Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu | Nuryanti | Jurnal Kreatif Tadulako Online 4027 12894 1 PB

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan
Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu
Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA semester I tahun pelajaran 2013/2014 dan bertujuan untuk
menentukan berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata
pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok. Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VI tahun pelajaran
2014/2015 dengan jumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data adalah observasi
dan pemberian tes. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dikategorikan
cukup dengan persentase 50%, mengalami peningkatan pada siklus II dengan
kategori sangat baik dengan persentase 88,89%. Hasil belajar pada pra tindakan
yaitu daya serap klasikal 64,66% dan ketuntasan belajar klasikal 46,66%. Hasil
belajar pada tindakan siklus I yaitu daya serap klasikal 69,33% dan ketuntasan
belajar klasikal 60%. Hasil belajar pada tindakan siklus II daya serap klasikal

80,67% dan ketuntasan belajar klasikal 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VI SDN Omu.
Kata kunci: Pembelajaran IPA; Metode Kerja Kelompok dan Hasil Belajar
I. PENDAHULUAN
Tinggi rendahya kualitas sumber daya manusia, tergantung dari kualitas
pendidikan itu sendiri, semakin baik kualitas pendidikan maka semakin baik pula
kualitas sumber daya manusianya. Karena itu untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang tepat,
efektif dan efisien. Keberhasilan guru dalam penyampaikan materi dapat dilihat
dari hasil belajar atau prestasi peserta didik. Hasil belajar merupakan tolak ukur
keberhasilan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam
jangka waktu tertentu dan diukur dalam bentuk nilai. (Sudjana, 1989).
Pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

208

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8

ISSN 2354-614X
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah akan mempersulit
siswa memahami konsep dalam pelajaran IPA, sehingga siswa kurang bergairah
dalam kegiatan pembelajaran dan bersikap pasif. Siswa hanya menghafal sehingga
kurang memahami konsep. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu
bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang
aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya
seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan tugas yang
diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang
dicapai siswa bersifat instrumental. (Djamarah dan Bahri, 2008).
Melihat potensi yang beragam yang dimiliki oleh setiap siswa, maka
metode kerja kelompok mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar, terutama dalam penguasaan konsep-konsep yang sulit, melalui
kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya,
yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Oleh karena itu salah satu
metode guru yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
IPA adalah dengan penggunaan metode kerja kelompok. Melalui metode kerja
kelompok peserta didik dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam
diri mereka, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Kerja

kelompok dapat diartikan belajar yang dilakukan secara bersama-sama, saling
membantu antara satu dan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya. (Isjoni, 2012).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaiaan
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan
melakukan pengukuran yang dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar.

209

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
Pengukuran hasil belajar menurut Sudjana (2002) ialah suatu tindakan atau
kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat dicapai atau
dikuasai oleh siswa setelah menempuh pengalaman belajarnya (proses belajarmengajar).

Menurut Purwanto (2007) hasil belajar adalah “kemampuan yang dicapai,
dikerjakan, dan dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai murid
dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun jumlah pelajaran selama periode yang
diberikan diukur dengan menggunakan tes yang telah di standarisasikan”.
Menurut Djamarah dan Bahri (2006) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses
belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap siswa terhadap bahan
pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun
kelompok dan perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Djamarah dan Bahri (2006)
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif, psikomotorik. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks
nilai. Ranah Psikomotorik, meliputi keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinansi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu“ dan

”berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar. Sehingga tidak tepatlah jika pembelajaran
hanya dilaksanakan dengan metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa. (Depdiknas, 2003).
Guru perlu mengupayakan penggunaan metode dan media yang tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Menurut Sudjana (2005) metode

210

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
pembelajaran adalah “Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Jadi metode pembelajaran
adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti
yang diharapkan.
Metode kerja kelompok adalah suatu format belajar mengajar yang
menitik beratkan pada terjadinya interaksi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.

Metode kerja kelompok merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
atau dengan kata lain metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan
membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika
salah satu teman dalam satu kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Damyanti dan Modjiono (1992) mengemukakan bahwa metode kerja kelompok
dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitik beratkan kepada
interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna
menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Penerapan metode kerja
kelompok bertujuan untuk : (a) memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama
diantara peserta didik, (b) meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan
intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disediakannya
dan (c) meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar
mengajar secara seimbang.
Berkaitan

dengan


hal

tersebut,

maka

pembelajaran

IPA

dapat

menggunakan metode kerja kelompok. Roestiyah (1998) menyebutkan beberapa
kelebihan metode kerja kelompok, yaitu: 1) Dapat memberikan kesempatan para
siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah;
2) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah; 3) Dapat

211


Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
mengembangkan

bakat

kepemimpinan

dan

mengajarkan

keterampailan

berdiskusi; 4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
sebagai individu serta kebutuhannya belajar; 5) Para siswa lebih aktif bergabung
dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; 6)
Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai
dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana
mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan

bersama.
Kegiatan

pembelajaran

sains

yang

dilaksanakan

di

SDN

Omu

menggunakan metode ceramah yang sangat monoton sehingga aktivitas belajar
siswa sangat minim. Metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah
metode yang paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan.

Berdasarkan Hasil observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa rata-rata
kelas pada mata pelajaran IPA semester I Tahun ajaran 2013/2014 masih
tergolong ke dalam kategori rendah yaitu dari 25 siswa hanya berkisar 12 (48.6
%) siswa yang tuntas

dengan nilai rata-rata kelas 60 sedangkan ketuntasan

minimal (KKM) adalah 70.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
Penetitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN
Omu. Oleh sebab itu, Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul “Upaya
meningkatkan hasil belajar IPA dengan metode kerja kelompok siswa kelas VI
SDN Omu”. Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
menentukan berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN OMU
pada mata pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan desain Kemmis dan McTaggart yang meliputi 4 tahap tindakan: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Rancangan penelitian
ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

ingin dicapai. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Omu kecamatan Gumbasa,

212

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
dengan subyek penelitian seluruh siswa kelas VI tahun pelajaran 2014/2015
dengan jumlah siswa 30 orang yaitu 19 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua jenis data yaitu, data
kualitatif dan data kuantitatif. Dikatakan data kualitatif karena pernyataan dalam
observasi menggunakan kata-kata penanda kualitas; seperti; sangat baik, baik,
cukup, dan kurang dan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil
mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru berupa angka-angka.
Pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga cara
yaitu: 1) Tes (tes awal dan tes akhir). Tes awal diberikan sebelum melakukan
tindakan dan tes akhir diberikan saat akhir tindakan untuk mengukur hasil belajar
siswa dan tingkat keberhasilan setiap siklus; 2) Observasi aktivitas pembelajaran
di kelas dilakukan oleh peneliti dan pengamat yang telah ditentukan sebelumnya.
Pelaksanaan observasi baik pada guru/peneliti dan kepada siswa dilakukan dengan
cara mengisi format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan
untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung; 3) Catatan penelitian, digunakan selama kegiatan pembelajaran,
untuk mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran.
Analisis data dilakukan pada setiap siklus dalam proses pembelajaran
sampai pada akhir penelitian. Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan
data secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Data kualitatif bersumber dari
hasil observasi sedangkan data kuantitatif bersumber dari hasil menjawab soalsoal yang diberikan oleh guru. Setelah data terkumpul, penulis menganalisis data
tersebut secara berturut-turut. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam
Wiriaatmadja (2008) yaitu: 1) Penyelidikan data, yaitu proses kegiatan
menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah
diperoleh mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan
penelitian;

2)

Penyajian data.

Penyajian data

dilakukan dengan cara

mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi dalam penelitian
ini. Yang dimaksud dengan informasi adalah langkah pembelajaran dan hasil

213

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
observasi (pengamatan). Data yang telah disajikan selanjutnya dibuat penafsiran
dan evaluasi. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan tentang
perbedaan antara rencana tindakan dengan pelaksanaan tindakan, persepsi peneliti
dan guru sebagai teman sejawat terhadap pelaksanaan tindakan dan perlunya
perubahan tindakan sebagai alternatif tindakan yang tepat; 3) Penarikan
kesimpulan dan verifikasi yaitu memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran
dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta memberikan
penjelasan. Selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi, yaitu menguji kebenaran,
kekokohan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data.
Teknik analisa data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar siswa dengan
rumus sebagai berikut:
1) Daya Serap Individu
Skor Perolehan Siswa
Daya Serap Individu =

x 100%
Skor Maksimal

2) Ketuntasan Belajar klasikal
Jumlah Siswa Yang Tuntas
Ketuntasan Belajar Klasikal =

x 100%
Jumlah Seluruh Siswa

3) Daya Serap Klasikal
Jumlah Skor Seluruh Siswa
Daya Serap Klasikal =

x 100%
Jumlah Skor Maksimal Soal

4) Nilai Rata-Rata
Skor perolehan seluruh siswa
Nilai Rata-rata (NR) =
Jumlah siswa

214

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dari pelaksanaan tes pra tindakan adalah nilai ratarata siswa 64,66 dan daya serap klasikal 64,66% serta persentase ketuntasan
klasikal hanya mencapai 46,66%. Dari 30 siswa yang mengikuti tes awal, 19
orang siswa belum tuntas atau daya serap tiap-tiap siswa belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN Omu yaitu 70%. Penilaian
proses ini dikategorikan kurang berhasil karena masih banyak siswa yang berada
pada kategori kurang.
Hasil tes pra tindakan terhadap kemampuan siswa kelas VI SDN Omu
dalam mengikuti pembelajaran dengan materi Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis
Hewan, ditemukan kesimpulan sebagai berikut :
a. Siswa belum dapat memahami Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan dengan
baik.
b. Siswa belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik.
c. Siswa belum dapat berinteraksi bersama guru dan temannya dengan baik.
Berdasarkan hasil tes pra tindakan, peneliti bersama guru kelas VI
membicarakan hasil pengamatan yang didapatkan dan kemudian membicarakan
rencana perbaikan tindakan pembelajaran. Tindakan ini di rencanakan terdiri dari
2 (dua) siklus, dan dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam
pelaksanaannya Peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas VI bertindak
sebagai pengamat.
Tahap perbaikan pembelajaran pada siklus I terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus senantiasa mengikuti tahapan
tersebut, dan pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes evaluasi. Kegiatan guru
(peneliti) dalam pelaksanaan siklus I dikategorikan baik dengan persentase
63,88%. Walaupun hasil yang didapatkan demikian, peneliti masih perlu
meningkatkan keterampilannya dalam mengajar terutama dalam mengarahkan dan
membimbing siswa bekerja kelompok. Hal ini disebabkan karena peneliti belum
terampil dalam mengunakan metode ini, sehingga pada saat pembagian kelompok
siswa menjadi kacau. Berdasarkan hasil yang didapatkan diatas peneliti
melakukan konfirmasi kepada guru lain, serta mitra peneliti guna mendapatkan

215

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
solusi terbaik dalam memperbaiki kekurangan yang di dapatkan. Hasil diskusi
bersama para guru, peneliti mendapatkan solusi bahwa ia harus lebih berperan
aktif dalam mengarahkan dan membimbing siswa dalam bekerja kelompok.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran berada pada kategori cukup
dengan persentase nilai rata-rata 50%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran belum berhasil dengan baik. Walaupun demikian,
hasil ini sudah mengalami peningkatan di banding observasi pra tindakan, dimana
pada tahap observasi pra tindakan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
berada pada kategori kurang.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I
dengan menggunakan metode kerja kelompok pada materi Ciri-ciri Khusus
Beberapa Jenis Hewan, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa.
Secara ringkas hasil analisis tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Tes Siklus I
No

Aspek Perolehan

Hasil

1.

Skor tertinggi

100 (2 orang)

2.

Skor terendah

50 (6 orang)

3.

Nilai rata-rata

69,33

4.

Banyak siswa yang tuntas

5.

Persentase ketuntasan belajar klasikal

6.

Persentase daya serap klasikal

18 orang
60%
69,33%

Berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran siklus I, nilai rata-rata siswa
mencapai 69,33 dan daya serap klasikal 69,33% serta ketuntasan belajar klasikal
60%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan, bahwa suatu kelas
dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara
individual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan
pembelajaran siklus I belum berhasil.
Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I,
hanya saja beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I akan diperbaiki pada

216

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
siklus II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Setelah
melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi pada kegiatan belajar
mengajar pada siklus I, maka pada siklus II ini terjadi peningkatan aktivitas siswa
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dimana persentase aktivitas siswa
mencapai 88,89% atau berada dalam kategori sangat baik. Setelah selesai
pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan metode kerja kelompok,
kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes. Secara ringkas hasil analisis tes
siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Tes Siklus II
No

Aspek perolehan

Hasil

1.

Skor tertinggi

100 (6 orang)

2.

Skor terendah

60 (2 orang)

3.

Nilai rata-rata

80,67

4.

Banyak siswa yang tuntas

5.

Persentase ketuntasan belajar klasikal

6.

Persentase daya serap klasikal

27 orang
90%
80,67%

Berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran siklus II, kemampuan siswa
kelas VI SDN Omu sudah menunjukkan hasil yang baik dengan nilai rata-rata
siswa mencapai 80,67 dan daya serap klasikal 80,67% serta ketuntasan belajar
klasikal 90%. Hasil ini memberi penjelasan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam kelas sudah memperoleh hasil yang diinginkan walaupun
masih terdapat 3 orang siswa yang belum tuntas dalam pembelajarannya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran siklus II sudah
berhasil. Hasil tersebut sudah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu daya serap individu
sekurang-kurangnya 70%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika
persentase daya serap klasikal sekurang-kurangnya 75% serta suatu kelas
dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara
individual.
Pembahasan

217

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
Pelaksanaan tes pra tindakan dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum menggunakan metode kerja kelompok. Berdasarkan hasil tes pra
tindakan diketahui bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi Ciri-Ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan. Hal tersebut
disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, sedangkan siswa lebih
sering berperan sebagai pendengar. Selain itu juga guru tidak menggunakan media
pendukung dalam menyampaikan pembelajaran. Akibatnya banyak siswa yang
tidak tertarik, mudah lupa, dan tidak dapat menanamkan konsep pembelajaran
yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar siswa
ini dipengaruhi oleh faktor sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
(Hamdani, 2011).
Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 (dua) Siklus. Setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Siklus I difokuskan pada materi Ciri-Ciri Khusus
Beberapa Jenis Hewan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Pada
tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 69,33 dan daya serap klasikal
69,33% serta ketuntasan belajar klasikal 60%. Berdasarkan hasil pengamatan
tindakan siklus I dapat diidentifikasikan bahwa penggunaan metode kerja
kelompok dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
walaupun belum tuntas namun sudah ada peningkatan dibandingkan pada tahap
pra tindakan.
Tindakan siklus II juga dilaksanakan dengan menggunakan metode kerja
kelompok. Kegiatan pembelajaran secara umum telah berjalan dengan baik dan
menunjukkan peningkatan. Pemahaman dan tingkat penguasaan konsep materi
Ciri-Ciri Khusus Beberapa Jenis Tumbuhan menunjukkan hasil yang lebih baik.
Keikutsertaan siswa dalam pembelajaran juga menunjukkan peningkatan. Hal ini
dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 80,67 dan daya serap kalsikal
80,67% serta ketuntasan belajar klasikal 90%. Peningkatan hasil belajar siswa
pada siklus ini juga ditandai oleh: 1) aktifitas siswa semakin meningkat, yang
dapat dilihat dari lembar observasi yang diisi oleh pengamat; 2) penggunaan

218

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran lebih baik bila dibandingkan
dengan sebelumnya; 3) hasil analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I
mengalami peningkatan; 4) ketercapaian indikator dari beberapa aspek penilaian
membuktikan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indiktor
keberhasilan atau indikator kinerja yang dipersyaratkan berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ) yaitu daya serap individu sekurang-kurangnya 70%,
suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika persentase daya serap klasikal
sekurang-kurangnya 75% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal
jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara individual.
Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena semakin meningkatnya
aktivitas dan perhatian siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa terjadi karena
siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang bervariasi. Perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu
objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka akan
timbul kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. (Gazali dalam Slameto,
2010).
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kerja sama
dan hubungan yang lebih baik antarsiswa, dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa. Jadi, untuk mencapai hasil belajar, model
pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama antar peserta didik yang satu dengan
yang lain atau sesama anggota kelompok dalam memecahkan masalah untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru. Pembelajaran
kooperatif juga dapat memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan membantu
saling belajar, berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan, memanfaatkan energi sosial siswa, saling mengambil
tanggung jawab, dan belajar menghargai satu sama lain. (Ibrahim, dkk. dalam
Trianto, 2007).

219

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
Penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran sangat baik
karena: 1) Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; 2) Dapat memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu kasus atau masalah; 3) Dapat mengembangkan bakat
kepemimpinan

dan

mengajarkan

keterampailan

berdiskusi;

4)

Dapat

memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta
kebutuhannya belajar; 5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran
mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; 6) Dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan
menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana
mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan
bersama. (Roestiyah, 1998).
IV. PENUTUP
Kesimpulan
a. Penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan guru. Aktifitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran semakin baik ditandai dengan terjadinya perubahan
sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengamatan guru dan peneliti pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan
lembar observasi. Aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup
dengan persentase 50% dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan
kategori sangat baik dengan persentase 88,89%. Aktivitas peneliti dalam
pelaksanaan siklus I dikategorikan baik dengan persentase 63,88% dan pada
siklus II berada pada kategori sangat baik dengan persentase 94,44%.
b. Penggunaan metode kerja kelompok juga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hasil evaluasi yang didapatkan dari pelaksanaan tes siklus I adalah daya
serap klasikal 69,33% serta persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai
60%. Hasil evaluasi pada pembelajaran siklus II, daya serap klasikal 80,67%
serta ketuntasan belajar klasikal 90%. Berdasarkan hasil ini, dapat ditarik

220

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
kesimpulan bahwa penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Omu.
Saran
a. Bagi guru IPA khususnya dan guru kelas pada umumnya diharapkan dapat
menggunakan metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran disekolah
guna meningkatkan hasil dan minat belajar siswa.
b. Guru diharapkan selalu bertindak kreatif dalam menggunakan berbagai metode
dan media pembelajaran, sehingga siswa selalu berminat dan aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Dimyati dan Mudjiono. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Djamarah dan Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani, M. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Isjoni. (2012). Cooperative Learning dan Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah N.K. (1998). Metode Belajar Kerja Kelompok. [Online]. Tersedia:
http://krizi.wordpress.com/2011/09/13/metode-belajar-kerja-kelompok.[19
Juli 2014].
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana,N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya.
________. (2002). Pengertian Definisi Hasil Belajar. Bandung: Sinar Baru
Algasindo.

221

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8
ISSN 2354-614X
________. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algasindo
Trianto.
(2007).
Model-model
Pembelajaran
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Inovatif

Berorientasi

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung.

222