Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal Di Pelabuhan Belawan)

(1)

PENGATURAN KELANCARAN ARUS BARANG

(Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)

T E S I S

Oleh:

R A M D A N

057005054

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2 0 0 7


(2)

ABSTRACT

THE ARRANGEMENT OF COMMODITY FLOW SMOOTHNESS (A STUDY OF LOADING PROCESS FROM AND TO SHIP IN BELAWAN PORT)

Oleh: Ramdan1 Bismar Nasution∗∗

Sunarmi∗∗ Mahmul Siregar∗∗

The globalization which emerged interdependency relationship and integration in financial , production and trade terms have impact Indonesian economic management. These effects felt more after economic globalization more developed with trade liberalization principle which perform together with other countries in the world in economic regional cooperation. The framework of economic relationship and international trade then Indonesia must able to adjust its economic development with world economic management and developing international trade system. The inability to adjust will effect export and development in Indonesia.

The steadiness of international trade does not released from port function. In this term is a real medium to smooth the international commodity / trade flow whether export or import. Belawan is one of Indonesian port which has important role in export or export process on Indonesia east coat region and located in Malaka strait track which very active in international trade. Belawan also an international port which role as secondary main port function as place for commodity flow national and international transportation in great quantity and wider transportation range. Also as a node of international sea transportation network. The development of Belawan port will determined by the trade activities improvement. The more activities in Belawan then Belawan port will become bigger. The trade development also effect the ship size and ship transportation through the port.

Based on the explanation above, the thesis will try to know more about the material flowing smoothness in Belawan port with a problematic is how the management of the process in Belawan port, what about he synchronization between rules related to commodity flow smoothness arrangement in Belawan port, what impede the loading process in Belawan port. Based on the research object which is positive constitution, then the method will use juridical normative which

1

Student, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of North Sumatera

∗∗ Lecturers, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of North


(3)

analyze the constitution principle which arranged the commodity flow , in this term in loading and unloading process in Belawan port.

The result and the analysis of this research is the loading and unloading process in Belawan port/ harbor has its own determinate corridor through rule which composed the Loading company with Loading workers the related to Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Year 2002, dated 9 April 2002 about the Basic Orientation of Commodity Loading Cost From and To Ship in Port. The minister decision also arranged the cost of loading and unloading process in port including Belawan port.

The smoothness of loading and unloading process in Belawan port experience improvement after the collective decision is released which change operational control which at the beginning is on PBM become in UUJBM. It means that the relationship or the loading process work agreement in Belawan port between PBM< and TKBM has changed, and then implicated the rights and obligation of each side. TKBM has no obligation to PBM to perform loading and unloading process professionally in Belawan port, because the operational control is on UUJBM, including salary / wages technically held by UUJBM to TKBM. The wages system authorized by TKBM cooperation show unfairness because doesn’t include PBM then emerge the authority misusing by TKBM, which it doesn’t’ give priority to for its job professionalism which in the end inflict a financial loss and disturb the loading and unloading process in Belawan.

Suggestion in this research is the necessity of attention from government to review the Collective decision which causes the confusion and haziness on the Collective decision which change the operational control which at first handle by PBM then change to UUJBM has impact PBM as the owner of TKBM. The release of collective decision which has changed the operational control has broke constitution/ legal hierarchy, then it appropriate if the collective decision in vanished. Also the arrangement of legal product related to loading and unloading process then also consider the port management in order to perform the fluency. Smoothness, orderliness, safety, and urge professionalism also accommodate public services.


(4)

INTI SARI

PENGATURAN KELANCARAN ARUS BARANG

(Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)

Oleh: Ramdan2 Bismar Nasution∗∗

Sunarmi∗∗ Mahmul Siregar∗∗

Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkan dengan prinsip liberalisasi perdagangan (trade liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional. Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional tersebut maka Indonesia harus dapat menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan ekonomi dunia dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan mempengaruhi ekspor dan pembangunan Indonesia.

Kemantapan sistem perdagangan internasional tidak terlepas dari fungsi pelabuhan. Pelabuhan dalam hal ini merupakan sarana yang riil dalam memperlancar arus perdagangan internasional apakah itu kegiatan ekspor maupun impor. Belawan merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik itu impor maupun ekspor di wilayah pantai timur Indonesia yang berada di arus lalu lintas selat Malaka yang sangat aktif dalam perdagangan internasional. Belawan juga merupakan pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut internasional. Perkembangan Pelabuhan Belawan akan ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangangnya. Semakin ramai aktivitas perdagangan di Pelabuhan Belawan maka akan semakin besar Pelabuhan Belawan. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang akan dilakukan, mencoba untuk mengetahui lebih dalam tentang kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan dengan permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimanakah pengaturan

2

Mahasisiwa Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara


(5)

kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan, bagaimanakah kesinkronan antar peraturan terkait pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan, apa saja yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan. Permasalahan-permasalahan tersebut dijawab dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif kuantitatif.

Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Dalam hal ketentuan yang terkait dalam pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat yaitu Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang Pedoman dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan. Keputusan Menteri tersebut juga mengatur tentang tarif pelaksanaan bongkar muat di pelabuhan termasuk Pelabuhan Belawan.

Kondisi kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengalami perubahan sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit-Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM). Hal ini berarti hubungan ataupun perjanjian kerja proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara PBM dengan TKBM telah beralih, sehingga berimplikasi kepada hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Dimana TKBM tidak berkewajiban lagi kepada PBM untuk secara profesional melaksanakan proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan, karena kendali operasional berada di tangan UUJBM, termasuk pengupahan/gaji secara teknis dibagikan ataupun diberikan oleh UUJBM kepada TKBM.

Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesinalisme kerjanya yang pada akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan.

Perlu perhatian dari pemerintah untuk meninjau kembali keputusan bersama yang menyebabkan kerancuan dan kekaburan atas dikeluarkannya keputusan bersama yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM) berdampak bagi pihak PBM sebagai majikan dari TKBM.. Dikeluarkannya keputusan bersama yang telah mengubah kendali operasional telah melanggar hierarki perundang-undangan karena telah mengenyampingkan ketentuan hukum yang lebih tinggi, oleh sebab itu patut dan beralasan jika keputusan bersama tersebut di cabut. Agar di dalam penyusunan kembali segala produk hukum yang terkait dengan bongkar muat maka perlu diperhatikan tatanan dalam rangka mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan, dan mendorong profesionalisme serta mengakomodasi pelayanan untuk kepentingan umum.


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun tesis ini berjudul Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, yakni :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(k) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B., M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum sekaligus sebagai Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan tesis ini. 4. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, sebagai Komisi Pembimbing dengan penuh

perhatian memberikan arahan serta dorongan dalam penulisan tesis ini. 5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, sebagai Komisi Pembimbing


(7)

dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada penulis.

6. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Muhammad Damir dan Ibunda Ernawati Batubara yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang, menanamkan budi pekerti yang luhur serta iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7. Kedua Mertua yang sangat saya hormati, Bapak Selamet Suyadi dan Ibu Aminun yang selalu memberikan dorongan, perhatian, semangat dan doa yang tiada pernah putus terus mengalir untuk keberhasilan penulis.

8. Istri tersayang Jarwita, serta anak-anakku tersayang Bobby Hardi, Julfi Sudrajat dan Galih Suwandaru, yang telah banyak memberikan dukungan dan menjadi sumber motivasi dan inspirasi kepada penulis.

Medan, September 2007 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

ABSTRACT ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian... 16

D. Manfaat Penelitian... 17

E. Keaslian Penulisan... 18

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 18

G. Metode Penelitian ... 25

BAB II : PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT... 30

A. Kondisi Pelabuhan Belawan... ... 30

B. Pengaturan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ... 48

1. Perusahaan Bongkar Muat ... 49

2. Peran Perusahaan Bongkar Muat ... 49

3. Izin Perusahaan Bongkar Muat ... 52

4. Supervisi ... 55


(9)

C. Kewajiban dan Tanggungjawab Perusahaan Bongkar Muat ... 58

1. Kewajiban Perusahaan Bongkar Muat ... 58

2. Tugas dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat ... 59

3. Penunjukan Perusahaan Bongkar Muat ... 59

BAB III : SINKRONISASI PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN... 62

A. Hukum Pengangkutan ... 62

1. Pengertian Hukum Pengangkutan ... 62

2. Hukum Pengangkutan Laut ... 68

3. Beberapa Pengertian dalam Pengangkutan Laut ... 72

4. Syarat-syarat dalam Pengangkutan Laut ... 78

B. Sinkronisasi Pengaturan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan... 83

1. Hierarki Perundang-undangan ... 84

2. Kondisi yang Terjadi di Pelabuhan Belawan ... 85

3. Akibat Hukum ... 90

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN DALAM KELANCARAN ARUS BARANG DI PELABUHAN BELAWAN... 91

A. Kelancaran Arus Barang ... 91

B. Hambatan-hambatannya ... 92

C. Upaya Mengatasi Hambatan ... 94

D. Pelabuhan Indonesia II dan III sebagai Suatu Perbandingan ... 96

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 107


(10)

B. Saran ... 109


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan

Tahun 2002 – Juli 2007 ... 8

Tabel 2. Kondisi Kedalaman Air dan Kolam posisi Januari 2007...31

Tabel 3. Data Perusahaan Bongkar Muat yang Mengajukan Komplain


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkan dengan prinsip liberalisasi perdagangan (trade

liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh

negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional, seperti North

American Free Trade (NAFTA), Single European Market (SEM), European Free Trade Agreement (EFTA), Australian-New Zealand Closer Economic Relation and Trade Agreement (ANCERTA), ASEAN Free Trade Area

(AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade

Organization (WTO).3 Dalam kerangka hubungan ekonomi dan

perdagangan internasional tersebut maka Indonesia harus dapat menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan ekonomi dunia dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan meempengaruhi ekspor dan pembangunan Indonesia.

3

Bismar Nasution, ”Reformasi Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi”, Makalah, Disampaikan pada Diskusi Pembangunan Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Fakultas Hukum USU Medan, tanggal 25 September 1999, hal. 2-3.


(13)

Kemantapan sistem perdagangan internasional tidak terlepas dari fungsi pelabuhan. Pelabuhan dalam hal ini merupakan sarana yang real dalam memperlancar arus perdagangan internasional apakah itu kegiatan ekspor maupun impor.

Sedangkan pengertian kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra/atau moda tranportasi.4 Dalam hal penyelenggaraan pelabuhan maka Peraturan Pemerintah RI. No. 69 Tahun 2001 ini sudah barang tentu harus sinergis dan sejalan dengan peraturan lain yang terkait, yaitu dalam kerangka otonomi daerah. Kesinergisan ini dapat di implikasikan dengan adanya peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kepelabuhanan.

Komponen yang berperan dalam penyelenggaraan pelabuhan antara lain unit pelaksana teknis/satuan kerja dan Badan Usaha Pelabuhan. Unit pelaksana teknis/satuan kerja dan pelabuhan adalah unit organisasi pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) adalah badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang khusus didirikan untuk mengusahakan jasa kepelabuhanan di pelabuhan umum.5

4

Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan.

5

Capt. R. P. Suyono, SHIPPING Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Jakarta : Lembaga Manajemen PPM, 2003), hal.219


(14)

Belawan merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik itu impor maupun ekspor di wilayah pantai timur Indonesia yang berada di arus lalu lintas Selat Malaka yang sangat aktif dalam perdagangan internasional. Belawan juga merupakan pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.

Perkembangan Pelabuhan Belawan akan ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangannya. Semakin ramai aktivitas perdagangan di Pelabuhan Belawan maka akan semakin besar pelabuhan Belawan. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, setiap negara berusaha membangun dan mengembangkan pelabuhannya sesuai dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang di tampung oleh pelabuhan tersebut. Dengan demikian, perkembangan pelabuhan akan selalu seiring dengan perkembangan ekonomi negara. Setidaknya ada 4 (empat) fungsi Pelabuhan Belawan layaknya fungsi sebuah pelabuhan pada umumnya, yaitu :6

1. Sebagai tempat pertemuan (interface) 2. Gapura (gateway)

3. Entitas Industri

6


(15)

4. Mata Rantai Transportasi

Jika dilihat fungsinya sebagai entitas industri, Pelabuhan Belawan merupakan sarana untuk mempermudah industri mengirimkan produknya dan mendatangkan bahan baku. Dengan demikian, Pelabuhan Belawan berkembang menjadi suatu jenis industri sendiri yang menjadi ajang bisnis berbagai jenis usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing peralatan dan sebagainya.

Pelabuhan Belawan juga merupakan pelabuhan yang dijadikan tempat oleh kapal dagang dalam pelayaran yang singgah untuk memuat atau membongkar muatannya. Jasa bongkar muat di pelabuhan ini dilaksanakan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dimana PBM dalam operasionalnya diatur oleh Peraturan Pemerintah.

Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan bongkar muat yang dibuat oleh pemerintah. Adapun ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954 tentang Penetapan Peraturan Mengenai Perusahaan Muatan Kapal Laut.

2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.


(16)

3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.7

4. Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL 305/ Phb. 85 dan KM No. 13 Tahun 1989.8

5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002.

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah perusahaan yang secara khusus berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang maupun langsung ke alat angkutan yang meliputi kegiatan :9

1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke

dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.

2. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala

(extackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke

7

Dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, pelaksanaan yang dimaksud :

a.Kegiatan bongkar muat dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran melalui Unit Usaha Bongkar Muat.

b.Perusahaan Pelayaran dalam kegiatan usaha melaksanakan : 1.Angkutan laut menggunakan kapal armada milik

2.Angkutan laut menggunakan kapal keagenan 3.Bongkar muat kapal armada milik dan keagenan

8

Pemerintah menetapkan dikembalikan fungsi pokok usaha pelayaran, konsentrasi pada angkutan laut, sedangkan usaha bongkar muat dipisahkan dari perusahaan pelayaran dan menjadi Perusahaan Bongkar Muat (PBM) status independen.

9


(17)

gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/ lapangan penumpukan atau sebaliknya.

3. Receiving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari

timbunan tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kenderaan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Pelaksanaan bongkar muat yang meliputi stevedoring, cardogoring, dan receiving/delivery dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat dimana secara teknis pelaksanaannya :

1. Gilir Kerja (shift) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk jam istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja.

2. Gang Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah jumlah tenaga kerja bongkar muat dalam 1 regu kerja.

Dalam hal ketentuan yang terkait dalam pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat yaitu Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di pelabuhan. Keputusan Menteri tersebut juga mengatur tentang Tarif Pelaksanaan Bongkar Muat di pelabuhan termasuk Pelabuhan Belawan. Adapun hal-hal yang diatur adalah sebagai berikut :

1. Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal ditetapkan atas dasar kesepakatan bersama antara penyedia jasa


(18)

bongkar muat dan pengguna jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan.

2. Penetapan satuan ukuran berat atau isi dalam pengenaan tarif berdasarkan satuan ukuran dalam manifes atau realisasi bongkar muat.

3. Penetapan tarif bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan berpedoman pada pedoman dasar perhitungan tarif muat barang di pelabuhan sebagaimana dimaksud dengan cara :

a. menghitung biaya bagian Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang dilakukan bersama-sama oleh perusahaan bongkar muat dengan koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat beserta serikat kerja TKBM

b. hasil perhitungan biaya bagian tenaga kerja bongkar muat tersebut pada huruf a, ditambah dengan perhitungan biaya bagian perusahaan bongkar muat, maka penyedia jasa dan pengguna jasa bongkar muat menetapkan besaran tarif jasa pelayanan bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan berdasarkan kesepakatan.

Harmonisasi dan kelancaran bongkar muat merupakan substansi bagi perkembangan pelabuhan di Indonesia termasuk Pelabuhan Belawan. Pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan merupakan bagian dari kemantapan sistem perdagangan internasional melalui


(19)

Pelabuhan Belawan. Kelancaran arus barang berimplikasi terhadap peningkatan nilai ekspor dan impor Indonesia di Pelabuhan Belawan.

Segala perangkat yang telah dipersiapkan untuk kelancaran arus barang dalam hal ini bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan yang selama ini terus meningkat kinerjanya tidak terjadi lagi setelah keluarnya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan.

Hal ini didasari atas data yang di peroleh dari PT.Pelindo 2007 yang mana tercermin dalam tabel di bawah ini. bahwa volume bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan setiap tahunnya cenderung menurun. Untuk barang-barang impor jenis Bagged Cargo volume bongkar muatnya rata-rata memiliki volume bongkar muat yang lebih besar dari jenis barang lain, hal ini di karenakan barang tersebut merupakan jenis barang yang temasuk ke dalam jenis sembako. Sedangkan untuk jenis barang ekspor volume bongkar muat barang jenis barang curah cair yaitu CPO dan Latex rata-rata cenderung lebih tinggi dari jenis lainnya. Untuk kegiatan bongkar muat antar pulau, volume bongkar muat untuk jenis barang Bagged Cargo rata-rata lebih tingi dari jenis barang lainnya.


(20)

Tabel 1

Jumlah Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Belawan Tahun 2002-Juli 2007

Jenis Barang (Ton) 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Impor (Total) 1,821,771 1,549,805 1,197,823 2,152,250 2,435,359 1,801,414

- General Cargo 665,236 497,432 325,233 798,678 864,244 679,211

- Bagged Cargo 975,864 876,596 738.566 1,245,889 1,356,744 1,033,694

- Barang Curah Cair 180,671 175,777 134,024 107,683 214,371 88,509

Ekspor (Total) 3,665,220 3,828,293 4,530,070 5,215,096 3,877,696 2,746,748

- General Cargo 791,108 973,141 1,037,598 9,67994 1,133,841 1,069,214

- Bagged Cargo 976,458 866,589 1,155,484 1,255,223 988,611 785,546

- Barang Curah Cair 1,897,654 1,988,563 2336988 2991879 1755244 891988

AP.Bongkar (Total) 6,305,315 5,921,070 6,305,315 6,773,446 6,662,317 4,551,206

- General Cargo 760,327 839,926 760,327 804,458 804,548 655,322

- Bagged Cargo 1,156,455 1,166,378 1,156,455 1,535,421 1,657,981 1,629,406 - Barang Curah Cair 4,388.533 3,914,766 4,388,533 4,433,567 4,199,788 2,266,478

AP.Muat (Total) 592,674 592,647 599,651 840,095 609,142 398,131

- General Cargo 152,248 152,221 145,834 332,980 33,355 28,424

- Bagged Cargo 183545 183545 184266 194561 178564 140,563

- Barang Curah Cair 256881 256881 269551 312554 397223 229144

Total 12,384,980 11,891,815 12,632,859 14,980,887 13,584,514 9,497,499

Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I sampai dengan Juli 2007

Jika dilihat kondisi sebelum keluarnya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan dalam proses bongkar muat kendali operasional berada di bawah Perusahaan Bongkar Muat (PBM), namun setelah dikeluarkannya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha


(21)

Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan, kendali operasional tidak lagi di bawah Perusahaan Bongkar Muat (PBM).

Kendali Operasional yang berada di bawah kendali Perusahaan Bongkar Muat (PBM) berimplikasi pada kelancaran arus bongkar muat di Pelabuhan Belawan karena Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) memiliki kewajiban yang mengikat layaknya buruh dengan majikan yang terikat pada perjanjian kerja yaitu proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Artinya, hubungan kerja antara PBM dan TKBM tersebut mengikat secara hak dan kewajiban bagi para masing-masing pihak yakni PBM dan TKBM. Oleh karena itu TKBM berkewajiban untuk melaksanakan proses bongkar muat secara profesional yang di wujudkan dalam kedisiplinan kerja. Hal ini berarti proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan akan berjalan lancar. Kewajiban yang telah dilaksanakan oleh TKBM tersebut memberikan kewajiban bagi PBM untuk memberi upah/gaji yang proporsional kepada TKBM atas kewajibannya tersebut.

Kondisi kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengalami perubahan sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM).

Hal ini berarti hubungan ataupun perjanjian kerja proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara PBM dengan TKBM telah beralih,


(22)

sehingga berimplikasi kepada hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak dimana TKBM tidak berkewajiban lagi kepada PBM untuk secara profesional melaksanakan proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan, karena kendali operasional berada ditangan UUJBM, termasuk pengupahan/gaji secara teknis dibagikan ataupun diberikan oleh UUJBM kepada TKBM.

Di dalam salah satu pasal Keputusan Bersama tersebut menyebutkan bahwa :10

1. Kegiatan Unit Usaha Jasa Bongkar Muat meliputi : a. Administrasi Operasi, terdiri dari :

1. Registrasi TKBM

2. Pengelompokan TKBM menjadi regu-regu kerja 3. Menyediakan TKBM

4. Mengatur Gilir Kerja TKBM

b. Pelayanan Jaminan Perlindungan dan Kesejahteraan, terdiri dari : 1. Penyedia transportasi

2. Penyediaan pakaian dan sepatu dan topi keselamatan kerja (helmet), sarung tangan dan masker.

3. Asuransi (Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)

4. Tunjangan Hari Raya (THR) 5. Pendidikan dan Latihan 6. Tunjangan Perumahan

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), UUJBM Koperasi TKBM menerima biaya adiministrasi operasional sesuai dengan ketentuan yang di atur oleh Menteri Perhubungan.

3. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1), disesuaikan dengan kondisi masing-masing pelabuhan

Ketentuan pasal 7 di atas mengakibatkan penurunan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan sebab UUJBM sebagai koperasi penyaluran

10

Pasal 7 Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan.


(23)

TKBM memiliki hak otoritas yang tinggi terhadap TKBM dan tidak melibatkan PBM dalam hal mengatur gilir kerja serta pengupahan terhadap buruh. Hal yang substansi yang menjadi perhatian adalah bahwa Keputuan Bersama ini hanya diberlakukan di Pelabuhan Belawan.

Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesionalisme kerjanya yang pada akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan.

Adapun bentuk-bentuk ketidakprofesionalan TKBM setelah kendali operasional berada ditangan UUJBM, antara lain :

1. Bahwa kinerja sistem sektor di bawah kendali Unit Usaha Jasa Bongkar Muat (UUJBM) mengakibatkan TKBM tidak dapat diatur dan tidak punya tanggung jawab terhadap pekerjaan bongkar muat. 2. Bahwa sistem sektor belum dapat diterapkan di Pelabuhan Belawan

karena skill TKBM tidak merata untuk masing-masing fungsinya disetiap sektor. Akibatnya banyak alat bongkar muat kapal yang rusak, menimbulkan biaya tinggi, TKBM tidak disiplin dalam pelaksanaan jam kerja, produktivitas kerja bongkar muat menurun. 3. Bahwa akibat dari sistem sektor tersebut banyak kerugian pihak

pengguna jasa baik PBM, Perusahaan EMKL/Pemilik Barang, Perusahaan Pelayaran.


(24)

4. TKBM seringkali melakukan demonstrasi dengan menuntut yang sebenarnya bukan haknya. Hal ini berimplikasi pada lumpuhnya proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan.11

Sistem pengupahan juga merupakan hal yang sangat substansi dalam kelancaran arus barang. Pendekatan pengupahan idealnya melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam bongkar muat tersebut. Namun Keputusan Bersama tersebut memberikan hak otoritas penuh kepada UUJBM dalam hal ini koperasi TKBM secara individu.

Jika melihat sistem pengupahan yang ideal maka di dalam hubungan perburuhan yaitu antara majikan dan buruh, hak pemberian upah tersebut berada pada majikan dan hak menerima upah tersebut berada pada buruh. Artinya bahwa seyogyanya PBM yang memiliki hak untuk memberikan upah kepada TKBM bukan Koperasi TKBM. Dalam sistem pengupahan keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan angkatan kerja. Permasalahan pokok yang bersifat struktural tersebut dapat dilihat dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai dengan saat sekarang ini.

Dalam hal antara buruh dan majikan dapat dilihat suatu hubungan yang saling terkait antara majikan dan buruh tersebut, yaitu majikan memberikan pekerjaan terhadap buruh dan buruh tersebut menerima

11

“TKBM Demonstrasi 2 Hari Belawan Lumpuh Total”, Harian Waspada, tanggal 5 Juli 2006


(25)

pekerjaan dari majikan tersebut serta menerima upah dari apa yang dikerjakannya. Masalah pengupahan adalah masalah yang tidak pernah selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen, apapun bentuk organisasinya. Upah seolah-olah kata-kata yang selalu membuat pihak manajemen perusahaan berpikir ulang dari waktu ke waktu untuk menetapkan kebijakan tentang upah. Upah juga yang selalu memicu konflik antara pihak manajemen dengan karyawan seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.12

Hal yang juga tidak kalah pentingnya dari manajemen pengupahan adalah perbedaan tingkat besar upah yang diterima. Banyak terjadi kasus dimana seorang karyawan yang protes kepada pihak manajemen akibat gajinya lebih kecil daripada pegawai baru, padahal pekerjaannya sama, diantaranya adalah seperti yang terjadi di salah satu perusahaan di Jakarta pada Tahun 2003. Perusahaan tersebut menerapkan kebijakan bagi pegawai baru, bahwa penentuan gaji pegawai baru didasarkan atas bargaining (tawar menawar) pada saat masuk kerja. Pengalaman bekerja dan imbalan yang diterima di tempat lain menjadi pertimbangan untuk penentuan gaji pegawai baru tersebut. Tetapi fakta yang terjadi akibat kebijakan baru itu adalah timbulnya keresahan pada pegawai lama yang merasa tidak dihargai perusahaan karena gajinya lebih kecil daripada pegawai baru, padahal pekerjaannya sama. Ada juga fakta di mana bonus yang dibagikan kepada karyawan menimbulkan protes karyawan. Seharusnya jika perusahaan memberikan bonus kepada karyawan karena perusahaan untung,

12

Ahmad S. Ruky, Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan Perusahaan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001) hal 9.


(26)

maka karyawan bersyukur dan berterimakasih kepada perusahaan. Tetapi yang terjadi di salah satu perusahaan di Jakarta tahun 2003 adalah sebaliknya, karyawan protes terhadap kebijakan pembagian bonus. Perusahaan menetapkan kebijakan bahwa sebesar 80% laba perusahaan dikembalikan kepada karyawan. Jika laba operasional sebesar 1 milyar rupiah, dikembalikan 800 juta rupiah dalam bentuk Bonus. Beberapa karyawan protes karena bonus yang diterimanya lebih kecil dari yang diharapkannya. Sebagian lagi protes karena pada karyawan yang pekerjaan dan tugasnya sama, bonus yang diberikan berbeda-beda. 13

Masalah pengupahan adalah masalah yang tidak pernah selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen, apapun bentuk organisasinya. Upah seolah-olah merupakan kata-kata yang selalu membuat pihak-pihak berpikir ulang dari waktu ke waktu untuk menetapkan kebijakan tentang upah. Upah juga selalu memicu konflik antara pihak manajemen dengan karyawan seperti yang terjadi di Pelabuhan Belawan yang mengakibatkan tidak lancarnya arus barang di Pelabuhan Belawan.

Selain itu juga hal yang perlu diperhatikan dalam kelancaran arus di Pelabuhan Belawan selain dari sistem pengupahan adalah perangkat hukum yang mengatur. Artinya, peraturan yang terkait dalam proses arus barang di Pelabuhan Belawan, apakah itu yang bersifat teknis maupun tidak. Hal yang perlu menjadi perhatian dan secara khusus menjadi hal yang sangat substansi adalah pengaturan yang berkaitan dengan kelancaran arus barang, dalam hal ini termasuk peraturan yang mengatur tata laksana bongkar muat

13


(27)

di Pelabuhan Belawan harus sinergi dan tidak tumpang tindih. Tumpang tindih yang dimaksud di sini adalah adanya peraturan yang mengenyampingkan peraturan yang lebih tinggi, sehingga berimplikasi kepada kepentingan pihak tertentu saja. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan hukum dalam hal ini yang terkait pada peraturan-peraturan yang mengatur arus barang di Pelabuhan Belawan.

Dalam konteks pembaharuan hukum dalam memasuki era tahun pembaharuan jaminan dan kepastian hukum perlu adanya kebijaksanaan pembaharuan hukum di Pelabuhan Belawan dalam rangka menunjang kelancaran arus barang dengan berorientasi kepada jaminan dan kepastian hukum. Di samping itu, yang harus menjadi perhatian dalam pembaharuan hukum ini adalah sarana yang dapat memperlancar jalannya arus barang, yang sudah tentu adanya kesinergisan peraturan yang mengaturnya, tidak bermuatan pada kepentingan tertentu saja melainkan terciptanya kepastian hukum dan keadilan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka penelitian ini memilih judul Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan) sebagai judul tesis.


(28)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang akan dilakukan, mencoba untuk mengetahui lebih dalam tentang kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan dengan menyusun permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan?

2. Bagaimanakah kesinkronan antar peraturan terkait pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan?

3. Apa saja yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan

2. Untuk mengetahui taraf sinkronisasi antar peraturan-peraturan yang terkait dengan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan


(29)

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, baik bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Bersifat Teoritis

Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan, khususnya ilmu hukum pengangkutan dan hukum ekonomi pada umumnya.

2. Bersifat Praktis

Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan praktisi, dalam hal ini Pemerintah Daerah sebagai regulator yang berperan dalam pembuatan Peraturan Daerah yang terkait pada pengelolaan Pelabuhan Belawan. Selain itu penelitian ini juga ditujukan kepada pelaku usaha yang terkait pada Pelabuhan Belawan dan pengguna jasa agar dapat lebih mengetahui dan memahami tentang proses kelancaran arus barang di pelabuhan khususnya di Pelabuhan Belawan dan dapat melihat faktor-faktor penghambatnya serta dapat menanggulanginya dengan pendekatan kaedah hukum. Penelitian ini juga sedapat mungkin dilakukan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan dan dilaksanakan/ditegakkan dalam kenyataannya.


(30)

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai Pengaturan Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan Belawan belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang Pengaturan Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan Belawan dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas, ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya baik di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun Perguruan Tinggi lainnya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Untuk mengetahui tentang pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan didasarkan kepada teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya.


(31)

Faktor-faktor yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan salah satunya ialah adanya pengupahan yang tidak adil dalam menentukan pengupahan tersebut selain adanya pengaturan yang bertolak belakang satu sama lain sehingga mengakibatkan penyalahgunaan wewenang dan hanya di dasarkan atas kepentingan pihak-pihak terkait. Sehingga perlu kiranya melihat secara teoritis bagaimana idealnya teori pengupahan tersebut.

Dalam sistem pengupahan ada beberapa pihak yang terlibat dalam menentukan nilai, hak memberi upah tersebut, sehinggga teori fairness (Keadilan) dan wellfair (kesejahteraan) merupakan pendekatan yang dapat dijadikan acuan.

Dalam hal teori keadilan yang kemukakan oleh Jane Pearson dalam teori ini disebutkan bahwa setiap individu selalu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan orang lain (baik di dalam maupun di luar organisasinya) kemudian berespon untuk menghapuskan ketidakadilan yang terjadi di tempat kerjanya. Sehingga berkaitan dengan teori pengharapan yang dikemukan oleh Victor Vrooms yang menyatakan bahwa kuatnya kecenderungan untuk bertindak tergantung kepada harapan bahwa tindakan itu akan menghasilkan keluaran tertentu dan daya tarik keluaran tadi terhadap seorang individu.

Upah menurut pengertian Barat terkait dengan pemberian imbalan kepada pekerja tidak tetap, atau tenaga buruh lepas, seperti upah buruh lepas di perkebunan kelapa sawit, upah pekerja bangunan yang dibayar


(32)

mingguan atau bahkan harian. Sedangkan gaji menurut pengertian Barat terkait dengan imbalan uang (finansial) yang diterima oleh karyawan atau pekerja tetap dan dibayarkan sebulan sekali. Sehingga dalam pengertian barat, perbedaan gaji dan upah itu terletak pada jenis karyawannya (tetap atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (bulanan atau tidak). Meskipun titik berat antara upah dan gaji terletak pada jenis karyawannya apakah tetap atau tidak.

“Upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan setiap emolumen tambahan yang dibayarkan langsung atau tidak langsung, apakah dalam bentuk uang tunai atau barang oleh pengusaha kepada pekerja dalam kaitan dengan hubungan kerja" (Konvensi ILO nomor 100).14

Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja.15

Menurut konsep Islam, Upah dapat didefinisikan bahwa sebagai imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan

14

Ahmad S. Ruky, Op. Cit. hal 9.

15


(33)

materi di dunia (Adil dan Layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akhirat (imbalan yang lebih baik).16

Selain teori yang berkenaan dengan pengupahan dapat juga dilihat teori yang berkaitan dengan pembaharuan hukum. Dalam hal ini yaitu teori yang berkaitan dengan bagaimana pengaturan tersebut dapat berorientasi kepada jaminan dan kepastian hukum. Penekanan teori ini adalah pengaturan tersebut merupakan sarana untuk menciptakan serta dapat mempelancar jalannya arus barang di Pelabuhan Belawan sehingga berimplikasi kepada kelancaran perekonomian di Pelabuhan Belawan. Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat ekonomi, yaitu “stabilitas” (stability), “prediksi” (preditability), “keadilan” (fairness), “pendidikan” (education), dan “pengembangan khusus dari sarjana hukum” (the special development abilities of the lawyer).17 Selanjutnya Burg’s mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua di atas ini merupakan persyaratan supaya sistem ekonomi berfungsi. Dalam hal ini “stabilitas” berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing, sedangkan “prediksi” merupakan kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan ekonomi suatu negara18

16

Ibid. 17

Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development,” Journal of International Law and Policy¸ (Vol. 9, 1980) : 232. Dalam Bismar Nasution, Makalah pada “Diskusi Pembangunan hukum Dalam Rangka Era globalisasi Ekonomi” di Fakultas Hukum USU Medan, Tanggal 25 September 1999. hal. 15

18


(34)

Sesuai dengan pendapat Burg’s di atas, maka J.D. Ny Hart juga mengemukakan konsep hukum sebagai dasar pembangunan ekonomi, yaitu

predictability, procedural capability, codification of goals, education, balance, defenition and clarity of status serta accomodation.19

Dengan mengacu pada terhadap pendekatan hukum dalam proses kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan di atas, maka hukum harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 20

Pertama, hukum harus dapat membuat prediksi (predictability), yaitu

apakah hukum itu dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi pelaku dalam memprediksi kegiatan apa yang dilakukan untuk proyeksi proses kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan

Kedua, hukum itu mempunyai kemampuan prosedural (procedural capability) dalam penyelesaian sengketa, misalnya dalam mengatur

peradilan tribunal (court or administrative tribunal), penyelesaian sengketa di luar pengadilan (alternative dispute resolution) dan penunjukan arbiter konsiliasi (conciliation) dan lembaga-lembaga yang berfungsi sama dalam penyelesaian sengketa.

Ketiga, pembuatan pengkodifikasian hukum (codification of goals)

oleh pembuat hukum bertujuan untuk pembangunan dalam proses kelancaran bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan.

19

Ibid, J.D. Ny. Hart, “The Role of Law in Economic Development,” dalam Erman Rajagukguk, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Jilid 2, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1995), hal. 365-367.

20


(35)

Keempat, hukum itu setelah mempunyai keabsahan, agar mempunyai

kemampuan maka harus dibuat pendidikannya (education) dan selanjutnya disosialisasikan.

Kelima, hukum itu dapat berperan menciptakan keseimbangan

(balance). karena hal ini berkaitan dengan inisiatif untuk memperlancar proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Keenam, hukum itu berperan dalam menentukan definisi dan status

yang jelas (definition and clarity of status). Dalam hal ini hukum tersebut harus memberikan definisi dan status yang jelas mengenai segala sesuatu dari orang.

Ketujuh, hukum itu harus dapat mengakomodasi (accomodation)

keseimbangan, definisi dan status yang jelas bagi kepentingan individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Terakhir, tidak kalah pentingnya dan harus ada dalam pendekatan

hukum sebagai dasar untuk kelancaran proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan adalah unsur stabilitas (stability).

1. Kerangka Konsep

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 yang dimaksud dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Adapun Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat


(36)

di pelabuhan. Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan kegiatan bongkar muat (stevedoring, cargodoring, dan

receiving/delivery) dengan menggunakan Tenaga Kerja Bongkar Muat

(TKBM) dan peralatan bongkar muat.

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi, dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.21

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu ditetapkan defenisi operasional atas konsep-konsep yang dipergunakan sebagai berikut :

a. Barang adalah benda baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang terkait pada kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

b. Kelancaran Arus Barang adalah suatu proses dalam bongkar muat barang baik dari kapal ke keluar maupun dari luar ke kapal yang dilakukan secara profesional dan tepat waktu.

c. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam

21


(37)

melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, keselamatan berlayar serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.

d. Bongkar Muat adalah proses membongkar dan/atau memuat barang dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang Lini I maupun langsung ke alat angkutan yang meliputi kegiatan.

e. Perusahaan Bongkar Muat adalah perusahaan yang secara khusus berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang Lini I maupun langsung ke alat angkutan.

f. Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah orang perorangan atau kelompok yang melaksanakan bongkar muat.

G. Metode Penelitian

Berdasarkan objek penelitian yang merupakan hukum positif, maka metode yang akan dipergunakan adalah juridis normatif yaitu mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mangatur tentang pengaturan kelancaran arus barang dalam hal ini proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan

Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Dengan demikian dalam penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala


(38)

atau fenomena-fenomena hukum yang terkait dengan kepastian hukum dalam proses kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan, akan tetapi lebih ditujukan untuk menganalisis fenomena-fenomena hukum tersebut dan kemudian mendeskripsikan hasil analisis secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan.

2. Metode Pendekatan

Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum tentang pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan maka jenis penelitian ini tergolong pada penelitian yuridis normatif.

Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it

written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.22

Dalam penelitian ini, selain untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang kecukupan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pengangkutan , maka akan ditinjau pula tentang keserasian kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pengangkutan tersebut dengan segala peraturan yang ada selama ini yang berkaitan dengan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan. Hal

22

Bismar Nasution, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”, disampaikan pada dialog Interaktif Tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, hal. 2.


(39)

ini dilakukan dengan memperbandingkan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pengangkutan dengan kaidah hukum dalam segala peraturan yang terkait dalam pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan dan juga terhadap pengaturan terkait dalam hal ini Keputusan Bersama yang tidak terdapat pengaturan yang jelas tentang kewenangan pengupahan yang mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan koperasi TKBM terhadap sistem gilir kerja dan pengupahan sehingga menjadi faktor penghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan.

3.Sumber Data

Untuk memperoleh hasil data yang akurat dan signifikan, data dikumpulkan melalui studi pustaka yang dihimpun dan diolah dengan melakukan pendekatan yuridis normatif. Penelitian deskriptif lebih mengutamakan data sekunder atau library research, yakni :

a. Bahan hukum primer antara lain Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954; Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1964; Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.; Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL 305/ Phb. 85 dan KM No. 13 Tahun 1989.; Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002.; Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang


(40)

Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan.

b. Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder.

c. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil

law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan

hukum primer dan sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.

Tehnik pengumpulan data studi kepustakaan pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menginventarisir peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah kepelabuhanan, khususnya yang terkait langsung dengan kelancaran arus barang.


(41)

b. Menginventarisir bahan-bahan sekunder yang relevan dengan rumusan permasalahan.

c. Mengumpulkan dan mengelompokkan bahan-bahan hukum hasil

inventarisir yang relevan dengan rumusan permasalahan.

d. Penelurusan bahan dilakukan terutama di Perpustakaan USU, melalui internet dan lembaga-lembaga terkait.

5. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dimana seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini, dikumpulkan dengan mempergunakan studi pustaka (library research) sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara (USU) baik melalui penelusuran katalog maupun browsing internet.

Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah dipilih.

6. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut selanjutnya dianalisis dengan mempergunakan metode analisis kualitatif yang didukung oleh logika berpikir secara deduktif. Dipilihnya metode analisis kualitatif adalah agar gejala-gejala normatif yang diperhatikan


(42)

dapat dianalisis dari berbagai aspek secara mendalam dan terintegral antara aspek yang satu dengan yang lainnya.

Langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut :

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan melalui studi kepustakaan.

b. Mengumpulkan dan mengelompokkan data yang relevan sesuai rumusan masalah.

c. menemukan prinsip-prinsip, konsep atau doktrin yang terkandung dalam bahan-bahan hukum melalui kegiatan interpretasi.

d. Mengelompokkan berbagai konsep dalam kategori-kategori

e. Menemukan hubungan di antara kategori dan menjelaskannya dengan menggunakan teori yang relevan.


(43)

BAB II

PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT

A. Kondisi Pelabuhan Belawan

Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama di lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan pintu gerbang perekonomian di Pulau Sumatera Bagian Utara dan juga merupakan pelabuhan ekspor komoditi agroindustri terbesar di Indonesia, seperti : kelapa sawit, karet, coklat, kopi, tembakau dan lain-lain.

Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah Kota Medan, terletak ± 27 Km dari pusat kota, tepatnya pada posisi 03º 47’ 00” LU dan 98” 42” BT. Pelabuhan Belawan termasuk kelas utama dibawah pengelolaan seorang General Manager.

Keadaan Hindro - oceanografhi : 1. Hidrografi

Pelabuhan Belawan berada di muara Sungai Belawan dan Sungai Deli. Sepanjang pantai tanahnya labil dan berlumpur yang menyebabkan pengendapan/sedimentasi yang rata-rata mencapai 3 cm sehari, memiliki alur pelayaran sepanjang ± 14 Km dengan lebar Kolam Pelabuhan seluas ± 60 m dan dengan kedalaman 9.50 LWS. Kolam Pelabuhan seluas ± 5.317.500m2 (termasuk alur pelayaran) dengan 6 – 10 m LWS cukup memadai untuk menampung kapal-kapal berbobot besar maupun kecil.


(44)

Tabel 2

Kondisi Kedalaman Alur dan Kolam Posisi Januari 2007

Lokasi Rata2 Kedalaman Jan 07 (m lws)

Alur Pelayaran 9.2 - 11.6

Kolam Pelabuhan

Derm. Container Gabion

- Internasional 8.9 - 11.1

- Antar Pulau 5.4 - 8.9

IKD-1 0.5 - 5.1

IKD-2 0.8 - 4.5

S A I 4.4 - 6.5

Citra (2001 - 203) 3.0 - 6.7

Alur Citra 3.0 - 7.8

101 – 104

- 101 – 102 4.0 - 7.1

- 103 – 104 7.1 - 11.6

105 – 106 5.5 - 9.8

107 – 114 9.8 - 10.0

Belawan Lama

- 001 – 002 1.2 - 6.9

- 003 – 008 6.9 - 8.0

Dermaga Ferry 5.1 - 8.5

Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

2. Pasang Surut

- Air tinggi tertinggi (HHWS) 3.30 m LWS - Air Tertinggi (MHWS) 2.40 m LWS - Duduk Tengah (MWLS) 1.50 m LWS - Air Terendah (MLWS) 0.50 m LWS - Chart Datum (LIWS) 0.00 m LWS


(45)

- Air rendah terendah (LIWS) 1.80 m LWS - Muka surutan (Zo) 1.50 m LWS

- Waktu Tolok GMT + 07.00

- Sifat Pasut Harian ganda beraturan.

Tunggang air rata rata pada pasang purnama adalah 195 cm dan saat pasang mati 56 cm. Besarnya perbedaan pasang surut bervariasi antara 1,1 - 2,7m. pada saat pasang mati kadang tidak berarus dan saat pasang berhenti kadang arus keluar masuk ± 2 mil/jam.

3. Gelombang

Pada daerah kawasan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya kecepatan angin maksimum mencapai 4,3 m/detik hal ini akan menimbulkan gelombang 0,6 m dan umumnya terjadi pada sore hari.

4. Angin

- Pada bulan Desember, Januari dan Februari arah angin BL/U/TL kecepatan 04 – 8 knot dan yang paling dominant TL/16 knot gelombang 0,8 – 1,0 m suhu 26,1” C kelembaban nisbi 81% - 80%. - Pada bulan Maret, April dan Mei arah angin TL/BD/BL kecepatan 04

– 07 knot yang paling dominan BL/12 knot gelombang 0,5 – 1,0 m, suhu 26ºC – 28,0º C, kelembaban nisbi 79% - 80%.

- Pada bulan Juni, Juli dan Agustus arah angin TL/BD/BL kecepatan 04 – 07 knot yang paling dominan BL/12 knot gelombang 0,5 – 1,0 m, suhu 26ºC – 28,0º C, kelembaban nisbi 82% - 85%.


(46)

- Pada bulan September, Oktober dan Nopember arah angin B/BL/TL kecepatan 04 – 07 knot yang paling dominan BD/22 knot gelombang 0,5 – 1,0 m, suhu 25,4ºC – 6,0º C, kelembaban nisbi 82% - 85%.

Fasilitas Pelabuhan antara lain : 1. Status /kelas pelabuhan utama

2. Ukuran kapal maximum dapat masuk pelabuhan 24000 dwt 3. Batas tonase kapal wajib pandu 1500 tonase

4. Status Radio Pantai PKB Klas Belawan 5. Jam Operasi 24 Jam

6. Tempat sandar (Beton) - Belawan Lama 688,71 M - Ujung Baru 1.555,75 M - Ferry 115,00 M

- Citra 635,00 M - IKD 150.00 M 7. Alat Bongkar Muat

- Mobile Crane 7 unit Kapasitas masing masing 10 ton, 40 ton,15 ton 2 unit, 25 ton, 35 ton dan 40 tons

- Forklif 5 unit Kapasitas 2.5 ton, 1 unit 3 tons, 1 unit 5 tons, 2 unit 7.6 tons, 1 unit 15 tons

- Floating Crane 1 unit Kap 40 tons

- Fire Engine 3 unit Kap 60.000 Liters Gudang Penumpukan - Belawan Lama 6 unit luas 4981,50 M2


(47)

- Ujung Baru Lini I, 11 unit luas 38.512 M2 - Citra Lini I, 3 unit 16,800 M2

- Ujung Baru Lini II, 2 unit luas 1,457.20 M2 - CFS 3 unit 6,999.60 M2

- Gudang Terbuka 3 unit luas 1,935 M2 8. Lapangan Penumpukkan

- Belawan Lama 7 unit luas 11,480.12 M2 - Ujung Baru 9 unit luas 19,199.30 M2 - Citra 7 unit luas 25,175.84 M2

- IKD 1 unit luas 9,390 M2 - CY 5 unit 64,940 M2 9. Terminal Penumpang

- Luar Negeri type A luas 539.00 M2 Kapasitas 720 orang - Dalam Negeri type A luas 2,297.75 M2 Kapasitas 2,230 orang

10.Pelayanan Pelabuhan, Pemanduan kapal 24 jam, Kapal Tunda 4 Jam Air Tawar Sumur Bor

11.Kapal Tunda KT. Selat Laut, KT. Anoman VI, KT. Bima VII

12.Kapal Pandu KM. AP – 016, KM. AP – 022, KM.MP.I – 004, KM. MP.I – 041, KM. MP.1 – 042, KM. MP.1 – 043


(48)

Pelabuhan adalah tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pelabuhan Belawan mempunyai perbedaan yang unik dengan cabang pelabuhan lain di lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, karena Pelabuhan Belawan bila diperhatikan mempunyai fungsi, peranan terhadap perekonomian Sumatera Utara, lingkungan sekitar, Pemko Medan, SDM serta berbagai fungsi terhadap berbagai jenis kegiatan/usaha lainnya, sehingga patut dan wajar dikatakan bahwa Pelabuhan Belawan merupakan Multiplier Effect (fungsi berganda) karena berfungsi terhadap semua sektor dan fungsi ini tidaklah semua dimiliki cabang-cabang pelabuhan lain.23

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan sebagai fasilitator dan operator Pelabuhan Belawan yang dipercaya oleh Pemerintah RI dalam hal Menneg BUMN sebagai perusahaan BUMN (Persero) maka untuk memperlancar kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan di Pelabuhan Belawan sekaligus untuk memperlancar kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan di Pelabuhan Belawan sekaligus untuk menambah devisa negara ada beberapa instansi yang tidak dapat dipisahkan dan selalu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing yaitu : Administrator Pelabuhan Utama Belawan, Balai Karantina (Hewan dan Tumbuhan), Bea & Cukai,

23


(49)

Imigrasi, Polres KP3 (Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan) Belawan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan lain-lain. Dengan adanya instansi ini otomatis sangat banyak kebutuhan yang diperlukan setiap harinya baik alat tulis kantor, kenderaan, BBM dan lain-lain.

Pelabuhan Belawan merupakan pintu gerbang perekonomian Sumatera utara yang melayani jasa kepelabuhanan laut dalam memperlancar kegiatan arus bongkar muat barang (komoditi) maupun penumpang serta melayani kelancaran arus masuk-keluarnya kapal, maka selain Pelabuhan I Cabang Belawan ada beberapa badan hukum yang terlibat dan mempunyai peranan penting dalam melaksanakan kegiatan jasa kepelabuhanan tersebut yaitu : INSA, APBMI, GAFEKSI, Organda, Perusahaan Pelayaran(misal Jakarta Lloyd, PT Pelni, Bahtera Adiguna dan lain-lain) serta berbagai badan hukum lainnya yang mempunyai peranan penting sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing, sehingga sangat banyak Badan Hukum yang terlibat dan mempunyai tugas dan peranan masing-masing dalam kegiatan jasa kepelabuhanan Belawan maupun Badan Hukum yang tidak secara langsung berhubungan dengan jasa kepelabuhanan.24

Fungsi terhadap lingkungan sekitar. Pelabuhan Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan mempunyai dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat dengan kehidupan serta kegiatan penduduk yang tinggal di daerah Belawan dan sekitarnya, dimana dengan keberadaan Pelabuhan Belawan, maka berbagai macam jenis usaha dan kegiatan yang dapat menutupi kebutuhan rumah

24


(50)

tangga seperti banyaknya kedai nasi/warung, restauran, ojek, bank, wartel, toko, mini market, fotocopy, bengkel, becak, sekolah dan berbagai jenis usaha kecil lainnya. Dengan banyaknya jenis usaha tersebut tentu sangat banyak komoditi atau keperluan yang terdistribusi (seperti sembilan bahan pokok, alat tulis kantor, spare part kenderaan, bahan-bahan bangunan dan berbagai macam komoditi lainnya), dan akhirnya akan banyak pekerjanya yang dapat menutupi kebutuhan rumah tangganya.

Fungsi terhadap perekonomian Sumatera Utara, Pelabuhan Belawan yang beroperasi di Kota Medan merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Utara yang sering didengar bahwa "Pelabuhan Belawan merupakan Pintu Gerbang Perekonomian Sumatera Utara" memiliki fungsi positif yang sangat besar, bahkan dapat dianggap bahwa keberhasilan Pelabuhan Belawan menentukan keberhasilan perekonomian Sumatera Utara bahkan perekonomian negara RI, sebab kegiatan Pelabuhan Belawan bersangkut paut dengan perekonomian di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada bulan Juli 2005 yang lalu, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara memberi suntikan dana dalam pengoperasian sarana kapal feri ro-ro yang melayani rute Belawan-Penang, hal ini dimaksudkan untuk menopang meningkatkan aktifitas perdagangan dan pariwisata, karena pengoperasian kapal feri ro-ro yang mengangkut penumpang plus peti kemas (container) serta kenderaan merupakan sarana yang tepat untuk mengangkut komoditas ekspor maupun impor dari dan ke Sumatera Utara agar dapat memanfaatkan kapal feri ro-ro tersebut.


(51)

Fungsi terhadap perusahaan perkebunan, pertanian dan industri yang ada di Sumatera Utara. Propinsi Sumatera Utara yang sebagian besar wilayahnya daerah perkebunan baik perkebunan sawit, karet, coklat (kakao), teh dan tebu tentu memerlukan bahan, peralatan/fasilitas dalam mengelolanya seperti pupuk, racun hama, pompa dan lain sebagainya yang membutuhkan bahan yang sangat banyak dan diperoleh dari tempat yang berbeda dan jarak yang cukup jauh, sehingga untuk memperlancar keperluan tersebut akan diangkut dan dibongkar dari dan ke kapal laut di Pelabuhan Belawan yang pendistribusiannya dilakukan oleh pihak yang bertanggungjawab untuk itu dan dikerjakan oleh banyak orang dan dengan peralatan yang banyak, begitu juga fungsinya terhadap pertanian. Hasil dari perkebunan dan pertanian yang sangat banyak, dimana dengan peralatan yang banyak tersebut akan memperlancar distribusi semua bahan/komoditi yang ada di Sumatera Utara.

Industri di Sumatera Utara khususnya Kota Medan tidak sedikit jumlahnya, sehingga kebutuhan dalam mengoperasikan industri tersebut dibutuhkan alat/fasilitas yang cukup banyak dan menghasilkan komoditi yang banyak juga, dimana peralatan yang dibutuhkan dan komodoti yang dihasilkan tersebut pendistribusiannya akan melalui Pelabuhan Belawan.

Fungsi terhadap pelabuhan yang ada di lingkungan dan di luar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I

yang tersebar di 4 (empat) Propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumut, Riau dan Riau Kepulauan, mengelola 16 Cabang Pelabuhan


(52)

Belawan yang mana Cabang Pelabuhan Utama merupakan kelas utama memiliki fungsi yang cukup besar terhadap cabang-cabang lainnya yang merugi seperti Tg. Balai Asahan, Sibolga, Malahayati dan lain-lain, oleh karena untuk menutupi kerugian atau kebutuhan operasional pelabuhan yang merugi tersebut adalah disubsidi oleh Cabang Pelabuhan Belawan. Pelabuhan Belawan juga mempunyai fungsi yang cukup besar terhadap pelabuhan di luar wilayah kerja Pelabuhan I, karena kelancaran transportasi barang/komoditi menentukan juga untuk kelancaran komoditi yang diangkut dari dan ke Belawan. 25

Fungsi terhadap infrastruktur sarana jalan, yakni dengan adanya Pelabuhan Belawan sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera Utara akan banyak pihak yang terkait di dalamnya dan sangat mempengaruhi kuantitas transportasi, baik untuk mengangkut komoditi yang keluar atau yang masuk melalui Pelabuhan Belawan maupun kenderaan para pekerja atau pihak-pihak terkait yang sangat banyak jumlahnya, maka untuk memperlancar perjalanan dari dan ke Belawan maka dibuat jalan baik melalui jalan raya maupun jalan tol yang setiap hari dilewati mobil besar dan kecil, sehingga pihak yang berwenang akan terus melakukan perawatan jalan tersebut, dengan perawatan jalan ini tentu banyak bahan/komoditi yang dipergunakan seperti aspal, pasir, batu dan berbagai macam bahan lainnya. Infrastruktur Fasilitas Pelabuhan Belawan sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan berupa alur, dermaga, kantor, gudang, lapangan penumpukan, lampu, penyediaan air bersih juga terdapat beberapa bangunan

25


(53)

milik badan-badan hukum lainnya seperti kantor, pabrik, gudang dan lain sebagainya tentu memerlukan bahan-bahan bangunan yang banyak pula seperti seng, tegel, semen, pasir, batu, besi, besi beton, kayu dan lain sebagainya serta berbagai bangunan dan fasilitas pendukung milik berbagai badan hukum yang membutuhkan bahan bangunan yang banyak juga, sehingga dengan ini akan menambah kuantitas pemakaian terhadap bahan bangunan.

Fungsi terhadap penduduk Kota Medan, jika membaca dan menyimak dampak Pelabuhan Belawan yang cukup luas sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentu tidak sedikit sumber daya manusia (SDM) yang ikut ambil bagian dan terlibat langsung dengan kegiatan Pelabuhan Belawan. Penulis tidak salah mengatakan ratusan ribu bahkan jutaan orang akan terlibat baik langsung di lingkungan kerja Pelabuhan Belawan, daerah lingkungan kota Belawan maupun yang tidak terlibat langsung seperti para supir, pekerja bangunan dan lain sebagainya yang akhirnya dapat menutupi rumah tangganya masing-masing.

Fungsi terhadap Pemerintah Kota Medan, dengan adanya Pelabuhan Belawan tentu akan menambah devisa/kontribusi yang tidak sedikit jumlahnya secara langsung dari Cabang Pelabuhan Belawan yaitu berupa PPh21, PPh23, PBB, pajak air bawah tanah dan pajak-pajak lain dimana sejak tahun 2000 s/d Juni 2005 sebesar lebih kurang Rp. 40 Milyar26, pembayaran pengurusan IMB serta pajak-pajak yang dibayarkan para

26

Http://www.pelindo.go.id.thml/e/jurnal/pelindo/0021/2007, di akses pada tanggal 20 Juli 2007


(54)

pengguna jasa kepelabuhanan dan pemilik bangunan dan yang memiliki usaha yang ada di lingkungan kerja Pelabuhan Belawan dan sekitarnya. Tentu dengan angka sebagaimana disebutkan ini akan dapat menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Medan yang akhirnya dapat mensejahterakan warga Kota Medan.

Cabang Pelabuhan Belawan yang merupakan cabang utama dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I menciptakan multiplier effect (fungsi berganda) pada ratusan industri, perumahan, perdagangan dan jasa-jasa usaha lainnya baik industri besar maupun kecil; menciptakan trickle down

effect (efek penetapan kebawah) yang berdampak langsung pada semua

aktifitas produksi di sektor informal dan merupakan penunjang kelancaran angkutan laut; penunjang peningkatan ekonomi daerah belakang (hinterland); tempat pertemuan intra dan antar moda (angkutan darat dan laut) juga sebagai tempat akumulasi dan distribusi barang. Dengan demikian oleh karena Cabang Pelabuhan Belawan mempunyai Multiplier

Effect (fungsi berganda) terhadap semua sektor yang cukup luas, maka

diharapkan dapat mengetahui fungsi berganda dari Pelabuhan Belawan yang juga sebagai Pintu Gerbang Perekonomian Sumatera Utara agar secara bersama menjaga dan memberi dukungan kepada pengelola Pelabuhan Belawan sebagai BUMN di bidang sektor pelayanan jasa kepelabuhanan laut yang dipercaya oleh Pemerintah RI.27

27


(55)

Pada dasarnya Kegiatan Bongkar Muat terdiri dari Stevedoring,

Cargodoring, Receiviving/Delivery dan Truck Lossing28.

1. Stevedoring

Adalah pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau memuat dari dermaga/tongkang/truk ke kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan Derek kapal atau Derek darat.

Kegiatan Stevedoring belum termasuk kegiatan lainnya, yaitu29:

a. Shifting adalah memindahkan muatan di dalam palka yang sama atau

palka yang berbeda atau lewat darat.

b. Lashing/unlashing adalah mengikat/memperkuat muatan atau

sebaliknya melepas ikatan/penguat muatan.

c. Dunnaging adalah memasang alat/pemisah muatan (dunnage

separation).

d. Sweeping adalah mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer.

e. Bagging/unbagging adalah memasukkan muatan curah ke karung

atau sebaliknya yaitu mencurahkan muatan dari karung.

f. Restowage adalah menyusun kembali muatan didalam palka.

g. Sorting adalah pekerjaan memilih/memisahkan muatan yang

tercampur atau muatan yang rusak.

h. Trimming adalah meratakan muatan dalam palka kapal.

i. Cleaning adalah pekerjaan membersihkan palka kapal.

28

Warta APBMI, Log. Cit, hal. 23

29


(56)

j. Opening/closing hatches adalah kegiatan membuka/menutup palka

kapal.

Rain-tent cover up adalah kegiatan membuka/menutup palka dengan

menggunakan plastic/tenda hujan pada waktu hujan.

2. Cargodoring

Cargodoring adalah pekerjaan melepas barang dari tali/jala-jala (ex

tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan selanjutnya dan menyusun di gudang/lapangan penumpukan dan sebaliknya.

Kegiatan diatas belum termasuk kegiatan yang meliputi:

a. Long distance adalah kegiatan memindahkan barang dari samping

kapal (ex tackle) ke gudang / tempat penumpukan lain yang merupakan gudang / tempat penumpukan dimana kapal sandar atau sebaliknya yang jaraknya melebihi 130 meter.

b. Over brengen (pindah lokasi)adalah memindahkan barang dari

gudang / tempat penumpukan yang satu ke gudang / tempat penumpukan lainnya dalam daerah pelabuhan atau dari ship-side ke gudang khusus untuk itu.

c. Angkutan Bandar adalah alat angkut untuk memindahkan barang dari kapal ke dermaga atau sebaliknya dengan menggunakan tongkang.


(57)

Receiving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari

timbunan/tempat penumpukan di gudang / lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun diatas kendaraan dipintu gudang / lapangan penumpukan dan sebaliknya.

4. Truck Lossing

Truck Losing adalah pekerjaan membongkar dari kapal langsung ke

truk/tonkang di lambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala (ex tackle) serta menyusun ke truk / tongkang atau sebaliknya. 5. Transportasi

Transportasi berasal dari kata latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong orang lain atau barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Usaha transportasi ini bukan hanya berupa gerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis tanpa perubahan, tetapi transportasi diusahakan selalu perbaikan dan kemajuannya sesuai dengan perkembangan dan kemajuan peradaban teknologi. Dengan demikian transportasi diusahakan perbaikan dan peningkatannya, sehingga tercapai efisiensi yang lebih baik. Ini berarti bahwa orang akan selalu berusaha mencapai efisiensi transportasi sehingga


(58)

pengangkutan barang dan orang akan memakan waktu yang secepat mungkin dengan pengeluaran biaya yang sekecil mungkin.

Ada berbagai rupa transportasi, namun demikian setiap bentuk transportasi itu terdapt empat unsur pokok transportasi yaitu jalan, kendaraan dan alat angkut, tenaga penggerak dan terminal. Dalam hubungan ini, perbaikan transportasi terjadi bilamana dilakukan atau terjadi perbaikan dari salah satu atau lebih dari unsur-unsur transportasi tersebut. Namun demikian, perbaikan sistem transportasi secara keseluruhan dapat pula berlangsung bilamana diusahakan atau terdapat perbaikan dalam organisasi, sistem dan pengaturan yang bersangkutan.

Pada dasarnya pengangkutan atau memindahkan penumpang atau barang dengan transportasi adalah dengan maksud untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut. Utilitas dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut khususnya barang yang diangkut ada dua macam yaitu : Utilitas tempat (Place utility) dan Utilitas waktu (time utility)30

Utilitas Tempat (Place Utility), dalam hal ini adalah kenaikan/tambahan nilai ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu tempat/daerah, dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih kecil ke tempat/daerah dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar.

Utilitas Waktu (Time Utility), transportasi akan menyebabkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan

30


(59)

manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan tidak hanya dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu yang tepat bilamana mereka diperlukan. Hal ini adalah sehubungan dengan terciptanya utilitas yang disebut dengan utulitas waktu (time utility). Barang-barang seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dan bermacam-macam jenis juga bentuknya yang dihasilkan secara musiman biasanya diangkut dan kadang-kadang disimpan sehingga barang tersebut dapat dikonsumsi untuk waktu yang lebih lama dari pada hanya periode waktu produksi saja.

Dengan adanya tranportasi akan menciptakan time utility, tetapi yang menjadi titik berat dalam hal ini adalah menciptakan place utility, yaitu memindahkan barang ke tempat lain dimana kebutuhan dan utilitasnya lebih tinggi.

a. Kapal

Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dan sebagainya)

Berdasarkan jenisnya, kapal barang dapat dibagi menjadi:31

1. Kapal konvesional, untuk muatan kering dengan menggunakan sistem stowage konvensional

2. Kapal tipe geladak terbuka, untuk memperbaiki pengaturan muatan (stowage)

3. Kapal khusus container.

31


(1)

awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit Usaha Jasa Bongkar Muat (UUJBM). Hal ini berarti hubungan ataupun perjanjian kerja proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara PBM dengan TKBM telah beralih, sehingga berimplikasi kepada hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Dalam hal ini TKBM tidak berkewajiban lagi kepada PBM untuk secara profesional melaksanakan proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan, karena kendali operasional berada di tangan UUJBM, termasuk pengupahan/gaji secara teknis dibagikan ataupun diberikan oleh UUJBM kepada TKBM.

3. Sistem pengupahan yang otoriter dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesionalisme kerja yang pada akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan. Adapun bentuk faktor penghambat kelancaran arus bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara lain disebabkan :

- Kinerja Sistem Sektor di bawah kendali Unit Usaha Jasa Bongkar Muat mengakibatkan TKBM tidak dapat di atur dan tidak punya tanggung jawab terhadap pekerjaan bongkar muat.

- Sistem sektor belum dapat diterapkan di Pelabuhan Belawan karena skill TKBM tidak merata untuk masing-masing fungsinya disetiap


(2)

sektor. Akibatnya banyak alat bongkar muat kapal rusak, menimbulkan biaya tinggi, TKBM tidak disiplin dalam pelaksanaan jam kerja, produktivitas kerja bongkar muat menurun.

- Akibat dari sistem sektor ini banyak merugikan pihak pengguna jasa baik PBM, Perusahaan EMKL/Pemilik Barang, Perusahaan Pelayaran.

- Kesepakatan Bersama Antara DPW APBMI SUMUT dan Primkop “Upaya Karya” Pelabuhan Belawan tentang pembayaran biaya bagian TKBM di Pelabuhan Belawan tidak dipatuhi oleh TKBM, misalnya apabila tidak di penuhi TKBM tidak mau bekerja.

B. Saran

Adapun hal-hal yang disarankan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kerancuan dan kekaburan atas dikeluarkannya Keputusan Bersama tersebut yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM) berdampak bagi pihak PBM sebagai majikan dari TKBM, dengan demikian akan perlu kiranya perhatian dari pemerintah untuk meninjau kembali Keputusan Bersama tersebut.

2. Dikeluarkannya Keputusan bersama tersebut yang telah mengubah kendali operasional telah melanggar hierarki perundang-undangan karena telah mengenyampingkan ketentuan hukum yang lebih tinggi,


(3)

oleh sebab itu patut dan beralasan jika Keputusan Bersama tersebut dicabut.

3. Agar segala produk hukum yang terkait dengan bongkar muat tersusun dengan baik maka perlu diperhatikan tatanan kepelabuhanan dalam rangka mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan, dan mendorong profesionalisme serta mengakomodasi pelayanan untuk kepentingan umum.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Devi, T. Keizerina, “Poenale Sanctie Studi Tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur 1870-1950”, Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004.

Kamaluddin, Sarana Penunjang Angkutan Laut Jakarta : Bina Aksara, 1983, hal. 13

Nasution, Bismar, Makalah pada “Diskusi Pembangunan Hukum Dalam Rangka Era globalisasi Ekonomi” di Fakultas Hukum USU Medan, Tanggal 25 September 1999

---, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”,

disampaikan pada dialog Interaktif Tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003.

---, ”Reformasi Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi”, Makalah, Disampaikan pada Diskusi Pembangunan Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Fakultas Hukum USU Medan, tanggal 25 September 1999.

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Buku 3 Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan, 1987

---, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Buku 5 Hukum Pengangkutan, Jakarta : Djambatan, 1993

Purba Radiks, Shipping dan Angkutan Muatan Laut, Jakarta : Bharatara, 1981 Rajagukguk, Erman, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Jilid 2,

Jakarta : Universitas Indonesia, 199.

Ranosentono, Noch Idris, Freight Forwarding,Jakarta:Infomedika,1997


(5)

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Siregar, Hasnil Basri, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang EMKL dan JPT, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat.

---, Kapita Selekta Hukum Laut Dagang, Medan : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum USU, 1993, hal. 1

---, ”KetidakPastian Hukum Dalam Pembinaan Perusahaan Bongkar Muat: Suatu Analisis Normatif dan Empiris”, Medan: Warta APBMI, Vol 3, 2000, hal 1.

---, Multimoda Transport Dalam Kerangka Bisnis dan Hukum, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum USU,1998

Suyono, Capt. R. P., SHIPPING Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Jakarta : Lembaga Manajemen PPM, 2003.

Wihono Sujono, Hukum Pertanggungan Laut, Jakarta : Bina Aksara, 1982

Wirjonoprojhodikoro, Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut, Jakarta : Bina Aksara, 1982, hal. 10

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran

Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 1954 tentang Penetapan Peraturan Mengenai Perusahaan Muatan Kapal Laut

Peraturan Pemerintah No.5 tahun 1964 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan


(6)

Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan.

Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 13 Tahun 1989 Tentang Pembinaan Perusahaan Bongkar Muat.

Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 14 Tahun Tahun 2002 Tentang Tata Cara Bongkar Muat Barang.

Keputusan Menteri Perhubungan No: KM 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan.

Artikel

Waspada, “TKBM Demonstrasi 2 hari Belawan Lumpuh Total”, tanggal 5 Juli 2006, Medan

Warta APBMI Edisi Agustus 2006 Warta APBMI Edisi September 2006 Websites

Http://www.pelindo.go.id.html/e/jurnal/pelindo/0021/2007 Http://inaport1.co.id

Http://inaport2.co.id Http://inaport3.co.id