbeda sekaligus di
dalam satu penelitian. Tidak seperti penelitian eksperimen yang bergantung
pada satu pendekatan. Cara-cara memperoleh data kualitatif antara lain :
observasi, perekaman, kuesioner, wawancara, case history, catatan
lapangan, dan sebagainya.

Mencari pola-pola dalam data.

Data pada penelitian kualitatif merupakan data mentah yang belum pernah
dikumpulkan sebelumnya. Begitu data dikumpulkan, maka peneliti harus
menyaring data.

Validasi kesimpulan-kesimpulan awal dengan mengulang data atau
mengumpulkan lebih banyak data

Ketika pola-pola telah teridentifikasi di dalam data, peneliti akan menvalidasi
penemuannya. Peneliti menvalidasi penemuan melalui triangulasi karena
penggunaan metode yang beragam dalam pengumpulan data.

Mendaur ulang (recycle) melalui proses atau data.

Setelah melakukan tahap awal analisis data, perlu menetapkan kembali
wilayah penelitian dan menyempitkan fokus. Proses ini dilustrasikan seperti
sebuah corong.

Kegunaan Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif berguna bagi peneliti untuk menemukan dan
menjelaskan fenomena bahasa kedua di dalam konteks alaminya. Penelitian
kualitatif digunakan sebagai pendekatan oleh peneliti untuk berhubungan
dengan penemuan atau penggambaran kemahiran bahasa kedua dalam
suatu konteks alami di mana tidak ada asumsi tentang aktivitas atau peran
dalam kemahiran bahasa kedua tersebut.

Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh pada penelitian kualitatif diperoleh
secara induktif. Penelitian kualitatif dapat disebut hypothesis generating
karena pertanyaan-pertanyaan penelitian diajukan oleh pola-pola yang
muncul dari data itu sendiri.

Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Persamaan penelitian deskriptif dengan penelitian kualitatif ialah
berhubungan dengan fenomena yang terjadi secara alamiah, menggunakan
data yang diambil secara langsung atau dari peneliti lain. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian kualitatif adalah penelitian ini lebih bersifat
deduktif daripada heuristik, dan berawal dari investigasi pada cakupan yang
sempit.

Penelitian deskriptif digunakan untuk membangun fenomena yang ada
dengan memberi gambaran secara eksplisit. Sebagai contoh, penelitian ini
dapat menguji gambaran keadaan strategi belajar tertentu dengan
menggunakan uji hipotesis. Penelitian deskriptif dapat juga dipakai untuk
mengukur frekuensi, contohnya, mengukur frekuensi munculnya bentuk
sintaktik tertentu dalam ujaran bahasa kedua pada beberapa tahap
pengembangan. Sangat penting ditekankan agar ketika jenis penelitian ini
dimulai dengan sebuah pertanyaan atau hipotesis, maka fenomena yang
digambarkannya tidak dapat dimanipulasi atau dipalsukan dalam hal
apapun.

Ada dua macam penelitian deskriptif yang dapat digunakan untuk meneliti
pemerolehan bahasa kedua:

Studi kasus (Case studies)

Pendekatan ini digunakan pada saat peneliti tertarik untuk menggambarkan
beberapa aspek dari penggunaan bahasa kedua atau perkembangan dari
satu atau lebih subjek secara individual, karena diyakini bahwa pelaksanaan
secara individual akan lebih terlihat daripada meneliti subjek yang terdiri dari
sebuah kelompok yang besar. Sebagai contoh, jika kita tertarik untuk
mengusut lebih detail lagi tentang perkembangan dari sebuah bentuk
linguistik pada seorang pelajar, maka pendekatan studi kasus ini akan lebih
menjelaskan sebuah gambaran yang mendalam tentang bagaimnana
bentuk-bentuk tersebut dibangun secara individual. Karena kita tahu bahwa
setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengembangkan
kompetensi berbahasanya sendiri. Studi kasus juga mampu menunjukkan

bagaimana perkembangan pemerolehan bahasa individu bisa berbeda
dengan yang digambarkan untuk sebuah kelompok.

Studi kelompok (Group studies)

Studi kelompok ialah studi yang mendayagunakan kelompok sebagai subjek,
dan dapat digunakan baik dalam penelitian deskriptif maupun
eksperimental. Perbedaan yang penting adalah dalam deskriptif, kelompok
ini sudah dibentuk atau sudah ada dalam konteks natural. Sementara pada
penelitian experimental kelompok yang digunakan sudah terstruktur dan
dipilih sehingga dapat dikatakan bahwa populasi umum dari pelajar bahasa
kedua itu sudah terwakili.

Untuk mengambil contoh dari kegunaan studi kelompok dalam penelitian
deskriptif, seorang peneliti dapat menggambarkan jenis-jenis motivasi yang
berhubungan dengan prestasi dalam kelompok belajar bahasa kedua. Teknik
pengumpulan data dalam studi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti: survey, kuesioner, wawancara, dsb. Karena penelitian ini dimulai
dengan fokus atau hipotesis tertentu, maka banyaknya data yang akan
dikumpulkan terbatas.
Dipihak lain, dalam penelitian kualitatif, jenis
pengumpulan data akan lebih kurang terfokus karena tujuan dari penelitian
kurang dijabarkan.

Metode Pengumpulan Data pada Penelitian Deskriptif

Metode-metode yang akan dibahas kali ini dibatasi pada beberapa jenis
prosedur yang berhubungan dengan desain pertanyaan dalam penelitian
deskriptif.

Tes

Tes-tes bahasa digunakan dalam penelitian deskriptif melalui berbagai cara.
Bisa berupa tes bahasa formal atau aktifitas-aktifitas sejenis tes, seperti,
tugas menulis atau aktifitas komunikatif, yang dilakukan di kelas bahasa
secara normal dan kemudian menjadi sumber data penelitian.

Survei dan kuesioner

Survey dan kuesioner berguna untuk mengumpulkan data dari kelompok
yang berjumlah besar. Item-item pada survey dan kuesioner dapat berbeda
tingkat ketegasannya.
Item-itemnya dapat terdiri dari pertanyaanpertanyaan atau stimuli yang respon atau jawabannya dibatasi.

Wawancara dan self report

Instrument-instrumen ini digunakan seiring dengan meningkatnya frekuensi
penelitian terhadap bahasa kedua, khususnya saat tujuan penelitian adalah
untuk menggambarkan keadaan pelajar sementara aktifitas pembelajaran
bahasa diadakan.

Observasi

Data deskriptif dapat dikumpulkan dengan cara mengobservasi aktifitas atau
tingkah laku pemerolehan bahasa target dan hanya mencatat aspek-aspek
kejadian yang menarik untuk diteliti. Tergantung pada instrument observasi
yang digunakan, observasi bisa merekam secara sempit misalnya tindak ujar
yang spesifik atau bentuk bahasa tertentu, atau jenis aktifitas pembelajaran
bahasa yang umum dalam sebuah kelas bahasa.

Prosedur penelitian deskriptif

Menentukan pertanyaan penelitian atau rumusan masalah.
Memilih populasi

Memutuskan pemilihan teknik pengumpulan data yang tepat
Mengumpulkan data
Mengatur dan menganalisis data

Kegunaan penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif berguna dalam menunjukkan gambaran faktor-faktor
yang berhubungan dengan perkembangan pemerolehan bahasa kedua.
Gambaran-gambaran ini dapat membentuk garis dasar dari data untuk
penelitian yang lebih terkontrol, atau sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan tentang bahasa kedua.

Contoh: studi kasus yang bersifat deskriptif dari dua orang pembelajar
bahasa dapat dijadikan patokan pemerolehan bahasa kedua pada populasi
yang lebih luas yang memiliki kesamaan latar belakang bahasa, usia, atau
tingkat pendidikan

Penelitian Multivariat dan Korelasi

Penelitian multivariate dan korelasi merupakan jenis metode analisis data
dan bukan merupakan jenis metodologi/desain penelitian sebagaimana
kualitatif, deskriptif, dan eksperimen. Hal ini perlu dibahas karena keduanya
dianggap sebagai bentuk dari penelitian deskriptif, yang dalam hal ini,
keduanya lebih tepat dianggap sebagai metode untuk menganalisa data
daripada sebagai metode penelitian. Penelitian multivariat dan korelasi ini
dapat menggunakan data dari semua metode penelitian. Keduanya dapat
digunakan dalam konteks deskriptif dan experimental.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji hubungan yang mungkin antar
variabel. Sebagaimana pada penelitian deskriptif, data dapat dikumpulkan
sebagai bagian studi atau peneliti dapat menggunakan data yang sudah ada.

Penelitian multivariat menjadi sangat populer dalam kajian bahasa kedua.
Contohnya: sebuah penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara
kemampuan melafalkan (pronounce) bahasa kedua dan variabel lain seperti
IQ, attitude terhadap bahasa kedua, jenis motivasi, jenis kelamin, kondisi
sosial-ekonomi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman bahasa kedua, lama
tinggal pada masyarakat penutur bahasa kedua, jenis metode pembelajaran
yang digunakan, status pernikahan, penggunaan bahasa kedua di rumah dan
lingkungan kerja, jumlah acara TV berbahasa kedua yang ditonton, dll.