Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

26

BAB II
KESEIMBANGAN HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PERJANJIAN
KERJASAMA BONGKAR MUAT KAPAL ANTARA
PT SAP DAN PT. BHANDA GHARA REKSA PERSERO
A. Lahirnya Kontrak Kerjasama
1.

Hukum Kontrak Di Indonesia
Di Indonesia, sumber hukum kontrak yang berasal dari undang-undang yang

dibuat oleh pemerintah melalui persetujuan DPR antara lain:46
a) Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) yang merupakan produk dari
Pemerintah Hindia Belanda yang diatur dalam Stb 1847 Nomor 23.
b) KUH Perdata yang merupakan produk Pemerintah Hindia Belanda yang
diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas konkordansi, diatur dalam Buku
III KUH Perdata.
c) KUH Dagang
d) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, yang diatur dalam undang-undang ini meliputi ketentuan

umum, azas dan tujuan, perjanjian yang dilarang, posisi dominan, komisi
pengawas persaingan usaha, tata cara penanganan perkara dan sanksi;
e) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, khususnya Pasal 1 ayat (5)
dan Pasal 22 tentang pengaturan kontrak kerja konstruksi;
f) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbiterase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian
Sengketa
g) UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional yang meliputi
ketentuan umum, pembuatan perjanjian internasional, pengesahan,
pemberlakukan penyimpanan dan pengakhiran perjanjian internasional.
Sumber hukum tertulis tersebut diatas dilahirkan dari azas hukum yang hidup
dan berakar ditengah masyarakat dan nilai-nilai yang dipilih sebagai pedoman
kehidupan bersama. Azas hukum adalah pikiran dasar yang umum dan abstrak yang
menjadi latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap
46

Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hal 15

26


Universitas Sumatera Utara

27

sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
hakim yang merupakan hukum positif.47 Azas hukum pada umumnya bersifat dinamis
mengikuti khaedah hukumnya dan khaedah hukum akan berubah mengikuti
perkembangan masyarakat.
Sama halnya dengan kontrak juga didasari dari adanya azas-azas yang penting
yang mempengaruhi hukum kontrak. Oleh karena itu hukum kontrak mengenal lima
azas penting yaitu: 48
a)

Azas Kebebasan Berkontrak
Azas kebebasan berkontrak adalah suatu azas yang memberikan kebebasan
para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, untuk mengadakan
perjanjian dengan siapapun, untuk menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,
persyaratan perjanjian dan untuk menentukan bentuk perjanjian baik tertulis
maupun lisan. Azas ini berkembang dari faham individualisme dimana setiap
orang bebas memperoleh apa yang dikehendakinya demikian halnya dalam

berkontrak diwujudkan dalam kebebasan berkontrak.
Dalam hal ini
pemerintah sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi dalam kehidupan
sosial ekonomi dalam masyarakat. Sebagai akibatnya paham ini memberikan
peluang yang seluas-luasnya kepada golongan ekonomi yang kuat untuk
menguasai golongan ekonomi yang lemah. Meskipun demikian terdapat
pembatasan terhadap azas kebebasan berkontrak tercermin dari adanya
intervensi hakim dalam menilai apakah kontrak yang dibuat bertentangan
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.49
b) Azas Konsesualisme
Azas ini merupakan azas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan ini merupakan persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Hal ini sejalan dengan Pasal
1320 ayat (1) KUH Perdata yang berkaitan dengan bentuk perjanjian.
c) Azas Pacta Sunt Servanda
47

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2007),


hal 5.
48

Salim HS, op.cit, hal 9.
Christiana Tri Budhayati, Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum Perjanjian Indonesia,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah dan Sosial Budaya, Widya Sari Vol. 10 No. 3, Januari 2009, hal 232247
49

Universitas Sumatera Utara

28

Azas ini disebut juga dengan azas kepastian hukum yang berkaitan dengan
akibat perjanjian. Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Artinya bahwa hakim
atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak sebagaimana layaknya undang-undang.
d) Azas Itikad Baik
Azas ini merupakan azas bagi para pihak untuk melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan atau kemauan baik dari para

pihak. Hal ini sejalan dengan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata bahwa
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Azas itikad baik ini harus
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek serta
memberikan penilaian yang terletak pada akal sehat dan keadilan secara
ojektif menurut norma-norma hukum.
e) Azas Kepribadian (Personalitas)
Azas ini merupakan azas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja artinya seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan
dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan Pasal 1340 KUH Perdata bahwa
perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya. Pada Pasal
1315 KUH Perdata disebutkan pula bahwa pada umumnya seseorang tidak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.
Namun demikian, ketentuan ini masih ada kekecualian dalam Pasal 1317
KUH Perdata bahwa perjanjian dapat pula diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan. Disamping itu pada Pasal 1318
KUH Perdata perjanjian juga dapat mengatur dirinya sendiri, kepentingan ahli
waris dan orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.
Disamping kelima azas tersebut diatas terdapat delapan azas yang dilahirkan
dalam Lokakarya Hukum Perikatan yang diadakan pada tahun 1995 yaitu: 50

a)

Azas Kepercayaan: bahwa setiap orang yang akan mengdakan perjanjian akan
memenuhi setiap prestasi yang diadakan dinatara mereka dibelakang hari;
b) Azas Persamaan Hukum: bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian
mempunyai kedudukan, hak san kewajiban yang sama dalam hukum;
c) Azas Keseimbangan: bahwa kedua belah pihak harus memenuhi dan
melaksanakan perjanjian sesuai dengan hak dan kewajibannya secara
seimbang;
d) Azas Kepastian Hukum: bahwa perjanjian ini mengandung kepastian hukum
dan dengan adanya perjanjian tersebut maka perjanjian itu adalah sebagai
undang-undangn dan mengikat bagi para pihak pembuatnya;
50

Salim HS, loc cit, hal 14

Universitas Sumatera Utara

29


e)

Azas Moral: ini terikat kepada perikatan yang wajar dimana perbuatan
seseorang secara sukarela yang didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai
panggilan hati nuraninya;
f) Azas Kepatutan: yang tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata yang berkaitan
dengan isi perjanjian;
g) Azas Kebiasaan: Azas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian dimana
perjanjian tidak hanya mengikat kepada apa yang secara tegas diatur tetapi
juga kepada hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti;
h) Azas Perlindungan: bahwa para pihak dilindungi oleh hukum.
Sumber hukum kontrak dapat dibedakan berdasarkan sistem hukum yang
mengaturnya yaitu civil law dan common law. Civil law dibedakan menjadi dua yaitu
sumber hukum materil dan sumber hukum formil. Sumber hukum materil ialah
tempat dari mana hukum itu diambil misalnya: hubungan sosial, kekuatan politik,
situasi sosial ekonomi, politik, tradisi, hasil penelitian ilmiah, perkembangan
internasional dan keadaan geografis. Sumber hukum formil merupakan tempat
memperoleh kekuatan hukum misalnya undang-undang, perjanjian antar negara,
yurisprudensi dan kebiasaan.51
Sumber hukum common law yang berasal dari Amerika, dibagi menjadi dua

kategori yaitu: sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder. Sumber hukum
primer merupakan sumber hukum yang utama meliputi: keputusan pengadilan
(judicial opinion), statuta (statutory law) dan peraturan lainnya sedangkan sumber
hukum sekunder adalah restatement dan legal comentary. Seiring dengan
perkembangan zaman dan menuju ke era perdagangan internasional sangat diperlukan
adanya perubahan-perubahan yang dapat mendukung transaksi-transaksi internasional
apalagi dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015 nanti yang
51

Ibid, hal 15

Universitas Sumatera Utara

30

menjadikan hukum kontrak sebagai bidang hukum yang sangat penting dalam sektor
perdagangan di kawasan ASEAN.52 Perubahan-perubahan yang diharapkan adalah
menyangkut prinsip dan aturan umum antara lain yang ada di dalam CISG dan
UPICCs sebagai rujukan agar hukum kontrak Indonesia lebih compatible dengan
hukum kontrak negara ASEAN lainnya dan dengan hukum kontrak internasional.

Bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tertulis dan lisan.
Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan
sedangkan perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara
lisan.53 Perjanjian tertulis terdiri dari 3 bentuk yaitu: perjanjian dibawah tangan yang
ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja, perjanjian dengan saksi
notaris untuk melegalisir tandatangan para pihak dan perjanjian yang dibuat
dihadapan dan oleh notaris. Jenis perjanjian kerjasama yang terjadi antara PT SAP
dan PT BGR Persero adalah kontrak dalam bentuk perjanjian dibawah tangan dimana
yang menandatangani hanyalah kedua belah pihak saja. Meskipun demikian
kekuatannya adalah mengikat bagi para pihak yang mengdakan kontrak.
2.

Para Pihak Dalam Kontrak
Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja yang

dikehendakinya sepanjang orang tersebut tidak bertentang dengan undang-undang
untuk melakukan kontrak. Kontrak ini berfungsi untuk memberikan kepastian hukum
52
Subianta Mandala, Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia Dalam Kerangka Harmonisasi
Hukum Kontrak ASEAN, Jurnal Rechtvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional Volume 1 Nomor 2,

Agustus 2012, hal 295.
53
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hal 42

Universitas Sumatera Utara

31

bagi para pihak (fungsi yurudis).54 Para Pihak dalam kontrak kerjasama ini adalah PT
SAP dan PT BGR Persero dimana kedua belah pihak adalah merupakan badan hukum
yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan masing-masing.
KUH Perdata mengatur mengenai pihak-pihak dalam perjanjian di dalam
Pasal 1315, Pasal 1340, Pasal 1317 dan Pasal 1318. Subjek perjanjian adalah pihakpihak yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian.55 KUH Perdata membedakan
3 golongan yang tersangkut pada perjanjian yaitu:
a) Para pihak yang mengdakan perjanjian itu sendiri;
b) Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya
c) Pihak ketiga.
Disamping itu pihak-pihak dalam kontrak ini dapat berupa orang atau badan
hukum antara lain:56

a)

Seorang yang cakap bertindak melakukan kontrak dengan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri dengan bertindak untuk kepentingan sendiri dalam hal
membuat kontrak;
b) Seseorang yang bertindak atas namanya sendiri namun untuk kepentingan
orang lain jika ia merupakan seorang wali yang bertindak atau melakukan
kontrak untuk kepentingan anak dibawah perwaliannya;
c) Seseorang yang bertindak untuk dan atas nama orang lain selaku pemegang
kuasa dari orang lain untuk melakukan kontrak
d) Apabila pihak yang melakukan kontrak itu adalah badan usaha Firma maka
yang mewakili badan usaha tersebut adalah setiap orang yang menjadi
anggota sekutu;
e) Apabila badan hukumnya adalah persekutuan komanditer (CV) maka yang
berhak mewakili adalah para sekutu pengurusnya;
f) Apabila yang melakukan kontrak adalah badan hukum maka yang berhak
mewakili kontrak adalah orang-orang yang telah ditentukan dalam anggaran
dasar badan hukum tersebut.
54

Ibid, hal 35

55

Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil,
Taryana Soenandar, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal 70.
56

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),

hal 7.

Universitas Sumatera Utara

32

Untuk terpenuhinya suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:
a)

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; dimaksudkan bahwa kedua belah
pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak yang dilukiskan sebagai
pernyataan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antara
para pihak antara lain dalam bentuk penawaran oleh pihak yang menawarkan dan
penerimaan oleh pihak yang menerima penawaran tersebut. Dalam penelitian ini
penawaran diberikan oleh PT BGR Persero selaku pelaksana pekerjaan dengan
memberikan penawaran pekerjaan berupa penawaran harga atas jasa pekerjaan
dan hal-hal apa saja yang menjadi tanggung jawabnya sebagai pelaksana
pekerjaan dan dipihak lain PT. SAP menerima penawaran tersebut dengan
menyetujui harga atas jasa yang diminta oleh PT BGR Persero dengan
menentukan hal-hal apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. Kata sepakat
tidak sah apabila diberikan karena kekhilafan, paksaan atau penipuan (Pasal 1321
KUH Perdata).
1) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; pada dasarnya setiap orang
adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika oleh undang-undang
dinyatakan tidak cakap (Pasal 1329 KUH Perdata). PT SAP dan PT BGR
Persero adalah merupakan subjek hukum dalam perjanjian ini merupakan para
pihak yang cakap bertindak dalam hukum. Dalam pasal 1330 KUH Perdata
mereka yang tidak cakap melakukan suatu perjanjian adalah:
2) Orang yang belum dewasa;
3) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
4) Orang perempuan yang ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang
kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian
tertentu.
b) Adanya suatu hal tertentu; artinya bahwa objek perjanjian harus jelas dan dapat
ditentukan. Dalam hal ini objek perjanjian adalah kerjasama untuk melakukan
bongkar muat kapal. Undang-undang tidak mempermasalahkan dan tidak
memberikan batasan mengenai jumlah asalkan dikemudian hari jumlah tersebut
dapat dihitung.
c) Adanya suatu sebab yang halal; artinya bahwa hal-hal yang menyangkut isi
perjanjian tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,dan undangundang (Pasal 1337 KUH Perdata). Dalam hal ini bahwa perjanjian kerjasama
yang terjadi antara PT SAP dengan PT BGR Persero adalah menyangkut
pekerjaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang.

Universitas Sumatera Utara

33

3.

Momentum Terjadinya Kontrak
Di dalam KUH Perdata tidak disebutkan secara jelas tentang momentum

terjadinya kontrak. Pasal 1320 KUH Perdata hanya disebutkan cukup dengan adanya
konsensus para pihak. Meskipun demikian secara umum terdapat beberapa teori yang
membahas mengenai kapan terjadinya kontrak antara lain: 57
a) Teori Pernyataan (Uitingstheorie) Menurut teori ini kesepakatan terjadi pada
saat pihak yang menerima penawaran menyatakan bahwa ia menerima
penawaran itu.
b) Teori Pengiriman (Verzendingtheori) Menurut teori ini bahwa kesepakatan
terjadi apabila pihak yang menerima penawaran mengirimkan jawaban
akseptasi lewat pos atau telegram.
c) Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie) Menurut teori ini bahwa kesepakatan
terjadi apabila pihak yang menawarkan mengetahui adanya penerimaan tetapi
penerimaan itu belum diterimanya (tidak diketahui secara langsung).
d) Teori Penerimaan (Ontvangtheorie) Menurut teori ini kesepakatan lahir pada
saat pihak yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan.
Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) KUH Perdata dikenal adanya asas
konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat
terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang
diperjanjikan. Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata bersifat
konsensual sedangkan yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak
atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Kontrak dalam hal ini
adalah ekspresi persetujuan keinginan dan “keinginan dengan disesuaikan berguna
untuk dihormati.”58 Seorang dikatakan memberikan persetujuannya/kesepakatannya
(toestemming), jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Mariam Darus
57

Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2011, hal 40.
58
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 135.

Universitas Sumatera Utara

34

Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan kehendak yang
disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak. Pernyataan pihak yang
menawarkan dinamakan tawaran (offerte).59 Pernyataan pihak yang menerima
penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). Jadi pertemuan kehendak dari pihak
yang menawarkan dan kehendak dari pihak yang akeptasi itulah yang disebut sepakat
dan itu yang menimbulkan/melahirkan kontrak/perjanjian.
Perjanjian menganut azas “kebebasan” dalam hal membuat perjanjian, azas ini
dapat disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa segala
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Atau dengan kata lain bahwa tiap perjanjian mengikat kedua belah
pihak.60 Pada Pasal 1233: “Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan,
baik karena undang-undang.”
Menurut UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 22 ayat (2)
kontrak minimal harus terdiri atas:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Para pihak
Rumusan pekerjaan
Nilai pekerjaan
Masa pertanggungan/pemeliharaan
Tenaga ahli
Hak dan kewajiban
Cara pembayaran
Cedera janji
Penyelesaian perselisihan
Pemutusan kontrak kerja
Keadaan memaksa
59

Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil,
Taryana Soenandar, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal 71.
60

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2011), hal 127.

Universitas Sumatera Utara

35

l) Perlindungan pekerja
m) Aspek lingkungan
Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pihak
yang akan membuat kontrak antara lain:61
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Kewenangan hukum para pihak;
Perpajakan;
Alas hak yang sah;
Masalah keagrariaan;
Penyelesaian sengketa;
Pengakhiran kontrak;
Bentuk perjanjian standar.
Sejalan dengan hal tersebut diatas maka ada beberapa hal yang juga perlu

diperhatikan oleh para pihak pada saat pra penyusunan kontrak yaitu:
a)

Identifikasi para pihak serta kewenangannya sebagai pihak dalam
mengadakan suatu kontrak, dalam hal badan hukum biasanya ditentukan
secara rinci di dalam anggaran dasarnya;
b) Penelitian awal aspek terkait, ini perlu dilakukan supaya kontrak yang
ditandatangani dapat menampung semua keinginan yang terinci secara jelas,
konsekuensi yuridis dan normatifnya sehingga dalam penyusunan kontrak
tersebut dapat disimpulkan hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
terkait pembayaran, ganti rugi dan perpajakannya;
c) Pembuatan Memorandum of Understanding (MOU), meskipun tidak dikenal
dalam hukum konvensional Indonesia tetapi secara praktek sering terjadi
dimana MOU merupakan kontrak secara simple berisi hal-hal pokok, yang
berlaku sebagai pendahuluan dari suatu kontrak dan tidak dibuat secara formal
serta tidak ada kewajiban yang memaksa didalamnya.
d) Negosiasi adalah merupakan sarana bagi para pihak untuk mengadakan
komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan sebagai
akibat adanya perbedaan pandangan terhadap sesuatu hal. Ada dua corak
negosiasi yaitu position bargainer dan hard position bargainer (keras).

61

Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2011, hal 105.

Universitas Sumatera Utara

36

Oleh karena itu penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi beberapa tahapan
sejak persiapan atau perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak. Tahapantahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Prakontrak
i. Negosiasi;
ii. Memorandum of Understanding (MoU);
iii. Studi kelayakan;
iv. Negosiasi (lanjutan).
b)

Kontrak
i. Penulisan naskah awal kontrak;
ii. Perbaikan naskah kontrak;
iii. Penulisan naskah akhir;
iv. Penandatanganan.

c)

Pasca kontrak
i. Pelaksanaan;
ii. Penafsiran;
iii. Penyelesaian sengketa.
Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam

menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan
bahasa kontrak. Penulisan kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar
dengan berpegang pada aturan tata bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa,
baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis.
Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas. Pada bagian inti dari
sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat dibuat dalam bentuk
pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi kontrak paling banyak
mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak dan bebagai janji atau
ketentuan atau klausula yang disepakati bersama. Jika semua hal yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara

37

telah tertampung di dalam bagian isi tersebut, baru dirumuskan penutupan dengan
menuliskan kata-kata penutup.
Sebagai gambaran untuk penjabaran atas tahap-tahap tersebut diatas dapat
diaplikasikan dalam kontrak kerjasama antara PT SAP dengan PT. BGR Persero
dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a) Prakontrak:
i. Tahap negosiasi, adalah tahap komunikasi dua arah untuk mencapai
kesepakatan sebagai akibat adanya perbedaan yang dilatarbelakangi
perbedaan kepentingan.62 Tahap didahului dengan adanya objek pekerjaan
yang akan diberikan oleh PT SAP kepada penerima pekerjaan yaitu PT.
BGR Persero ditandai dengan permintaan penawaran dari beberapa
Perusahaan Bongkar Muat/Ekspedisi Muatan Kapal Laut (PBM/EMKL)
perihal pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagai pembanding. Adanya
proses tawar-menawar baik dengan pertemuan secara langsung atau email
mengenai apa-apa saja yang menjadi garis besar rincian pekerjaan dan
tarifnya. Pada proses ini juga dilakukan penentuan garis besar hal-hal yang
menjadi hak dan tanggung jawab masing-masing pihak dan apa-apa saja
yang menjadi sanksi atau akibat-akibat yang akan dikenakan apabila salah
satu pihak tidak dapat memenuhi atau melaksanakan sesuai dengan apa
yang diperjanjikan bersama;63
ii. Memorandum of Understanding (MoU) adalah dokumen yang memuat
saling pengertian diantara para pihak sebelum perjanjian dibuat, isi MoU
62

Ibid, hal 124
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana
Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB.
63

Universitas Sumatera Utara

38

harus dimasukkan ke dalam kontrak sehingga mempunyai kekuatan
mengikat;64 ditandai dengan ada kesepakatan awal antara para pihak maka
PT BGR Persero akan menuangkan kesepatan awal tersebut kedalam suatu
bentuk draft kontrak perjanjian kerjasama yaitu: Pihak Pertama (dalam hal
ini adalah PT. BGR Persero) dengan Pihak Kedua (dalam hal ini PT
SAP).65
iii.Studi kelayakan; dalam hal perjanjian kerjasama yang telah dilakukan
berulang-ulang maka terhadap studi kelayakan biasanya ditandai dengan
kelengkapan dokumen-dokumen para pihak;
iv. Negosiasi (lanjutan), ini biasanya terjadi apabila belum ditemukan titik
sepakat antara kedua belah pihak perihal pasal-pasal tertentu dari kontrak
tersebut.
b) Kontrak (Penyusunan Kontrak):66
i. Penulisan naskah awal; draft kontrak yang disampaikan kemudian direview
oleh pihak kedua untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhankebutuhannya selaku importir dan pemilik barang.
ii. Perbaikan naskah; Ini bisa terjadi beberapa kali, apabila ada perubahan
baik berupa tambahan atau pengurangan maka pihak kedua akan
menyampaikan kembali perubahan-perubahan yang dimaksud kepada
pihak pertama
64

Erman Rajagukguk, Kontrak Dagang Internasional dalam Praktek di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1994), hal 4.
65
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana
Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB.
66
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2011, hal 126

Universitas Sumatera Utara

39

iii.Penulisan naskah akhir; apabila terjadi kata sepakat maka apa-apa yang
telah disepakati dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya dituangkan
dalam bentuk kontrak/perjanjian kerjasama yang sudah final dan masingmasing dibubuhi materai dan ditandatangani oleh para pihak.
iv. Penandatanganan. Kontrak ini dipersiapkan sebanyak 4 (dua) set yaitu
masing-masing 2 asli yang dibubuhi materai dan 2 fotokopi asli yang tidak
bermaterai untuk masing-masing disimpan oleh para pihak sebagai file.67
c) Pasca kontrak:
i. Pelaksanaan; tahap ini adalah tahap dimana pekerjaan tersebut dimulai oleh
pihak penerima pekerjaan dalam hal ini PT. BGR Persero;
ii. Penafsiran; kadangkala kontrak yang disusun tidak jelas/tidak lengkap
sehingga diperlukan penafsiran. Berkaitan dengan hal ini undang-undang
telah memberikan rambu-rambu penerapannya pada Pasal 1342 - Pasal
1351 KUH Perdata menentukan sejauh mana penafsiran dapat dilaksanakan
dengan memperhatikan antara lain: kata-kata yang dipergunakan dalam
kontrak, keadaan dan tempat dibuatnya kontrak, maksud para pihak, sifat
kontrak yang bersangkutan dan kebiasaan setempat.68 Pada tahap ini
terhadap perjanjian kerjasama antara PT. SAP dan PT BGR Persero apabila
ada kendala-kendala dilapangan yang tidak tercantum secara tegas dalam

67

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana
Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB.
68
Salim HS, op.cit, hal 138.

Universitas Sumatera Utara

40

kontrak maka diambilah penafsiran tertentu dengan mempertimbangkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak.69
iii.Penyelesaian sengketa, tahap ini adalah tahap dimana ditemukan suatu
sengketa atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan
dimana salah satu pihak merasa tidak puas atau dirugikan sehingga
menimbulkan sengketa dan dilakukan penyelesaian melalui suatu proses.
Pilihan hukum yang dilakukan antara para pihak dalam perjanjian
kerjasama ini adalah penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri
Medan yang akan dibahas pada Bab selanjutnya.
4.

Prinsip Keadilan Sebagai Landasan Dalam Kontrak Kerjasama Bongkar
Muat (Kontrak Handling).
Kontrak menjadi penting seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi saat ini. Dalam penyerahan pekerjaan antara PT. SAP dengan PT. BGR
Persero diperlukan suatu wujud kesepakatan tertulis dalam bentuk kontrak yang
berperan sebagai perwujudan kesepakatan bersama dari para pihak. Dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan dalam pembuatan kontrak tersebut
berarti apa yang telah menjadi kesepakatan para pihak seharusnya telah memenuhi
keadilan bagi kedua pihak.

Selanjutnya kontrak yang telah disepakati tersebut

tersebut akan menjadi undang-undang bagi para pembuatnya. Kontrak tersebut dalam

69

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Frans Sitohang, Manager Operasional PT
Bhanda Ghara Reksa Persero, tanggal 21 Agustus 2014, jam 14.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

41

hal ini adalah ekspresi persetujuan keinginan dan keinginan dengan disesuaikan
berguna untuk dihormati.70
Tercapainya kata sepakat yang tertuang ke dalam kontrak kerjasama
khususnya pada Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan bahwa PT. SAP menyatakan setuju
dan bersedia untuk menyerahkan pekerjaan handling dan PT BGR Persero juga telah
menyatakan persetujuannya untuk menerima pekerjaan tersebut tersebut adalah
sekaligus merupakan pengakuan prinsip-prinsip keadilan di dalam kontrak kerjasama
bongkar muat itu sendiri (Pasal 1320 KUH Perdata).
Prinsip umum dalam penerapan konsep keadilan adalah para individu
dihadapan yang lainnya berhak atas kedudukan relatif berupa kesetaraan atau
ketidaksetaraan tertentu.71 Keadilan merupakan dasar aturan hukum dan oleh aturan
hukum berarti semata-mata bukanlah legalitas formal menjamin keteraturan dan
konsistensi dalam pelaksanaan peraturan tetapi keadilan substantif yang berdasarkan
pada pengenalan supremasi nilai kepribadian seseorang dan institusi menyediakan
bingkai kerja untuk ekspresi yang paling penuh.72 Keadilan dalam perasaan yang
paling luas terdiri dari tata tertib hubungan manusia berdasarkan prinsip umum
keadilan yang diterapkan. Keadilan dapat dipandang dari berbagai defenisi, ada yang
mengaitkan keadilan dengan peraturan politik negara, sehingga apa yang menjadi
ukuran tentang apa yang menjadi hak atau bukan senantiasa didasarkan pada ukuran

70

Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 133.
H.L.A Hart, Konsep Hukum, Diterjemahkan oleh M. Khozim, (Bandung: Nusa Media,
2011), hal 246.
72
Morris Ginsberg, op.cit, hal 35.
71

Universitas Sumatera Utara

42

yang telah ditentukan oleh negara. Ada juga yang memandang keadilan sebagai
wujud kemauan yang sifatnya tetap dan terus menerus, untuk memberikan apa yang
menjadi hak bagi setiap orang, ada juga yang melihat keadilan sebagai pembenaran
pelaksanaan hukum yang diperlawankan dengan kesewenang-wenangan.73
Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak, subjektif karena keadilan
bagaimanapun menyangkut nilai etis yang dianut oleh masing-masing individu.74
Keadilan berlawanan dengan pelanggaran hukum, penyimpangan, ketidaktetapan,
ketidakpastian, keputusan yang tidak terduga, tidak dibatasi oleh peraturan, sikap
memihak dalam penerapan aturan, aturan yang memihak atau sewenang-wenang
melibatkan diskriminasi yang tidak berdasar yaitu diskriminasi yang berdasarkan
perbedaan yang tidak relevan.75 Keterkaitan antara keadilan dan ketidakadilan dalam
pemberian ganti rugi dengan prinsip ‘perlakukan hal-hal yang serupa dengan cara
yang serupa dan hal-hal yang berbeda dengan cara yang berbeda’ terletak pada
keyakinan moral bahwa mereka yang dikenai hukum juga memiliki hak timbal balik
agar orang lain tidak menimpakan tindakan tertentu yang merugikan mereka. Struktur
hak dan kewajiban semacam ini yang mencegah terjadinya kerugian yang besar
dalam masyarakat sosial.76 Dalam hal ini teori keadilan dapat memeriksa apakah hak
dan kewajiban yang diterima dalam suatu masyarakat dalam prinsip keadilan formal
untuk membersihkan dari elemen-eleman kesewenangan, diskriminasi yang tak
73

Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) hal 221-222.
74
Ibid, hal 217
75
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 41
76
H.L.A Hart, Konsep Hukum, Diterjemahkan oleh M. Khozim, (Bandung: Nusa Media,
2011), hal 255.

Universitas Sumatera Utara

43

berdasarkan pada perbedaan yang relevan.77 Keadilan adalah untuk melindungi
kebaikan dasar dan untuk menyediakan kondisi nilai yang lebih tinggi, jadi inti dari
gagasan keadilan bukanlah pembalasan jasa tetapi penghindaran dari kesewenangwenangan dan lebih utama yaitu penghilangan kekuatan yang sewenang-wenang.
Azas ialah suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan yang
mendasari adanya suatu norma hukum. Azas berbunyi sangat luas, norma sudah
mulai konkrit yang biasa disebut “aturan” dan norma hukum sudah menjurus
kesesuatu yang konkrit yang terwujud dalam peraturan positif.78 Keadilan merupakan
azas atau landasan yang dapat dipergunakan sebagai dasar pemikiran dan
pertimbangan dalam membuat suatu kontrak antara PT SAP dan PT BGR Persero,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan tersebut maka dituangkan ke dalam
pasal-pasal dalam kontrak handling berdasarkan kata sepakat dari masing-masing
pihak.

B. Perjanjian Kerjasama Sebagai Pemenuhan Keseimbangan Hak dan
Kewajiban
1.

Pengertian Dan Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban
Hak didefenisikan sebagai suatu tuntutan atau dapat juga dibuat oleh atau atas

nama seorang individu atau kelompok pada beberapa kondisi atau kekuasaan.79 Hak
adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak
lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki
77

Morris Ginsberg, op.cit, hal 43.
Syamsul Arifin, Falsafah Hukum, (Medan: Uniba Press, 2011), hal 117.
79
Morris Ginsberg, op.cit, hal 61.

78

Universitas Sumatera Utara

44

pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan
untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb),
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat).80 Dengan hak yang dimilikinya, seseorang dapat mewujudkan apa yang
menjadi keinginan dan kepentingannya. Misalnya, hak mendapat pendidikan dasar,
hak mendapat rasa aman. Namun, kekuasaan untuk memperoleh hak tersebut tetap
dibatasi dibatasi oleh undang-undang. Hak yang terkandung dalam suatu perjanjian
kerjasama adalah hak nisbi atau hak relatif yang memberikan wewenang kepada
seseorang tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya
seseorang atau beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu.81
Kewajiban adalah pemenuhan kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh
hukum.82 Jika tidak dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi yang misalnya,
wajib mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan wajib membayar pajak. Tidak selalu
kewajiban satu orang sepadan dengan hak orang lain. Kewajiban tidak selalu perlu
dikaitkan dengan hak, bisa juga kewajiban dikaitkan dengan tanggung jawab, karena
tanggung jawab pula merupakan kerangka acuan untuk membahas kewajiban.
Dengan demikian, pengertian "tanggung jawab" mengandung juga pengertian
"kewajiban."

80
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 15 Maret 2014, Hak, http://id.wikipedia.org/wiki/Hak,
(diakses tanggal 20 Juni 2014).
81

Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, (Medan: Cahaya Ilmu, 2006), hal 120.

82

Lili Rasjidi dan Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2002),

hal 109.

Universitas Sumatera Utara

45

Sejalan dengan persyaratan formal keadilan maka prinsip-prinsip hak dapat
dilihat sebagai berikut:83
a.
b.
c.
d.

Prinsip penghilangan kesewenangan
Prinsip Kesamaan sebanding
Prinsip pertimbangan yang sama
Prinsip kebaikan umum
Khususnya dalam penentuan hak dan kewajiban dalam perlindungan

kepentingan sosial dan para individu peranan hukum bekerja sedemikian rupa sebab
hukum secara tegas akan menentukan hak dan kewajiban antara mereka yang
melakukan perjanjian dan dihubungkan dengan kesatuan (pemerintah) dengan
kepentingan para individu. Segala perbuatan yang dilakukan secara sengaja untuk
menimbulkan hak dan kewajiban dinamakan perbuatan hukum.84 Perbuatan hukum
yang dilakukan dalam hal perjanjian kerjasama adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh dua pihak yaitu perbuatan hukum yang menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak secara timbal balik. Perbuatan hukum
dalam bentuk perjanjian kerjasama melahirkan suatu peristiwa hukum dan
menimbulkan akibat hukum. Peristiwa hukum adalah semua peristiwa atau kejadian
yang dapat menimbulkan akibat hukum.85 Akibat hukum ialah suatu akibat yang
ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum.
Peranan hukum dalam penentuan hak dan kewajiban dan perlindungan
kepentingan sosial bagi para individu mencerminkan bekerjanya hukum dalam
83

Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 66.
Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, (Medan: Cahaya Ilmu, 2006), hal 116.
85
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

84

hal 130.

Universitas Sumatera Utara

46

masyarakat sehingga dapat berlangsung tertib dan teratur karena hukum akan
menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka yang mengadakan
hubungan misalkan perjanjian, serta bagaimana tugas dam kewajiban serta wewenang
dihubungkan dengan kepentingan para individu sehingga tidak terjadi ketegangan
atau ketidakteraturan.86 Dalam pergaulan hidup manusia tiap-tiap individu atau
kelompok selalu melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi kepentingannya.
Hak dan kewajiban adalah konsep kunci dalam yurisprudensi dan etika yang
sama dimana hak berisi tuntutan pada kondisi baik dan kewajiban diharapkan untuk
menyumbang menjadi baik.87 Adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia
mempunyai suatu keistimewaan tersebut; adanya suatu kewajiban pada seseorang
berarti bahwa diminta daripadanya suatu sikap atau tindakan yang sesuai dengan
keistimewaan yang ada pada orang lain.88 Dalam suatu perjanjian kerjasama
keseimbangan antara hak dan kewajiban dari para pihak merupakan hal yang utama
sebagai dasar pertimbangan lahirnya perjanjian kerjasama tersebut. Pelaksanaan hak
dan kewajiban haruslah berjalan seimbang. Artinya, para pihak tidak boleh terus
menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban. Perjanjian merupakan perbuatan hukum
yang bersegi dua yaitu tiap perbuatan yang akibat hukumnya ditimbulkan oleh
kehendak dari dua subjek hukum, dua pihak atau lebih (Pasal 1313 KUH Perdata).89

86

Hasim Purba, op.cit, hal 124.
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), hal 62
88
Theo Hujibers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995) hal 95.
89
Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, (Medan: Cahaya Ilmu, 2006), hal 122

87

Universitas Sumatera Utara

47

Dalam hal hubungan antara hak dan kewajiban ada istilah tanggung gugat
(liability) ini merujuk kepada posisi seseorang atau badan hukum yang dipandang
harus membayar suatu bentuk kompensasi atau ganti rugi setelah adanya peristiwa
hukum atau tindakan hukum yang melanggar kesepakatan tertentu yang menimbulkan
kerugian kepada orang atau badan hukum.90
Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat
perjanjian. Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang sehingga kalau dilanggar akan berakibat bahwa
orang-orang yang melanggar itu dapat dituntut dimuka pengadilan. 91 Dengan kata
lain, para pihak terikat untuk mematuhi perjanjian yang telah mereka buat tersebut
sekaligus dengan hak dan kewajiban yang timbul akibat terjadinya perjanjian
tersebut. Hak tersebut dilindungi hukum berkaitan dengan kepentingan yaitu
merupakan tuntutan dari salah satu pihak yang diharapkan untuk dipenuhi.
Kepentingan tersebut pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan
dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.
Dalam setiap hak terdapat empat unsur, yaitu subyek hukum, obyek hukum,
hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan
hukum. Disisi lain kewajiban menimbulkan suatu beban yang bersifat kontraktual.
Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum antara dua pihak yang
90

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), hal 258.
91
Hasim Purba, op.cit, hal 125.

Universitas Sumatera Utara

48

didasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi, selama hubungan hukum yang
lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban
kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya. Sebaliknya, apa
yang dinamakan tanggung jawab adalah beban yang bersifat moral. Pada dasarnya,
sejak lahirnya kewajiban sudah lahir pula tanggung jawab.
Menurut

Herlien

Budiono92,

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pada umumnya
adalah sebagai berikut:
a.

Pengharapan yang objektif
Syarat “keseimbangan” sebagai “tujuan keempat” dicapai melalui kepatutan

sosial, eksistensi imateriil yang dicapai dalam jiwa keseimbangan. Dalam suatu
perjanjian, kepentingan individu dan masyarakat akan bersamaan dijamin oleh hukum
objektif. Perjanjian yang dari sudut substansi atau maksud dan tujuannya ternyata
bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum batal demi hukum (nietig) dan
pada prinsipnya hal serupa akan berlaku berkenaan dengan perjanjian yang
bertentangan dengan undang-undang; jelas bahwa kepatutan sosial tidak terwujud
melalui perjanjian demikian. Asas keseimbangan dilandaskan pada upaya mencapai
suatu

keadaan

seimbang

yang

sebagai

sebagai

akibat

darinya

harus

memunculkan pengalihan kekayaan secara absah. Tidak terpenuhinya keseimbangan,
dalam konteks asas keseimbangan, bukan semata menegaskan fakta dan keadaan,

92

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum
Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal 316.

Universitas Sumatera Utara

49

melainkan

lebih dari itu berpengaruh terhadap kekuatan yuridikal perjanjian

dimaksud.
Dalam tercipta atau terbentuknya perjanjian, ketidakseimbangan bisa muncul
sebagai akibat perilaku para pihak sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari substansi
(muatan isi) perjanjian atau pelaksanaan perjanjian. Dalam pembentukan perjanjian,
pembentukan

kehendak

orang

yang

berbuat sebagaimana

yang dituangkan

melalui pembentukan pengharapan mempunyai peranan penting. Bahkan dapat
disimpulkan bahwa walaupun kehendak merupakan “kehendak subyektif”, namun
kehendak ini tidak niscaya merupakan kehendak dengan maksud-maksud egois.
Dari landas pikiran para pihak dapat diketahui bilakah pengharapan masa depan
bersifat objektif ataukah justru mengandung

pengorbanan

pihak

lawan

yang

berakibat sedemikian sehingga pengharapan masa depan tersebut tidak berujung pada
ketidakseimbangan. Pencapaian keadaan seimbang mengimplikasikan, dalam konteks
pengharapan masa depan yang objektif, upaya mencegah dirugikannya salah satu
pihak.
b.

Kesetaraan para pihak
Dalam perjanjian timbal balik kualitas dari prestasi yang diperjanjikan timbal

balik ditempatkan dalam konteks penilaian subjektif secara bertimbal balik –
akan dijustifikasi oleh tertib hukum. Kendatipun demikian, perjanjian harus
segera “ditolak”, ketika tampak bahwa kedudukan faktual salah satu pihak
terhadap pihak lainnya adalah lebih kuat dan kedudukan tidak seimbang ini
dapat mempengaruhi cakupan muatan isi maupun maksud dan tujuan perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

50

Akibat

ketidaksetaraan

prestasi

dalam

perjanjian

timbal

balik

ialah

ketidakseimbangan. Jika kedudukan lebih kuat tersebut berpengaruh terhadap
perhubungan prestasi satu dengan lainnya, dan hal mana
keseimbangan
merupakan

dalam

alasan

perjanjian,
untuk

hal ini

mengajukan

bagi

pihak

tuntutan

mengacaukan

yang dirugikan

akan

ketidakabsahan perjanjian.

Sepanjang prestasi yang dijanjikan bertimbal balik mengandaikan kesetaraan,
maka bila terjadi ketidakseimbangan, perhatian akan diberikan terhadap kesetaraan
yang terkait pada cara bagaimana perjanjian terbentuk, dan tidak pada hasil
akhir dari prestasi yang ditawarkan secara bertimbal balik.
Faktor-faktor yang dapat mengganggu keseimbangan perjanjian ialah:
cara terbentuk perjanjian yang melibatkan pihak-pihak yang berkedudukan tidak
setara dan/atau ketidaksetaraan prestasi-prestasi yang dijanjikan timbal balik.
Pada prinsipnya, dengan melandaskan diri pada asas-asas pokok hukum kontrak dan
asas keseimbangan, faktor yang menentukan bukanlah kesetaraan prestasi yang
diperjanjikan, melainkan kesetaraan para pihak, yakni jika keadilan pertukaran
perjanjianlah yang hendak dijunjung tinggi.
2. Analisa Pemenuhan Keseimbangan antara PT. Sentana Adidata Pratama
dengan PT BGR Persero dalam Perjanjian Kerjasama Bongkat Muat di
Pelabuhan Belawan
Konsep keseimbangan begitu penting dalam penyusunan suatu kontrak,
khususnya kontrak kerjasama bongkar muat antara PT. SAP dan PT BGR Persero
karena tahapan inilah yang menjadi dasar dalam pemenuhan prestasi. Makna
keseimbangan adalah sebagaimana yang dimaknai dalam bahasa sehari-hari, kata

Universitas Sumatera Utara

51

“seimbang” (even-wicht) menunjuk pada pengertian suatu “keadaan pembagian beban
di kedua sisi berada dalam keadaan seimbang.” Di dalam konteks studi
“keseimbangan” dimengerti sebagai “keadaan hening atau keselarasan karena
dari pelbagai gaya yang bekerja tidak satu pun mendominasi yang lainnya, atau
karena tidak satu elemen menguasai lainnya.93
Konsep keseimbangan dituangkan menjadi suatu asas hukum dalam hukum
kontrak yakni asas keseimbangan.

Asas hukum berfungsi sebagai pondasi yang

memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, mengandung nilai-nilai dan
tuntutan-tuntutan etis.94 Posisi para pihak dalam perjanjian kerjasama bongkar muat
antara PT SAP dan PT BGR Persero atau biasa dikenal dengan istilah Kontrak
Handling harus diupayakan seimbang dalam menentukan hak dan kewajiban dari
para pihak. Keseimbangan yang diharapkan oleh para pihak adalah berasal dari
kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memenuhi unsur-unsur
keadilan dan undang-undang antara lain Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata.
Oleh karena itu, apabila terdapat posisi yang tidak seimbang di antara para
pihak, maka hal ini harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap substansi
maupun maksud dan tujuan dibuatnya kontrak itu ialah:
a) lebih mengarah pada keseimbangan posisi para pihak, artinya dalam hubungan
kontraktual tersebut posisi para pihak diberi muatan keseimbangan.

93
94

ibid, hal 304.
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal 47.

Universitas Sumatera Utara

52

b) kesamaan pembagian hak dan kewajiban dalam hubungan kontraktual seolaholah tanpa memperhatikan proses yang berlangsung dalam penentuan hasil
akhir akhir pembagian tersebut.
c) keseimbangan seolah sekadar merupakan hasil akhir dari sebuah proses.
d) intervensi negara merupakan instrumen memaksa dan mengikat agar terwujud
keseimbangan posisi para pihak.
e) pada dasarnya keseimbangan posisi para pihak hanya dapat dicapai pada syarat
dan kondisi yang sama (ceteris paribus).
Konsep keseimbangan awal yang diharapkan dalam kontrak kerjasama
bongkar muat (handling) antara PT. SAP dan PT BGR Persero dapat dilihat pada
bagian awal dari kontrak tersebut dimana disebutkan bahwa PIHAK PERTAMA
(dalam hal ini PT SAP) dan PIHAK KEDUA (dalam hal ini PT BGR Persero) telah
sepakat dengan defenisi, jumlah dan jenis pekerjaan (Pasal 1), pelaksanaan pekerjaan
(Pasal 3), waktu pelaksanaan dan kapasitas bagging (Pasal 4) dan toleransi susut
(Pasal 5) serta biaya atau jasa yang dikenakan atas pekerjaan tersebut (Pasal 6).
Penjelasan pasal demi pasal dan dikaitkan dengan pelaksanaan Kontrak
Kerjasama tersebut pada kenyataannya masih belum mencerminkan konsep
keseimbangan seperti yang telah disepakati oleh para pihak. Hal ini tercermin pada
saat dilakukan eksekusi berupa pemenuhan hak dan kewajiban yaitu pelaksanaan
pekerjaan masih terdapat kendala-kendala yang belum mencerminkan keseimbangan
dan keadilan bagi kedua belah pihak. Ketidakseimbangan yang dimaksud dapat
dilihat dalam analisis pasal demi pasal dan dibandingkan dengan pelaksanaannya:

Universitas Sumatera Utara

53

Kewajiban PT BGR:
Terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai kewajiban dari PT BGR
Persero yaitu:
1. Pasal 1.1: Jumlah Dan Jenis Pekerjaan
a. Melaksanakan penyelesaian dokumen pembongkaran pupuk.
b. Melakukan pembongkaran pupuk dari lambung kapal keatas truck yang
disaksikan oleh PIHAK PERTAMA dan Surveyor yang ditunjuk oleh
PIHAK PERTAMA.
c. Melakukan pembongkaran dari atas truck ke gudang penyimpanan yang
telah ditentukan.
d. Memasukan pupuk ke dalam karung atau bagging dan menimbang dengan
berat @50 kg per karung (limapuluh kilogram/karung) netto lengkap
dengan inner plastik dan dijahit dengan benang 3 warna yang disusun
dalam bentuk stapelan di dalam gudang penyimpanan.
Analisis:
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian yang dimaksud
adalah suatu perbuatan dimana satu pihak mengikatkan diri dengan pihak lain
terhadap suatu pekerjaan. Dalam hal ini pekerjaan yang dimaksud haruslah
dilakukan sesuai dengan apa yang diperjanjian oleh para pihak. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Managemen PT SAP bahwa pada kenyataannya
terhadap Pasal 1.1 huruf d diatas, masih ditemukan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan yang diperjanjian dimana berat karung yang belum standar
@50kg hal ini terlihat dari banyaknya claim customer yang merujuk kepada
kurangnya berat dari pupuk yang dikarungkan tersebut. Hal ini sudah barang
tentu merugikan pemilik barang karena biasanya customer yang menerima
barang yang kurang dari yang seharusnya akan mengclaim langsung dari
pembayarannya. Disamping itu prinsip FIFO (first in first out) belum

Universitas Sumatera Utara

54

terlaksana dengan baik sehingga ada kalanya ditemukan pupuk yang sudah
mengeras pada saat delivery ke customer.95 Untuk itu konsep keseimbangan
yang bertujuan untuk menghindari kerugian pada prosesnya tidak dapat
terlaksana dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan tidak dapat tercapai
karena asas keseimbangan yang seharusnya sangat berperan dalam
menentukan posisi dari para pihak agar dianggap adil dan tidak berat sebelah
tidak dapat tercapai.96 Dengan demikian tidak dapat terpenuhi struktur
keseimbangan hak dan kewajiban untuk mencegah terjadinya kerugian yang
besar dalam masyarakat sosial.97
2. Pasal 2: Penyerahan Dokumen
2.3 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyerahkan kepada PIHAK
PERTAMA laporan harian (daily report) hasil pembongkaran dan
penyerahan pupuk ke gudang.
2.4 Apabila pekerjaan handling pupuk sebagaimana yang ditetapkan dalam
surat perjanjian ini telah selesai dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA wajib
menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA selambat lambatnya dalam
jangka waktu 5 (lima) hari dokumen-dokumen sebagai berikut:
a) Dokumen pembongkaran kapal (Statement of Fact dan Time Sheet).
b) Berita Acara Pemakaian Karung/Goni.
c) Berita Acara Rampung (BAR) penyerahan pupuk ke gudang
penyimpanan yang ditanda tangani oleh kepala gudang PIHAK
KEDUA dan PIHAK PERTAMA
Analisis:
Menurut hasil wawancara dengan pihak PT SAP bahwa pada
pelaksanaanya dalam hal penyerahan dokumen Berita Acara Rampung (BAR)

95

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana
Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB
96
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Kegiatan Bongkar Muat Di Dermaga BICT (Belawan International Container Terminal) Dalam Upaya Menurunkan Waktu Sandar

12 71 96

Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang( Studi Pada PT. Libra Bhakti Nusantara Tanjong Priok Jakarta )

51 449 87

Analisis Pengaruh Banyaknya Barang Yang Di Bongkar Muat Terhadap Upah Bongkar Muat Pelabuhan Belawan Tahun 2010

5 84 58

Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga, Gudang Bongkar Muat Barang Dan Sandar Kapal Study Kasus (Dermaga Ujung Baru - Pelabuhan Belawan)

15 195 121

Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal Di Pelabuhan Belawan)

26 376 132

PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT BARANG PADA PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 2 13

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 0 2

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 6 25

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

1 3 8