Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat antara PT Sentana Adidaya Pratama
selanjutnya disebut PT SAP dengan PT Bhanda Ghara Reksa Persero selanjutnya
disebut sebagai PT BGR Persero menarik untuk diteliti karena perjanjian seperti ini
merupakan perjanjian yang paling sering dilakukan antara pemilik barang dengan
perusahan bongkar muat di Indonesia khususnya di PT SAP. Pekerjaan Bongkar
Muat tersebut adalah salah satu proses dari kegiatan impor bahan baku pupuk yang
merupakan bagian dari kegiatan mata rantai penting dalam suatu proses produksi
pupuk NPK di PT Sentana Adidaya Pratama. Tanpa ketersediaan bahan baku yang
cukup maka proses produksi tidak dapat terlaksana dengan tepat waktu sehingga akan
mempengaruhi pendistribusian pupuk NPK ke end-customer antara lain perkebuhan
atau pertanian lainnya.
Pentingnya perjanjian kerjasama bongkat muat ini adalah sebagai perikatan
tertulis bagi para pihak yang telah sepakat untuk mengikatkan diri memberikan
pekerjaan dan menerima pekerjaan bongkar muat bahan baku di Pelabuhan Belawan.
Mengingat banyaknya unsur-unsur dari pekerjaan yang akan disepakati sehingga

perlu adanya suatu bentuk kesepakatan yang tertulis yaitu perjanjian antara PT SAP
selaku pemilik barang dengan PT BGR Persero selaku perusahaan bongkar muat

1

Universitas Sumatera Utara

2

untuk menjamin para pihak agar dapat melaksanakan hal-hal yang disepakati dengan
baik termasuk hak dan tanggung jawabnya.
Meningkatnya volume impor bahan pupuk dari tahun ke tahun di PT SAP
mengakibatkan semakin tingginya intensitas pelaksanaan perjanjian kerjasama ini
sehingga perlu adanya suatu penelusuran lebih dalam mengenai isi dari perjanjian
tersebut apalagi dengan berkembangnya peraturan-peraturan dari pemerintah
mengenai importasi pupuk sehingga perjanjian kerjasama ini perlu untuk direvisi
sejalan dengan perkembangannya. Hubungan antara PT SAP selaku pemilik barang
dengan PT BGR Persero selaku perusahaan bongkar muat terwujud disebabkan oleh
karena adanya tujuan dan kepentingan yang sejalan serta dipertemukan dengan
kehendak dan keinginan bersama. Hal inilah yang menjadi dasar utama untuk

terjadinya suatu perjanjian kerjasama tersebut.
PT SAP yang berkedudukan di Indonesia, adalah sebagai salah satu anak
perusahaan dari Wilmar International yang bergerak dibidang industri pupuk. PT SAP
mulanya sebagai importir yang khusus melakukan pembelian pupuk dari luar negeri
untuk disalurkan ke perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari grup Wilmar
Internasional. Akan tetapi kemudian seiring dengan pesatnya kemajuan dunia
perkebunan sawit menjadikan PT SAP sebagai salah satu perusahaan industri pupuk
yang cukup besar di Indonesia yang memiliki pabrik pupuk sendiri yang berada di
Dumai dan Gresik dengan daerah pemasaran meliputi seluruh wilayah Indonesia
bahkan sejak tahun 2010 area pemasaran perkembang sampai keluar negeri seperti
negara Malaysia, Pantai Gading, Ghana, Monrovia, Myanmar dan lain-lain.1
1

Wilmar International Ltd, Copyright © 2012, Fertilizer,
international.com/our-business/fertiliser, (diakses tanggal 13 Juni 2014).

http://www.wilmar-

Universitas Sumatera Utara


3

PT SAP, sebagai pabrikan pupuk yang memproduksi pupuk Nitrogen
Phosphate Kalium (NPK) sudah barang tentu memerlukan ketersediaan bahan baku
yang cukup untuk menunjang kontinuitas produksi dan pengadaan pupuk demi
memenuhi kebutuhan perkebunannya di Indonesia. Bahan baku pupuk tersebut
biasanya diperoleh dari luar negeri seperti China, Canada, Taiwan, Rusia, Jepang,
Korea dan lain-lain. Cara yang biasanya dilakukan dalam hal melakukan importasi
pupuk tersebut adalah melalui kapal laut dan pelabuhan sebagai tujuan bongkar di
pelabuhan besar Indonesia. Bahan baku tersebut antara lain Muriate of Potash
(MOP), Rock Phosphate (RP), Diammonium Phosphate (DAP), Zinc Sulphate, dan
lain-lain.
Pelabuhan Belawan sebagai salah satu tujuan pelabuhan bongkar bahan baku
pupuk merupakan pelabuhan yang sangat ramai dan padat dengan kegiatan bongkar
muat kapal. Sudah menjadi suatu kebiasaan bahwa dalam hal proses penyandaran
kapal baik lokal maupun impor, custom clearance, pembongkaran dari kapal dan
pengiriman ke gudang diperlukan peranan pihak lain yang sudah berpengalaman
untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam hal ini perusahaan bongkar muat yang
ditunjuk mewakili PT SAP sebagai importir untuk melakukan pengurusan dan
pekerjaan yang berkaitan dengan pembongkaran bahan baku pupuk tersebut dari

kapal di pelabuhan Belawan sampai ke gudang penyimpanan adalah PT BGR
Persero.
PT. BGR Persero selaku perusahaan bongkar muat yang cukup besar di
Belawan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
mengemban misi turut menunjang kebijaksanaan pemerintah dan membantu pelaku

Universitas Sumatera Utara

4

bisnis dan industri, khususnya jasa logistik dengan motto: Trusted logistics partner.2
Beberapa layanan dan fasilitas PT BGR Persero sebagai bagian dari jasa logistik
terpadu yang terdiri dari: distribusi dan pergudangan, transportasi, teknologi
informasi logistik.
Adanya kebutuhan jasa yang diberikan oleh PT BGR Persero selaku pelaku
usaha dibidang logistik terhadap barang yang diimpor oleh PT SAP menjadikan latar
belakang perlunya dilakukan kerjasama dalam bidang pembongkaran bahan baku
pupuk dari kapal di pelabuhan Belawan dimuat ke dalam truk dan untuk dikirim ke
kawasan pergudangan PT BGR Persero di daerah Paya Pasir Belawan dan selanjutnya
diproses bagging (pengarungan) di gudang dan disimpan (stock holder). Meskipun

demikian hubungan kerjasama tersebut masih mengalami kendala-kendala sebab
dalam hal perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh para pihak tidak semata-mata
hanya pihak PT SAP dan PT BGR Persero saja yang terkait didalamnya tetapi juga
adanya pihak ketiga seperti Pelindo Belawan dalam hal pengurusan penyandaran
kapal, buruh di pelabuhan dan digudang dalam hal pekerjaan pembongkaran di kapal
dan gudang, armada pengangkutan untuk proses pengiriman pupuk dari pelabuhan
menuju ke gudang, Bea Cukai melalui proses kepabeanan, penggunaan timbangan,
pemakaian alat-alat berat, toleransi susut barang, hilangnya pupuk selama proses
pembongkaran dan lain-lain yang ikut mempengaruhi pekerjaan dalam perjanjian
kerjasama tersebut. Disamping itu terdapat beberapa peraturan yang sifatnya wajib

2

Bhanda
Ghara
Reksa
(Persero),
Copyrights
©
2012,

http://www.bgrindonesia.com/id/about-bgr, (diakses tanggal 13 Juni 2014).

Tentang

BGR,

Universitas Sumatera Utara

5

dan mengikat untuk dilaksanakan bagi setiap importir yang kapalnya akan sandar di
pelabuhan tertentu dimana dampaknya dapat merugikan importir akibat pengenaan
biaya yang cukup tinggi. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan ketidakseimbangan antar hak dan kewajiban yang berkaitan dengan perjanjian atau kontrak
kerjasama antara dari PT SAP selaku importir barang dan PT BGR Persero.
Hubungan antara kedua belah pihak yaitu PT SAP dengan PT BGR Persero
dapat dinamakan perikatan yang timbul dari perjanjian dimana perjanjian tersebut
berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji kesanggupan terhadap hak
dan kewajiban yang dituangkan secara tertulis. Dalam kehidupan sehari-hari telah
tercipta suatu anggapan bahwa kontrak merupakan bentuk formal dari suatu
perjanjian yang berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu yang dibuat dalam bentuk

tertulis. Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat
dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat
bukti apabila terjadi perselisihan.3 Perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) tidak diatur secara baku dan kaku, bahkan bersifat terbuka.
Hal ini berarti bahwa dalam suatu perjanjian, para pihak dapat menyesuaikan apa
yang

tersirat

dan

dipikirkan

dalam

hati

masing-masing

yang


kemudian

dimusyawarahkan untuk diwujudkan secara nyata dengan cara merangkumnya ke
dalam klausula-klausula isi perjanjian oleh mereka yang mengadakan perjanjian.

3

Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman
Djamil, Taryana Soenandar, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal 65.

Universitas Sumatera Utara

6

Meskipun demikian, perjanjian tersebut harus memenuhi beberapa syarat pokok
berikut ini antara lain:4
a.

b.


c.

d.
e.
f.

Maksud mengadakan perjanjian, pihak-pihak yang berjanji harus bermaksud
supaya pejanjian yang mereka buat itu mengikat secara sah yang
menumbulkan hak dan kewajiban bagi pihak yang diakui oleh hukum.
Persetujuan yang tetap, pihak-pihak yang berjanji harus mencapai persetujuan
yang tetap dengan penerimaan tanpa syarat atau tidak sedang berunding.
Perundingan adalah tindakan yang mendahului tercapainya persetujuan yang
tetap, setelah perundingan selesai tawaran pihak yang satu diterima oleh pihak
yang lain artinya tercapai kesepakatan tentang pokok perjanjian, ketika itulah
terjadi persetujuan yang tetap.
Prestasi, suatu perjanjian harus menjadi perbuatan kedua belah pihak, tiap-tiap
pihak yang berjanji untuk mematuhi prestasi kepada pihak lain harus
memperoleh pula pemenuhan prestasi yang telah dijanjikan oleh pihak lainnya
(prestasi timbal balik).

Bentuk, bentuknya dapat berupa lisan atau tertulis, tetapi pada umumnya
dilakukan secara tertulis.
Syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tertentu ini harus memungkinkan
pengadilan mengetahui dengan pasti apa yang telah disetujui oleh para pihak.
Kausa yang halal, artinya bahwa perjanjian ini tidak bertentangan dengan
ketertiban umum.
Perihal perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata berjudul “Tentang

Perikatan.” Menurut Subekti, perkataan “perikatan” (verbintenis) mempunyai arti
lebih luas dari perkataan “perjanjian,” sebab dalam Buku III KUH Perdata diatur juga
perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber dari pesetujuan atau
perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad) dan perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang
lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwaarneming).5

4

S.B March dan J. Soulsby alih Bahasa oleh Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian,
(Bandung, Alumni, 2006), hal 94.
5

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2011), hal 122.

Universitas Sumatera Utara

7

Ketentuan umum dari suatu perjanjian terdapat dalam KUHPerdata pada Buku
III Bab II yang berjudul “Tentang perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau
perjanjian.” Dalam KUH Perdata Buku III titel Kedua tentang “Perikatan-Perikatan
yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian” menggunakan istilah overeenkomst dan
contract untuk pengertian yang sama. Hal ini didukung oleh pendapat para sarjana
antara lain J. Satrio6, Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan7, Mariam
Daruz Badrulzaman8, Hofmaan, yang menggunakan istilah kontrak dan perjanjian
dalam pengertian yang sama.9 Dalam sejarah perkembangan hukum yang mengatur
mengenai perjanjian atau kontrak di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan
hukum kolonial Belanda yang terdapat dalam Buku III KUH Perdata yang menganut
system terbuka (open system), artinya para pihak bebas untuk mengadakan kontrak
dengan siapapun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya, dan bentuk kontrak,
baik berbentuk lisan maupun tertulis.10 Dunia bisnis saat ini yang selalu hidup dan
berkembang diperlukan adanya suatu aturan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan kontak atau perjanjian yang disebut hukum kontrak. Salim HS dalam
bukunya menyebutkan bahwa defenisi hukum kontrak adalah keseluruhan dari
khaidah-khaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih

6

J. Satrio, Hukum Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hal 19.
Soetojo Prawirohamidjojo Dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, (Surabaya: Bina Ilmu,
1978), hal 84.
8
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Tentang
Perikatan Dengan Penjelasan, (Bandung: Alumni, 1996), hal 89.
9
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 13.
10
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hal 1.
7

Universitas Sumatera Utara

8

berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 11 Sementara itu Ahmadi
Miru dalam buku yang ditulisnya “Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak” tidak
membedakan antara hukum kontrak dengan hukum perjanjian. Kontrak atau
perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang
lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.12
Pentingnya peranan perjanjian kerjasama antara para pihak yaitu PT SAP
selaku pemberi pekerjaan dan PT. BGR Persero selaku penerima pekerjaan yang telah
sepakat untuk mengikatkan diri secara sadar dan sukarela dalam melaksanakan
pekerjaan bongkar muat kapal untuk menjamin adanya keadilan bagi para pihak dan
untuk memberikan batasan yang menjadi aturan dasar pelaksaan pekerjaan tersebut
sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan prestasi serta hasil
pekerjaan yang diterima oleh masing-masing pihak adalah benar-benar adil dan
memuaskan.
Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk meneliti dan membahas serta
mengangkatnya menjadi sebuah sebuah tesis yang berjudul: Perjanjian Kerjasama
Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat
(Studi Di PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik pokok permasalahan yang
akan menjadi dasar dalam penyusunan tesis ini. Perumusan masalah dalam suatu

11

Ibid, hal 4.

12

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal 2.

Universitas Sumatera Utara

9

penelitian sangat penting keberadaannya karena akan diteliti lebih jauh lagi. Adapun
pokok permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah:
1.

Apakah kontrak perjanjian kerjasama antara PT SAP dengan PT BGR Persero
telah memberikan keseimbangan hak dan kewajiban yang setara bagi para pihak
dalam menjalankan perjanjian tersebut.

2.

Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian
kerjasama antara PT SAP dan PT BGR Persero dalam hal pekerjaan bongkar
muat.

3.

Bagaimana upaya penyelesaian yang ditempuh oleh PT SAP dengan PT BGR
Persero apabila terjadi sengketa.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui apakah kontrak perjanjian kerjasama antara PT SAP dengan
PT BGR Persero telah memenuhi prinsip keseimbangan hak dan kewajiban yang
setara bagi para pihak.

2.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perjanjian kerjasama antara PT SAP dan PT BGR Persero dalam hal pekerjaan
bongkar muat.

3.

Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian yang ditempuh PT SAP
dengan PT BGR Persero apabila terjadi sengketa.

Universitas Sumatera Utara

10

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan merupakan suatu penentu apakah penelitian itu
berguna atau tidak. Bertitik tolak dari hal tersebut maka Penulis menghendaki supaya
penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1.

Manfaat secara teoritis:
a. Diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang
diteliti.
b. Diharapkan

dapat

digunakan

sebagai

sumbangan

pemikiran

dan

pengembangan ilmu hukum pada umumkan dan hukum perdata pada
khususnya dan penelitian ini dapat menambah bahan teritama mengenai
perjanjian.
c. Diharapkan dapat menambah referensi/literatur sebagai bahan acuan bagi
penelitian yang akan datang apabila melakukan penelitian dibidang yang sama
dengan yang penyusun teliti.
2.

Manfaat secara praktis:
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak
berkepentingan dalam penelitian ini.
b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum atau pelaku
bisnis lainnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami perjanjian
kerjasama antara PT SAP dengan perusahaan bongkar muat PT BGR Persero
sehingga dapat menjadi referensi bagi semua pihak baik importir atau pemilik
barang dan dapat memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang sama.

Universitas Sumatera Utara

11

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang
ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister
Kenotariatan belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Perjanjian Kerjasama
Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat
(Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero
Medan) belum ada yang membahasnya.
Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan secara akademis dapat
dipertanggungjawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti terdahulu yang pernah
melakukan penelitian mengenai masalah Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal
namun menyangkut judul dan substansi pokok permasalahan adalah berbeda dengan
penelitian ini.
Adapun penelitian yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama antara lain:
1.

Tesis atas nama : Nova Dame Ria, NIM : 08711163 dengan judul : Tinjauan
Yuridis Tentang Hak dan Kewajiban Pengangkutan Dalam Perjanjian
Pengangkutan BBM (Studi Kasus Perjanjian Pengangkutan BBM Antara PT.
Yunita Permai Budiman dengan PT. Toba Pulp Lestari), di Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2.

Tesis atas nama : Yulianti, NIM : 087011153, dengan judul : Tinjauan Yuridis
Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal di PT. Sinbat Precast
Teknindo Indonesia di Pulau Batam di Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara

12

3.

Tesis atas nama : Sudiharto, NIM : 087011149, dengan judul : Penerapan Azas
Keseimbangan dan Keadilan Dalam Kontrak Polis Asuransi Avrist Prime invest
Study di PT. Asuransi AIA Indonesia Medan di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4.

Tesis atas nama : Marjan Iskariman Lubis, NIM : 09711011, Judul : Aspek
Hukum Perjanjian Kerjasama Antara PT. Rimba Mujur Mahkota Dengan CV AS
(Aslamiah) Studi Mengenai Pengkutan Crude Palm Oil Di Kabupaten
Mandailing Natal di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut diatas baik permasalahan dan

pembahasannya adalah berbeda sehingga dengan demikian maka penelitian ini adalah
asli serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, teori merupakan pendapat

yang didasarkan pada penelitian dan penemuan didukung oleh data-data dan
argumentasi.13 Secara umum teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu
kita memahami sebuah fenomena. Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta

13

Ebta Setiawan, Copyright © 2012-2014 versi 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Teori, http://kbbi.web.id/teori, (diakses tanggal 14 Juni 2014).

Universitas Sumatera Utara

13

dan menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.14
Secara khusus, teori adalah seperangkat konsep/konstruksi, defenisi dan proposisi
yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara
memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.15
Menurut Burhan Ashshofa bahwa teori sebagai serangkaian asumsi, konsep,
defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.16 Teori sebagai perangkat reposisi
yang terintegrasi secara sintaksis (yang mengikuti aturan tertentu yang dapat
dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati)
dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena.17
Kerangka teori adalah kerangka pikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau
pegangan teoritis dalam penelitian.18 Kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau
tidak disetujui. Kerangka teori ini bertujuan untuk menyajikan berbagai cara
mengorganisasikan

dan

mengimplementasikan

hasil-hasil

penelitian

dan

menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.19 Penetapan suatu
kerangka teori merupakan suatu keharusan dalam penelitian ini sehingga kerangka
14

S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Bandung: Jemmars, 1991), hal 4.
Sardar Ziauddin, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Mizan. 1996), hal 43.
16
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal 19.
17
Snelbecker dan Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993), hal 34-35.
18
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Cetakan Pertama, Mandar Maju,
1994), hal 80.
19
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal 19.
15

Universitas Sumatera Utara

14

teori tersebut dapat digunakan sebagai landasan berpikir untuk menganalis
permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai perjanjian kerjasama
antara PT SAP dengan PT BGR Persero.
Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
keadilan. Teori keadilan bertujuan untuk menyajikan konsep keadilan yang
menggeneralisasikan dan mengangkat teori kontrak sosial yang diungkapkan oleh
para ahli ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi.20 Lebih lanjut Rawls menjelaskan
bahwa kontrak bukanlah satu-satunya cara untuk memahami masyarakat tertentu atau
untuk membangun bentuk pemerintahan tertentu namun gagasan-gagasan yang
menandainya adalah bahwa prinsip-prinsip keadilan bagi struktur dasar masyarakat
merupakan tujuan dari kesepakatan. Prinsip-prinsip ini akan mengatur semua
persetujuan lebih lanjut, menentukan jenis kerjasama dan bentuk-bentuk pemerintah
yang bisa didirikan. John Rawls menyebutnya keadilan sebagai fairness dimana para
pihak yang terlibat dalam kerjasama sosial memilih bersama prinsip-prinsip yang
akan memberikan hak dan kewajiban dasar serta meentukan pembagian keuntungan
sosial, mengatur bagaimana claim-claim dalam suatu kontrak, tujuan yang rasional
dari suatu kontrak serta menentukan apa yang adil dan tidak adil sehingga dalam
pilihan-pilihan tersebut dicapai bebebasan yang setara untuk mencapai prinsip
keadilan.21

20

John Rawls, A Theory of Justice (Teori Keadilan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal 12.

21

Ibid, hal 13.

Universitas Sumatera Utara

15

Pembahasan mengenai hubungan kontraktual para pihak pada hakikatnya
tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Kontrak
(perjanjian kerjasama) sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak
dengan pihak lain menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Pengertian adil
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: sama berat; tidak berat sebelah;
tidak memihak; berpihak kepada yang benar; berpegang pd kebenaran; sepatutnya;
tidak sewenang-wenang.22 Sedangkan keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara
moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.23
Prinsip keadilan berasumsi bahwa untuk hal-hal yang sama diperlakukan
secara sama, dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara proporsional.24
Keadilan dalam berkontrak harus disertai adanya hak dan kewajiban yang
ditimbulkan dari kontrak tersebut. Pengertian hak dan kewajiban dapat yang dijadikan
sebagai acuan antara lain dari KBBI, hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb); kekuasaan yg benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu; wewenang menurut hukum25 sedangkan
kewajiban adalah (sesuatu) yg diwajibkan; sesuatu yg harus dilaksanakan; keharusan,

22

Ebta Setiawan, Copyright © 2012-2014 versi 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Adil, http://kbbi.web.id/adil, (diakses tanggal 14 Juni 2014).
23
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 4 Juni 2014, Keadilan,
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan, (diakses tanggal 15 Juni 2014).
24
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersil,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal 48.
25
Ebta Setiawan, Copyright © 2012-2014 versi 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Hak, http://kbbi.web.id/hak, (diakses tanggal 14 Juni 2014).

Universitas Sumatera Utara

16

pekerjaan; tugas, tugas menurut hukum.26 Hak menurut Morris Ginsberg adalah suatu
tuntutan atau dapat juga dibuat oleh atau atas nama seorang individu atau kelompok
pada beberapa kondisi atau kekuasaan, hak dan kewajiban terletak pada dasar etika
yang sama dimana hak seseorang berisi tuntutannya pada kondisi baik dan kewajiban
yang diharapkan untuk menyumbang yang baik juga.27
Kontrak menjamin bahwa masing-masing pihak akan memenuhi janjinya
sehingga memungkinkan terjadinya terjadinya transaksi diantara para pihak. Analisis
keadilan dalam kontrak komersil seperti ini harus memadukan konsep kesamaan hak
dan kewajiban yang seimbang berdasarkan kesepakatan para pihak. Sehingga dengan
demikian kontrak adalah ekspresi persetujuan keinginan dan “keinginan yang
disesuaikan sehingga berguna dan dihormati”.28 Dengan prinsip keadilan ini
diharapkan dapat menjadikan perjanjian kerjasama ini seimbang antara para pihak PT
SAP selaku pemberi pekerjaan dan PT BGR Persero selaku penerima pekerjaan
dalam hal prestasi dan pemenuhan pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan.
Perjanjian adalah merupakan suatu perbuatan hukum yang diatur oleh undangundang. Undang-undang di dalam Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Di dalam bukunya P.N.H Simanjuntak

26

Ebta Setiawan, Copyright © 2012-2014 versi 1.3, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Wajib, http://kbbi.web.id/wajib, (diakses tanggal 14 Juni 2014).
27
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 61.
28
Ibid, hal 133.

Universitas Sumatera Utara

17

merangkum beberapa defenisi perjanjian menurut sarjana yang berbeda-beda, antara
lain:29
a.

b.

c.
d.

Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peritiwa dimana seorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.
Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa perjanjian adalah suatu
perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dimana satu
pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan
sesuatu hal, sedang pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.
Menurut R. Setiawan, persetujuan adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan dengan
mana atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaaan.
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara 2 (dua) orang atau

lebih yang terletak didalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak
atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.30 PNH Simanjuntak
dalam bukunya merangkum beberapa istilah-istilah perikatan (verbintenis).31 Para
sarjana menterjemahkan secara berbeda-beda, KUH Perdata menggunakan istilah
“perikatan” untuk “verbintenis”, Utrecht memakai istilah perutangan untuk
“verbintenis”, Subekti mempergunakan istilah “verbintenis” untuk “perikatan”,
Soediman Kartohadiprodjo memakai istilah “hukum pengikatan” sebagai terjemahan
dari “verbintenissenrecht” sedangkan Wirjono Prodjodikoro memakai istilah “het
verbintenissenrecht” sebagai hukum perjanjian bukan hukum perikatan.

29

PNH Simanjuntak, Pokok Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2009),

hal 331.
30

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2001), hal 1.
31
PNH Simanjuntak, op.cit, hal 317.

Universitas Sumatera Utara

18

Pengertian perikatan dan perjanjian ini juga dapat dilihat dari beberapa
pendapat sarjana antara lain:
a.

b.
c.

d.

Subekti mengatakan bahwa “perikatan adalah suatu perhubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu. Sementara perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana 2 (dua) orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.”32 Menurutnya bahwa perikatan
mempunyai pengertian yang lebih luas dari perjanjian sebab perikatan
merupakan suatu pengertian yang abstrak dan tidak dapat diamati karena
perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya perjanjian tersebut
sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang konkrit dan
dapat diamati.
Menurut R. Setiawan perikatan adalah suatu hubungan hukum, yng artinya
hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum.33
Menurut Abdulkadir Muhammad, perikatan adalah hubungan hukum yang
terjadi antara debitur dan kreditur, yang terletak dalam bidang harta
kekayaan.34
Menurut Pitlo, perikatan adalah suatu hubungan yang bersifat harta kekayaan
antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yng satu berhak (kreditur)
dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi.35
Menurut M. Yahya Harahap bahwa "perikatan atau verbintenis adalah suatu

hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan
kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan
pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.”36 Terhadap perjanjian yang terjadi antara
PT SAP dengan PT BGR Persero (Persero), dalam hal salah satu pihak tidak dapat
memenuhi kesepakatan yang telah ditentukan dalam perjanjian ini (wanprestasi)
maka akan dikenakan sanksi-sanksi tertentu yang telah pula disepakati bersama.

32

R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1980), hal 1.
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hal 1.
34
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1990), hal 9.
35
A.Pitlo, Het Verbintenissen naar het Nederlands Burgelijk Wetboek, (N.V. Harlem, 1952),

33

hal 2.
36

M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hal 6.

Universitas Sumatera Utara

19

Pengertian wanprestasi menurut Kamus Hukum adalah berarti kelalaian, kealpaan,
cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian.37 Dengan demikian
bahwa wanprestasi dapat timbul karena kesengajaan dan karena adanya keadaan
memaksa (overmacht).
Disamping itu kondisi keadaan force majeure tidak dapat dihindarkan dalam
setiap perjanjian kerjasama. Sebab ketentuan mengenai force majeur ini merupakan
suatu peristiwa yang tidak dapat diduga. Peristiwa-peristiwa ini bukanlah kesalahan
kedua belah pihak melainkan suatu peristiwa yang tidak dapat ditentukan apa, kapan
dan bagaimana terjadinya. Segala sesuatu yang terjadi akibat keadaan force majeure
ini adalah merupakan suatu kekecualian dimana kedua belah pihak tidak dapat
dituntut karenanya. Meskipun demikian, keadaan force majeur inipun harus
dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya oleh masing-masing pihak sehingga pihak
tersebut dapat dibebaskan karenanya. Menurut Subekti dalam bukunya Pokok-Pokok
Hukum Perdata bahwa untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa” (overmacht
atau force majeur) bahwa selain karena keadaan itu “diluar kekuasaannya” dan
bersifat “memaksa”, keadaan yang timbul itu juga harus berupa keadaan yang tidak
dapat diketahui resikonya oleh para pihak.38 Perihal force majeure ini kemudian akan
dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
2.

Kerangka Konsepsi
Agar manusia dapat berkomunikasi dengan manusia yang lain maka

diperlukan bahasa yang merupakan system komunikasi yang terdiri dari berbagai
symbol sehingga dapat dipahami. Dalam dunia ilmu pengetahuan bahasa yang
37

R. Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Jakarta, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), hal 110.

38

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2011), hal 150.

Universitas Sumatera Utara

20

dipakai untuk berkomunikasi adalah konsep.39 Konsepsi adalah salah satu bagian
terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini adalah untuk
menghubungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep
diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal
yang khusus yang disebut defenisi operasional. Menurut Burhan Ashshofa, suatu
konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar
generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu
tertentu.40 Konsepsi merupakan bagian terpenting dari suau teori dimana peranannya
adalah untuk menghubungkan teori dengan observasi dan antar abstraksi dengan
realita. Hal ini yang akan digunakan oleh penulis untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan perjanjian kerjasama tersebut. Konsep tersebut merupakan sesuatu
yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pemikiran peneliti untuk
keperluan analitis.
Kerangka konsepsi adalah merupakan alat yang dipakai oleh hukum
disamping yang lain-lainnya, seperti azas dan standar, untuk mengungkapkan
beberapa konsepsi atau pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian
hukum. Dalam suatu penelitian, konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa
sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut defenisi operasional
(operational definition). Defenisi operasional ini memberikan rujukan-rujukan yang
dapat ditemukan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga
39

Erwin Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk
Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal 17.
40
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal 19.

Universitas Sumatera Utara

21

konsep tersebut dapat diukur dan diamati. Pentingnya defenisi operasional ini untuk
menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran dari suatu istilah yang dipakai.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut:
a.

Perjanjian Kerjasama adalah Perjanjian Kerjasama (Kontrak Handling) untuk
melakukan bongkar muat dari kapal atas barang (pupuk dan bahan baku lain)
yang diimpor oleh PT SAP ke armada pegangkutan (truk) kemudian dikirim
gudang dan melalui proses bagging (pengarungan) terlebih dahulu kemudian
disimpan (stock holder) di gudang yang telah disediakan oleh PT BGR
Persero.

b.

Perusahaan Bongkar Muat adalah Perusahaan baik swasta maupun milik
pemerintah atau BUMN yang bergerak dibidang bongkar muat kapal.

c.

Keseimbangan hak dan kewajiban adalah keseimbangan antara hak dari para
pihak dan kewajiban dari para pihak tersebut dalam hal perjanjian kerjasama
yang telah disepakati oleh PT SAP dan PT BGR Persero.

d.

Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan
salah satu pihak sehingga pihak tersebut tidak dapat memenuhi prestasi yang
telah ditentukan dalam perjanjian kerjasama tersebut.

e.

Force Majeure adalah suatu keadaan dimana salah satu pihak terhalang untuk
melaksanakan prestasinya karena peristiwa yang tidak terduga pada saat
dibuatnya perjanjian, seperti bencana alam.

Universitas Sumatera Utara

22

G. Metode Penelitian
1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif karena karakter khas

ilmu hukum terletak pada metode penelitiannya yang bersifat normatif hukum, yaitu
dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta
norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, azas-azas
hukum, khaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan undangundang dan bahan hukum lainnya untuk menganalisis permasalahan yang dibahas
serta menjawab pertanyaan sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dibahas
dalam tesis ini.
2.

Sifat Penelitian
Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis. Bersifat deskriptif

maksudnya bahwa dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran secara
rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis dimaksudkan bahwa
berdasarkan gambaran-gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara
cermat bagaimana menjawab permasalahan tersebut.41
3.

Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data

sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen

41

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20, (Bandung:
Alumni, 1994, hal 101.

Universitas Sumatera Utara

23

terhadap bahan kepustakaan. Berdasarkan kekuatan mengikatnya, bahan hukum
untuk memperoleh data terbagi 3 (tiga) yaitu:
a.

Bahan hukum primer, yaitu hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,
peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan.42 Dalam penelitian ini
bahan hukum primernya adalah KUH Perdata dan perjanjian para pihak.

b.

Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer43 yang berupa buku-buku, hasil-hasil
penelitian dan atau karya ilmiah, hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,
pendapat pakar hukum yang erat kaitannya dengan objek penelitian.

c.

Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang bersifat penunjang untuk
memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder seperti jurnal hukum, kamus umum, kamus hukum, suratkabar,
internet dan makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

Disamping itu juga data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden
yang berhubungan dengan materi penelitian ini.
4.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) yang menghimpun data-data dengan melakukan
penelaahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer,

42

Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal 54.
43
Ibid. hal 55.

Universitas Sumatera Utara

24

sekunder dan tersier44 berupa buku, majalah, dan lain-lain. Disamping itu penulis juga
menggunakan studi dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui penelaahan
terhadap catatan-catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Tehnik pengumpulan data yang dipakai untuk penelitian ini adalah:
a. Studi dokumen, yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teoriteori, buku-buku, hasil penelitian dan dokumen lainnya yang berhubungan
dengan permasalahan.
b. Wawancara dengan responden, yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung dan mendalam, terarah dan sistematis kepada narasumber yaitu dari
PT SAP dan PT BGR Persero.
5.

Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data yang
dimaksud adalah merupkan proses menguraikan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa
kerja seperti yang disarankan data.45 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu penelitian dilakukan dengan menganalisis data berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang terkait degan objek kajian.

44

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal 14.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1993), hal 103.
45

Universitas Sumatera Utara

25

Data yang terkumpul akan diidentifikasikan kemudian dilakukan peganalisaan
secara kualitatif berupa pembahasan antara berbagai data sekunder yang terkait
dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang telah
dikumpulkan dan diidentifikasikan sehingga pada tahap akhir akan ditemukan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir
deduktif yang menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
umum yang terkait dengan tesis ini dan kemudian dihubungkan dengan Perjanjian
Kerjasama Antara PT SAP dengan PT BGR Persero.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Kegiatan Bongkar Muat Di Dermaga BICT (Belawan International Container Terminal) Dalam Upaya Menurunkan Waktu Sandar

12 71 96

Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang( Studi Pada PT. Libra Bhakti Nusantara Tanjong Priok Jakarta )

51 449 87

Analisis Pengaruh Banyaknya Barang Yang Di Bongkar Muat Terhadap Upah Bongkar Muat Pelabuhan Belawan Tahun 2010

5 84 58

Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga, Gudang Bongkar Muat Barang Dan Sandar Kapal Study Kasus (Dermaga Ujung Baru - Pelabuhan Belawan)

15 195 121

Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal Di Pelabuhan Belawan)

26 376 132

PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT BARANG PADA PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 2 13

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 0 2

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

1 5 45

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

1 3 8