Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Aktivitas Pendanaan (Financing Activities)
Dalam menjalankan roda bisnisnya, setiap perusahaan pasti memerlukan
pendanaan. Subramanyam dan Wild (2010) menyatakan bahwa aktivitas
pendanaan merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan
uang untuk membayar kebutuhan perusahaan seperti pembelian bahan baku untuk
produksi, mengakuisisi perusahaan dan teknologi komplementer, dan untuk
penelitian dan pengembangan. Perusahaan harus berhati-hati dalam perolehan dan
pengelolaan sumber daya keuangan tersebut mengingat aktivitas pendanaan
berpotensi dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan.
Terdapat dua sumber utama pendanaan eksternal, yaitu melalui ekuitas dan
melalui utang. Pada umumnya perusahaan lebih banyak menggunakan dana yang
berasal dari eksternal atau yang lazim disebut utang, dengan tujuan untuk
mengurangi pajak yang harus dibayarkan. Pinjaman melalui utang akan
menimbulkan biaya bunga sebagai kompensasi perusahaan terhadap kreditur yang

telah memberikan dana dan sifatnya sebagai pengurang pajak. Biaya ini akan
memperkecil laba sehingga akan berdampak pada pajak yang dibayarkan menjadi
rendah.

2.1.2. Penggunaan Utang oleh Perusahaan
A.

Pengertian Utang
Pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri bagi

perusahaan yang sejumlah modal utamanya tertanam dalam aktiva tetap. Namun,
pengadaan aktiva biasanya membutuhkan dana relatif besar sehingga perlu
dilakukan penambahan utang. Menurut Munawir (2004) utang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana
utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditur. Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang berasal
dari kreditur dan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan bisnisnya.
Pendanaan utang sering terjadi melalui pinjaman atau melalui penerbitan
efek seperti obligasi. Pemberi utang meliputi organisasi seperti bank, institusi
simpan pinjam, institusi keuangan atau non keuangan lainnya. Periode pinjaman

bervariasi tergantung pada keinginan perusahaan dan krediturnya. Pinjaman dapat
berjangka waktu lebih dari lima puluh tahun, atau kurang dari satu minggu.
Manajer harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari utang
berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan
dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham.

B.

Macam-Macam Utang

1.

Utang Jangka Pendek (Short Term Debt)
Utang jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang timbul sebagai

akibat dari aktivitas pendanaan perusahaan, dalam upaya memperoleh tambahan
modal yang berasal dari eksternal perusahaan dan sifatnya sementara bekerja di
dalam perusahaan. Aktifitas tersebut dapat dilihat berupa adanya penambahan aset

perusahaan yang dibiayai dari utang jangka pendek tersebut. Perusahaan wajib

melunasi kewajiban dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) tersebut
kepada pihak eksternal.
Utang jangka pendek menurut PSAK (IAI, 2009) meliputi:
a) Utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang
dagangan.
b) Utang wesel atau promes adalah kewajiban yang dibuktikan dengan janji
tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
yang telah ditentukan dikemudian hari yang dapat berasal dari pembelian,
pembiayaan, atau transaksi lainnya.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
hutang ini bersifat lebih formal dibandingkan hutang dagang biasa.
c) Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi
tetapi belum dilakukan pembayarannya karena belum jatuh tempo pada
akhir periode yang bersangkutan.
d) Utang deviden, adalah deviden yang dapat dibayar sebagaimana
diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode
belum dibayar dan dicatat sebagai utang deviden.
e) Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue) adalah penerimaan
yang belum dapat diakui sebagai pendapatan karena belum terjadinya
penyerahan barang atau jasa baik secara sebagian atau penuh (belum
memberikan manfaat kepada pihak pembeli).

f) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian atau
seluruh utang jangka panjang yang sudah menjadi utang jangka pendek,
karena harus segera dilakukan pembayaran.
g) Utang muka penjualan.
h) Utang pemegang saham.
i) Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan
datang.
j) Utang bunga.
k) Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus).

2.

Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Utang jangka panjang adalah utang dengan umur pengembaliannya lebih

dari satu tahun periode akuntansi, yang umumnya digunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan (ekspansi) dan modernisasi perusahaan karena kebutuhan
modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Semakin lama jangka
waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali utang tersebut sehingga


akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk mendayagunakan
sumber dana yang berasal dari utang jangka panjang tersebut. Meskipun
demikian, utang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa
memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai
dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Jika seandainya
perusahaan tidak mampu membayar kembali utang dan bunga, maka kreditur
dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya.
Utang jangka panjang menurut PSAK (IAI, 2009) terdiri dari:
a) Utang obligasi, merupakan utang yang timbul berkaitan dengan dana yang
diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Dalam surat obligasi
dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan
obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.
b) Utang hipotik merupakan penggadaian kekayaan nyata tertentu untuk
mendapatkan suatu pinjaman dengan beban bunga yang tetap. Kekayaan
nyata didefinisikan sebagai real estate, gedung, dan lain-lain.
c) Utang kredit bank jangka panjang adalah pinjaman melalui bank yang
biasanya membawa tingkat suku bunga tetap, dan jadwal pembayaran
bulanan atau triwulanan dan menyertakan tanggal jatuh tempo ditetapkan.
Pinjaman ini umumnya ditetapkan selama lebih dari tiga tahun.
d) Utang wesel jangka panjang atau juga dikenal dengan nama Bank draft

atau Banker’s draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak
bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik)
untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang
ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan.
e) Utang pensiun
f) Utang sewa guna usaha

2.1.3. Kebijakan Utang
Kebijakan utang merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan. Dimana kebijakan utang merupakan salah satu bagian dari kebijakan
pendanaan perusahaan. Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil oleh
pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.

Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme
monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan

perusahaan. Keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh
dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan

sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal
dari kreditur adalah merupakan utang perusahaan. Modal ini sering disebut
dengan pembelanjaan asing atau utang (Riyanto, 2001).
Keputusan pembiayaan melalui utang mempunyai batasan sampai
seberapa besar dana dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk
menentukan rasio utang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio utang
melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut
akan mempengaruhi stuktur modal perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu
Utang Jangka Panjang (Long Term Debt ) yang menunjukkan sejauh mana utang
dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi utang dibanding dengan
modal perusahaan, supaya aman porsi utang harus lebih kecil dari modal
(Golconda, 2012). Perusahaan yang menggunakan semakin banyak utang maka
akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini
memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah karena tidak mampu
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya akibat kewajiban yang
semakin besar.
Weston dan Copeland

(2010) menyatakan bahwa utang memiliki


kepastian dalam hal pendapatan dan memiliki risiko yang rendah karena diikat

oleh perjanjian, namun tidak memiliki hak suara walaupun jika terjadi kegagalan
bayar kreditur dapat mengambil alih kendali perusahaan.
Dari sudut pandang emiten utang jangka panjang (peminjam utang) ada
beberapa keunggulan dan kelemahan dalam obligasi. Keunggulan utang jangka
panjang menurut Weston dan Copeland

(2010) menyatakan bahwa utang

memiliki biaya yang lebih rendah dibanding saham biasa dan biaya utang dapat
digunakan sebagai pengurang pajak, selain itu utang memiliki fleksibilitas dalam
pelunasan oleh debitur.
Kelemahan utang jangka panjang menurut Weston dan Copeland (2010)
menyatakan bahwa utang memiliki risiko biaya tetap yang harus dibayarkan
sehingga dapat memberatkan keuangan perusahaan (debitur) jika imbal hasil dari
investasi yang dilaksanakan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.4. Teori Kebijakan Utang

Suatu perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasi
dan pengembangan usahanya. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari sumber
internal yaitu berupa laba ditahan, sedangkan sumber eksternal berasal dari utang.
Keputusan manajemen untuk memilih utang sebagai sumber pendanaan eksternal
perusahaan dapat dijelaskan melalui teori-teori berikut.

A.

Modigliani-Miller (MM) Theory

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
Miller (teori MM) yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton H.
Miller pada tahun 1958. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan

atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi
untuk membangun teori mereka (Syahyunan, 2013:218) yaitu:
a) Tidak terdapat agency cost.
b) Tidak ada pajak.
c) Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan.

d) Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai
prospek perusahaan di masa depan.
e) Tidak ada biaya kebangkrutan
f) Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari utang.
g) Para Investor adalah price-takers.
h) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Meskipun ada beberapa asumsi teori MM yang tidak realistis, tetapi dapat
dijadikan petunjuk mengenai faktor-faktor yang diperlukan untuk menjadikan
struktur pendanaan menjadi relevan dan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Sehingga perusahaan yang menggunakan utang akan memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang.
Teori MM dianggap sangat kontroversial.
perusahaan

sebaiknya

menggunakan

Implikasi

utang

teori

tersebut

adalah

sebanyak-banyaknya.

Dalam

praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai utang sebesar itu, karena
semakin tinggi tingkat utang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
kemungkinan

kebangkrutannya.

Teori

MM

justru

mengabaikan

biaya

kebangkrutan sehingga inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar
perusahaan

menggunakan

utang sebanyak-banyaknya

untuk

memperoleh

keuntungan.

B.

Agency theory

Konsep Agency theory menurut Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau
kontrak antara pemegang saham (principal) dan pihak manajemen. Kenyataannya

sebagai agen dari pemegang saham, manager tidak selalu bertindak demi
kepentingan pemegang saham. Untuk itu, diperlukan biaya pengawasan yang
dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan
keuangan, dan pembatasan terhadap pengambilan keputusan oleh manajemen.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan akan memunculkan biaya yang disebut
sebagai biaya keagenan (Agency Cost). Biaya ini bertujuan untuk mengawasi
semua aktivitas para manajer sebagai pemegang keputusan penting. Manajer yang
cenderung menggunakan utang tentu akan menimbulkan asumsi bagi para
pemegang saham bahwa bunga yang muncul sebagai kompensasi dari utang,
hanya akan memberikan untung bagi para kreditur. Otomatis keuntungan yang
akan dibagikan pada principal akan berkurang. Bagaimana manajemen akan
bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian antara kreditur dan para pemegang
saham. Maka dalam teori agency ini biaya pengawasan tentu akan dibebankan
pada pemegang saham, sehingga perlu dikontrol agar tidak berujung konflik.

C.

Signaling Theory

Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2010) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan
cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal
yang normal. Manajer dapat menggunakan utang lebih banyak sebagai sinyal
yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan utang dapat
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa

mendatang. Investor diharapkan dapat menangkap sinyal tersebut dan percaya
untuk menanamkan sebagian sahamnya diperusahaan tersebut.
Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung
untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat bahwa manajemen memandang prospek
perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan
saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun,
karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

D.

Static Trade Off Theory

Static trade off berasumsi bahwa pendanaan suatu perusahaan ditentukan

dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika utang meningkat
di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi) ketika utang meningkat
pada sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi
dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa
meningkatkan utangnya dan peningkatan utang harus dihentikan ketika
pengurangan pajak atas tambahan utang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan
dengan peningkatan agency cost. Model Static Trade off ini merupakan evolusi
atau pengembangan dari teori irrelevance-nya Modigliani dan Miller dan saat ini
merupakan mainstream dari teori struktur modal (Nurhasanah, 2012).

E.

Pecking Order Theory

Pecking Order Theory dikemukakan oleh Myers dan Majluf pada tahun

1984. Teori ini menunjukkan kondisi bahwa perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi justru memiliki tingkat utang yang rendah, karena
perusahaan tersebut memiliki sumber dana internal yang melimpah, sehingga
tidak membutuhkan dana dari eksternal dalam jumlah besar. Secara spesifik,
perusahaan mempunyai urutan-urutan prioritas dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Teori Pecking Order yang dinyatakan oleh
Syahyunan (2013:228) adalah sebagai berikut :
a) Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh
dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali memulai dari sekuritas paling aman, yaitu utang yang paling
rendah resikonya, kemudian utang yang lebih beresiko, sekuritas hybrid
seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh
seberapa besarnya perusahaan tersebut memperoleh untung atau rugi.
d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan
dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta
kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portfolio
investasi yang lancar tersedia.
Teori Pecking Order ini menjelaskan urutan-urutan pendanaan yang
biasanya dilakukan perusahaan untuk

kebutuhan investasi. Teori ini juga

menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang
lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.

2.1.5. Pertumbuhan Laba
A.

Pengertian Laba
Menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam

laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan

penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu
c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan
d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu
e) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan
dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam
laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus
kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari

serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun
salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan
laba. Pertumbuhan laba akan dihitung dengan mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya lalu dibagi dengan laba periode
sebelumnya.

B.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Harahap (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain:
a) Besarnya perusahaan.
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
b) Umur perusahaan.
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

c) Tingkat leverage.
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
d) Tingkat penjualan.
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat
penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin
tinggi.
e) Perubahan laba masa lalu.
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang
diperoleh di masa mendatang

2.1.6. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan. Menurut beberapa ahli pengertian profitabilitas, antara
lain:
a) Menurut Helfert (2003), “profitability is the effectiveness with which
management has employed both the total assets and the net assets as
recorded on the balance sheet”.

b) Menurut Harahap (2007), “profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Ukuran
profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih,
tingkat pengembalian invetasi atau aset, dan tingkat pengembalian ekuitas
pemilik. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan
perusahaan

dalam

menghasilkan

keuntungan.

Rasio

profitabilitas

yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba dapat disebut juga

Operating Ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi yang akan

ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam
rangka pengembangan bisnisnya. Disamping itu masalah ketidakpastian kondisi
yang akan dihadapi, maka besarnya investasi yang ditanamkan harus
diperhitungkan dalam pengambilan kebutuhan dana.
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan
adalah melalui rasio Return on Equity (ROE). Menurut Sartono (2001), ROE
merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai
suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk
suatu periode waktu tertentu. Besar kecilnya ROE sangat dipengaruhi oleh laba
yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan
semakin meningkatkan ROE, sebaliknya semakin kecil laba yang diperoleh
semakin rendah pula ROE.
Menurut Brigham dan Houston (2010:133), rasio yang paling penting
adalah

pengembalian atas ekuitas yaitu Return on Equity (ROE). ROE

merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas
pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat
pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE
menunjukkan tingkat yang mereka peroleh. Jika ROE tinggi, maka harga saham
juga cenderung akan tinggi dan tindakan yang meningkatkan ROE kemungkinan
juga akan meningkatkan saham. Salah satu informasi yang terkait dengan dengan
ROE adalah bagaimana perusahaan mendapatkan dana untuk membiayai aktivitas
operasinya dalam jangka panjang.

2.1.7. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory
controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan

menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Purwitasari
dan Septiani, 2013).
Secara umum, perusahaan besar yang memiliki peluang investasi
sebaiknya menetapkan rasio pembayaran yang lebih rendah, yang berarti menahan
lebih banyak laba dari pada perusahaan besar yang memiliki peluang investasi
yang lemah. Jika ada ketidakpastian yang besar dalam arus kas bebas (free cash
flow), yang didefinisikan sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi

ekuitas yang diwajibkan, maka yang terbaik bagi perusahaan adalah bersikap
konservatif dan menetapkan dividen tunai masa berjalan rendah (Brigham dan
Houston, 2010). Penelitian ini menggunakan logaritma dari total asset perusahaan
untuk mengukur Firm Size, sehingga semakin besar nilai logaritma total aset
perusahaan semakin besar pula ukuran perusahaannya.

2.1.8. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth )
Brigham dan Houston (2010) mengatakan: “Perusahaan dengan penjualan
yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya tidak stabil”.
Pertumbuhan penjualan merupakan ukuran mengenai besarnya pendapatan
per saham perusahaan yang diperbesar oleh utang. Suatu perusahaan yang berada
dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus
menyediakan modal yang cukup untuk perusahaan. Perusahaan yang tumbuh

pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai kegiatan
usahanya daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Indrawati dan
Suhendro (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan bergantung kepada external capital dikarenakan internal fund
perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan yang tinggi, lebih
lanjut floting cost untuk mengeluarkan saham lebih tinggi dibandingkan dengan
mengeluarkan obligasi. Dengan demikian maka perusahaan dengan tingkat
penjualan yang tinggi akan lebih banyak mengeluarkan surat utang dibandingkan
dengan perusahaan yang tingkat penjualannya rendah.

2.2

Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mereview beberapa penelitian terdahulu yang relevan,

dengan hasil sebagai berikut :
1.

Shubita dan Alsawalhah (2012) meneliti dengan judul “The relationship
between capital structure and profitability”. Penelitian dilakukan terhadap

39 perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Amman Stock
Exchange, periode tahun 2004-2009. Alat analisis yang digunakan adalah

dengan regresi linier berganda yaitu Ordinary Least Squares (OLS). Hasil
penelitian menunjukkan short-term debt to total asset, long-term debt to
total asset, dan total debt to total asset berpengaruh signifikan negatif

terhadap ROE. Sales growth dan firm size berpengaruh signifikan dan
positif terhadap ROE.
2.

Pouraghajan,et.al. (2012) meneliti dengan judul “The relationship between
capital structure and firm performance evaluation measures: evidence
from Tehran Stock Exchange”. Penelitian ini dilakukan

terhadap 400

perusahaan pada 12 kelompok sektor manufaktur yang terdaftar di Tehran
Stock Exchange selama tahun 2006-2010. Alat analisis yang digunakan

adalah dengan regresi linier berganda yaitu Ordinary Least Squares
(OLS). Hasil penelitian menunjukkan rasio utang berpengaruh signifikan
negatif terhadap profitabilitas (ROA dan ROE), total asset turnover
(TATO), firm size, asset tangibility ratio, dan growth opportunities
menunjukkan pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA dan
ROE). Sedangkan firm age berpengaruh tidak signifikan terhadap
profitabilitas (ROA dan ROE).
3.

Gill, et.al. (2011) meneliti dengan judul “The effect of capital structure on
profitability: evidence from the United States (2005-2007)”. Penelitian

dilakukan terhadap 272 perusahaan jasa dan manufaktur yang terdaftar di
New York Stock Exchange. Alat analisis yang digunakan adalah dengan

regresi linier berganda yaitu Ordinary Least Squares (OLS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada sektor jasa berpengaruh signifikan
positif terhadap ROE, sedangkan long-term debt to short-term debt to total
asset, dan total debt to total asset total asset berpengaruh tidak signifikan

terhadap ROE. Pada sektor manufaktur short-term debt to total asset
,long-term debt to total asset, dan total debt to total asset berpengaruh

signifikan dan positif terhadap ROE.

Sales growth dan firm size

berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE pada perusahaan jasa dan
manufaktur.
4.

Amjed (2007) meneliti dengan judul “The impact of financial structure on
profitability:study of Pakistan’s Textile sector”. Penelitian ini dilakukan

terhadap perusahaan yang bergerak di sektor tekstil yang terdaftar di
Karachi Stock Exchange pada periode tahun 1999-2004. Alat analisis yang

digunakan adalah dengan regresi linier berganda yaitu Ordinary Least
Squares (OLS). Hasil penelitian menunjukkan short-term debt to total
asset

berpengaruh signifikan positif terhadap ROE, long-term debt to

total asset berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE, dan total debt to
total asset berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE. Sales growth dan
firm size berpengaruh signifikan positif terhadap ROE.

5.

Abor (2005) meneliti dengan judul “The effect of capital structure on
profitability: an empirical analysis of listed firms in Ghana”. Penelitian
ini dilakukan terhadap 22 perusahaan yang terdaftar di Ghana Stock
Exchange, periode tahun 1999-2002. Alat analisis yang digunakan adalah

dengan regresi linier berganda yaitu Ordinary Least Squares (OLS). Hasil
penelitian menunjukkan short-term debt to total equity berpengaruh
signifikan positif terhadap ROE. Long-term debt to total equity
berpengaruh

signifikan negatif terhadap ROE, dan total debt to total

equity berpengaruh signifikan positif dengan ROE. Sales growth dan Firm
size memiliki berpengaruh signifikan positif terhadap ROE.

6.

Purwitasari dan Septiani (2013) meneliti dengan judul “Analisis pengaruh
struktur modal terhadap profitabilitas (Studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)”. Penelitian ini
dilakukan terhadap 245 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2011. Alat analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan utang jangka pendek

terhadap aset, dan total utang terhadap aset berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROE. Utang jangka panjang terhadap aset berpengaruh tidak
signifikan terhadap ROE. Asset turnover , dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan positif terhadap ROE. Pertumbuhan Penjualan
berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE.
7.

Kristantri dan Rasmini (2011) meneliti dengan judul “Analisa faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas dengan pertumbuhan laba sebagai
variabel moderasi”. Penelitian dilakukan terhadap 84 sampel perusahaan
Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2009-2011. Alat analisis yang digunakan adalah Moderated
Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE. Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROE.

Pertumbuhan

laba

berpengaruh

tidak

signifikan

terhadap

ROE.

Pertumbuhan laba memoderasi hubungan antara DER dengan ROE, dan
tidak memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan ROE.
8. Marberya dan Suaryana (2009) meneliti dengan judul “Pengaruh
pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran
perusahaan, Debt to Equity Ratio dengan profitabilitas pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta”. Penelitian dilakukan
terhadap 94 sampel perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) periode 2003-2006. Alat analisis yang digunakan adalah
Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap

ROE. DER berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE. Pertumbuhan laba
berpengaruh

tidak

signifikan

terhadap

ROE.

Pertumbuhan

Laba

memoderasi hubungan antara DER dengan ROE, dan tidak memoderasi
hubungan antara ukuran perusahaan dengan ROE.
Secara ringkas, daftar peneliti terdahulu dapat disajikan melalui Tabel 2.1
berikut ini :
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
NO

PENELITI

JUDUL

VARIABEL

1.

Shubita dan
Alsawalhah
(2012)

The
Relationship
between Capital
Structure
and
Profitability

Variabel Dependen:
Profitability (ROE)
Variabel Independen:
1.Short-term debt to
total asset
2.Long-term debt to
total asset
3.Total debt to total
asset

ALAT
ANALISIS
Ordinary
Least
Squares
(OLS)

HASIL
PENELITIAN
1.Short-term debt to
total
assets
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE.
2.Long-term debt to
total
assets
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE.
3.Total debt to total
assets berpengaruh
sigmifikan
negatif
terhadap ROE.
4. Sales growth dan
Firm
Size
berpengaruh positif
terhadap ROE.

Ordinary
Least
Squares
(OLS)

1.Debt
ratio
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROA dan
ROE.
2.Asset Turnover ratio,
Firm Size, Asset
Tangibility,dan
Growth
opportunities
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROA dan
ROE.
3.Hanya Firm Age
berpengaruh
tidak
signifikan terhadap
ROA dan ROE.

Variabel Kontrol :
1.Firm Size
2.Sales Growth

2.

Pouraghajan,
et.al. (2012)

The
Relationship
between Capital
Structure
and
Firm
Performance
Evaluation
Measures:
Evidence from
the
Tehran
Stock Exchange

Variabel Dependen:
1.Return on Equity
(ROE)
2.Return on Asset
(ROA)
Variabel Independen:
Debt Ratio
Variabel Kontrol :
1. Firm Size
2.Growth
Opportunities
3. Firm Age
4. Asset tangibility
5.Asset
Turnover
Ratio
6.Industry Sector

Lanjutan Tabel 2.1
NO

PENELITI

JUDUL

VARIABEL

3.

Gill, et.al.
(2011)

The Effect of
Capital
Structure
on
Profitability:
Evidence From
The
United
States
(2005-2007 )

Variabel Dependen:
Profitability (ROE)
Variabel Independen:
1.Short-term debt to
total asset (SDA)
2.Long-term debt to
total asset (LDA)
3.Total debt to total
asset (DA)

ALAT
ANALISIS
Ordinary
Least
Squares
(OLS)

Variabel Kontrol:
1.Firm Size
2.Sales growth
3.Industry

4.

Amjeed
(2011)

The Impact of
Financial
Structure
on
Profitability
:
Study
of
Pakistan’s
Textile Sector

Variabel Dependen:
Profitability (ROE)
Variabel Independen:
1. Current Liabilities
(short-term debt to
total assets)
2.Fixed
Liabilities
(long-term debt to
total assets)
3.Total
Liabilities
(total debt to total
assets)

Ordinary
Least
Squares
(OLS)

Variabel Kontrol :
1. FirmSize
2. Sales growth

5.

Abor
(2005)

The Effect Of
Capital Structure
On Profitability:
An
Empirical
Analysis
Of
Listed Firms In
Ghana

Variabel Dependen:
Return on Equity
(ROE)
Variabel Independen:
1.Short Term Debt to
capital
2.Long Term Debt to
capital
3.Total
Debt
to
capital
Variabel kontrol :
1. Firm Size
2. Asset Growth

Ordinary
Least
Squares
(OLS)

HASIL PENELITIAN
1.Short-term debt to total
assets
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
2.Long-term debt to total
assets
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
3.Total debt to total
assets
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
4. Firm size berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE.
5.Sales
growth
berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROE.
1.Current
Liabilities
(Short-term debt to
total
assets)
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
2.Fixed
Liabilities
(Long-term debt to
total
assets)
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE.
3.Total debt to total
assets
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap ROE.
4.Firm size dan sales
growth
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
1.Short term Debt to
capital
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
2.Long term debt to
Capital berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE
3.Total Debt to capital
berpengaruh signifikan
positif terhadap ROE.
4.Firm size dan sales
growth
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.

Lanjutan Tabel 2.1
NO

PENELITI

JUDUL

6.

7.

VARIABEL

HASIL PENELITIAN

Purwitasari
dan Septiani
(2013)

Analisis
Variabel Dependen:
Profitabilitas (ROE)
Pengaruh
Struktur Modal
Variabel Independen:
Terhadap
1.Utang jangka pendek
Profitabilitas
terhadap total aset.
(Studi Empiris
2.Utang jangka panjang
Pada
Perusahaan
terhadap total aset.
Manufaktur
3.Total utang terhadap
Yang Terdaftar
total aset.
Di BEI Tahun
2009-2011)
Variabel Kontrol :
1.Ukuran Perusahaan
2.PertumbuhanPenjualan
3.Total asset turnover
(TATO)

ALAT
ANALISIS
Multiple
Linier
Regression
Analysis
(regresi
linier
berganda)

Kristantri
dan Rasmini
(2011)

Moderated
Analisis
Variabel Dependen :
Faktor-Faktor
Return
on
Equity Regression
Analysis
yang
(ROE)
(MRA)
Mempengaruhi
Profitabilitas
Variabel Independen :
dengan
1.Debt to Equity Ratio
Pertumbuhan
(DER)
Laba sebagai 2.Ukuran Perusahaan
variabel
Variabel Moderating :
Moderasi.
Pertumbuhan Laba

1.Ukuran perusahaan
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
ROE
2.DER berpengaruh
signifikan
dan
positif
terhadap
ROE
3.Pertumbuhan laba
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
ROE
4.Pertumbuhan laba
tidak memoderasi
hubungan
antara
ukuran perusahaan
dengan ROE.
5.Pertumbuhan laba
memoderasi
hubungan
antara
DER dengan ROE

1.Utang jangka pendek
terhadap aset, dan
total utang terhadap
aset
berpengaruh
signifikan
negatif
dengan ROE
2.Utang jangka panjang
terhadap
aset
berpengaruh
tidak
signifikan terhadap
ROE.
3. Total Utang terhadap
aset
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap ROE
4.Rasio TATO, dan
ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap ROE.
5.Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
tidak
signifikan terhadap
ROE.

Lanjutan Tabel 2.1
NO

PENELITI

JUDUL

VARIABEL

8.

Marberya
dan
Suaryana
(2009)

Pengaruh
Pemoderasi
Pertumbuhan
Laba terhadap
Hubungan
Antara Ukuran
Perusahaan,
Debt to Equity
Ratio dengan
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Perbankan
yang terdaftar
di PT. Bursa
Efek Jakarta

Variabel Dependen :
Return on Equity
(ROE)
Variabel Independen :
1.Debt to Equity Ratio
(DER)
2.Ukuran Perusahaan
Variabel Moderating :
Pertumbuhan Laba

ALAT
ANALISIS
Moderated
Regression
Analysis
(MRA)

HASIL PENELITIAN

1.Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROE
2.DER
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap ROE.
3.Pertumbuhan
laba
berpengaruh
tidak
signifikan terhadap
ROE
4.Pertumbuhan
laba
tidak
memoderasi
hubungan
antara
ukuran perusahaan
dengan ROE.
5.Pertumbuhan
laba
memoderasi
hubungan
antara
DER dengan ROE

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

0 1 10

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

0 1 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Dengan Pertumbuhan Laba Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 27

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14