T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor yang Mempengaruhi Anak Jalanan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol T1 BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
A.1 Gambaran Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Terminal Tingkir
Salatiga Jawa Tengah. Terminal Tingkir merupakan satusatunya terminal di kota Salatiga. Kebanyakan anak jalanan
menjadikan tempat ini untuk mencari uang dengan cara
mengamen. Salah satu hasil mengamen mereka untuk
membeli minuman beralkohol karena terminal satu-satunya
di Salatiga mereka juga menjadikan tempat berkumpul
minum minuman beralkohol.
Gambar 01. Gambar Peta Kota Salatiga
Sumber: www.wordpress.com
24
A.2 Proses Pelaksanaan
Dalam
proses
persiapan
penelitian
peneliti
mempersiapkan panduan wawancara dan handphone untuk
merekam hasil wawancara. Peneliti menemui beberapa
informan di warung kelontong yang tempatnya tidak jauh
dari Terminal Tingkir. Peneliti meminta persetujuan sebagai
informan penelitian supaya informan membantu dalam
penelitian tentang minuman keras beralkohol, penelitian ini
diawali dengan wawancara di Terminal Tingkir. Pelaksanaan
wawancara ini 5 orang yang berada dirumah dan 5 orang
yang di Terminal Tingkir. Dalam proses penelitian peneliti
mengalami kesulitan dalam mencari keberadaan informan
yang lain, sehingga peneliti mencari solusi dengan meminta
nomor handphone semua informan, dengan meminta nomor
handphone informan maka peneliti mudah untuk dihubungi
dan mengetahui dimana informan berada, sehingga peneliti
mudah untuk bertemu ketika ingin mengumpulkan data.
A.3 Gambaran Informan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah
remaja pria yang berada di Terminal Tingkir Salatiga.Jumlah
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sepuluh
orang remaja pria. Dalam seminggu remaja ini minum
25
alkohol di hari yang tidak menentu, sebagian dari remaja
disana ada yang putus sekolah serta menjadi pengangguran
sehingga semakin lebih leluasa untuk minum minuman
beralkohol sebagai kegiatan mengisi waktu luang mereka.
Beberapa
kelompok
remaja
tersebut
yang
sering
mengkonsumsi alkohol berkisaran umur 12-18 tahun.
Mereka minum minuman yang beralkohol terhitung sudah
sejak 5 tahun yang lalu, karena banyaknya pengaruhpengaruh yang mempengaruhi mereka sehinggga ingin
mencoba untuk meminum alkohol.
Tabel 1 : Karakteristik Informan
Inisial
Kode
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Terakhir
Jenis
kelamin
Sdr.ST
I1
17 tahun
SMP
Buruh
Islam
Laki-laki
Sdr.SR
I2
18 tahun
SMP
Serabutan
Islam
Laki-laki
Sdr.BA
I3
17 tahun
SMP
Bangunan
Islam
Laki-laki
Sdr.Y
I4
18 tahun
SMA
Pengangguran
Islam
Laki-laki
Sdr.D
I5
17 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.B
I6
18 tahun
SMA
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.M
I7
18 tahun
SMP
Pengangguran
Islam
Laki-laki
Sdr.BJ
I8
18 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.KC
I9
17 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
26
Sdr.SL
I10
18 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sumber : Data Pribadi, 2016
Gambaran informan :
Informan pertama Sdr.ST berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu buruh.Sdr.ST anak nomer tiga dari tiga
bersaudara.Sdr.ST sudah minum minuman beralkohol sejak lulus
SD sekitar dua 2 tahun.
Informan kedua Sdr.SR berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya
yaitu
serabutan.Sdr.SR
anak
pertama
dari
dua
bersaudara.Sdr.SR sudah minum minuman keras sejak SMP.
Informan ketiga Sdr.BA berumur 17 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu kerja bangunan.Sdr.BA anak terakhir dari tiga
bersaudara.Sdr.BA minum minuman beralkohol sudah 5 tahun ini.
Informan keempat Sdr.Y berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu pengangguran.Sdr.Y anak pertama dari empat
bersaudara.Sdr.Y minum minuman beralkohol sejak 3 tahun yang
lalu.
Informan kelima Sdr.D berumur 17 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu menjadi pengamen.Sdr.D anak pertama dari dua
27
bersaudara.Sdr.D minum minuman beralkohol sejak SMP sekitar 5
tahunan yang lalu.
Informan keenam Sdr.B berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu menjadi pengamen. Sdr.B anak kedua dari lima
bersaudara. Sdr.B minum minuman beralkohol sejak SMP kelas 2.
Informan ketujuh Sdr.M berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya
yaitu
pengangguran.Sdr.M
anak
pertama
dari
dua
bersaudara.Sdr.M minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kedelapan Sdr.BJ berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.BJ anak kedua dari tiga
bersaudara.Sdr.BJ minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kesembilan Sdr.KC berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.KC anak ketiga dari tiga
bersaudara.Sdr.KC minum minuman beralkohol sejak SMP.
Informan kesepuluh Sdr.SL berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.SL anak pertama dari dua
bersaudara.Sdr.SL minum minuman beralkohol sejak SMP 5 tahun
yang lalu.
28
4. 1 Hasil Penelitian
Dari hasil analisi tema dapat terlihat 5 tema yang
menjadi faktor yang mempengaruhi remaja pria minum
minuman beralkohol, yaitu: (1) Coba-coba, (2) Minuman keras
karena pergaulan dengan teman sebaya, (3) Lingkungan
keluarga, (4) Tidak adanya dukungan dari masyarakat.
Masing-masing tema tersebut dijelaskan secara detail
sebagai berikut:
Tema 1: Coba-coba
Dari wawancara yang dilakukan 10 informan, diketahui
bahwa dari 4 informan menjawab jika mereka mengkonsumsi
alkohol disebabkan oleh rasa keingintahuan mereka sendiri.
Tiga
informan
tersebut
menjawab
mereka
ingin
mengkonsumsi alkohol atas dasar coba-coba dan rasa ingin
tahu yang besar karena teman-teman mereka sudah banyak
yang merasakan dan mencobanya. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I3): “ pertamanya aku itu cuma pengen coba-coba aja
gitu lho mbak, tapi kok akhire malah terjerumus, kok enak
ternyata yaudah akhire malah jadi terbiasaan.”
29
(I4): “ya awalnya sih coba-coba gitu mbak, lha kok
ketagihan ya biasa kan temenku ngajak maen akhirnya
mabuk-mabuk gitu mbak, jadi ya ketagihan.”
(I6): “itu kan biasa temen-temen ngajakin maen gitu
lombak, ya aku pertamanya nggak tau kalo disuruh minum,
minum apa?, yaudah ini lo enak, jadi atas dasar nyoba mbak.”
Sebagaimana yang telah diungkapkan informan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mereka awalnya coba-coba dan
akhirnya mereka menjadi ketagihan.
Tema 2: Minuman Keras Karena Pergaulan DenganTeman
Sebaya
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, beberapa dari
seperti informan 1, 2, 5, 7, 8, 9 mengatakan pengaruh yang
besar didapatkan dari teman-teman mereka sendiri yang
sering mengajak mereka minum bersama, ini menjadi alasan
sehingga mereka tidak bisa lepas dari keinginan minum dan
rasa solidaritas dari pertemanan mereka sehingga para
informan tidak bisa menolak. Pernyataan ini dapat didukung
dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “Ya sebenarnya itu ya tidak kepengen mbak, dulu ya
gara-gara pergaulan juga mbak aku diajakin temenku pas
lagi haus-hausnya diambilin minum sama temenku mbak, tak
30
kirain itu air putih mbak ternyata itu ciu (alcohol) saya tidak
tahu, aku dibohongi mbak, tapi tak cicipin ternyata ya rasanya
enak mbak. Kalo mau berhenti ya rasanya tidak enak ek
mbak.”
(I2): “Yo pertama itu dulu dikasih temen-temen mbak,
sebenernya aku juga nggak mau, eh habis ngerasain kok yo
pertamane rasane aneh gitu, habis itu aku dikasih lagi rasane
kok makin enak yo? mungkin gara-gara itu kali yo, habis
dikasih sekarang sama dulu itu rasanya beda mungkin ya
terus mikirnya kok enakmen, malah sekarang keterusan
sampai sekarang. Wahh..kan payah kalo gitu mbak.”
(I5): “yakan dulu pernah minum bareng-bareng, terus
pas diajak minum bareng lagi masak nggak mau, yakan nggak
enak sama temenku mbak.”
(I7): “sebenarnya sih saya nggak suka yang namanya
alkohol dll, karena teman-teman saya SMP sudah banyak
yang minum ya awalnya sih coba-coba aja, nah dari situ saya
jadi suka minum alkohol.”
(I8): “dilingkungan sekolah mbak, ya pas awal-awal
masuk SMP dulu saya diajakin temen-temen saya. Ya kan
tau sendiri mbak pergaulan SMP itu kayak gimana.”
(I9): “ya kapannya lupa aku, sudah lama kayak’e ya
sekitar jaman aku SMP. Itu gara-garane aku dibujuk-bujuk’i
31
temenku buat minum, pertamane aku penasaran, tak coba
dikit-dikit kok rasanya enak juga. Terus dulu meh tiap hari aku
diajak temenku minum, ya aku ngikut aja.”
Berdasarkan
pernyataan
informan
tersebut
dapat
dinyatakan bahwa mereka gara-gara pergaulan disuruh
teman-temannya untuk mencicipi minuman beralkohol dan
mengakibatkan ketagihan.
Tema 3: Lingkungan Keluarga
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, informan 1
mengatakan bahwa merasa kalo orangtuanya sudah jarang
memperhatikannya dan bosan melihat suasana rumah yang
tidak nyaman karena orangtuanya yang selalu bertengkar,
sedangkan informan 2 dan 5 mengatakan jika orangtuanya
menganggap hal seperti minum alkohol sudah biasa, hal ini
bisa dikatakan alkohol tidak asing lagi. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “ya takut mbak, tapi mau gimana lagi, orangtuaku aja
sudah kayak nggak mau ngurusin aku mbak, sebenernya
aku dirumah udah nggak betah mbak gara-garanya ngliat
mereka berantem terus mbak.”
(I2): “yo dielengke mbak, tapi nek wis kadung wong
ndablek yo angel mbak, meh piye meneh.”. (ya diingatkan
32
mbak, tapi kalo sudah terlanjur orang ngeyel ya susah mbak,
mau gimana lagi)
(I5): ”ya gapapa,bapak diem aja kalo aku minum mbak
udah biasa kan sama temen-temenku juga banyak.”
Keluarga bisa menjadi lingkungan yang sangat penting
dan cepat dalam mempengaruhi perilaku dari anggota
keluarga, dalam hal mempengaruhi perkembangan psikologis
serta tingkah laku dari masing-masing anggota keluarga.
Informan 1, 2, 3, 5 mengatakan bahwa sebagian dari anggota
keluarganya juga ikut mengkonsumsi alkohol. Pernyataan ini
dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): ”Ada mbak, ya kayak saudaraku mbak sering
minum-minum juga.”
(I2): “Nek seko keluargaku dewe ki yo ra eneng mbak.
Tapi nek om’ku kae yowis podo wae edan’e, tapi sak
ndelalahe aku ngasi seprene yo ra tau barengan mbek dek’ne,
yo rikuh to mbak.”. (kalo dari keluargaku sendiri ya tidak ada
mbak. Tapi kalo om’ku itu ya sama saja gilanya, tapi semenjak
aku sampai sekarang ya tidak pernah bareng sama dia)
(I3): “Yo enek mbak, mas-masku kabeh do ngombenan,
aku nek ngombe yo kadang mbek mas-masku og mbak, yo
sak keluarga yo meh do ngombe”. (ya ada mbak, mas-masku
33
semua juga peminum, aku kalo minum kadang juga sama
mas-masku kok mbak, ya satu keluarga sudah pernah
minum).
(I5): “Dari keluargaku ada, bapakku dulu ya suka minum,
terus mbakyuku dulu cerita ya suka minum kabeh og mbak
kecuali yo ibukku.”
Berdasarkan ungkapan informan diatas bahwa orang
tuanya sering berkelahi dan orangtua membiarkan anaknya
minum minuman beralkohol, ada juga yang saudaranya juga
ikut-ikutan mengkonsumsi alkohol, hal ini dapat disimpulkan
bahwa informan termasuk dalam tema lingkungan keluarga.
Tema 4 :Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Informan 4 dan 8 mengatakan bahwa lingkungan juga
seolah-olah cenderung diam saja tanpa ada protes jika ada
yang minum minuman alkohol disekitar kampung. Pernyataan
ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I3): “Yo biasanya aku kayak ditempat basecamp gitu
mbak, kayak rumahe temenku, ditempat-tempat sepilah
pokoknya yang nggak menggangu orang lain”
34
(I4): “Sudah pernah mbak kalo itu, tapi gimana ya tementemenku, maksudnya gimana ya mbak ya, maksudku dari
lingkungannya sendiri udah dididik kayak gitu mbak, tapi
kalo niat berhenti itu ada mbak, ya mbak ada.”
(I7): “Ya mungkin ada 1-2 orang ya, mungkin ngiranya
saya itu anak nakal karena saya suka minum, padahal kalo
saya minum itu nggak pernah buat keonaran mbak, kalo
kita minum itu cuma di basecamp aja.”
(I8): “Nggak ada mbak, ya sekarang kan ibaratnya kan
kebanyakan sudah banyak yang pada sama-sama tau kan
mbak, sama-sama sering minum jadi kan bisa saling
pengertian mbak.”
Dalam
ungkapan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
informan mengatakan jika dilingkungannya sudah dididik
seperti itu, terkadang mereka juga minum minuman beralkohol
di basecamp. Ungkapan tersebut termasuk dalam tema tidak
adanya dukungan dari masyarakat.
4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, peneliti akan menginterpretasikan
tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus
padafaktor-faktor
yang
memengaruhi
mengonsumsi minuman beralkohol.
35
anak
jalanan
4.2.1 Coba-coba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktahuan
para informan mengenai alkohol mampu membuat mereka
tertarik serta mempunyai niat untuk mencoba. Penelitian ini
juga
didukung
pengetahuan
oleh
Anderson
remaja
(2007)
tentang
kurangnya
dampak,
resiko
mengkonsumsi minuman keras dan kurangnya pendidikan
tentang minuman keras akhirnya remaja ingin coba-coba
tentang minuman keras.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Teguh
dalam Pribadi
(2008),
yang
mengemukakan bahwa
biasanya seseorang terjerumus dalam
minuman
keras
karena
menunjukan keberanian
melepaskan
diri
dari
ingin
penyalahgunaan
membuktikan
atau
kepada orang lain, untuk
kesepian
dan
memperoleh
pengalaman emosional, mencari dan menemukan arti
dalam hidup, menghilangkan rasa gelisah dan frustasi
dalam
menjalani
hidup,
mengikuti
kemauan teman-
teman dalam menjalin solidaritas, dan mengkonsumsi
minuman keras karena didorong oleh rasa ingin tahu.
36
4.2.2 Minuman Keras Karena Pergaulan Dengan Teman
Sebaya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
yang
besar
datang
dari
teman-teman
yang
sering
berkumpul dengan mereka dan sering mengajak mereka
minum
bersama,
yang
mampu
membuat
remaja
terjerumus dalam masalah minuman keras. Hal ini
didukung oleh Lukito (2009) yang menyebutkan beberapa
remaja terjerumus dalam masalah minuman keras karena
dipengaruhi lingkungan pergaulan, antara lain sebagai
berikut: remaja yang selalu minum minuman keras selalu
mempunyai “kelompok pemakai”.
Awalnya
keluarga
remaja
atau
hanya
teman-teman
mencoba-coba
ada
juga
karena
yang
menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi
kebiasaan. Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi
diri dan keluarganya sering menjadi lebih suka untuk
mengorbankan apa saja hubungan baik dengan temanteman sebayanya. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari
teman serta banyaknya film dan sarana hiburan yang
memberikan contoh “model” pergaulan modern” biasanya
mendorong
remaja minum minuman keras
berkelompok. Apabila remaja telah menjadi
37
secara
terbiasa
minum
minuman
keras
dan
karena
mudah
mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri
sehingga
tanpa
disadari
lama-kelamaan
ketagihan.
Penggunaan minuman keras di kalangan remaja umumnya
karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu yang
menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan
ketenangan.
4.2.3 Lingkungan Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dari
orangtua yang memang sengaja membiarkan anak-anak
remaja mereka mengkonsumsi alkohol tersebut sudah
dianggap menjadi hal yang biasa, bahkan beberapa
remaja
juga
ada
yang
mengalami
konflik
didalam
keluarganya yang dapat menyebabkan memburuknya
jalinan komunikasi antar anggota keluarga, sehingga
beberapa remaja berisiko melakukan hal-hal yang negatif
dan memilih jalan untuk melampiaskan emosinya tersebut
dengan mengkonsumsi alkohol. Hal ini telah sejalan
dengan pernyataan Sarwono (2001) yang mengatakan
semakin buruk tingkat komunikasi antara remaja dengan
orangtuanya,
semakin
besar
kemungkinan
remaja
melakukan perilaku berisiko. Kurang dekatnya hubungan
antara remaja dengan orangtuanya, menyebabkan remaja
38
lebih dekat dengan teman sebayanya. Remaja yang
memiliki
hubungan
yang
baik
dengan
orangtuanya
cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif
teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang
kurang baik hubungan dengan orangtuanya (Yusuf, 2009).
Perkembangan remaja akhir sudah mulaimampu
mengendalikan emosi. Remaja yang berkembang di
lingkungan
yang
kurang
kondusif,
kematangan
emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa
melawan,
tingkah laku
keras kepala,
berkelahi,
misalnya
suka
agresif:
menggangu
dan lain-lainnya, lari dari kenyataan (regresif) suka
melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi
obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
(Hariyanto, 2011).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunisyah (2008), lingkungan keluarga yang baik tidak
juga akan menghasilkan anak yang baik karena sering
orang
tua
memberikan
perhatian
berlebihan,
akan
membuat anak menjadi manja dan dengan kemanjaan
dari orang tua akan
membuat anak menjadi nakal
karena anak tersebut akan berpikir bahwa orang tua akan
selalu mendukung apa yang dilakukan mereka. Hal lain
39
juga yang bisa menyebabkan pergaulan yang salah
pada
remaja
ialah banyak
sekali
orang
tua
yang
membatasi pergaulan anaknya karena kurangnya rasa
percaya orang tua terhadap anaknya dalam hal memilih
teman sepergaulan dan takut bila anaknya terjerumus
dalam pergaulan bebas, terutama saat usia anak itu
menginjak
masa-masa
remaja.
Namun,
pembatasan
pergaulan itu hendaknya dilakukan dengan melihat serta
mempelajari pergaulan yang dilakukan anak terlebih
dahulu. Jangan sampai dalam melakukan
pergaulan
akan mengakibatkan
hal
pembatasan
buruk
terhadap
perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika
pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka
tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan
memperbolehkan bergaulan dan mengenal lingkungan
yang ada di sekitarnya.
Informan 1 dan 2 mengatakan dari anggota keluarga
kandungnya
mengkonsumsi
mereka
sendiri
sebenarnya
alkohol
terdapat
yang
tetapi
ikut
dari
tidak
ada
yang
saudara-saudara
mengkonsumsi
alkohol.
Sedangkan informan 3 dan 5 dari anggota keluarga
kandungnya sendiri ada yang ikut mengkonsumsi alkohol,
seperti kakak dan ayah dari informan. Remaja bisa
40
mengenal alkohol mungkin dikarenakan faktor kurangnya
perhatian orang tua, kurangnya rasa kasih sayang dari
keluarga. Seharusnya dari lingkup keluarga sendiri lebih
bisa komunikatif kepada sesama anggota keluarga yang
lain dan memberikan contoh yang positif terutama kepada
anak-anaknya, serta bisa lebih memberikan perhatian dan
kasih sayang lebih kepada anak-anaknya, karena lingkup
keluarga adalah lingkup yang akan paling sering ditemui
oleh remaja dibanding oleh teman-teman maupun orang
lain disekitarnya.
4.2.4 Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan 4
dan 8 yang sudah biasa mabuk-mabukkan disekitar
wilayah
perkampungan.
Orang
dewasa
ataupun
masyarakat diperkampungan seperti diam saja tanpa
bertindak ataupun mengingatkan para remaja yang sedang
mabuk-mabukan, serta masyarakat seolah-olah cenderung
diam saja tanpa ada protes jika ada yang minum minuman
alkohol disekitar kampung. Hal ini sedikit berbeda dengan
penjelasan Zakiyah Derajat (1983), apabila golongan tua
atau dewasa dalam masyarakat mempunyai satu pendirian
yang tetap yaitu anak-anak harus tunduk dan patuh pada
peraturan-peraturan,
terhadap
41
kebiasaan
yang
turun
temurun
tanpa
pertanyaan,
boleh
maka
mengajukan
anak-anak
akan
bantahan
merasa
dan
bahwa
orangtua dan orang dewasa tidak memahami dan tidak
menghargai
mereka.
Akibatnya
mereka
akan
mempertahankan diri terhadap perlakuan masyarakat yang
kurang menyenangkan, bahkan mereka akan selalu
berusaha menyelidiki kesalahan orangtua dan orang
dewasa sebagai alasan terhadap perlakuan mereka. Akan
hilanglah penghargaan mereka kepada orangtua dan
orang dewasa bukan karena kedurhakaan atau keburukan
mereka, akan tetapi sebagai akibat kurang mempunyai
kemampuan mereka menerima dan memahami tindakan
orangtua yang menunjukkan kurang pengertian dan
penghargaan kepadanya atau timbullah yang dinamakan
kenakalan anak-anak remaja.
4.3
Keterbatasan Penelitian
Dari awal penulisan skripsi berupa proposal skripsi sampai
pada penelitian, ada beberapa keterbatasan peneliti.
1. Tidak melakukan tes laborat untuk mendukung data
primer.
2. Peneliti tidak bisa memantau informan selama 24 jam
sehingga peneliti tidak dapat mengobserfasi informan
sepanjang hari.
42
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
A.1 Gambaran Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Terminal Tingkir
Salatiga Jawa Tengah. Terminal Tingkir merupakan satusatunya terminal di kota Salatiga. Kebanyakan anak jalanan
menjadikan tempat ini untuk mencari uang dengan cara
mengamen. Salah satu hasil mengamen mereka untuk
membeli minuman beralkohol karena terminal satu-satunya
di Salatiga mereka juga menjadikan tempat berkumpul
minum minuman beralkohol.
Gambar 01. Gambar Peta Kota Salatiga
Sumber: www.wordpress.com
24
A.2 Proses Pelaksanaan
Dalam
proses
persiapan
penelitian
peneliti
mempersiapkan panduan wawancara dan handphone untuk
merekam hasil wawancara. Peneliti menemui beberapa
informan di warung kelontong yang tempatnya tidak jauh
dari Terminal Tingkir. Peneliti meminta persetujuan sebagai
informan penelitian supaya informan membantu dalam
penelitian tentang minuman keras beralkohol, penelitian ini
diawali dengan wawancara di Terminal Tingkir. Pelaksanaan
wawancara ini 5 orang yang berada dirumah dan 5 orang
yang di Terminal Tingkir. Dalam proses penelitian peneliti
mengalami kesulitan dalam mencari keberadaan informan
yang lain, sehingga peneliti mencari solusi dengan meminta
nomor handphone semua informan, dengan meminta nomor
handphone informan maka peneliti mudah untuk dihubungi
dan mengetahui dimana informan berada, sehingga peneliti
mudah untuk bertemu ketika ingin mengumpulkan data.
A.3 Gambaran Informan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah
remaja pria yang berada di Terminal Tingkir Salatiga.Jumlah
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sepuluh
orang remaja pria. Dalam seminggu remaja ini minum
25
alkohol di hari yang tidak menentu, sebagian dari remaja
disana ada yang putus sekolah serta menjadi pengangguran
sehingga semakin lebih leluasa untuk minum minuman
beralkohol sebagai kegiatan mengisi waktu luang mereka.
Beberapa
kelompok
remaja
tersebut
yang
sering
mengkonsumsi alkohol berkisaran umur 12-18 tahun.
Mereka minum minuman yang beralkohol terhitung sudah
sejak 5 tahun yang lalu, karena banyaknya pengaruhpengaruh yang mempengaruhi mereka sehinggga ingin
mencoba untuk meminum alkohol.
Tabel 1 : Karakteristik Informan
Inisial
Kode
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Terakhir
Jenis
kelamin
Sdr.ST
I1
17 tahun
SMP
Buruh
Islam
Laki-laki
Sdr.SR
I2
18 tahun
SMP
Serabutan
Islam
Laki-laki
Sdr.BA
I3
17 tahun
SMP
Bangunan
Islam
Laki-laki
Sdr.Y
I4
18 tahun
SMA
Pengangguran
Islam
Laki-laki
Sdr.D
I5
17 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.B
I6
18 tahun
SMA
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.M
I7
18 tahun
SMP
Pengangguran
Islam
Laki-laki
Sdr.BJ
I8
18 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sdr.KC
I9
17 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
26
Sdr.SL
I10
18 tahun
SMP
Pengamen
Islam
Laki-laki
Sumber : Data Pribadi, 2016
Gambaran informan :
Informan pertama Sdr.ST berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu buruh.Sdr.ST anak nomer tiga dari tiga
bersaudara.Sdr.ST sudah minum minuman beralkohol sejak lulus
SD sekitar dua 2 tahun.
Informan kedua Sdr.SR berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya
yaitu
serabutan.Sdr.SR
anak
pertama
dari
dua
bersaudara.Sdr.SR sudah minum minuman keras sejak SMP.
Informan ketiga Sdr.BA berumur 17 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu kerja bangunan.Sdr.BA anak terakhir dari tiga
bersaudara.Sdr.BA minum minuman beralkohol sudah 5 tahun ini.
Informan keempat Sdr.Y berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu pengangguran.Sdr.Y anak pertama dari empat
bersaudara.Sdr.Y minum minuman beralkohol sejak 3 tahun yang
lalu.
Informan kelima Sdr.D berumur 17 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu menjadi pengamen.Sdr.D anak pertama dari dua
27
bersaudara.Sdr.D minum minuman beralkohol sejak SMP sekitar 5
tahunan yang lalu.
Informan keenam Sdr.B berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya yaitu menjadi pengamen. Sdr.B anak kedua dari lima
bersaudara. Sdr.B minum minuman beralkohol sejak SMP kelas 2.
Informan ketujuh Sdr.M berumur 18 tahun, kesibukan sehariharinya
yaitu
pengangguran.Sdr.M
anak
pertama
dari
dua
bersaudara.Sdr.M minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kedelapan Sdr.BJ berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.BJ anak kedua dari tiga
bersaudara.Sdr.BJ minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kesembilan Sdr.KC berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.KC anak ketiga dari tiga
bersaudara.Sdr.KC minum minuman beralkohol sejak SMP.
Informan kesepuluh Sdr.SL berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.SL anak pertama dari dua
bersaudara.Sdr.SL minum minuman beralkohol sejak SMP 5 tahun
yang lalu.
28
4. 1 Hasil Penelitian
Dari hasil analisi tema dapat terlihat 5 tema yang
menjadi faktor yang mempengaruhi remaja pria minum
minuman beralkohol, yaitu: (1) Coba-coba, (2) Minuman keras
karena pergaulan dengan teman sebaya, (3) Lingkungan
keluarga, (4) Tidak adanya dukungan dari masyarakat.
Masing-masing tema tersebut dijelaskan secara detail
sebagai berikut:
Tema 1: Coba-coba
Dari wawancara yang dilakukan 10 informan, diketahui
bahwa dari 4 informan menjawab jika mereka mengkonsumsi
alkohol disebabkan oleh rasa keingintahuan mereka sendiri.
Tiga
informan
tersebut
menjawab
mereka
ingin
mengkonsumsi alkohol atas dasar coba-coba dan rasa ingin
tahu yang besar karena teman-teman mereka sudah banyak
yang merasakan dan mencobanya. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I3): “ pertamanya aku itu cuma pengen coba-coba aja
gitu lho mbak, tapi kok akhire malah terjerumus, kok enak
ternyata yaudah akhire malah jadi terbiasaan.”
29
(I4): “ya awalnya sih coba-coba gitu mbak, lha kok
ketagihan ya biasa kan temenku ngajak maen akhirnya
mabuk-mabuk gitu mbak, jadi ya ketagihan.”
(I6): “itu kan biasa temen-temen ngajakin maen gitu
lombak, ya aku pertamanya nggak tau kalo disuruh minum,
minum apa?, yaudah ini lo enak, jadi atas dasar nyoba mbak.”
Sebagaimana yang telah diungkapkan informan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mereka awalnya coba-coba dan
akhirnya mereka menjadi ketagihan.
Tema 2: Minuman Keras Karena Pergaulan DenganTeman
Sebaya
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, beberapa dari
seperti informan 1, 2, 5, 7, 8, 9 mengatakan pengaruh yang
besar didapatkan dari teman-teman mereka sendiri yang
sering mengajak mereka minum bersama, ini menjadi alasan
sehingga mereka tidak bisa lepas dari keinginan minum dan
rasa solidaritas dari pertemanan mereka sehingga para
informan tidak bisa menolak. Pernyataan ini dapat didukung
dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “Ya sebenarnya itu ya tidak kepengen mbak, dulu ya
gara-gara pergaulan juga mbak aku diajakin temenku pas
lagi haus-hausnya diambilin minum sama temenku mbak, tak
30
kirain itu air putih mbak ternyata itu ciu (alcohol) saya tidak
tahu, aku dibohongi mbak, tapi tak cicipin ternyata ya rasanya
enak mbak. Kalo mau berhenti ya rasanya tidak enak ek
mbak.”
(I2): “Yo pertama itu dulu dikasih temen-temen mbak,
sebenernya aku juga nggak mau, eh habis ngerasain kok yo
pertamane rasane aneh gitu, habis itu aku dikasih lagi rasane
kok makin enak yo? mungkin gara-gara itu kali yo, habis
dikasih sekarang sama dulu itu rasanya beda mungkin ya
terus mikirnya kok enakmen, malah sekarang keterusan
sampai sekarang. Wahh..kan payah kalo gitu mbak.”
(I5): “yakan dulu pernah minum bareng-bareng, terus
pas diajak minum bareng lagi masak nggak mau, yakan nggak
enak sama temenku mbak.”
(I7): “sebenarnya sih saya nggak suka yang namanya
alkohol dll, karena teman-teman saya SMP sudah banyak
yang minum ya awalnya sih coba-coba aja, nah dari situ saya
jadi suka minum alkohol.”
(I8): “dilingkungan sekolah mbak, ya pas awal-awal
masuk SMP dulu saya diajakin temen-temen saya. Ya kan
tau sendiri mbak pergaulan SMP itu kayak gimana.”
(I9): “ya kapannya lupa aku, sudah lama kayak’e ya
sekitar jaman aku SMP. Itu gara-garane aku dibujuk-bujuk’i
31
temenku buat minum, pertamane aku penasaran, tak coba
dikit-dikit kok rasanya enak juga. Terus dulu meh tiap hari aku
diajak temenku minum, ya aku ngikut aja.”
Berdasarkan
pernyataan
informan
tersebut
dapat
dinyatakan bahwa mereka gara-gara pergaulan disuruh
teman-temannya untuk mencicipi minuman beralkohol dan
mengakibatkan ketagihan.
Tema 3: Lingkungan Keluarga
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, informan 1
mengatakan bahwa merasa kalo orangtuanya sudah jarang
memperhatikannya dan bosan melihat suasana rumah yang
tidak nyaman karena orangtuanya yang selalu bertengkar,
sedangkan informan 2 dan 5 mengatakan jika orangtuanya
menganggap hal seperti minum alkohol sudah biasa, hal ini
bisa dikatakan alkohol tidak asing lagi. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “ya takut mbak, tapi mau gimana lagi, orangtuaku aja
sudah kayak nggak mau ngurusin aku mbak, sebenernya
aku dirumah udah nggak betah mbak gara-garanya ngliat
mereka berantem terus mbak.”
(I2): “yo dielengke mbak, tapi nek wis kadung wong
ndablek yo angel mbak, meh piye meneh.”. (ya diingatkan
32
mbak, tapi kalo sudah terlanjur orang ngeyel ya susah mbak,
mau gimana lagi)
(I5): ”ya gapapa,bapak diem aja kalo aku minum mbak
udah biasa kan sama temen-temenku juga banyak.”
Keluarga bisa menjadi lingkungan yang sangat penting
dan cepat dalam mempengaruhi perilaku dari anggota
keluarga, dalam hal mempengaruhi perkembangan psikologis
serta tingkah laku dari masing-masing anggota keluarga.
Informan 1, 2, 3, 5 mengatakan bahwa sebagian dari anggota
keluarganya juga ikut mengkonsumsi alkohol. Pernyataan ini
dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): ”Ada mbak, ya kayak saudaraku mbak sering
minum-minum juga.”
(I2): “Nek seko keluargaku dewe ki yo ra eneng mbak.
Tapi nek om’ku kae yowis podo wae edan’e, tapi sak
ndelalahe aku ngasi seprene yo ra tau barengan mbek dek’ne,
yo rikuh to mbak.”. (kalo dari keluargaku sendiri ya tidak ada
mbak. Tapi kalo om’ku itu ya sama saja gilanya, tapi semenjak
aku sampai sekarang ya tidak pernah bareng sama dia)
(I3): “Yo enek mbak, mas-masku kabeh do ngombenan,
aku nek ngombe yo kadang mbek mas-masku og mbak, yo
sak keluarga yo meh do ngombe”. (ya ada mbak, mas-masku
33
semua juga peminum, aku kalo minum kadang juga sama
mas-masku kok mbak, ya satu keluarga sudah pernah
minum).
(I5): “Dari keluargaku ada, bapakku dulu ya suka minum,
terus mbakyuku dulu cerita ya suka minum kabeh og mbak
kecuali yo ibukku.”
Berdasarkan ungkapan informan diatas bahwa orang
tuanya sering berkelahi dan orangtua membiarkan anaknya
minum minuman beralkohol, ada juga yang saudaranya juga
ikut-ikutan mengkonsumsi alkohol, hal ini dapat disimpulkan
bahwa informan termasuk dalam tema lingkungan keluarga.
Tema 4 :Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Informan 4 dan 8 mengatakan bahwa lingkungan juga
seolah-olah cenderung diam saja tanpa ada protes jika ada
yang minum minuman alkohol disekitar kampung. Pernyataan
ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I3): “Yo biasanya aku kayak ditempat basecamp gitu
mbak, kayak rumahe temenku, ditempat-tempat sepilah
pokoknya yang nggak menggangu orang lain”
34
(I4): “Sudah pernah mbak kalo itu, tapi gimana ya tementemenku, maksudnya gimana ya mbak ya, maksudku dari
lingkungannya sendiri udah dididik kayak gitu mbak, tapi
kalo niat berhenti itu ada mbak, ya mbak ada.”
(I7): “Ya mungkin ada 1-2 orang ya, mungkin ngiranya
saya itu anak nakal karena saya suka minum, padahal kalo
saya minum itu nggak pernah buat keonaran mbak, kalo
kita minum itu cuma di basecamp aja.”
(I8): “Nggak ada mbak, ya sekarang kan ibaratnya kan
kebanyakan sudah banyak yang pada sama-sama tau kan
mbak, sama-sama sering minum jadi kan bisa saling
pengertian mbak.”
Dalam
ungkapan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
informan mengatakan jika dilingkungannya sudah dididik
seperti itu, terkadang mereka juga minum minuman beralkohol
di basecamp. Ungkapan tersebut termasuk dalam tema tidak
adanya dukungan dari masyarakat.
4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, peneliti akan menginterpretasikan
tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus
padafaktor-faktor
yang
memengaruhi
mengonsumsi minuman beralkohol.
35
anak
jalanan
4.2.1 Coba-coba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktahuan
para informan mengenai alkohol mampu membuat mereka
tertarik serta mempunyai niat untuk mencoba. Penelitian ini
juga
didukung
pengetahuan
oleh
Anderson
remaja
(2007)
tentang
kurangnya
dampak,
resiko
mengkonsumsi minuman keras dan kurangnya pendidikan
tentang minuman keras akhirnya remaja ingin coba-coba
tentang minuman keras.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Teguh
dalam Pribadi
(2008),
yang
mengemukakan bahwa
biasanya seseorang terjerumus dalam
minuman
keras
karena
menunjukan keberanian
melepaskan
diri
dari
ingin
penyalahgunaan
membuktikan
atau
kepada orang lain, untuk
kesepian
dan
memperoleh
pengalaman emosional, mencari dan menemukan arti
dalam hidup, menghilangkan rasa gelisah dan frustasi
dalam
menjalani
hidup,
mengikuti
kemauan teman-
teman dalam menjalin solidaritas, dan mengkonsumsi
minuman keras karena didorong oleh rasa ingin tahu.
36
4.2.2 Minuman Keras Karena Pergaulan Dengan Teman
Sebaya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
yang
besar
datang
dari
teman-teman
yang
sering
berkumpul dengan mereka dan sering mengajak mereka
minum
bersama,
yang
mampu
membuat
remaja
terjerumus dalam masalah minuman keras. Hal ini
didukung oleh Lukito (2009) yang menyebutkan beberapa
remaja terjerumus dalam masalah minuman keras karena
dipengaruhi lingkungan pergaulan, antara lain sebagai
berikut: remaja yang selalu minum minuman keras selalu
mempunyai “kelompok pemakai”.
Awalnya
keluarga
remaja
atau
hanya
teman-teman
mencoba-coba
ada
juga
karena
yang
menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi
kebiasaan. Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi
diri dan keluarganya sering menjadi lebih suka untuk
mengorbankan apa saja hubungan baik dengan temanteman sebayanya. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari
teman serta banyaknya film dan sarana hiburan yang
memberikan contoh “model” pergaulan modern” biasanya
mendorong
remaja minum minuman keras
berkelompok. Apabila remaja telah menjadi
37
secara
terbiasa
minum
minuman
keras
dan
karena
mudah
mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri
sehingga
tanpa
disadari
lama-kelamaan
ketagihan.
Penggunaan minuman keras di kalangan remaja umumnya
karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu yang
menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan
ketenangan.
4.2.3 Lingkungan Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dari
orangtua yang memang sengaja membiarkan anak-anak
remaja mereka mengkonsumsi alkohol tersebut sudah
dianggap menjadi hal yang biasa, bahkan beberapa
remaja
juga
ada
yang
mengalami
konflik
didalam
keluarganya yang dapat menyebabkan memburuknya
jalinan komunikasi antar anggota keluarga, sehingga
beberapa remaja berisiko melakukan hal-hal yang negatif
dan memilih jalan untuk melampiaskan emosinya tersebut
dengan mengkonsumsi alkohol. Hal ini telah sejalan
dengan pernyataan Sarwono (2001) yang mengatakan
semakin buruk tingkat komunikasi antara remaja dengan
orangtuanya,
semakin
besar
kemungkinan
remaja
melakukan perilaku berisiko. Kurang dekatnya hubungan
antara remaja dengan orangtuanya, menyebabkan remaja
38
lebih dekat dengan teman sebayanya. Remaja yang
memiliki
hubungan
yang
baik
dengan
orangtuanya
cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif
teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang
kurang baik hubungan dengan orangtuanya (Yusuf, 2009).
Perkembangan remaja akhir sudah mulaimampu
mengendalikan emosi. Remaja yang berkembang di
lingkungan
yang
kurang
kondusif,
kematangan
emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa
melawan,
tingkah laku
keras kepala,
berkelahi,
misalnya
suka
agresif:
menggangu
dan lain-lainnya, lari dari kenyataan (regresif) suka
melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi
obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
(Hariyanto, 2011).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunisyah (2008), lingkungan keluarga yang baik tidak
juga akan menghasilkan anak yang baik karena sering
orang
tua
memberikan
perhatian
berlebihan,
akan
membuat anak menjadi manja dan dengan kemanjaan
dari orang tua akan
membuat anak menjadi nakal
karena anak tersebut akan berpikir bahwa orang tua akan
selalu mendukung apa yang dilakukan mereka. Hal lain
39
juga yang bisa menyebabkan pergaulan yang salah
pada
remaja
ialah banyak
sekali
orang
tua
yang
membatasi pergaulan anaknya karena kurangnya rasa
percaya orang tua terhadap anaknya dalam hal memilih
teman sepergaulan dan takut bila anaknya terjerumus
dalam pergaulan bebas, terutama saat usia anak itu
menginjak
masa-masa
remaja.
Namun,
pembatasan
pergaulan itu hendaknya dilakukan dengan melihat serta
mempelajari pergaulan yang dilakukan anak terlebih
dahulu. Jangan sampai dalam melakukan
pergaulan
akan mengakibatkan
hal
pembatasan
buruk
terhadap
perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika
pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka
tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan
memperbolehkan bergaulan dan mengenal lingkungan
yang ada di sekitarnya.
Informan 1 dan 2 mengatakan dari anggota keluarga
kandungnya
mengkonsumsi
mereka
sendiri
sebenarnya
alkohol
terdapat
yang
tetapi
ikut
dari
tidak
ada
yang
saudara-saudara
mengkonsumsi
alkohol.
Sedangkan informan 3 dan 5 dari anggota keluarga
kandungnya sendiri ada yang ikut mengkonsumsi alkohol,
seperti kakak dan ayah dari informan. Remaja bisa
40
mengenal alkohol mungkin dikarenakan faktor kurangnya
perhatian orang tua, kurangnya rasa kasih sayang dari
keluarga. Seharusnya dari lingkup keluarga sendiri lebih
bisa komunikatif kepada sesama anggota keluarga yang
lain dan memberikan contoh yang positif terutama kepada
anak-anaknya, serta bisa lebih memberikan perhatian dan
kasih sayang lebih kepada anak-anaknya, karena lingkup
keluarga adalah lingkup yang akan paling sering ditemui
oleh remaja dibanding oleh teman-teman maupun orang
lain disekitarnya.
4.2.4 Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan 4
dan 8 yang sudah biasa mabuk-mabukkan disekitar
wilayah
perkampungan.
Orang
dewasa
ataupun
masyarakat diperkampungan seperti diam saja tanpa
bertindak ataupun mengingatkan para remaja yang sedang
mabuk-mabukan, serta masyarakat seolah-olah cenderung
diam saja tanpa ada protes jika ada yang minum minuman
alkohol disekitar kampung. Hal ini sedikit berbeda dengan
penjelasan Zakiyah Derajat (1983), apabila golongan tua
atau dewasa dalam masyarakat mempunyai satu pendirian
yang tetap yaitu anak-anak harus tunduk dan patuh pada
peraturan-peraturan,
terhadap
41
kebiasaan
yang
turun
temurun
tanpa
pertanyaan,
boleh
maka
mengajukan
anak-anak
akan
bantahan
merasa
dan
bahwa
orangtua dan orang dewasa tidak memahami dan tidak
menghargai
mereka.
Akibatnya
mereka
akan
mempertahankan diri terhadap perlakuan masyarakat yang
kurang menyenangkan, bahkan mereka akan selalu
berusaha menyelidiki kesalahan orangtua dan orang
dewasa sebagai alasan terhadap perlakuan mereka. Akan
hilanglah penghargaan mereka kepada orangtua dan
orang dewasa bukan karena kedurhakaan atau keburukan
mereka, akan tetapi sebagai akibat kurang mempunyai
kemampuan mereka menerima dan memahami tindakan
orangtua yang menunjukkan kurang pengertian dan
penghargaan kepadanya atau timbullah yang dinamakan
kenakalan anak-anak remaja.
4.3
Keterbatasan Penelitian
Dari awal penulisan skripsi berupa proposal skripsi sampai
pada penelitian, ada beberapa keterbatasan peneliti.
1. Tidak melakukan tes laborat untuk mendukung data
primer.
2. Peneliti tidak bisa memantau informan selama 24 jam
sehingga peneliti tidak dapat mengobserfasi informan
sepanjang hari.
42