Tinjauan Hukum Tentang Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa (Studi pada PT. AIA Cabang Medan)

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI

A. Pengertian, Sejarah, Fungsi, Tujuan dan Manfaat Asuransi
Asuransi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pertanggungan yang
didalamnya terdapat perjanjian antara dua pihak yaitu pihak yang berkewajiban
untuk membayar iuran dan pihak lain yang berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat atau dengan
kata lain pengertian asuransi adalah uang yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi yang memberi pertanggungan kepada nasabah sesudah terjadi kecelakaan
itu yang besarannya biasanya sepuluh juta rupiah.16
Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu sudut
pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan matematika itu
berarti bisa lima definisi asuransi.17 Dalam pandangan ekonomi, asuransi
merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan
mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial).
Jadi, berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan

mengkombinasikan risiko.
Dalam pandangan hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)
pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung
berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan resiko yang dipertanggungkan

16

Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) edisi ketiga, Balai
Pustaka, 2005.
17
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta,2004, hal 3-4.

14
Universitas Sumatera Utara

15

kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayarkan premi secara priodik
kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang
mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.

Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang utamanya
menerima/menjual jasa, pemindahaan resiko dari pihak lain, dan memperoleh
keuntungan dengan berbagai risiko (sharing of risk) di antara seju`mlah besar
nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan bank,
yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang
kemudian menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi
(perusahan).
Pandangan sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang
menerima pemindahaan resiko dan mengumpulkan dana dari angota-anggotanya
guna membayar kerugian yang mungkin terjadi kepada masing-masing anggota
tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setia anggota, maka
anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial
merpakan penyumbang terhadap organisasi. Hal tersebut berarti kergian setiap
anggota dipikul bersama.
Pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam
memperhitung biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum probabilitas dan
teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro asuransi adalah suatu persetujuan di mana
pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima
sejumlah uang sebagai pengganti kerugian, yang mungkin diderita oleh yang

dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Mark R. Green Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu
pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian
tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.
Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, mendefinisikan asuransi
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: Asuransi adalah suatu pengaman terhadap
kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung dan Asuransi adalah
suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih oarang tua badan mengumpulkan
dana untuk menanggulangi kerugian finansial.18
Beberapa pengertian asuransi yang berdasarkan atau menurut undang-undang:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004, tentang perasuransian. Dalam Pasal 1 ayat (1) Asuransi merupakan
perjanjian diantara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis,

yang menjadi dasar atau acuan bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi
dengan imbalan untuk :
1. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan maupun tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertaggung / pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti tersebut; atau
2. memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidup si tertanggung dengan
18

Silondae, Arus Akbar dan B.Iiyas, Wirawan, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba
Empat, Jakarta, 2011, hal 133.

Universitas Sumatera Utara

17

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana. 19

b. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
KUHD Pasal 246 tentang Usaha Perasuransian, bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suat kerugikan, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
peristiwa yang tak tertentu.20
Dari pengertian Pasal 246 KUHDagang dapat disimpulkan 3 (tiga) unsur
dalam asuransi adalah:
1. Pihak tertanggung atau Verzekering yang mempunyai kewajiban
membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau dengan
berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang
(penggaanti kerugian atau schadevergoeding) kepada pihak tertanggung,
sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila maksud unsur ke-3
berhasil.
3. Suatu kejadian (peristiwa) yang semula belum jelas akan terjadi (onzeker
voorvaal)21
Ruang lingkup pengaturan dalam KUHD tersebut diatas terlihat sangat sempit
sekali. Ruang lingkup perlindungan asuransi yang diatur dalam Pasal 246 KUHD

meliputi(1) kerugian, (2) kerusakan dan (3) kehilangan keuntungan.22 Ketiga
lingkup produk perlindungan tersebut digolongkan kepada asuransi kerugian,
yaitu golongan asuransi pada umumnya mempunyai objek yang bersifat materil.
Pada hal kita tahu banyak sekali resiko dalam kaitannya dengan kehidupan dan

19

Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 40 tahun 2014 tentang
Perasuransian, Lembaran Negara Nomor 337 Tahun 2014.
20
Tuti Rastuti, 2011, Op. Cit., hal 3.
21
Irawan, Bagus, 2007, Op Cit., hal 102.
22
Tuti Rastuti, 2011, Op. Cit., hal 32.

Universitas Sumatera Utara

18


perkembangannya tidak hanya pada tiga jenis pokok yang ditentukan dalam
KUHD.23 Memperhatikan ruang lingkup perlindungan yang diatur dalam KUHD
Pasal 246 dapat dinyatakan hanya mengatur asuransi kerugian, tidak mengatur
asuransi sejumlah uang misalnya asuransi jiwa. Selanjutnya asuransi jiwa
disebutkan dalam Pasal 247 KUHD menyatakan bahwa Pertanggunganpertanggungan itu antara lain dapat mengenai, bahaya kebakaran, bahaya yang
mengancam hasil – hasil pertanian yang belum dipanen, jiwa satu beberapa orang,
bahaya laut dan pembudakan,bahaya yang mengancam pengangkutan di daratan,
sungai – sungai dan perairan darat.24
Berdasarkan definisi dapat diuraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan
sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan
perjanjian asuransi memiliki pendukung kewajiban dan hak. Penanggung
wajib memikul resiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh
pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan
berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian.
2. Status pihak-pihak yaitu penanggung berstatus perusahaan badan hukum
berbentuk Perseroaan Terbatas (PT) atau koperasi. Tertanggung berstatus
sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta yang diasuransikan.
3. Objek asuransi yaitu berupa benda, hak dan kepentingan yang melekat
pada benda dan sejumlah uang disebut premi atau ganti kerugian.

4. Peristiwa asuransi yaitu perbuatan hukum (lergal act) berupa persetujuan
atau kesepakataan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai
objek asuransi, peristiwa tidak pasti (evenemen) yang mengancam benda
asuransi, dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi.
5. Hubungan asuransi yaitu keterikatan (legally bound) yang timbul karena
persetujuan atau kesepakatan bebas. Keterikatan tersebut berupa kesediaan
secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi
kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal
balik) 25

23

Tuti Rastuti, 2011, Op. Cit., hal 4.
Tuti Rastuti, 2011, Op Cit., hal 33.
25
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia , Citra Aditya, Bandung, 2006. hal 824

9.

Universitas Sumatera Utara


19

Sejarah lahirnya asuransi dapat dibagi beberapa periode:
a. Zaman Kebesaran Yunani
Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great
(356–323 BC) seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan
sangat banyak uang guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk
mendapatkan uang tersebut Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak
belian supaya mendaftarkan budak – budaknya dan membayar sejumlah uang tiap
tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada
mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya
budak itu ditangkap, atau jika tidak dapat ditangkap, dibayar dengan sejumlah
uang sebagai gantinya.26
Menurut Mr.H.J. Scheltema dalam bukunya “verzekeringsrecht” halaman
3 diceritakan oleh Aristoteles, pada zaman Yunani dibawah pemerintahan
Iskandar Zulkarnain (Alexander yang Agung) 356-323 SM ada seorang Menteri
Keuangan bernama Antimenes yang pada saat itu mengalami kesulitan keuangan.
Pada saat itu ada sekumpulan budak belian dibawah pengawasan tentara, mereka
itu kepunyaan beberapa orang kaya di Yunani. Menteri keuangan Antimenes

tersebut mengusulkan kepada para pemilik budak belian tersebut agar mereka
mendaftarkan budak – budak miliknya dan membayarkan sejumlah uang setiap
tahunnya kepada Antimenes dengan suatu perjanjian apabila ada diantara budak
yang sudah didaftarkan tersebut melarikan diri, Antimenes akan menangkap
budak tersebut atau membayarkan sejumlah uang kepada si pemilik budak seharga
jual beli dari budak tersebut. Ternyata dengan idenya tersebut Antimenes

26

Muhammad Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia , Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 1.

Universitas Sumatera Utara

20

mendapatkan sejumlah besar uang seperti uang premi dalam asuransi pada masa
kini dan yang lebih penting dia mendapatkan uang yang ia butuhkan pada waktu
itu. Namun demikian dia juga memikul risiko bahwa dikemudian hari ia mungkin
harus membayar sejumlah uang seharga jual beli budak kepada pemilik budak
apabila ada diantara budak itu yang melarikan diri. Perjanjian yang terjadi antara

Antimenes dengan para pemilik budak belian ini pada pokoknya sama dengan
perjanjian asuransi atau pertanggungan.27
Selanjutnya, Scheltema menjelaskan bahwa zaman Yunani banyak juga
orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kota-praja dengan
janji bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya
bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan.28 Jadi, perjanjian ini mirip
dengan asuransi jiwa. Bedanya hanya pada pembayaran premi dan santunan. Pada
asuransi jiwa, tertanggung yang membayar premi setiap bulan, bila terjadi
kematian atau asuransi jiowa berakhir tanpa kematian, tertanggung memeperoleh
pembayaran dari penanggung. Pada pijaman Pemerintah Kotapraja, pemerintah
membayar bunga setiap bulan kepada pemilik uang serta biaya penguburan bila
pemilik uang meninggal dunia. Perjanjian ini terus berkembang pada zaman
Romawi sampai kira-kira tahun ke 10 SM. Pada waktu itu dibentuk semacam
perkumpulan (collegium). Setiao anggota perkumpulan harus membiayai uang
pangkal dan iuran bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang pindah ke
tempat lain, perkumpulan memberikan bantuan biaya perjalanan. Apabila ada

27

Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut, Hukum Asuransi Indonesia, Rineka Cipta, Cetakan
ke-5, Jakarta, 2004, hal 48-49.
28
Muhammad Abdulkadir. 2006. Op. Cit., hal 2.

Universitas Sumatera Utara

21

anggota

perkumpulan

yang

mengadakan

upcara

tertentu,

perkumpulan

memberikan bantuan biaya upacara.29
Mr.Scheltema menceritakan lagi, bahwa kota-praja di Yunani pada waktu
itu mendapat uang yang dibutuhkan dengan jalan meminjam sejumlah uang,
misalnya 3.600 drachmen dengan janji kepada si tukang uang itu, ia akan diberi
bunga sebesar 30 drachmen setiap bulan sampai dengan wafatnya. Sedangkan
pada waktu wafatnya itu diberi 150 drachmen untuk biaya menguburan jenazah si
wafat. Ini agak mirip dengan asuransi jiwa.30
b. Zaman Kebesaran Kerajaan Romawi
Dari zaman ini Mr.Scheltema menyebutkan beberapa buku yang menulis
tentang sejarah Romawi, antara lain buku yang ditulis oleh Cicero dan Livius
(106-43 tahun sebelum permulaan tahun Masehi) dan Livius (59 tahun sebelum
sampai 10 tahun sesudah permulaan tahun Masehi). didalam buku-bukunya dapat
ditemui hal-hal yang menggambarkan mengenai perjanjian yang mengandung
unsur-unsur asuransi ganti kerugian, walaupun tidak dapat dikatakan sama dengan
perjanjian asuransi.31 Sebaliknya, Mr. Scheltema melihat berbagai perjanjian yang
memiliki banyak persamaan dengan asuransi sejumlah uang. (sommenverzekering ). Disebutkan oleh beliau adanya suatu perkumpulan ( collegium )
yang dinamakan collegium cultorum Dianae et Antinoi, dalam perkumpulan ini
para anggotanya membayarkan sejumlah uang pangkal sebesar 100 sesterti dan
uang iuran sebesar 5 asses setiap bulannya, dan ketika para anggota perkumpulan

29

Muhammad Abdulkadir. 2006. Op. Cit., hal 2.
Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut, 2004, Op. Cit, hal 49.
31
ibid.
30

Universitas Sumatera Utara

22

ini meninggal dunia maka ahli warisnya akan mendapatkan sejumlah uang sebesar
300 sesteri untuk biaya penguburannya.32
Ada juga perkumpulan yang anggotanya para tentara yang disebut
collegium lambaesis, didalam perkumpulan ini para anggotanya juga diwajibkan
untuk membayar sejumlah uang pangkal dan uang iuran setiap bulannya, yang
besarnya ditentukan. Apabila suatu saat salah seorang anggotanya mengalami
kenaikan pangkat maka ia akan mendapatkan sejumlah uang sejumlah 500 dinar
yang dimaksudkan untuk berpesta merayakan kenaikan pangkatnya.Apabila
seseorang dalam ketentaraan dipindahkan kelain tempat, maka kepadanya diberi
uang sejumlah 500 dinar ditambah dengan 200 dinar untuk biaya pengangkutan
ketempat baru. Apabila seseorang anggota meninggal dunia, maka kepadanya para
ahli waris diberi uang sebesar 500 dinar.33
Kedua perkumpulan tadi mirip sekali dengan suatu asuransi jiwa secara
saling menjamin (onderlingne levensverzekering).
c. Zaman Abad Pertengahan
Peristiwa – peristiwa hukum yang telah diuraikan di atas terus berkembang
pada abad pertengahan. Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi
sejenis membentuk 1 (satu) perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini
mengurus kepentingan anggota – anggotanya dengan janji apabila ada anggota
yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari
dana gilde yang terkumpul dari anggota – anggota. Perjanjian ini banyak terjadi
pada abad ke – 9 dan mirip dengan asuransi kebakaran. Bentuk perjanjian seperti
ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman, dan negara – negara Eropa
32
33

Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut 2004, Op. Cit, hal 50.
Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut 2004, Op. Cit, hal 50.

Universitas Sumatera Utara

23

lainnya sampai pada abad ke – 12. Pada abad ke – 13 dan abad ke – 14
perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Akan tetapi, tidak sedikit
bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini
mulai tepikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang dapat
mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal
perkembangan asuransi kerugian laut.34
Untuk kepentingan perjalanan melalui laut, pemilik kapal meminjamkan
sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu, sedangkan kapal dan
barang muatannya dijadikan jaminan. Akan tetapi, apabila kapal dan barang
muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang dipinjam itu
dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij. Dengan
ketentuan, apabila kapal dan barang muatannya rusak atau tenggelam, uang dan
bunganya tidak usah dibayar kembali. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
bunga yang dibayar itu seolah-olah berfungsi sebagai premi, sedangkan pemilik
uang berfungsi sebagai pihak yang menanggung resiko kehilangan uang dalam hal
terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi, uang hilang itu dianggap seolah
– olah sebagai ganti kerugian kepada pemiliki kapal dan barang muatannya.35
Dalam perjanjian peminjaman uang itu, pemberi pinjaman tidak perlu
memberikan sejumlah uang lebih dahulu kepada pemilik kapal dan barang
muatannya, tetapi setelah benar – benar terjadi bahaya yang menimpa kapal dan
barang muatannya, barulah dapat diberikan sejumlah uang. Namun, pada
permulaan berlayar pemilik kapal dan barang muatannya perlu menyetor sejumlah
uang kepada pemberi pinjaman sebagai pihak yang menanggung. Dengan
34
35

Abdulkadir Muhammad. 2006, Op. Cit., hal 3.
Abdulkadir Muhammad. 2006. Op. Cit., hal 3.

Universitas Sumatera Utara

24

ketentuan apabila tidak terjadi peristiwa yang merugikan, maka uang yang sudah
disetor itu menjadi hak pemberi pinjaman. Jadi, fungsi uang setoran tersebut mirip
dengan premi asuransi.36
Demikian pemulaan perkembangan asuransi kerugian pada pengangkutan
laut. Asuransi ini berkembang pesat terutama di negara-negara pantai (coastal
countries) seperti Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Denmark, dan lain-lain.
d. Zaman Sesudah Abad Pertengahan
Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran
mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di Negara-negara Eropa
Barat, seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Perancis pada abad ke-18,
dan terus ke negeri Belanda.37 Perkembangan pesat asuransi laut di Negara-negara
tersebut dapat dimaklumi karena Negara-negara tersebut banyak berlayar melalui
laut dari dan ke Negara-negara seberang laut (overseas countries) terutama
daerah-daerah jajahan mereka. Pada waktu pembentukan Code de Commerce
Perancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu
pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, di samping asuransi laut
dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa.
Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang
Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906.
Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan
pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun 1847. 38

36

Abdulkadir Muhammad. 2006. Op. Cit., hal 3.
Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut 2004, Op. Cit., hal 52.
38
Abdulkadir Muhammad. 2006. Iop.Cit., hal 4.
37

Universitas Sumatera Utara

25

e. Zaman Kodifikasi Perancis
Kodifikasi hukum perdata dan hukum dagang yang dilakukan Kaisar
Napoleon dimuat dalam Kitab Code Civil ( KUHPER) dan Code De Commerce
(KUHD). Pada abad ke 19, Code De Commerce hanya memuat pasal Asuransi
Laut. Dalam rancangan undang-undang yang diadakan di negeri Belanda untuk
kitab hukum dagang juga termuat peraturan tentang asuransi laut. Baru dalam
rancangan undang-undang terakhir yang kemudian menjadi undang-undang yaitu
kitab undang-undang hukum perniagaan (wetboek van koophandel) dalam tahun
1838 termuat peraturan-peraturan mengenai asuransi kebakaran, asuransi hasil
bumi dan asuransi jiwa.39
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke 20 berdampak
positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak
hanya bidang asuransi, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan
bidang prasarana transportasi sampai daerah pelosok mendorong perkembangan
sarana transportasi darat, laut dan udara serta mebningkatkan mobilitas
penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan negara lain. Ancaman bahaya lalu
lintas juga makin meningkat. Keadaan ini mendorong perkembangan perusahan
asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi sosial (social security
insurance).40Hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit, asuransi
kebakaran, dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit
komunikasi juga memerlukan perlindungan dari ancaman kegagalan peluncuran
dan berfungsi satelit. Sehingga perlu di asuransikan. Hal ini pernah terjadi ketika

39
40

Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut 2004, Op. Cit., hal 52.
Muhammad Abdulkadir. 2006. Op. Cit., hal 4-5.

Universitas Sumatera Utara

26

Indonesia meluncurkan satelit Palapa B2 yang gagal masuk garis orbit. Karena
kegagalan tersebut dapat diganti dari perusahaan asuransi yang bersangkutan.
f. Zaman Kemerdekaan
Pada awalnya kegiatan asuransi terbatas untuk melindungi kepentingan
Belanda, Inggris, da bangsa Eropa lainnya yang melakukan perdagangan dan
usaha perkebunan di Indonesia, terutama untuk asuransi pengangkutan dan
kebakaran. Selama masa penjajahan Jepang, industri tidak berkembang. Setelah
Perang Dunia kedua usai, perusahaan-perusahaan asuransi Belanda dan Inggris
kembali beroperasi di Indonesia dengan mendirikan suatu badan yang bernama
Bataviasche Verzekerings Unie (BVU) yang merupakan suatu usaha asuransi

kolektif.41
Setelah kemerdekaan RI, pemerintah melakukan nasionalisasi atas
sejumlah perusahaan asuransi termasuk NV Assurantie Maatshappij De Nederland
dan Bloom Vander EE milik Belanda yang didirikan tahun 1845 yang diubah
menjadi Umum Internasional Underwriters (UIU) dan perusahaan asuransi
inggris yang diganti nama menjadi Bendasraya. Pada tahun 1972 UIU dan
Bendasraya digabung menjadi asuransi jasa indonesia. Untuk sector asuransi jiwa,
pemerintah melakukan nasionalisasi atas perusahaan asuransi jiwa yang berdiri
pada tahun 1859 dengan nama Nederlandsche indische Leverzekring en Lijvrente
Maatschappij (NILLMIJ). Dalam upaya peningkatan retensi asuransi dalam

negeri, pada tahun 1953 berdirilah suatu perusahaan reasuransi professional
swasta, Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) yang disusul oleh pendirian

41

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal 35

Universitas Sumatera Utara

27

PT.Reasuransi Umum Indonesia (IndoRe) yang merupakan perusahan reasuransi
milik pemerintah.42
Pencapaian penting lainnya dalam tonggak sejarah asuransi Indonesia
sejak kemerdekaan RI antara lain adalah terlaksananya Kongres Asuransi
Nasional Seluruh Indonesia (KANSI) pertama pada tanggal 25-30 November
1956 di Bogor. Kongres tersebut antara lain melahirkan kesepakataan pendirian
Dewan Asuransi Indonesia (selanjutnya disebut DAI) pada 1 Febuari 1957. Pada
tahun 2002, DAI berubah-ubah namanya menjadi Federasi Asosiasi Perasuransian
Indonesia (FAPI) hingga saat ini menjadi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia
(AAJI).43 Sebelum menjadi organisasi independen, industri asuransi jiwa
tergabung dalam Dewan Asuransi Indonesia (DAI) yang merupakan wadah
tunggal bagi semua perusahaan asuransi umum, jiwa, sosial, dan reasuransi di
seluruh Indonesia. Akhirnya, bertepatan dengan penyelenggaraan kongres tahunan
DAI ke-10 pada 23 Januari 2002, dideklarasikanlah Asosasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI), sebagai induk organisasi bagi industry asuransi jiwa yang
beroperasi di Indonesia.44
Sehubungan dengan telah diterbitkan dan disahkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 20l4 tentang Perasuransian pada tanggal 17
Oktober 2014 adalah pengganti dari Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian yang telah berlaku selama 22 tahun ini, karena
dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan industri perasuransian. Di
Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah bisnis untuk
pertama kalinya lahir pada tahun 1992 dengan disahkannya UU Nomor 2 Tahun
42

Junaedy Ganie, 2013, Op.Cit., hal 35
Junaedy Ganie, 2013, Op Cit., hal 37
44
http://www.aaji.or.id/TentangKami/profil-singkat
43

Universitas Sumatera Utara

28

1992 Tentang Usaha Perasuransian. Sebelum lahirnya UU Nomor 2 Tahun 1992,
asuransi sebagai bisnis diatur melalui berbagai Peraturan Pemerintah (PP) dan
Keputusan

Presiden

(Kepres)

berserta

peraturan

di

bawahnya.

Untuk

membedakan pengaturan asuransi sebagai sebuah bisnis dari pengaturan asuransi
sebagai sebuah perjanjian, selanjutnya, UU Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian akan disebut UU Bisnis Asuransi.45
Undang-undang Bisnis Asuransi mengatur asuransi sebagai sebuah bisnis
dengan membuat aturan mengenai perizinan, pengelolaaan dan peranan pemeritah
dalam pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian, Sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 27 UU Bisnis Asuransi, Undang-undang ini menggantikan
Ordonnantie op het Levensverzekering bedrijf (Staatsblad Tahun 1941 Nomor

101) yang dinyatakan tidak berlaku lagi sejak disahkannya undang-undang
tersebut. Pelaksanaan UU Bisnis Asuransi diatur dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 1992 (selanjutnya disebut PP Nomor 73 Tahun1992).
Sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 46 PP Nomor 73 Tahun 1992 tersebut,
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, KepPres Nomor 40 Tahun
1988 tentang Usaha Di Bidang Asuransi Kerugian dinyatakan tidak berlaku lagi.46
Pada tahun 1999, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
63 Tahun 1999 (selanjutnya disebut PP Nomor 63 Tahun 1999) tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 yang menggantikan
sebagian ketentuan PP Nomor 73 Tahun 1992. Perubahan kedua diberlakukan
melalui PP Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Terakhir, pemerintah mengeluarkan PP
45
46

Junaedy Ganie, 201, Op. Cit., hal 38
Junaedy Ganie, 2013, Op.Cit., hal 39.

Universitas Sumatera Utara

29

Nomor 81 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Peraturan Pemerintah Nomor
73 Tahun 1992. Masing-masing Peraturan Pemerintah tersebut di atas diikuti
berbagai KepMen Keuangan (selanjutnya disebut Kepmen) dan PerMen
Keuangan (selanjutnya disebut PerMen) dan berbagai keputusan di bawahnya
yang semuanya menjadi peraturan pelaksanaan pengelolaan, pembinaan dan
pengawasan bisnis asuransi Indonesia.47
Fungsi Asuransi
Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi
juga memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi
sebagai berikut:
a. Fungsi Utama (Primer) :
1) Pengalihan Resiko
Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko / kerugian
(chance of loss) dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer” kepada
satu atau beberapa penanggung (a risk transfer mechanisme). Sehingga
ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian
sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi
proteksi asuransi yang pasti (certainty) merubah kerugian menjadi ganti
rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi.
2) Penghimpun Dana
Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang akan
dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun
tersebut berupa premi atau biaya ber- asuransi yang dibayar oleh

47

Junaedy Ganie, 2013, Op. Cit., hal 39.

Universitas Sumatera Utara

30

tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana
tersebut berkemang, yang kelak akan akan dipergunakan untuk membayar
kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang tertanggung.
3) Premi Seimbang
Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang
dilakukan oleh masing – masing tertanggung adalah seimbang dan wajar
dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung
(equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan
tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarip premi (rate of premium)
dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.
b. Fungsi Tambahan (Sekunder)
1) Export Terselubung (invisible export) Sebagai
terselubung

komoditas

penjualan

atau barang-barang tak nyata (intangible

product) keluar negeri.

2) Perangsang Pertumbuhan Ekonomi (stimulus ekonomi) adalah untuk
merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian
kerugian memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan.
3) Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings
4) Sarana Pencegah dan Pengendalian Kerugian48
c. Fungsi Asuransi Jiwa lainnya
1) Tujuan

pertanggungan

jiwa

ialah

mengadakan

jaminan

bagi

masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap
individu. Bilamana ditanggung sendiri akan terlalu berat, maka lebih
48

Binagriya Upakara, Fungsi dan Tujuan Asuransi dalam http:// asuransibinagriya
.blogspot. com/2011/11/disamping-sebagai-bentuk-pengendalian.html diakses pada tanggal 24
september 2015

Universitas Sumatera Utara

31

baik dipindahkan kepada perusahaan asuransi jiwa. Untuk mengambil
alih resiko dari masyarakat itu, oleh perusahaan asuransi dipungut
suatu pembayaran yang relatif lebih rendah (pembayaran premi).
2) Perusahaan asuransi mempunyai tugas lain bila dilihat dari sudut
pembangunan (economic development), yaitu sebagai suatu lembaga
yang mengumpulkan dana (funds/premium) dan dana tersebut dapat di
investasikan dalam lapangan ekonomi bisa untuk membangun
perekonomian nasional.
3) Dari sudut employment (pekerjaan), perusahaan asuransi memberi
bantuan kepada publik, yaitu memberi kesempatan bekerja pada
buruh-buruh/pegawai-pegawai

untuk

memperoleh

income

guna

kelangsungan hidup mereka sehari-hari.
Dari semua fungsi yang kita lihat di atas tadi, dapatlah ditarik konklusi
bahwa perusahaan asuransi jiwa terutama bertujuan untuk:
a) Meningkatkan social welfare (kesejahteraan sosial masyarakat)
b) Menaikkan economic welfare (kesejahteraan ekonomis)
Tujuan Asuransi
Asuransi dalam perkembangan masyarakat dan perkembangan ekonomi,
merupakan suatu lembaga keuangan. Sebab, melalui asuransi dapat menghimpun
dana dari masyarakat yang dapat berakumulasi dengan besar, yang dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan. Selain itu, asuransi bermanfaat bagi
masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan
keuangan yang memeberikan perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan
yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

32

Berdasarkan prinsip keseimbangan (indemnitas) dengan asuransi bertujuan untuk
mengembalikan posisi keuangan (finansial) seseorang (tertanggung) pada keadaan
semula. Dengan demikian, tujuan asuransi adalah seseorang terhadap berbagai
resiko kehidupan. Apabila diuraikan lebih detail tujuan asuransi antara lain:
a. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang di
derita satu pihak. Misalnya, apabila tertanggung menderita kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan, namun tertanggung telah
memanajemen resiko tersebut dengan asuransi, maka ganti rugi akan
diberikan oleh penanggung untuk mengatasi resiko tersebut, yang
bertujuan untuk mengatasi kerugian finansial tetanggung akibat kerugian,
kerusakan, dan kehilangan bahkan kemungkinan kebangkrutan. Dengan
demikian tujuan dari tertanggung jika menutup asuransi yaitu untuk
memperoleh rasa tenteram dari resiko yang dihadapi atas kegiatan
usahanya atas harta miliknya, dan mendorong keberanian menggiatkan
usaha yang lebih besar dengan resiko yang besar pula karena risiko yang
lebih besar diambil alih oleh penanggung.
b. Meningkatkan efisiensi tertanggung yang memiliki resiko karena dengan
menutup asuransi tidak perlu melakukan pengamanan dan pengawasan
secara khusus untuk mengantisipasi resiko dan memberikan perlindungan
yang memungkinkan akan memakan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih
banyak. Cukup dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan
tidak perlu menggantikan/ membayar sendiri kerugian yang timbul yang
jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti.
c. Jika menutup asuransi sejumlah uang (misalnya asuransi jiwa, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain) asuransi menjadi sarana berinvenstasi yang dapat
dipersamakan dengan menabung. Sebab, jumlah premi yang dibayar
kepada pihak asuransi akan dikembalikan kepada tertanggung dalam
jumlah yang lebih besar.
d. Menciptakan rasa tenteram dan kesejahteraan di kalangan nasabahnya,
sehingga lebih berani menggiatkan usaha yang lebih besar.49
Menurut Mashudi dan Ali Moch Chidir asuransi itu mempunyai tujuan:
a. Tujuan

Ekonomi

(economisch-doel).

Seseorang

akan

melakukan

perjanjian asuransi, apabila ia merasa tidak dapat atau tidak mau
menanggung sendiri suatu resiko materil, dengan demikian terdapat
fungsi-fungsi:
1. Pemindahan resiko, dan
49

Tuti Rastuti. 2011. Op. Cit., hal 7-8.

Universitas Sumatera Utara

33

2. Pembagian resiko
b. Tujan Sosial ( sociale-doel). Perhatian terhadap para korban, untuk

jelasnya dengan adanya asuransi itu diharapkan agar supaya para korban
yan g termasuk golongan yang tidaki mampu tidak berada dalam keadaan
terlantar dan tanpa suatu sumber penghasilan, dalam hal orang
mengakibatkan kerugian kepada mereka yang tidak mampu.
Manfaat Asuransi
Asuransi mempunyai banyak manfaat, anatar lain berikut :
a.

Asuransi melindungi resiko investastasi
Bila mana suatu perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan

dalam bidang usahanya, maka kehadiran risiko dan ketidakpastian tidak dapat
dihindarkan. Asuransi mengambil resiko itu. Karena asuransi menghilangkan
/Mengurangi risiko, Seperti halnya resiko yang dikaitakan dengan individuindividu, maka usaha-usaha untuk mencari rasa aman (tanpa menanggung resiko)
pun akan menghalangi kegiatan uasaha yang mungkin dapaty memberikan keun
tungan besar. Dalam prakteknya, program asuransi untuk melindungi pelaksanaan
kegiatannya dari hari ke hari apabila risiko yang mungkin timbul misalnya
kematian atau kecelakaan bahaya.
b.

Asuransi sebagai sumber dana investasi
Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank

yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai
sumber modal untuk investasi di berbagai bidang.Penginvestasian kembali
dana-dana tersebut merupakan sumber modal yang sangat berarti dalam
mempercepat laju perkembangan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

34

c.

Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit
Dalam hubungannya dengan pinjaman dari bank, seringkali salah satu

informasi yang dibutuhkan, selain laporan keuangan perusahaan, adalah
berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit dapat
diberikan.
d.

Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran
Fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat

ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinyanya
kerugian-kerugian tak terduga. Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi
ketidakpastian terejadi penyimpangan yang tak diharapkan itu. Misalnya,
perusahaan atau individu tidak dapat mencegah badai, kecelakaan mobil,
kematian, atau sakit. Akan tetapi perusahaan atau individu dapat mengurangi
ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian yang tidak pasti itu. Ketentraman hati
yang diberikan oleh asuransi inilah salah satu jasa utama yang diterima
tertanggung bila ia telah membayar premi asuransi.
e.

Asuransi mengurangi biaya modal
Dengan demikian, dalam dunia usaha yang beban risikonya tidak dapat

dialihkan kepada pihak lain, maka pihak-pihak penanam modal yang telah
bersedia menanggung risiko atas modal yang diinvestasikan tersebut akan
menetapkan biaya modal (cost of capital)
f.

Asuransi menjamin kestabilan perusahaan
Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti pernting asuransi

sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwiil (jasa baik) antara kelompok
pimpinan dan karyawan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyediakan polis

Universitas Sumatera Utara

35

secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan
membayar keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Adanya
usaha seperti itu dari pihak perusahaan dapat merupakan stabilisator jalannya roda
perusahaan.
g.

Asuransi dapat meratakan keuntungan
Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan‟ yang mungkin

dalam dialami pada masa yang akan datang melalui program asuransi, pihak
perusahaan atau individu akan dapat mempertimbangkan atau bmemperhitungkan
biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produk yang dijual.
Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan bahwa asuransi dapat meratakan
jumlah keuntungan yang diperoleh dari tahun ke tahun.
h.

Asuransi dapat menyediakan layanan profesional
Jasa para ahli yang telah bekerja dalam perusahaan asuransi akan

dinikatio oleh tertanggung tanpa adanya bayaran tambahan selain dari premi yang
harus mereka bayar. Tidak seperti halnya bidang profesi lain, seperti pengacara,
dokter,konsultan, dan ahli-ahli lainnya yang harus dibayar atas jasa yang mereka
berikan. Jasa-jasa yang diberikan oleh tenaga ahli dari perusahaan asuransi tidak
dibayar oleh tertanggung, tetapi dibayar oleh perusahaan asuransi tempat mereka
bekerja. Oleh karena itu, apapun yang mereka lakukan bagi pihak tertanggung
merupakan pelayanaan dari perusahaan asuransi.
i.

Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian
Dewasa

ini

perusahaan-perusahaan-perusahaan

asuransi

banyak

melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk
melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan-

Universitas Sumatera Utara

36

perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa
keberhasilan yang dicapai sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk
memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu,
mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk meghilangkan atau
memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian.
Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa perusahaan asuransi kebakaran
menyarankan penginstalan alat-alat pengamanan, misalnya, alat-alat pemadam
kebakaran baik di kantor, rumah. Perusahaan asuransi kebakaran menyarankan
cara penginstalan air di gedung-gedung yang besar yang sedang dibangun,
menyarankan untuk konstruksi bangunan yang lebih aman. Dorongan-dorongan
yang pada dasarnya untuk menghemat premi asuransi ini merupakan perangsang
untuk tercapainya perlindungan terhadap kerugian.
Contoh lain “asuransi tanggung jawab” (liability insurance) yang
melakukan inspeksi secara rutin atas harta kekayaan yang diasuransikan dan
menyarankan untuk menghilangkan hal-hal yang dapat membesar kemungkinan
timbulnya bahaya. Selain itu asuransi tanggung jawab mengecek apakah alat-alat
pengaman masih bekerja secara baik dan lain-lain
j.

Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan.
Adapun

perusahaan-perusahaan

asuransi

jiwa

yang

melakukan

pengecekan kesehatan secara berkala kepada para pemegang polis dengan harapan
untuk dapat mendeteksi penyakit lebih dini serta mengadakan pengobatan
bilamana perlu. Kontribusi perusahaan asuransi jiwa demi peningkatan kesehatan
masyarakat tidak terkira nilainya. Contoh yang paling konkret dari hal ini
misalnya Life Insurance Medical Research Fund Di USA yang didukung oleh

Universitas Sumatera Utara

37

perusahaan-perusahaan asuransi membantu orang-orang yang bergerak dalam
bidang medis yang kekurangan dana untuk dapat melakukan penelitian. Para ahli
penelitian tersebut dikenal sebagai Life Insurance Research Fellow.50
Manfaat asuransi dalam Pasal 5 Ketentuan Umum Polis AIA Family
Protection terdiri dari :51
a. Manfaat Meninggal
Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dan
Pasal 16 Polis ini, apabila selama polis masih berlaku, tertanggung meninggal
dunia dalam masa asuransi, maka kami akan membayarkan manfaat meninggal
berupa uang pertanggungan sebagaimana tercantum dalam polis dengan ketentuan
sebabagi berikut:
Umur pada saat Manfaat Meninggal
Keterangan:
meninggal