Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

30

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Masa nifas adalah masa pulih kembali,
mulai persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
masa nifas ini yaitu enam minggu (Sarwono, 2011). Masa nifas berlangsung selama
enam minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2000).
Nifas dibagi dalam tiga periode, (Suherni, 2009), yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya enam minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih badan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

12

31

Alat-alat genetalia interna maupun eksterna pada masa nifas akan berangsurangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetal ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga
perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi,
karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjarkelenjar mamma (Sarwono, 2011).
Masa nifas terkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya keberhasilan
laktasi dipengaruhi kesiapan ibu dari awal masa nifas yang bisa berhubungan dengan
perubahan / adaptasi pada masa nifas. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan
fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari
psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses
eksplorasi dan berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu (Ambarwaty,
2009).


2.2 Payudara
Payudara adalah organ yang penting bagi kaum perempuan karena payudara
mengeluarkan air susu (ASI) yang sangat dibutuhkan bayi. Payudara bagi wanita
merupakan salah satu bagian tubuh yang dibanggakan. Payudara wanita yang disebut
juga glandula mammaria adalah alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak
pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam.

32

Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus
pectoralis mayor berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari
jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla yang disebut cauda axillaris spence.
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih
besar daripada payudara yang lain (Verarlls, 2010).
Payudara tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah
jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira
18 los yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran
jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau

jeruk yang dibelah (Verarlls, 2010).
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm.
Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada
wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu
hamil. Papilla mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4.
Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,
permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil
yang merupakan muara ductus lactifer (Verarlls, 2010).
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresikan air susu. Setiap alveolus
dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, di sekeliling setiap alveolus terdapat
sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang (basket cell) atau sel

33

laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini diransang oleh oksitosin akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Tubulus lactifer adalah
saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli, dan ductus lactifer adalah saluran
sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer sedangkan ampulla adalah
bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air

susu. Ampulla terletak di bawah areola (Verarlls, 2010).

2.3 Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk
memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan
pemijatan (Fitri, 2011). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil
sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang
merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin
(Kustini, 2011).

Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan

payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat
dengan mudah untuk proses menyusui (Sitti, 2009).
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan
payudara adalah pemeliharaan buah dada sehingga produksi ASI lancar dan
menghindari kesulitan di dalam menyusui. Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui
kerap dihubungkan dengan keindahan payudara. Alasan inilah
mereka enggan berlama-lama menyusui (Suherni, 2010).


yang membuat

34

Namun bukan berarti tidak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah
dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah,
perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan
bayi mengkonsumsi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2010).
Tujuan dilakukan perawatan payudara adalah memelihara kebersihan
payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI.
perawatan dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari untuk
mendapatkan hasil dilakukan secara teratur dan sitematis, makanan dan minuman ibu
yang seimbang dan sesuai dengan kesehatan ibu dan memakai BH (Bra) yang tidak
terlalu ketat dan selalu bersih dan menyokong payudara.
Berikut ini kiat teknik pengurutan payudara yang dapat dipraktekkan sejak
hari kedua usai persalinan. Cucilah tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak
kedua belah telapak tangan secukupnya. Lalu lakukan pengurutan seperti berikut:
1. Pengurutan Pertama


1) Licinkan kedua tangan dengan minyak
2) Tempatkan kedua tangan di antara payudara

35

3) Pengurutan dilakukan dimulai tengah, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri
dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan
4) Lakukan terus pengurutan dari tengah, keatas, kesamping dan kebawah
5) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara
2. Pengurutan Kedua

1) Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri sedang tangan kanan mengurut
dengan buku-buku jari dari pangkal kearah puting susu.
2) Lakukan untuk payudara sebelah kanan
3) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara
3. Pengurutan ketiga

Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara
kearah puting susu sebanyak 1 kali.


36

4. Pengurutan keempat

1) Pijat areola ke arah

puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung

dengan tempat yang bersih atau gelas.
2) Pengompresan
3) Kompres kedua payudara dengan dua handuk kecil hangat selama 2 menit,
lalu ganti dengan kompres air dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi
dengan air hangat 2 menit.
Kemudian pakailah BH (kutang) yang bersih dan sesuai untuk ibu menyusui.
Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah
melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna (Suherni, 2009).
2.3.1 Manfaat Perawatan Payudara
Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan
dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktasi. Jika
persiapan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting

yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta
kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan
kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu

37

belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih
pada payudaranya (Sitti, 2009).
Berbagai dampak negatif yang dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan
payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
1. Puting susu masuk kedalam
2. Anak susah menyusui
3.

ASI lama keluar

4. Produksi ASI terbatas
5. Pembengkakan pada payudara
6. Payudara meradang
7. Payudara kotor

8. Ibu belum siap menyusui
9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

2.4 Laktasi
Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu (Ambarwaty, 2009). Dalam Kamus Besar Bahasa
indonesia Laktasi adalah pengeluaran susu dari kelenjar susu. Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia ( Anik, 2012). Laktasi merupakan fase transisi

38

bayi untuk dapat tumbuh – kembang (Manuaba, 2000). Laktasi atau menyusui yaitu
proses pembentukan ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan proses pengeluaran
yang melibatkan hormon oksitosin (Prasetyono, 2012).
Keberhasilan laktasi dipengarusshi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan.
Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan
saat pubertas. Adapun produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada

stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Sarwono,
2010). Keadaan saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi.
Hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun
drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih besar. Alveoli mulai menghasilkan ASI saat
kadar estrogen dan progesteron turun. Mekanisme ini yang membuat produksi ASI
seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam setelah melahirkan. Menyusui
bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena dengan menyusui lebih dini terjadi
perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin
lancar (Proverawati, 2010).

2.5 ASI
ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan
sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel
yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan,
enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah

39

pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2013). Air Susu Ibu
merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama,
karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan
menyediakan energi (Khasanah, 2011).
ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal
paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat
gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna
susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI.
Sistem pencernaan bayi usia dini belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6
bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Anik, 2012).
2.5.1 Komposisi ASI
ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung semua
zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan kehidupan sehinnga dianjurkan agar
pada masa ini hanya diberikan ASI. Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
(Khasanah, 2011).
Berikut kandungan gizi dalam ASI :
1.

Kolostrum
Mengandung kadar protein yang sangat tinggi. Kolostrum adalah dalah ASI yang
keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuning-

40

kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin
berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.
2.

Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu)adalah karbohidrat utama
dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya
meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).

3.

Protein
Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan
protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang
terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi
dibandingkan dengan susu formula.

4.

Taurin Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin
berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi
sel otak.

5.

Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI
sekitar 70-78%.

6.

Mineral
Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak
terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan atau
pembuatan darah dan pembentukan tulang.

41

7.

Vitamin yang terdapat dalam ASI adalah :
a.

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan.

b.

Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D
juga berasal dari sinar matahari.

c.

Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah.

d.

Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.

e.

Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan
terdapat dalam ASI.

8.

Zat Kekebalan
Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari
ibunya melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit
(Purwanti, 2011).

2.5.2 Manfaat ASI
Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations
Children’s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau World Breastfeeding Week
yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak
masyarakat diseluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan ASI kepada bayi
serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Ambarwaty, 2009).

42

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :
1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim,
yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum
hamil.
3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan.
4. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa
perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.
6. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara.
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :
1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.
2. ASI mudah dicerna oleh bayi.
3. ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan penyakit lainnya.
4. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan menurunkan resiko
kematian bayi mendadak.
Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :
1. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula
2. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan kesehatan.
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari menyusui
(Ambarwaty, 2009).

43

2.6 Produksi ASI
Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek. Pertama, reflek
produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi menghisap puting payudara,
maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin), yang
mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut
dikumpulkan dalam saluran-saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down
reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin
(oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air
susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap semakin
banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2011).
Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin
diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus
sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli
mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari
alveoli masuk ke ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke
mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan yang
menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, merasa sakit, atau
malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari, 2012).
Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex). Dengan adanya
refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju mulut bayi. Pengisapan puting

44

menunjukan gerakan yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengisapan dot
(Prasetyono, 2012).
Meningkatkan produksi ASI supaya optimal, ada beberapa langkah yang
perlu dilakukan ibu sebagai berikut :
1. Susui bayi lebih sering tanpa jadwal, paling sedikit 8 x dalam 24 jam, tiap – tiap
payudara 10 – 15 menit.
2. Setiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Hal ini berguna
agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi
ASI sesering mungkin.
3. Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot atau
empongan. Hal ini karena mekanisme menyusu pada payudara ibu dengan
menyusu menggunakan botol dot adalah berbeda (Khasanah, 2011).
2.6.1 Menilai Produksi ASI
Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI
yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan
dari payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh
payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI. Penilaian
terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk
mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari
pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui payudara ibu terasa tegang,
ASI yang banyak dapat keluar dari puting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat
dilihat saat stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi baru lahir

45

yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali,
warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau
tenang selama 2- 3 jam (Bobak, 2010).
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah
karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang
berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB
ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion. Pola eliminasi bayi
tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum ASI, umumnya pola
BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan,
tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu
formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat
(Bobak, 2010).
2.6.2 Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu
kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan
pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan
gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat
itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan (Krsitiyanasari, 2010).

46

Volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama, dalam
keadaan produksi ASI telah normal. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya
berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat
akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang
dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi
dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun
kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu
kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran
payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun
umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak
berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Suherni,
2010).
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama enam bulan pertama, dan 400-600 ml dalam enam
bulan kedua, serta 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya
mungkin pada masa kehamilan, jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan
digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagi sumber energi selama
menyusui. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun
jumlahnya dan akhirnya berhenti untuk menyusui bayinya (Khasanah, 2011). Akan
tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan
ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang

47

kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat
yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. (Prasetyono, 2011).
2.6.3 Cara Peningkatan Produksi ASI
Menyusui adalah pilihan yang tepat dan sehat untuk bayi, tapi kadang-kadang
ingin meningkatkan produksi ASI buat bayinya stres, penyakit dan kelelahan bisa
berdampak negatif terhadap produksi ASI saat menyusui. Cara untuk meningkatkan
produksi ASI :
1. Menyusui bayi lebih sering, biarkan bayi mendapatkan ASI selama bayi inginkan
bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah menjadi tujuh atau delapan
kali ketika membiarkan bayi menyusui lebih sering, tubuh ibu akan menerima
respon untuk menghasilkan lebih banyak susu.
2. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui.
Pastikan bayi untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai
bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara
kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di bagian
areola payudara dan juga diluar putting.
3. Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui. Ketika bayi tidur atau baru
saja selesai makan, gunakan pompa payudara 5-10 menit di setiap payudara untuk
memberikan stimulasi ekstra dan dan meningkatkan produksi ASI. Jangan
berkecil hati jika tidak menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena
tujuannya adalah stimulasi.

48

4. Melakukan diet yang benar untuk agar bisa terpenuhi. Seorang ibu menyusui
membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau 300-500 kalori diatas diet prakehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui.
5. Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi sekitar 3 liter air
per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi menyusui pasti akan selalu
merasa haus. Jumlah air yang tetap akan membantu meningkatkan produksi ASI.
6. Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling baik untuk
meningkatkan produksi ASI.
7. Jika ibu menyusui telah mencoba semua dan masih perlu untuk meningkatkan
suplai ASI, berbicara dengan dokter. Ada resep tersedia memiliki efek untuk
meningkatkan produksi ASI (Tulus, 2011).
2.6.4

Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI
Menurut Khasanah (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

sebagai berikut:
1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam
tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat
gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.

49

Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam
dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan
jumlah kalori yang diberikan satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk
keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan satu butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa
kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas
pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan
sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
2. Frekuensi Menyusui
Frekuensi Menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering
menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan ASI
sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, produksi ASI
akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau lebih perhari selama 1 bulan
awal menyusui.
3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi
Menyusui yang tidak di jadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi (on
demand),ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi

50

dibandingkan kapasitas ibu yang memproduksi ASI. Artinya ASI akan diproduksi
sesuai kebutuhan bayi.
4. Umur Kehamilan
Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan belum dapat
menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi. Akibatnya,
ketika rangsangan menyusu berkurang, produksi ASI juga otomatis juga berkurang.
5. Berat Lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang
lebih rendah dibanding bayi yang berta lahir normal (bayi yang lahir lebih dari 2500
gr atau 2,5 kg). Bayi yang dengan berat lahir rendah memiliki kemampuan mengisap
ASI, frekuensi, dan lama penyusuan yang lebih rendah, dibanding bayi berat lahir
normal yang pada akhirnya akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
6. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2

51

macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek
tersebut adalah: Reflek Prolaktin, Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection).
7. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik
bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik,
ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI
kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu
buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan
ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang
memuji penggunaan susu buatan.
8. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen. Pil tersebut dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
Alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan selama menyusui adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon
oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

52

9. Perilaku Ibu
Perilaku ibu, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol bisa mempengaruhi
produksi dan komposisi ASI. Merokok dapat mengurangi produksi ASI karena bisa
mengurangi hormon prolaktin (hormon yang berperan dalam produksi ASI) sehingga
berpotensi mengurangi produksi ASI.
10. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan
tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat
dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Perawatan
payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar saluran ASI (Khasanah, 2010).
Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah Inisisasi Menyusui Dini
(IMD). Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk menyusu,
yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap
putting ibu dalam satu hingga 2 jam pertama masa kehidupannya. Bayi yang diberi
kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif
dan produksi ASI lancar (Roesli, 2013).

53

2.7 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas
Gizi atau nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25% yang berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan, dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Kebutuhan ibu
akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang di konsumsi berguna
untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, dan proses
memproduksi ASI, sebab ASI yang diproduksi ibu akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa menyusui oleh karena itu
ibu menyusui harus makan makanan yang cukup agar mampu menghasilkan ASI
yang cukup baik mutu maupun jumlahnya bagi bayinya, ibu menyusui memerlukan
zat gizi lebih banyak daripada ibu hamil,banyaknya makanan ibu menyusui
disesuaikan dengan umur bayi dan kebutuhan gizi , keadaan gizi baik pada ibu
menyusui terletak pada penganekaragaman menu tiap hari. Menu makanan yang
harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna.
2.7.1 Pola Makan yang Sehat Selama Masa Nifas
Petunjuk pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi memiliki
jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, serat dan air. Selain itu, pola makan harus diatur, yaitu 3
kali sehari (pagi,siang dan malam). Selain makanan utama ibu nifas harus
mengkonsumsi cemilan dan jus buah-buahan sebagai makanan selingan, ibu harus

54

minum paling sedikit 8 gelas (2 liter) sehari, me makan sayur berkuah dan sari buah.
Teruskan kebiasaan makan beraneka ragam makanan sumber zat besi dan kapur
dalam jumlah yang cukup setiap harinya (Krisnatuti, 2011).
Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging
sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat. Dan produksi ASI tetap lancar,
karena daging sapi memiliki banyak serat yag dapat memperlancar buang air besar.
Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah
pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar air besar. (Iping,
2011).
Oleh karena itu, pola makan dengan menu seimbang sangat dianjurkan yang
mana menu seimbang terdiri dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Sebagai
contoh makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur bayam, apel dan susu. Sedangkan
jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu nifas diantaranya adalah makanan
yang mengandung zat aditif atau bahan pengawet makanan yang berkalori tinggi,
daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna serta makanan yang
merangsang seperti makanan pedas (Krisnatuti, 2011).
2.7.2 Menyusun Menu Ibu Nifas dan Menyusui
Pola menu ibu menyusui sebaiknya mengikuti pola menu seimbang yaitu 4
Sehat 5 Sempurna yang didalamnya terdiri dari :

55

1. Makanan sumber zat tenaga
Nasi, roti, mie, bihun, kentang, singkong,talas, tepung-tepungan, ubi, gula pasir,
gula merah, Sirop dan lain-lain.
2. Makanan sumber zat pembangun
Daging ayam, daging sapi, hati sapi, ikan segar, ikan asin, kacang hijau, kacang
merah, Kacang tolo, kacang kedelai, oncom, tempe, tahu, susu dan lain-lain.
3. Makanan sumber zat pengatur
Sayuran : bayam, buncis, daun singkong, kangkung, daun katuk, kacang panjang,
ladu, sawi, Tauge, tomat, wortel dan lain-lain.
Buah : pisang ambon, pepaya, jeruk, apel, anggur, belimbing, mangga, salak,
sawo, Jambu dan lain-lain.
4. Minyak, margarin, mentega, kelapa, santan, merupakan zat yang berasal dari
lemak.
Menu ibu nifas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam sehari, dapat
dicontohkan seperti dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Per Hari Ibu Nifas
Waktu
Makan
Pagi

Pukul
10.00

Bahan Makanan
Nasi
Telur
Tempe
Sayur kacang
Jeruk
Susu menyusui
Biskuit

Bayi
0-6 (bln)
150 g
30
50 g
100 g
100 g
25 g
25 g

Bayi
7-12 (bln)
100 g
30 g
50 g
100 g
25 g
25 g

Bayi
13-24 (bln)
100 g
30 g
50 g
100 g
25 g
25 g

56

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Waktu
Makan
Siang

Pukul
16.00
Malam

Pukul
21.00

Nasi
Ikan
Tempe
Sayur buncis
Pepaya
biskuit
susu menyusui

Bayi
0-6 (bln)
250 g
50 g
50 g
100 g
100 g
25 g
25 g

Bayi
7-12 (bln)
250 g
50 g
50 g
100 g
100 g
25 g
25 g

Bayi
13-24 (bln)
250 g
50 g
50 g
100 g
100 g
25 g
25 g

Nasi
Daging
Tahu
Ca wortel & kol
Pisang
Roti tawar
Susu menyusui

250 g
50 g
100 g
100 g
50 g
40 g
25 g

200 g
25 g
100 g
100 g
50 g
40 g
-

200 g
25 g
100 g
100 g

Bahan Makanan

-

Ibu menyusui umumnya makan 6 kali sehari sesuai dengan frekuensi
menyusui bayi, karena setiap habis menyusui merasa lapar, selain cukup makan,
dianjurkan pula banyak minum yang dapat mempengaruhi produksi ASI, misalnya
minum air, susu dan jus buah sebanyak mungkin, serta perhatian pola makan dengan
baik supaya produksi ASI lancar dalam masa laktasi (Krisnatuti, 2011).
Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, antara lain kacangkacangan dan biji-bijian (terutama wijen), buah-buahan dan sayuran segar, bayam,
singkong, kacang mede, buncis dan jagung muda, teh herbal peningkat persediaan
ASI (yang dikenal dengan istilah galactagogues, daun katuk diduga mengandung
polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks prolaktin atau merangsang hormon
oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI, fenugreek di indonesia

57

bijinya sering disebut kelabat, kelabet atau klabet yang antara lain digunakan sebagai
bumbu dapur untuk pembuatan gulai. Fenugreek sangat kaya akan fitoestrogen yang
dapat melancarkan produksi ASI (Krisnatuti, 2011).

2.8 Kerangka Teori
Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan.
Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan
saat pubertas. Adapun produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada
stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktorfaktor spesifik lainnya yang mempengaruhi produksi ASI antara lain : frekuensi
menyusui, menyusui sesuai keinginan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan,
umur dan paritas, stres dan penyakit akut, konsumsi rokok, konsumsi alkohol dan pil
kontrasepsi (Proverawati, 2011). Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan ibu (nutrisi), karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan
sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik,
makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8 – 12
gelas/air (Kristiyanasari, 2011).

58

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dibentuk kerangka teori penelitian
yang dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 sebagai berikut :
Masa sebelum Hamil:
Anatomi payudra saat lahir
dan Pubertas

Karakteristik anak:
Refleks mengisap

Masa Saat Hamil:
• Anatomi payudara
• Perawatan payudara
• Kebiasaan makan
• Kebiasaan alkohol dan
rokok

LAKTASI

Masa Nifas:
• Perawatan payudara
• IMD
Kebiasaan Makan
• kontrasepsi

Produksi ASI:
1. Bayi mendapatkan ASI sesuai
dengan kebutuhan minimal≥ 8x
dan lamanya ≥ 10 menit.
2. BAK bayi per-24 jam 6-8 kali
3. BAB bayi 2-5 kali
4. Bayi tertidur selama 2-3 jam

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI
Sumber : Kristiyanasari, 2011; Tulus, 2011; Kristinatuti, 2011; Sarwono, 2010;
Khasanah 2011; Prasetyono, 2011

2.9 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan bagian dari kerangka teori
yang ada, mengingat tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dapat
dilakukan pengukuran, karena keterbatasan dalam masalah waktu, biaya, tenaga,
sehingga yang dipilih adalah variabel-variabel yang benar-benar mempunyai

59

hubungan perawatan payudara dan kebiasaan makan dengan produksi kelancaran
ASI pada ibu masa nifas berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Variabel independen dalam penelitian perawatan payudara dan kebiasaan
makan, sedangkan variabel dependen adalah kelancaran produksi ASI pada ibu masa
nifas, dapat dilihat dalam Gambar 2.2

kerangka konsep penelitian. Perawatan

payudara diukur mulai dari tindakan melakukan pengurutan pertama sampai ke
empat. Serta memakai bra yang longgar yang sesuai dengan ibu menyusui.
Variabel Indenpenden

Variabel Dependen

Perawatan Payudara

Kebiasaan Makan

Kelancaran
Produksi ASI
pada Ibu Nifas

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun 2012

16 88 129

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

6 63 130

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 2 18

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 2 11

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

1 9 2

Hubungan Perawatan Payudara Dan Kebiasaan Makan Dengan Kelancaran Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 0 18

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 16