Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kawasan Ekowisata Mangrove Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
namun dalam pengumpulan data dan analisis data juga di menggunakan metode
kualitatif. Kajian metode campuran adalah serangkaian pendekatan kuantitatif dan
kualilatif dalam suatu metodologi penelitian pada kajian tunggal atau kajian
beragam tahapan. (Tashakkori,2010)
Metode ini memberikan asumsi bahwa dalam menunjukkan arah atau
memberi petunjuk tentang cara pengumpulan dan menganalisis data serta
perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses
penelitian. Mixed methods research berfokus pada pengumpulan dan analisis data
serta memadukan antara data kuantitatif dan data kualitatif, baik dalam single
study (penelitian tunggal) maupun series study (penelitian berseri).
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Medan kecamatan Medan Belawan
kota Kelurahan/Desa Sicanang. Kelurahan Belawan Sicanang terbagi atas 20
lingkungan dan lokasi ekowisata mangrove terletak pada lingkungan XI. Peneliti
memilih lokasi tersebut karena peneliti melihat potensi sumber daya alam yang
ada di Kelurahan Sicanang dikelola secara menarik oleh masyarakat. Dimana
Kelurahan Sicanang terdapat sumber daya mangrove yang dimanfaatkan menjadi

kawasan ekowisata bagi masyarakat sekitar maupun pendatang. Dengan

Universitas Sumatera Utara

adanyaekowisata mangrove ini tentu juga sangat membantu dalam menjaga
kebertahanan hutan mangrove yang hampir punah di Indonesia dan menambah
penghasilan bahkan membangkitkan potensi lain yang bisa dimiliki oleh
masyarakat pesisir di Kelurahan Sicanang. Di samping itu peneliti melihat adanya
partisipasi masyarakat dalam membangun ekowisata tersebut. Hal ini yang
mendasari peneliti memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian peneliti.

3.3. Metode Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel/responden sebagai unit penelitian
dilakukan dengan metode simple random sampling (acak sederhana). Pada
prinsipnya simple random samplingdilakukan dengan cara undian atau lottere.
Dalam

pelaksanaannya

dapat


berbentuk

replacementyaitu

dengan

cara

mengembalikan responden terpilih sebagai sampel kepada populasi untuk dipilih
menjadi calon responden berikutnya. (Yusuf, 2014)
Adapun populasi dalam objek penelitian ini adalah penduduk yang
bertempat tinggal di Kelurahan Sicanangpada lingkungan XI dengan sampel yang
dipilih secara acak. Jumlah populasi lingkungan XI Kelurahan Sicanang yaitu
1.160. Pada penelitian ini populasi akan di bagi menjadi 4 kategori, dimana pada 3
kategorinya populasi akan diambil berdasarkan jarak lokasi tempat tinggal dengan
lokasi ekowisata mangrove tersebut, sedangkan satu kategori lagi yaitu organisasi
yang mengelola ekowisata mangrove secara langsung.

Universitas Sumatera Utara


Peneliti mengambil sampel responden dari jarak terdekat (1 meter) hingga
kejarak yang terjauh (1000 meter) dari lokasi ekowisata tersebut. Dalam hal ini
peneliti akan mengklasifikasikan kriteria partisipasi responden berdasarkan jarak
tempat tinggal dengan lokasi ekowisata mangrove tersebut.

No.

1

Tabel 3.1
Jumlah sampel responden berdasarkan pengelompokkan
Pengelompokkan
Jumlah
Persentase
Sampel
Responden
penduduk
berdasarkan Jarak
Tempat Tinggal

dengan Lokasi
Kawasan Ekowisata
Mangrove
0 – 150 meter
387
10%
39

2

160 – 500 meter

387

10%

39

3


500 – 1000 meter

387

10%

39

Total

117

Dalam teknik pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto
dalam Fine (2016), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil
semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15%
atau 20-25% atau lebih. Dalam hal ini peneliti akan mengambil 10% dari jumlah
sampel pada lingkungan 4 seperti tabel di atas. Untuk meningkatkan kredibilitas
data yang akan diambil, peneliti juga akan menambahkan responden organisasi
pengelola ekowisata terkait yaitu sebanyak 30 orang. Jadi total keseluruhan
responden yang akan dibagikan kuesioner adalah sebanyak 147 orang.


Universitas Sumatera Utara

3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di
lokasi penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data primer adalah
dengan cara :
1. Dokumentasi pengamatan dan pengambilan gambar yang di
lakukan atau diambil secara langsung dari lapangan penelitian.
2. Kuesioner menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan tertutup,
dimana responden bebas menentukan jawaban yang terbaik.
Bentuk seperti ini dengan memakai pedoman untuk mendapatkan
informasi yang lengkap tentang penelitian sehingga hasilnya
bersifat valid.
b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari data kedua atau sumbersumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebelum menuju tahap
berikutnya. Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan
dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan
mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah,
jurnal,artikel dan dari internet yang dianggap relevan dengan masalah

yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

3.5. Instrumen dan Aspek Pengukuran
a. Instrumen
Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data
berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kuesioner berasal
dari bahasa latin : Questionnaire, yang berarti suatu rangkaian pertanyaan
dengan topik tertentu yang diberikan kepada sekelompok individu dengan
maksud memperoleh data. (Yusuf, 2014) Kuesioner pada penelitian ini
berisi pertanyaan mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kawasan ekowisata mangrove di Kelurahan Sicanang. Adapun pertanyaan
tentang partisipasi dalam masyarakat ini menggunakan 3 acuan yaitu,
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.
b. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan skor. Pada
penelitian ini kuesioner terdiri dari 58 pertanyaan untuk masyarakat yang
menjadi sampel di Kelurahan Sicanang yang telah ditentukan. Pengukuran

dalam kuesioner menggunakan skala likert. Skala ini digunakan untuk
mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok
orang terhadap partisipasi keterlibatan dalam pembangunan ekowisata
mangrove.Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pernyataan untuk digunakan jawaban yang
dipilih.Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

Universitas Sumatera Utara

titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.
Untuk mengukur skala likert tersebut dibutuhkan skala perhitungan
yang akan digunakan di aplikasi SPSS untuk berbagai uji analisis data.
Pada

penelitian

ini


kuesioner

berisi

berbagai

pertanyaan

yang

menggunakan skala ordinal yang ditingkatkan menjadi interval dengan
tujuan setiap jawaban responden memiliki tingkatan yang diubah dalam
bentuk angka seperti 5,4,3,2,1 dan memiliki jarak yang sama. Skala
pengukuran interval memberikan informasi tentang jumlah relatif
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.
Tingkat pengukuran ini mempunyai karakteristik seperti skala nominal dan
ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa interval yang
tetap. Dengan demikian, peneliti dapat melihat besarnya perbedaan
karakteristik antara satu individu atau objek dengan lainnya. Skala interval
benar-benar merupakan angka (Sarwono, 2017)

Tabel 3.2
Skala penilaian Likert untuk pernyataan positif dan negatif
No
Keterangan
Skor
Skor
Positif Negatif
1 Sangat Setuju / Sesuai/Mendukung
5
1
2 Setuju/Sesuai/Mendukung
4
2
3 Ragu-ragu
3
3
4 Tidak Setuju/Tidak Sesuai/Tidak Mendukung
2
4
5 Sangat Tidak Setuju/Tidak Sesuai/Tidak

1
5
Mendukung
Sumber (Risnita, 2012)

Universitas Sumatera Utara

3.6. Pengolahan Data
Dalam penelitian kuantitatif peneliti dapat mengumpulkan data dari hasil
kuesioner yang bersifat tertutup dan semi terbuka. Data tersebut semua umumnya
masih dalam bentuk hasil penelitian langsung, oleh karena itu perlu diseleksi dan
dibuat kategori-kategori. Disini peneliti akan mengelompokkan data yang
diperoleh dilapangan berdasarkan tingkat partisipasi keterlibatan masyarakat dan
komponen pembangunan kawasan ekowisata. Dari hasil penyebaran kuesioner
yang selanjutnya akan dipelajari, ditelaah dan dianalisis secara kuantitatif, secara
seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Pengelolahan data
menggunakan SPSS 20.

3.7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu dengan
menggunakan beberapa analisis yaitu:
1. Uji Korelasi
Korelasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menerangkan adanya hubungan antara variabel. Hubungan ini dapat
berupa linear atau sebaliknya. Jika terdapat hubungan antara dua
variabel maka keduanya dikatakan berkorelasi positif atau negatif.
Korelasi sangat tepat digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan
antara variabel. Pengklasifikasi korelasi merupakan hasil daripada

Universitas Sumatera Utara

analisis untuk menentukan kekuatan hubungan diantara keduanya.
Dalam kajian ini klasifikasi korelasi berdasarkan kepada ‘the rule of
the thumb’ yang digunakan oleh Pearson Product Moment Correlation
(r).
Adapun rumus untuk pengujian ini sebagai berikut :
r

nΣxy

=

(Σy)

√{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

.
n

– (Σx)

= Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Koefisien Korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau
asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefiesien korelasi berkisar antara
+1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan tingkat kekuatan (strength)
hubungan linear dan arah hubungan antara dua variabel acak.


Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan yang searah. Artinya jika nilai
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.



Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah dan
berlaku sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel terdapat beberapa kriteria sebagai berikut
(Suwarno,2006):
 0

: Tidak ada korelasi antara dua variabel

 >0-0,25

: Korelasi sangat lemah

 >0,25-0,5 : Korelasi cukup
 >0,5-0,75 : Korelasi kuat
 >0,75-0,99 : Korelasi sangat kuat
 1

: Korelasi sempurna
Dalam uji ini akan diolah dengan aplikasi spss dimana untuk

melihat hasil dari r hitung. Jika hasilnya r hitung > dari r table artinya
ha diterima dimana ada hubungan, ketika r hitung < dari r table artinya
tidak terdapat hubungan. Analisis ini digunakan untuk melihat apakah
ada hubungan setiap variabel umum maupun variabel kriteria dalam
penelitian ini.
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Regresi linear mempunyai persamaan yang disebut sebagai
persamaan regresi. Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji
sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab
(X) terhadap variabel akibatnya. Faktor Penyebab pada umumnya
dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan
variabel akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan
Response. Regresi Linear Sederhana atau sering disingkat dengan SLR

Universitas Sumatera Utara

(Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu metode statistik
yang dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan
ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas.
Adapun rumus dalam pengujian ini sebagai berikut :

Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab
(Independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang
ditimbulkan oleh Predictor.

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus
dibawah ini :
a = (Σy) (Σx²) – (Σx) (Σxy)
.

n(Σx²) – (Σx)²
b = n(Σxy) – (Σx) (Σy)

.

n(Σx²) – (Σx)²
Hasil ini akan melihat apakah partisipasi memiliki hubungan yang

positif atau negatif terhadap pembangunan. Jika hasil uji r dan confident
berlambang (-) artinya tingkat partisipasi memiliki hubungan yang

Universitas Sumatera Utara

berlawanan dengan pembangunan, namun sebaliknya jika hasilnya (+)
maka tingkat partisipasi memiliki hubungan yang positif terhadap
pembangunan. Jika tingkat partisipasi tinggi maka pembangunan juga
semakin tinggi.

3. Uji T (T Test)
Pengujian rata-rata satu sampel dimaksudkan untuk menguji nilai
tengah atau rata-rata populasi µ sama dengan nilai tertentu µo, lawan
hipotesis alternatifnya bahwa nilai tengah atau rata-rata populasi µ
tidak sama dengan µo. Pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin
menguji apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai
pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata
sebuah sampel. Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah
nilai parameter untuk mengukur suatu populasi.

Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya perbedaan antara

Universitas Sumatera Utara

kelompok

laki-laki

dan

perempuan

dalam

berpartisipasi

dan

pandangannya terhadap pembangunan.
4. Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskall Wallis merupakan uji yang memiliki tujuan untuk
menguji perbedaan beberapa kelompok yang independen, minimal tiga
kelompok. (Yusuf, 2014) Uji ini membantu menentukan apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara tiga atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel indenpenden
merupakan variable yang mempengaruhi variabel dependen atau
merupakan variabel bebas satu sama lain, sedangkan variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi variabel independent
atau merupakan variabel terikat. Dalam uji ini peneliti ingin melihat
bagaimana perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kelompok
variabel jarak rumah, kelompok usia, kelompok pekerjaan, kelompok
penghasilan masyarakat, kelompok jenis kelamin. Uji ini juga
digunakan karena skala untuk pengukuran dalam kuesioner ini berupa
skala ordinal yang artinya dapat menggunakan uji ini. Adapun rumus
untuk melakukan pengujian ini sebagai berikut :
H=�

12
� (�−1

��

�12
�1

2

+

�2

�2

+

�32

�2

…...…

�� 2
��

�-3(N + 1)

Keterangan :
R1 = Jumlah Rangking Kelompok 1
R2 = Jumlah Rangking Kelompok 2

Universitas Sumatera Utara

R3 = Jumlah Rangking Kelompok 3
R4 = Jumlah Rangking Kelompok k
N = Jumlah Semua Pengamatan
3.8. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Pada dasarnya uji
normalitas adalah membandingkan antara data yang kita miliki dan data yang
berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan
data kita. Uji normalitas menjadi hal yang penting karena salah satu syarat
pengujian parametrik adalah data harus berdistribusi normal. Secara teoritis,
semakin besar jumlah sampel, maka data akan cenderung berdistribusi normal. Uji
ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval maupun
rasio. Berhubung pada penelitian ini menggunakan pengukuran skala interval
terhadap setiap jawaban yang ada dikuesioner dengan jarak jawaban 5,4,3,2,1
sehingga uji ini akan digunakan dalam penelitian ini. Uji ini akan digunakan
untuk beberapa uji yang mensyaratkan melakukan pengujian ini dalam
penggunaan uji analisisnya.
Berikut merupakan Dasar Pengambilan Keputusan (DPK) dalam uji normalitas (α
dalam penelitian ini sebesar 0,05) :
Untuk jumlah responden 50
Untuk jumlah responden >50


lihat sig pada table Shapiro Wilk
lihat sig pada table Kolmogrov Smirnov

Jika sig > α maka data berdistribusi normal

Universitas Sumatera Utara



Jika sig < α maka data berdistribusi tidak normal

3.9. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu instrumen dapat dilihat dari isi atau konsep
maupun daya ramal yang terdapat pada instrumen itu.Validitas berfungsi untuk
mengukur validnya instrumen (kuesioner) yang digunakan sesuai dengan topik
pertanyaan yang hendak ingin diukur. Untuk mendapatkan hasil dari Uji Validitas
tersebut maka dicari korelasi kedua instrumen tersebut secara keseluruhan maka
diperoleh akan didapat nilai r-nya. Apabila nilai r (korelasi) itu setelah
dibandingkan dengan nilai r tabel ternyata signifikan, maka dapat dikatakan
bahwa tes/instrumen yang disusun sesuai atau sejajar dengan kriteria.
Menurut Sugiyono (2002:124) uji validitas data adalah teknik korelasi
antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Untuk mencari nilai korelasinya penulis menggunakan
rumus Pearson Product Moment :

Keterangan :
x = Variabel indenpenden
y = Variabel dependen
n = banyaknya sampel
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu

Universitas Sumatera Utara

program SPSS.
3.10.Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen
penelitian terhadap individu yang sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda.
Reliabilitas sebagai suatu perkiraan tingkatan (degree) konsistensi atau kestabilan
antara pengukuran ulangan dan pengukuran pertama dengan instrumen yang
sama. (Yusuf, 2014)
Uji ini digunakan untuk mengetahui ketepatan pengukuran objek yang
dikaji yaitu untuk menentukan sejauh mana alat ukur dapat dipertanggung
jawabkan ataupun jika diulangi pengukurannya akan menghasilkan data yang
tidak berbeda. Uji reabilitas ini menggunakan alat ukur Alpha Cronbach. Apabila
suatu komponen di uji akan menunjukkan angka lebih dari 0.50 berarti item-item
kuesioner yang diukur telah mempunyai kepercayaan yang cukup berarti.
3.11.Mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat dengan Pengkategorisasi
Data di SPSS
Partisipasi diukur melalui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku,
kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian yang terdiri dari pertanyaan
pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Tingkat partisipasi diukur melalui pengetahuan, sikap dan perilaku
yang diklasifikasikan.Presentase ini didapat dari analisa tabel tunggal dengan
mengkategorisasikan data berdasarkan tahap partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kawasan ekowisata mangrove.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
4.1. Profil Kelurahan Belawan Sicanang
4.1.1 Sejarah Singkat Kelurahan Belawan Sicanang
Sebelum dilakukan pemekaran Kelurahan, Pulau Sicanang ini masuk wilayah
kerja Kelurahan belawan I yang di Pimpin Bapak. Badiuzzaman (Alm.) dan Purn.
TNI-AL H. Harunsyah, Purn TNI-AL Slamet.Pada Tahun 1988 Pihak Pemerintah
Kota Madya Medan melakukan Pemekaran Kelurahan di Kecamatan Medan Kota
Belawan dari 4 (empat) Kelurahan menjadi 6 (enam) Kelurahan salah satunya
adalah Kelurahan Belawan Sicanang. Kelurahan belawan sicanang beralamat di
jalan. Kelapa No. 1 Belawan Sicanang, Medan Belawan Kota Medan. Jarak antara
kantor kelurahan ke kantor kecamatan berjarak 4 KM, dan jarak dari kelurahan ke
kantor walikota medan berjarak 26 KM.
4.1.2 LUAS DAN BATAS WILAYAH
Luas wilayah Kelurahan Belawan Sicanang 1510 Ha yang terbagi dalam 20
(Dua Puluh) Lingkungan. Letak Geografis dan Batas – Batas Wilayah Kelurahan
Belawan Sicanang adalah sebagai berikut :


Sebelah Utara berbatas dengan Sungai Pante, Sungai Belawan



Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Labuhan Deli,
Kelurahan Terjun

Universitas Sumatera Utara



Sebelas Timur berbatas dengan Kelurahan Bahari, Kelurahan
Bahagia



Barat berbatas dengan Sungai Belawan, Kecamatan Hamparan
Perak

4.1.3 KEPENDUDUKAN
Kondisi Penduduk Kelurahan Belawan Sicanang yang padat bila di
bandingkan denga luas wilayah yang terdiri dari berbagai etnis (suku), agama dan
budaya dan tingkat Pendidikan yang berbeda dan apabila dipadukan secara
harmonis menampakkan potensi sebagai modal dasar dalam Pembangunan di
Kelurahan Belawan Sicanang dalam menumbuh kembangkan sifat kegotong
royongan masyarakat yang terintegritas.
Keadaan data awal Tahun sebagai modal dasar (potensi) sebagai berikut :
 Luas Wilayah

:1510 Ha

 Jumlah Lingkungan

:20 Lingkungan

 Jumlah Penduduk

:16808 Jiwa

 Jumlah Kepala Keluarga

:3951 KK

 Jumlah Pengurus LPM

:28 Orang

 Jumlah Pengurus PKK

:29 Orang

 Jumlah Posyandu

:15 Posyandu

 Jumlah Kelompok BKB

:1 Kelompok

 Jumlah Lansia

:1 kelompok

Universitas Sumatera Utara

 Jumlah PAUD

:1

Kelompok Binaan

PKK
Jumlah Penduduk Kelurahan Belawan Sicanang yang tersebar 20 Lingkungan
sejumlah 16808 Jiwa diantaranya Rumah Tangga Miskin sebanyak 1600 KK.
Kelurahan Belawan Sicanang cukup luas sehingga lokasi tempat tinggal
masyarakat dibagi menjadi 20 lingkungan. Lingkungan yang memiliki potensi
mangrove berada pada lingkungan XI. Lingkungan XI merupakan wilayah yang
padat akan penduduk, dimana wilayah XI memiliki jumlah penduduk sebanyak
1.160 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 582
jiwa dan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 578 jiwa dengan total
jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 260 jiwa. Berdasarkan hasil lingkungan
tersebut sehingga yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini ialah
masyarakat sicanang yang berada pada lingkungan XI selaku masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah potensi mangrove.
4.2.PROFIL EKOWISATA MANGROVE SICANANG
Kelompok sadar wisata ekowisata mangrove pulau sicanang (pokdarwis)
yang sebelumnya bernama kelompok wisata mangrove sicanang telah mengalami
perubahan nama sejak tahun 2015, perubahan nama ini sesuai dengan kondisi dan
sesuai dengan surat keputusan kepala kelurahan belawan sicanang kecamatan
medan belawan tentang perubahan dan susunan kepenggurusan kelompok wisata
mangrove sicanang. kelompok pokdarwis yang berkedudukan di jl. Asam jawa
lingkungan 11 kelurahan belawan sicanang, kecamatan medan belawan kota

Universitas Sumatera Utara

medan merupakan merupakan kelembagaan di tingkat masyarakat yang
anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan
tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya
iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan, ekosistem
mangrove serta terwujudnya sapa pesona dalam meningkatkan pembangunan
daerah melalui kepariwisataan dan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Adanya kelompok pokdarwis ini dibentuk ialah untuk menyadarkan
masyarakat dalam menjaga lingkungan khusunya hutan bakau atau mangrove,
agar lingkungan terjaga dan tertata dengan baik. kelompok ini memiliki anggota
sebanyak 58 orang dengan spesifikasi ketua, wakil ketua, sekretaris,wakil
sekretaris, bendahara, dan memiliki sembilan bidang kegiatan yang dimana dari
kesembilan bidang tersebut masing-masing dipimpin oleh ketua bidang dan
anggotanya yaitu bidang kebersihan, bidang keamanan/ketertiban, bidang daya
tarik dan kenangan, bidang hubungan masyarakat dan SDM, bidang
pengembangan usaha, bidang keamanan

parkirbidang pemandu,

bidang

pendidikan alam, bidang SAR, dan anggota pendukung.
Keberadaan kelompok pokdarwis ini sangat penting dalam pengembangan
ekowisata mangrove terutama dalam bidang pemberdayaan masyarakat serta
partisipasi angota dalam meningkatkan nilai jual ekowisata mangrove tersebut
kepada masyarakat. Pengelolahan ekowisata mangrove yang dilakukan oleh
kelompok pokdarwis ini hanya sekedar pada tahap pembangunan saja mengigat
tempat ini baru saja dibuka pada tahun 2015 dan masih banyak yang harus di
perbaiki. Keberaaan ekowisata mangrove ini sangat membantu masyarakat sekitar

Universitas Sumatera Utara

bahwa dengan adanya kawasan ekowisata mangrove ini banyak berdampak positif
bagi masyarakat sekitar.
4.3. Sejarah Pembangunan Ekowisata Mangrove di Lingkungan XI
Kelurahan Sicanang Belawan.
Pembangunan ekowisata mangrove ini berawal dari program Yagasu
(Yayasan Gajah Sumatera) yang bergerak dibidang pelestarian hutan mangrove di
seluruh Indonesia. Salah satu wilayah yang mendapat perhatian rehabilitasi hutan
mangrove yaitu Sumatera Utara. Lembaga Yagasu melalui proyek mereka di
Pantai Utara ini berharap bisa menyelamatkan 9 juta ton karbon dalam sepanjang
20 tahun (Wihardandi, 2013) Hal tersebut dikarenakan sebagian besar kawasan
mangrove di Indonesia kini berubah menjadi tambak udang dan menjadi kawasan
pertanian, namun dengan ditinggalkannya pertambakan udang di sejumlah tempat
maka proses penanaman mangrove kini kembali bisa dilakukan.
Salah satu lokasi yang menjadi tempat proyek Yagasu adalah lingkungan
XI Kelurahan Belawan Sicanang. Yagasu melihat potensi mangrove yang ada di
lingkungan XI Kelurahan Belawan perlu mendapat perhatian khusus karena
kawasan tersebut belum pernah disentuh sama sekali namun tumbuhan mangrove
banyak yang rusak karena dipotong dan diambil dengan sembarangan oleh orangorang yang tidak bertanggung jawab. Kemudian Yagasu meminta masyarakat
untuk ikut terlibat dalam proyek tersebut, salah satu orang kepercayaan Yagasu
adalah Rusmiono. Rusmiono merupakan salah satu penduduk lingkungan XI
Kelurahan Belawan Sicanang yang termasuk terpandang di daerahnya karena ia

Universitas Sumatera Utara

salah satu ketua organisasi Pemuda Pancasila di wilayah tersebut. Selain itu ia
pula seorang yang memiliki ketertarikan dengan lingkungan khususnya tumbuhan
mangrove. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya tumbuhan mangrove yang ia
tanam di belakang rumahnya, ia bersama istrinya sering memanfaatkan buah hasil
tumbuhan mangrove untuk menjadi pendapatan tambahan, dengan mengelola
buah-buah tersebut menjadi berbagi jenis makanan seperti dodol, kerupuk dan
sebagainya sehingga Yagasu mengajak bekerja sama dengan Rusmiono untuk
menghimbau masyarakat setempat untuk ikut terlibat dalam pelestarian ekowisata
tersebut. Yagasu memberi bantuan dengan mendirikan jalan yang terbuat dari
beton sepanjang jalan menuju kawasan tersebut sebab infrastruktur jalan menuju
kawasan mangrove tersebut masih sangat tidak layak untuk dilalu lalang oleh
masyarakat. Dengan penanaman pokok mangrove kembali di sekitaran wilayah
tersebut. Selama 2 tahun dari 2012-2014 program tersebut berlangsung disponsori
oleh Yagasu.
Setelah program Yagasu habis, pemeliharaan akan kawasan mangrove
juga seperti menurun kembali. Rusmiono sebagai salah satu masyarakat yang
memiliki rasa kecintaan kepada lingkungan khususnya tumbuhan mangrove
meminta bantuan kepada BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) untuk
membentuk kelompok untuk melestarikan mangrove dengan pembuatan kawasan
ekowisata mangrove yang bertujuan menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat
wisata. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) menyetujui serta memberi
bantuan dan arahan untuk pembuatan ekowisata mangrove ini. BKM juga sangat
mendukung program tersebut guna sebagai salah satu usaha untuk melindungi

Universitas Sumatera Utara

kawasan mangrove. BKM mengadakan musyawarah dan membantu mengarahkan
masyarakat untuk mau terlibat dalam partisipasi pembangunan kawasan ekowisata
mangrove ini. Lewat BKM ini terbentuklah kelompok masyarakat yang disebut
sebagai “Pokdarwis” yang setuju dan mau melakukan pembangunan kawasan
ekowisata tersebut namun kelompok tersebut masih kecil dan masih acuh tidak
acuh terhadap pembangunan kawasan tersebut.
Untuk mebantu pengelolaan dana dalam pembangunan kawasan ekowisata
tersebut. Masyarakat membuat koperasi nelayan kecil-kecilan dengan harapan
keuntungan dari koperasi tersebut dapat digunakan untuk pembangunan kawasan
ekowisata tersebut. Mereka mengumpulkan dana dalam koperasi yang dana
tersebut diputar guna untuk melangsungkan program pembangunan ekowisata
tersebut, sehingga mulailah pembangunan pada ekowisata mangrove tersebut
dengan kemampuan, modal, dana yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Namun
dana tersebut dirasa kurang dalam pembangunan kawasan tersebut. Rusmiono tak
habis semangat dan akal ia terus mengajak masyarakat untuk bermusyarawah
supaya semakin banyak masyarakat yang mau berpartisipasi dalam pembangunan
ini. Melihat respon masyarakat yang masih belum bisa memenuhi segala
kebutuhan dalam pembangunan, Rusmiono akhirnya menjual salah satu rumahnya
dengan menukar rumah tersebut guna membangun sarana dan prasarana ekowisata
mangrove tersebut.
Pada tahun Desember 2015 dimulai dari pembangunan prasarana jalan
yang dibangun masyarakat dari bambu-bambu kayu yang berasal dari masyarakat
itu sendiri. Dalam pembangunan itu jatuh bangun yang dialami oleh Rusmiono

Universitas Sumatera Utara

selaku ketua kelompok masyarakat mangrove itu, ia ragu dapat melanjutkan
pembangunan ekowisata tersebut karena sesungguhnya masyarakat acuh tak acuh
dalam menjalankan proses pembangunan itu. Belum lagi daerah Sicanang dahulu
terkenal sebagai tempat prostitusi yang lumayan besar, citra Sicanang juga cukup
buruk ditambah dengan banyaknya generasi-generasi muda yang terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut merupakan tantangan yang cukup besar
dalam melakukan pembangunan ini.
Tak putus asa ketua pengelola mangrove terus melakukan pemberdayaan
seperti mengajak masyarakat untuk ikut bermusyawarah dan memulai membuat
tahap demi tahap pembangunan ekowisata, namun mendapat tantangan lagi dari
pemuda setempat sampai papan reklame yang mempromosikan wilayah kawasan
mangrove yang di letak di depan daerah tersebut dicopot. Alhasil ketua pengelola
tersebut memulai pendekatan kepada pemuda setempat dengan mulai ikut
bergabung duduk bersama mereka setiap hari dan berusaha menarik hati mereka
untuk ikut terlibat dalam pembangunan tersebut. Jerih payah Rusmiono
membuahkan hasil para pemuda setempat akhirnya mampu membaur dan ikut
terlibat dalam partisipasi pembangunan tersebut. Pembangunan ini yang awalnya
dimulai dari 5 orang yang aktif akhirnya membentuk kelompok sebanyak 58
orang yang terlibat secara langsung. Namun kini tersisa 30 orang dikarenakan
sebagiannya mendapat proyek buruan sementara diluar daerah. Hal tersebut
dikarenakan rata-rata pekerjaan masyarakat Sicanang nelayan dan buruh pabrik
maupun buruh bangunan. Melihat antusiasnya masyarakat yang kini terlibat dalam
kelompok akhirnya ketua kelompok Rusmiono menjual kembali mobilnya agar

Universitas Sumatera Utara

dana dari mobil tersebut dapat ditukar lagi dengan pengelolaan kawasan
ekowisata tersebut.
Pembangunan dilakukan secara berangsur dari yang hanya pembangunan
jalan sampai kepada dibangunnya rumah-rumah pohon sebagai tempat untuk
berteduh, musholla di tengah-tengah tumbuhan mangrove hingga tempat makan
untuk pelanggan yang ingin berkunjung ke ekowisata mangrove tersebut. Dalam
setahunan ini pembangunan ekowisata tersebut sangat signifikan tidak hanya
sampai disitu, masyarakat memiliki goal dalam pembangunan ekowisata ini
sampai kepada pengelolaan kepiting yang akan dikembangbiakkan, sehingga
tempat ekowisata ini bisa menjadi tempat wisata yang menyediakan berbagai jenis
makanan seafood dan sebagai tempat wisata yang cukup besar dan menarik.
4.4. Gambaran Masyarakat Lingkungan XI

No.

1

Tabel 4.1
Jumlah masyarakat dibagi menjadi 4 kelompok
Pengelompokkan
Jumlah
Persentase
sampel berdasarkan
penduduk
jarak tempat tinggal
dengan lokasi kawasan
ekowisata mangrove
1 – 150 meter
387
10%

Sampel

39

2

160 – 500 meter

387

10%

39

3

500 – 1000 meter

387

10%

39

Total

117

Pada penelitian ini peneliti membagi responden menjadi 3 kelompok. Tiga
kelompok dibagi berdasarkan jarak tempat tinggal dengan lokasi ekowisata
mangrove. Peneliti membagi pengelompokkan responden berdasarkan jarak
tempat tinggal dengan lokasi kawasan ekowisata guna untuk mengetahui

Universitas Sumatera Utara

bagaimana partisipasi masyarakat berdasarkan jarak lokasi mangrove dengan
tempat tinggal. Berhubung masyarakat pada lingkungan XI merupakan
masyarakat padat penduduk sehingga peneliti membagi jumlah populasi secara
rata untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili hasil dari penelitian ini.
Seperti pada tabel 4.1 masyarakat yang menjadi populasi ialah masyarakat
yang bertempat tinggal di lingkungan XI dengan jumlah penduduk sebanyak
1.160 jiwa dan dibagi menjadi 3 wilayah berdasarkan jarak lokasi dimana pada
jarak pertama ialah 0-150 meter dengan jumlah populasi dibagi rata dari 1.160
yaitu 387 jiwa, kemudian masyarakat yang berjarak dari lokasi mangrove 160-500
meter yaitu 387 jiwa, masyarakat yang berjarak 501-1.000 meter sebanyak 387
jiwa, sehingga setiap unit dari jarak mangrove dan lokasi tempat tinggal diambil
10% dari jumlah penduduk sebanyak 39 jiwa/jarak tempat tinggal. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat maka peneliti menambah responden yaitu
anggota pengelola kawasan ekowisata sebanyak 30 orang yang terlibat dalam
ekowisata mangrove. Jadi, total responden pada penelitian ini ialah 147
responden.
4.5. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat lingkungan XI pada
kelurahan Belawan Sicanang. Responden dalam penelitian ini berjumlah 147
orang. Proses pengelompokkan data merupakan suatu upaya untuk mempermudah
proses analisis data. Pengelompokkan data penelitian tersebut berdasarkan dari
jawaban yang telah dipilih oleh setiap respondenpeneliti. Sedangkan proses

Universitas Sumatera Utara

analisis data ada interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang di
peroleh dari lapangan.
4.5.1 Identitas Responden
Tabel 4.2
Komposisi Responden berdasarkan umur
Umur
F
%
15-19
18
12,2
20-24
18
12,2
25-29
11
7,5
30-34
23
15,6
35 ke atas
77
52,4
Total
147
100,0
N=147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017
Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini
memberi kesempatan bagi beberapa kategori umur untuk menjadi sampel. Seperti
pada tabel 4.2 membagi masyarakat kepada beberapa kategori umur dimulai dari
umur 15 tahun yang dianggap sudah dapat memahami topik yang hendak diteliti.
Berdasarkan dalam tabel 4.2 persentase responden berdasarkan umur 15-19 tahun
yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 12,2%, umur 20-24 sebanyak 18
orang dengan persentase 12,2% juga, umur 25-29 sebanyak 11 orang dengan
persentase 7,5%, umur 30-34 sebanyak 23 orang dengan persentase 15,6% serta
umur 35 tahun ke atas sebanyak 77 orang dengan persentase 52,4%. Sehingga
pada penelitian ini sampel terbanyak ialah masyarakat yang berusia 35 tahun ke
atas.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
F
%
28
19,0
SD
38
25,9
Tidak Tamat SD
31
21,1
Tidak Tamat SMA
42
28,6
Tamat SMA
Diploma/Perguruan
8
5,4
Tinggi
100,0
Total
147
N=147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat adanya beragam status pendidikan
responden penelitian. Dimulai dari responden berpendidikan SD sebanyak 28
orang dengan presentase 19,0 %, kemudian responden yang tidak tamat SD
sebanyak 38 orang dengan presentase 25,9%, responden yang berpendidikan tidak
tamat SMA sebanyak 31 orang dengan presentase 21,1%, responden yang tamat
SMA sebanyak 42 orang dengan presentase 28,6% sedangkan responden yang
Diploma/Perguruan Tinggi hanya sebanyak 8 orang dengan presentase 5,4%,
sehingga responden paling banyak ialah responden tamat SMA.

Tabel 4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
F
%
77
52,4
Laki-laki
70
47,6
Perempuan
147
100,0
Total
N =147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017
Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak
mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi
sampel. Berdasarkan dalam tabel 4.4 persentase responden berdasarkan jenis

Universitas Sumatera Utara

kelamin yaitu sebanyak 77 orang laki-laki dengan presentase 52,4% dan
perempuan sebanyak 70 orang dengan persentase 47,6%. Dari data diatas pada
penelitian ini, laki-laki yang lebih banyak menjadi responden dibandingkan
perempuan dengan perselisihan angka yang sangat sedikit
Tabel 4.5
Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
F
%
Nelayan

32

26,8

Petani Tambak

2

3,7

Pedagang

23

20,6

Buruh harian

19

17,2

Lainnya

34

31,7

Total

110

100,0

N = 147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017
Pada tabel 4.5 terdapat beberapa jenis pekerjaan responden berdasarkan
pilihan dari kuesioner yang peneliti bagikan diantaranya Nelayan sebanyak 32
orang dengan persentase 26,8%, Petani Tambak sebanyak 2 orang dengan
persentase 3,7%, Pedagang sebanyak 23 orang dengan persentase 20,6%, Buruh
harian sebanyak 19 orang dengan persentase 17,2%, dan yang memiliki pekerjaan
lain sebanyak 34 responden dengan 31,7%. Pekerjaan lain dari responden
diantaranya pelajar, ibu rumah tangga, gojek, tukang becak dan wiraswasta dan
sisa responden sebanyak 37 orang tidak menjawab pekerjaannya.

Berdasarkan hasil tabel 4.6 di bawah penghasilan responden beragam,
mulai dari penghasilan terendah dibawah 500.000 sebanyak 31 orang dengan
persentase 21,1%, penghasilan 501.000-1.000.000 sebanyak 43 orang dengan
persentase 29,3%, penghasilan 1.000.001-1.500.000 sebanyak 27 orang dengan

Universitas Sumatera Utara

persentase 18,4%, penghasilan 1.500.001-2.000.000 sebanyak 25 orang dengan
persentase 17,0%, penghasilan lebih dari 2.000.001 sebanyak 19 orang dengan
persentase 12,9% dan responden yang tidak menjawab jumlah penghasilannya
sebanyak 2 orang dengan persentase 1,4% sehingga mayoritas responden dalam
penelitian ini berpenghasilan sebanyak 501.000-1.000.000.
Tabel 4.6
Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan
Jumlah Penghasilan
F
%
2.000.001
Missing System
Total
Subtotal

31
43
27
25
19
2
145
147

21,1
29,3
18,4
17,0
12,9
1,4
98,6
100

N =147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017
Tabel 4.7
Komposisi Responden Berdasarkan Jarak Rumah
Jarak Rumah
F
%
43
29,3
1-150 meter
43
29,3
151-500 meter
61
41,5
501-1.000 meter
147
100,0
Total
N = 147
Sumber : Data Kuesioner, Maret 2017

Pada tabel 4.7 diatas terlihat bahwa jumlah responden yang bertempat tinggal
dengan jarak ekowisata mangrove sekitar 1-150m sebanyak 43 orang dengan
persentase 29,3%, jarak sekitar 151-500m sebanyak 43 orang dengan persentase
29,3% dan yang berjarak 501-1.000m sebanyak 61 orang dengan persentase
41,5% .

Universitas Sumatera Utara

4.5.2 Analisis Tabel Tunggal
Tabel 4.8
Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pertanyaan

Keterlibatan semua
masyarakat dalam
musyawarah perencanaan
ekowisata mangrove

Jawaban
Ikut hadir dalam musyawarah
pembuatan kawasan mangrove
Pernah mendengar adanya
musyawarah untuk pembuatan
mangrove
Tidak ingat bahwa ada atau tidaknya
musyawarah
Tidak mendengar adanya
musyawarah pembuatan kawasan
mangrove
Tidak mendengar bahkan tidak ikut
sama sekali dalam musyawarah
pembuatan kawasan mangrove

%
66
(44,9%)
45
(30,6%)

Sangat Setuju

57
(38,8%)
85
(57,8%)
3
(2,0%)
1
(,7%)
1
(,7%)

Setuju
Persetujuan masyarakat
setempat jika wilayah
mereka dijadikan kawasan
ekowisata

Ragu-ragu
Kurang Setuju
Sangat Tidak Setuju

Sangat memikirkan dan mencari
cara untuk membuatnya
Hanya memikirkan saja

Keikutsertakan masyarakat
dalam memikirkan
pembuatan jalan menuju
ekowisata mangrove

Ikut-ikutan saja
Tidak memikirkan karena merasa
tidak penting
Tidak mau tahu sama sekali dengan
proses pembuatan jalan

5
(3,4%)
13
(8,8%)
18
(12,2%)

28
(19,0%)
42
(28,6%)
16
(10,9%)
53
(36,1%)
8
(5,4)

N=147
Sumber : Data lapangan, 2017

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel 4.8 di atas menunjukkan hasil dari persentase masyarakat yang
terlibat dalam perencanaan. Perencanaan pembangunan kawasan ekowisata
mangrove dimulai dengan adanya musyawarah yang mengajak seluruh
masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan tersebut, dari 147 responden
hanya 66(44,9%) responden yang ikut langsung dalam musyawarah
perencanaan, 45(30,6%) responden hanya pernah mendengar adanya
musyawarah untuk perencanaan namun tidak terlibat dalam musyawarah
perencanaan

pembuatan

ekowisata

mangrove,

5(3,4%)

responden

menyatakan mereka ragu terlibat atau tidak dalam musyawarah sedangkan
13(8,8%)

responden

menyatakan

mereka

tidak

mendengar

adanya

musyawarah dalam pembuatan kawasan ekowisata tersebut dan sisanya
sebanyak 18(12,8%) responden menyatakan mereka tidak ikut terlibat dalam
bahkan tidak mendengar sama sekali adanya musyawarah perencanaan
pembangunan kawasan ekowisata mangrove tersebut. Berdasarkan hasil
pernyataan beberapa informan menyatakan bahwa sebelum musyawarah
perencanaan ekowisata mangrove ini Rusmiono selaku ketua pengelola
mangrove

telah

melakukan

sosialisasi

secara

keliling

menghampiri

masyarakat untuk ikut bergabung dalam musyawarah namun tidak semua
masyarakat menyambut sosialisasi tersebut dengan antusias karena beberapa
informan juga menyatakan merasa pesimis bahwa wilayah mereka bisa
berhasil jika dibangun kawasan ekowisata mangrove. Sekalipun hasil tabel
diatas menyatakan bahwa ada 57(38,8%) responden yang setuju dibangunnya
kawasan ekowisata mangrove namun dalam bentuk realisasinya hanya

Universitas Sumatera Utara

28(19,0%) responden yang secara aktif ikut memikirkan cara pembuatan jalan
menuju kawasan ekowisata mangrove tersebut. Dimana pembangunan sarana
jalan yang menjadi pembangunan awal untuk terbentuknya kawasan
mangrove tersebut, sebab awalnya kawasan tersebut memiliki jalan yang
cukup rusak parah dan masyarakat sulit untuk berlalu lalang di kawasan
tersebut. Sehingga tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat hanya
banyak ikut dalam musyawarah perencanaan pembuatan ekowisata mangrove
namun dalam memikirkan pembuatan sarana dan prasarana hanya sedikit
masyarakat yang ikut memikirkannya.

Universitas Sumatera Utara

Pertanyaan
Kemauan masyarakat
terlibat dalam
pelaksanaan pembuatan
ekowisata mangrove

Tabel 4.9
Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Jawaban
Secara sadar, sangat perlu terlibat dalam
pelaksanaan pembuatan ekowisata

Keterlibatan masyarakat
secara langsung dalam
melaksanakan
pembuatan sarana dan
prasarana di kawasan
wisata mangrove

Jika disuruh, mau terlibat dalam pelaksanaan
pembuatan ekowisata
Ragu mau atau tidak terlibat dalam pelaksanaan
pembuatan ekowisata
Tidak perlu terlibat dalam pelaksanaan
pembuatan ekowisata
Sangat tidak mau terlibat dalam pembuatan
ekowisata

63
(42,9%)
19
(12,9%)
41
(27,9%)
2
(1,4%)

Ikut langsung terlibat bekerja melaksanakan
pembuatan sarana dan prasarana

41
27,9%

Ikut hanya dalam bentuk dana, ide, gagasan
ataupun usulan tetapi tidak ikut bekerja
Setuju dibangunnya kawasan ekowisata tetapi
tidak mau ikut terlibat dalam pelaksanaan
Tidak ikut terlibat dalam pelaksanan

12
8,2%
19
12,9%
74
50,3%
1
,7%

Tidak setuju sama sekali dengan pelaksanaan

Keterlibatan masyarakat
ikut dalam menanam
mangrove disekitar
kawasan mangrove

%
22
(15,0%)

Ikut langsung terlibat bekerja melaksanakan
penanaman mangrove
Ikut hanya dalam bentuk dana, ide, gagasan
ataupun usulan tetapi tidak ikut bekerja
Setuju dibangunnya kawasan ekowisata tetapi
tidak mau ikut terlibat dalam pelaksanaan
Tidak ikut terlibat dalam pelaksanan
Tidak setuju sama sekali dengan pelaksanaan

44
(29,9%)
8
(5,4%)
20
(13,6%)
72
(49,0%)
3
(2,0%)

N=147
Sumber : Data lapangan, 2017
Tahap pelaksanaan merupakan tahap lanjutan dari hasil adanya
musyawarah perencanaan yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya.
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang secara sadar ikut dalam

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan pembuatan kawasan ekowisata mangrove hanya sebanyak 22(15,0%)
dari 147 responden sedangkan 63(42,9%) responden hanya akan terlibat jika
disuruh maka mereka akan bekerja, namun partisipasinya bukan sacara internal
berasal dari diri mereka sendiri dan sisanya adalah masyarakat yang tergolong
tidak perduli akan pelaksanaan pembangunan kawasan ekowisata mangrove
tersebut. Hal tersebut terbukti dengan jumlah masyarakat yang aktif secara
langsung dalam pelaksanaan pembuatan sarana dan prasarana dalam kawasan
tersebut hanya dilakukan oleh 41(27,9%) responden dari 147 responden
sedangkan 12(8,2%) responden lainnya ikut membantu dalam segi ide, dana,
gagasan atau usulan namun tidak ikut bekerja langsung. Hal tersebut dikarenakan
sebagian masyarakat memiliki kesibukan pekerjaan yang kurang memiliki waktu
untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan pembangunan kawasan tersebut sedangkan
masyarakat lainnya tidak ingin terlibat karena merasa tidak memiliki keuntungan
ekonomis maupun keuntungan lainnya bagi diri mereka sehingga mereka tidak
mau terlibat sama sekali dalam pelaksanaan pembangunan kawasan ekowisata
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10
Partisipasi Masyarakat Dalam Penerimaan dan Pemanfaatan Hasil
Pertanyaan
Jawaban
%
Ikut terlibat langsung dalam musyawarah
25
penerimaan dan pemanfaatan hasil
(17,0%)
Keterlibatan masyarakat
Pernah mendengar adanya musyawarah
46
dalam musyawarah
penerimaan dan pemanfaatan hasil
(31,3%)
mengenai pemanfaatan
Tidak ingat pernah atau tidak
23
dan bagi hasil dari adanya
dimusyawarahkan
(15,6%)
kawasan ekowisata
Tidak pernah mendengar adanya
29
mangrove
musyawarah
(19,7%)
Tidak ikut terlibat sama sekali dalam
24
musyawarah
(16,3%)

Kemauan masyarakat
terlibat dalam kelompok
untuk menjaga
kepentingan bersama agar
dapat menerima dan
memanfaatan hasil dari
kawasan mangrove

Keterlibatan masyarakat
dalam kelompok
masyarakat untuk menjaga
penerimaan dan
pemanfaatan hasil dari
adanya kawasan mangrove

Secara Sadar, Ingin terlibat langsung
dalam kelompok masyarakat
Jika disuruh mungkin mau terlibat dalam
kelompok masyarakat
Ragu mau atau tidak terlibat dalam
kelompok masyarakat
Tidak mau terlibat dalam kelompok
masyarakat
Malas terlibat dalam kelompok
masyarakat

36
(24,5%)
64
(43,5%)
15
(10%)
27
(18,4%)
5
(3,4%)

Ikut terlibat langsung dalam kelompok
masyarakat
Ikut menjaga tetapi tidak langsung

31
(21,1%)
20
(13,6%)
24
(16,3%)
68
(46,3%)
4
(2,7%)

Ragu apakah ikut atau tidak dalam
menjaga
Tidak ikut terlibat dalam kelompok
masyarakat
Tidak mau terlibat sama sekali dalam
kelompok masyarakat

N=147
Sumber : Data lapangan, 2017
Tahap penerimaan dan pemanfaatan hasil merupakan salah satu tahap yang
menjadi tujuan (goal) dalam sebuah pembangunan. Keberhasilan suatu
pembangunan juga bisa dilihat dari seberapa besar masyarakat bersama-sama

Universitas Sumatera Utara

dapat menerima manfaat dan hasil dari proses pembangunan yang dilakukan
bersama-sama. Seperti tabel 4.10 di atas yang menjelaskan bahwa suatu proses
pembangunan tentu harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan tujuan itu
harus direalisasikan lewat sosialisasi maupun musyawarah kepada masyarakat
lainnya mengenai apa manfaat dan hasil dari keberadaan kawasan ekowisata
tersebut. Data tabel menunjukkan bahwa masyarakat menyatakan bahwa ada
dilaksanakannya musyawarah mengenai manfaat dan hasil dari adanya kawasan
tersebut bagi semua masyarakat yang terlibat dalam pembangunan tersebut. Hal
tersebut terbukti dengan 25(17,0%) responden menyatakan ikut terlibat langsung
dalam muswayarah penerimaan dan pemanfaatan hasil dari keberadaan kawasan
tersebut sedangkan 46(31,3%) responden menyatakan mereka pernah mendengar
adanya musyawarah tersebut namun tidak ikut terlibat di dalam musyawarah
tersebut. Hal tersebut dikarenakan musyawarah penerimaan dan pemanfaatan hasil
dilakukan beberapa kali bagi masyarakat yang mau dan sudah bergabung dalam
anggota pengelolaan ekowisata tersebut, sedangkan masyarakat yang dari awal
tidak mau bergabung tidak mendapat sosialisasi mengenai penerimaan dan
pemanfaatan hasil dari adanya kawasan ekowisata tersebut. Berdasarkan
pernyataan informan Rusmiono hal tersebut terjadi karena awalnya mereka tidak
memikirkan kawasan tersebut akhirnya bisa menjadi sedemikian mungkin. Niat
awalnya hanya untuk menjaga kawasan tersebut dari berbagai aktivitas pencurian
mangrove yang merugikan banyak nelayan karena mulai punahnya potensi
mangrove yang dicuri oleh berbagai pihak untuk kepentingan ekonomi tanpa
memikirkan kelestariaannya sehingga masyarakat awalnya hanya diajak untuk

Universitas Sumatera Utara

menjaga kawasan tersebut dengan melestarikan wilayah tersebut menjadi kawasan
ekowisata mangrove namun hanya 31(21,1%) responden yang menyatakan mau
terlibat dalam kelompok pengelolah kawasan ekowisata mangrove.
Tabel 4.11
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan dan Penilaian Hasil
Pernyataan
Jawaban
%
Sering ikut mengikuti musyawarah
23
penentuan jadwal pengawasan
(15,6%)
Pernah ikut terlibat dalam
26
Keterlibatan masyarakat
musyawarah penentuan jadwal
(17%)
dalam musyawarah untuk
pengawasan
menentukan jadwal
Ragu ikut atau tidak dalam
9
pengawasan dikawasan
musyawarah penentuan jadwal
(6,1%)
ekowisata mangrove
pengawasan
Tidak mendengar adanya musyawarah
75
penentuan jadwal pengawasan
(51,0%)
Tidak mau terlibat dalam musyawarah
14
penentuan jadwal pengawasan
(9,5%)

Keterlibatan masyarakat
dalam mengawasi dan
menilai hasil dari
pembuatan jalan bambu,
rumah pohon, lokasi
penanaman mangrove
dan semua prasarana

Ikut langsung dalam mengawasi dan
menilai
Ikut namun tidak langsung terlibat
dalam mengawasi dan menilai
Tidak tahu terlibat atau tidak dalan
mengawasi dan menilai
Tidak ikut terlibat dalam mengawasi
dan menilai
Tidak mau terlibat dalam mengawasi
dan menilai

37
(25%)
17
(11,6%)
13
(8,8%)
68
(46,3%)
12
(8,2%)

N=147
Sumber : Data lapangan, 2017
Beranjak dari penerimaan dan pemanfaatan hasil maka masyarakat perlu
melakukan pengawasan dan penilaian hasil dari proses pembangunan yang
dilakukan secara bersama-sama. Seperti hasil dari pernyataan masyarakat bahwa
wilayah mereka sering mengalami pencurian mangrove yang mengakibatkan
semakin punahnya potensi mangrove di kawasan tersebut sehingga perlu adanya
pengawasan yang lebih ketat dengan adanya kawasan ekowisata tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dalam pengawasan tersebut maka dibuat musyawarah untuk menentukan
jadwal penjagaan dan pengawasan dari masyarakat yang terlibat dalam pengelola
kawasan mangrove tersebut. Musyawarah untuk menentukan jadwal pengawasan
dilakukan sebanyak 1