Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok pada PT. Pupuk Iskandar Muda dengan Pendekatan House Of Risk (HOR) Chapter III VII
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Konsep Supply Chain
Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,
distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa
logistik. ( Pujawan, 2005).
Pada suatu supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama
adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).
Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan
ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masingmasing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi
tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering
dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering
dibutuhkan oleh instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi
pengapalan
harus
membagi
informasi
seperti
ini
supaya
pihak-pihak
berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat.
Gambar 2.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.
Universitas Sumatera Utara
Finansial : invoice, term pembayaran
Material : bahan baku, komponen, produk jadi
Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation
supplier
manufacturer
distributor
Ritel/toko
consumer
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle,repair
Informasi : order, ramalan
Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang
Dikelola
3.1.1. Supply Chain Management (SCM)
Istilah SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun
1982 (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Filosofi SCM menekankan
perlu adanya koordinasi dan kalaborasi yang baik antar fungsi organisasi pada
suatu supply chain. Hal ini memperlihatkan pentingnya sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi, bukan hanya pengukuran kinerja didalam suatu organisasi tetapi
juga antar pelaku sepanjang supply chain.
3.2.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai
permasalahan
yang
ada dengan menempatkan
berbagai pendekatan
manajemen secara komprehensif dan sistematis. (Fahmi, 2010)
Universitas Sumatera Utara
3.2.1. Definisi Risiko
Risiko merupakan bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya
(masa depan) dengan
keputusan
yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Pengertian risiko menurut
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (1996) adalah uncertainty about future
events.
Risiko dapat muncul dimanapun dan risiko cenderung terus meningkat
setiap tahunnya dikarenakan
pemrosesan
informasi
globalisasi
yang
dunia,
liberalisasi
dunia
dan
semakin cepat serta reaksi investor yang
semakin cepat. (Fahmi, 2010).
3.2.2. Manfaat Manajemen Risiko
Dengan diterapkannya
manajemen risiko di suatu perusahaan ada
beberapa manfaat yang akan diperoleh, yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil
setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent)
dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruhpengaruh yang mungkin timbul, baik secara jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnya kerugian dari segi finansial.
Universitas Sumatera Utara
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept)
yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah
dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan). (Fahmi, 2010).
3.2.3.
Metode Pengukuran Risiko
Secara umum langkah-langkah dalam pengukuran risiko adalah sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut,
2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut
terhadap kinerja perusahaan dan menentukan prioritas risiko tersebut.
(Hanafi, 2006).
Pada tahap identifikasi risiko, pihak manajemen melakukan tindakan
berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami oleh perusahaan,
termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat dan melakukan observasi
terhadap potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.
(Fahmi, 2010)
Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko.
Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi
perusahaan. Pengukuran risiko biasanya
dilakukan
melalui kuantifikasi
risiko. Kuantifikasi bisa dilakukan dengan metode yang sederhana sampai
metode yang sangat kompleks. Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan tipe
Universitas Sumatera Utara
risiko yang berbeda menghadirkan teknik pengukuran yang berbeda pula.
(Hanafi, 2006).
Tabel 3.1.Metode Pengukuran Untuk Beberapa Tipe Risiko
Tipe Risiko
Definisi
Teknik Pengukuran
Risiko Pasar
Harga pasar bergerak ke arah yang tidak
menguntungkan (merugikan)
Value At Risk (VAR),
StressTesting
Risiko Kredit
Counterparty tidak bisa membayar
kewajibannya (gagal bayar) ke perusahaan
Credit Rating,
Creditmetrics
Risiko
perubahan Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan
tingkat bunga
kerugian pada portofolio perusahaan
Metode pengukuran
jangka waktu, durasi
Matriks frekuensi dan
signifikansi kerugian,
Kerugian yang terjadi melalui operasi
VAR operasional,
Risiko
perusahaan misal sistem yang gagal, serangan House of Risk (HOR)
Operasional
teroris
Matriks, Failure Mode
and Effects Analysis
(FMEA)
Risiko
Kematian
Manusia mengalami kematian dini (lebih
cepat dari usia kematian wajar)
Probabilitas kematian
dengan tabel mortalitas
Risiko
Kesehatan
Manusia terkena penyakit tertentu
Probabilitas terkena
penyakit dengan
menggunakan tabel
morbiditas
Risiko
Teknologi
Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi
negatif terhadap perusahaan
Analisis skenario
3.3.
Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model
Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model merupakan suatu
model konseptual yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), sebuah
organisasi non-profit independent, sebagai standar antar industri (cross industry).
Tujuan dari standarisasi yang dilakukan SCC adalah untuk memudahkan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman rantai pasok sebagai suatu langkah awal dalam rangka memperoleh
suatu manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien dalam menopang strategi
perusahaan (www.supply-chain.org, 2006).
Organisasi yang terbentuk pada tahun 1996 oleh Pittligio, Rabin, Todd
dan
McGrath (PRTM) dan lembaga riset AMR di Amerika ini, beranggotakan 69
orang sukarelawan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan para peneliti.
SCOR Model mempunyai kerangka yang menggabungkan antara proses bisnis
rantai pasok, pengukuran kinerja berdasarkan best practice ke dalam suatu
struktur yang terintegrasi sehingga proses komunikasi antar pelaku rantai pasok
dan
aktivitas
manajemen
rantai
pasok
dapat
berjalan
secara
optimal
(www.supplychain.org, 2006).
SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses.
Model ini mengitegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu:
1. Business process reeingineering pada hakikatnya menangkap proses kompleks
yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan.
2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional
dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan
kinerja best in class yang diperoleh.
3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain,
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Supply Chain Council
Gambar 3.2. Lima Proses Inti Pada Model SCOR
SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti seperti
yang diuraikan dibawah ini:
1. Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi, dan pengiriman.
2. Source yaitu proses pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan.
Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier,
menerima, dan mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang
yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan
sebagainya.
3. Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan.
4. Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
atau jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi, dan distribusi.
Universitas Sumatera Utara
5. Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena
berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan
melakukan pengembalian.
3.4.
House of Risk (HOR)
HOR ini merupakan modifikasi FMEA(FailureModes and Effect of
Analysis) dan model rumah kualitas (HOQ) untuk memprioritaskan sumber risiko
mana yang pertama dipilih untuk diambil tindakan yang paling efektif dalam
rangka mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Kelebihannya FMEA
(Failure Mode and Effect Analisis) adalah suatu perangkat analisa yang dapat
mengevaluasi reliabilitas dengan memeriksa modus kegagalan dan merupakan
salah satu teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan. Dalam langkah
perhitungan pertama menggambarkan dasar proses rantai pasok berdasarkan
SCOR (Supply Chain Operations Reference). Alasan menggunakan metode
SCOR karena metode ini bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif
berdasarkan data-data yang ada serta bisa mengidentifikasikan dimana perbaikan
perlu dilakukan. Adapun kekurangan dari metode ini implemantasinya
membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat
ini maupun mendefinisikan proses yang diinginkan.
Dasar proses rantai pasok ini dianalisa untuk mengidentifikasi risiko
yang mungkin terjadi dan konsekwensi jika terjadi. Kemudian digambarkan dalam
suatu kumpulan potensi risiko dari masing-masing sumber risiko dan dampak
Universitas Sumatera Utara
yang
disebabkan
sumber
risiko.
Model
ini
juga
berdasarkan
pada
dugaan/perkiraan yang proactive dari manajemen risiko rantai pasok yang
memusatkan pada aksi pencegahan, dan menurunkan/mengurangi kemungkinan
sumber risiko yang terjadi. Penurunan kejadian sumber risiko akan mencegah
sebagian dari kejadian risiko yang terjadi. Dalam beberapa kasus perlu untuk
mengidentifikasi kejadian/peristiwa risiko dan kaitannya dengan sumber risiko.
Dalam satu sumber risiko dapat mempengaruhi lebih dari satu kejadian risiko.
Sebagai contoh untuk permasalahan seorang penyalur sistem produksi bisa
mengakibatkan kekurangan material.
Dalam FMEA, penilaian risiko dapat diperhitungkan melalui perhitungan
RPN (Risk Potential Number) yang diperoleh dari perkalian tiga faktor yaitu
probabilitas terjadinya risiko, dampak kerusakan yang dihasilkan, dan deteksi
risiko. Namun dalam pendekatan house of risk perhitungan nilai RPN diperoleh
dari probabilitas sumber risiko dan dampak kerusakan terkait risiko itu terjadi.
Dalam hal ini untuk mencari kemungkinan sumber risiko dan keparahan kejadian
risiko. Jika Oi adalah kemungkinan dari kejadian sumber risiko j, Si adalah
keparahan dari pengaruh jika kejadian risiko i, dan Rj adalah korelasi antara
sumber risiko j dan kejadian risiko i (dimana menunjukkan seberapa kemungkinan
besar sumber risiko j yang masuk kejadian risiko i) kemudian ARPj (Aggregate
Risk Potential of risk agent j) dapat dihitung dengan rumus :
ARP j = Oj Σ Si Rj
Kita menyesuaikan model HOQ untuk menentukan mana dari sumber
risiko yang harus diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
Perankingan untuk masing-masing sumber risiko berdasarkan pada besarnya
Aggregate Risk Potential (ARP). Karenanya jika ada banyak sumber risiko,
perusahaan dapat memilih prioritas utama dari beberapa pertimbangan yang
mempunyai potensi risiko besar. Dalam penelitian ini mengusulkan dua model
penyebaran yang disebut HOR yang keduanya berdasarkan pada HOQ yang
dimodifikasi. HOR 1 digunakan untuk menentukan sumber risiko mana yang
diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan sedangkan HOR 2 adalah
untuk memberikan prioritas tindakan dengan mempertimbangkan sumber daya
biaya yang efektif.
3.4.1.
House of Risk 1 (HOR 1)
Dalam model ini menghubungkan suatu set kebutuhan (what) dan satu set
tanggapan (how) yang menunjukkan satu atau lebih keperluan/kebutuhan. Derajat
tingkat korelasi secara khusus digolongkan: sama sekali tidak ada hubungan
dengan memberi nilai (0), rendah (1), sedang (3) dan tinggi (9). Masing-masing
kebutuhan mempunyai suatu gap tertentu untuk mengisi masing-masing
tanggapan yang akan memerlukan beberapa sumber daya dan biaya. Mengadopsi
prosedur diatas maka HOR 1 dikembangkan melalui tahap - tahap berikut:
1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses. Ini
bisa dilakukan melalui mapping rantai pasok (plan, source,make, deliver dan
return) dan kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap
proses. Ackermann (2007) menetapkan cara sistematis untuk mengidentifikasi
Universitas Sumatera Utara
dan memperkirakan risiko. Contoh Tabel 3.2. berikut, kejadian risiko
diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.
2. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi). Dalam hal
ini menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 menunjukkan dampak yang ekstrim.
Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah kanan dari
tabel dan dinyatakan sebagai Si
3. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber
risiko. Dalam hal ini ditetapkan skala 1-10 dimana 1 artinya hampir tidak
pernah terjadi dan nilai 10 artinya sering terjadi. Sumber risiko (Risk agent)
ditempatkan dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah
dengan notasi Oj.
4. Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko dan
setiap kejadian risiko, Rij (0, 1, 3, 9) dimana 0 menunjukkan tidak ada korelasi
dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah, sedang dan korelasi tinggi.
5. Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent j=ARPj)
yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber risiko j
dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang disebabkan
oleh sumber risiko j seperti dalam persamaan diatas.
6. Buat ranking sumber risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko dalam
penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. HOR 1
3.4.2.
House of Risk 2 (HOR 2)
HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama
dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan
sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan perlu idealnya
memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara
efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang
mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang
kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2
seperti digambarkan dalam Tabel 3.3.
2. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber
risiko. Catat itu adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan
lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan
dibaris atas sebagai ‘How” pada HOR 2.
3. Tentukan hubungan antar masing-masing tindakan pencegahan dan masingmasing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan
berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar
tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai
tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan
kejadian sumber risiko.
4. Hitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut : TEk =Σj ARP jE jk
∀k
5. Perkirakan tingkat derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing tindakan,
Dk dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah total efektif.
Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala Likert atau
skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang diperlukan dalam
melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada rasio kesulitan ETDk =
TEk/Dk
6. Ranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1
memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. HOR 2
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di Jalan
Lintas Medan – Banda Aceh, Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten
Aceh Utara, Provinsi Aceh. Waktu penelitian adalah dari bulan April 2017 hingga
Agustus 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan secara akurat tentang fakta – fakta dan sifat – sifat suatu objek.
Penelitian deskriptif juga sering disebut dengan penelitian survei karena data yang
digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara (Sinulingga, 2013). Pada
penelitian ini, dilakukan identifikasi risiko berdasarkan model SCOR (Supply
Chain Operation Reference) untuk melihat kejadian risiko dari setiap major
processes (plan, source, make, deliver dan return) dan menemukan penyebab
risikonya. Kemudian direncanakan aksi mitigasi risiko berdasarkan penyebab
risiko dominan. Identifikasi risiko didapatkan melalui wawancara. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Departemen Pengadaan,
Bagian Manajemen Risiko, dan Departemen Logistik.
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah risiko – risiko yang diidentifikasi
pada aktivitas supply chain di PT. Pupuk Iskandar Muda untuk ditentukan
prioritas risiko yang akan direncanakan mitigasi risikonya.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian dibagi menjadi 2 bagian
yaitu variabel penelitian untuk House of Risk Fase I dan House of Risk Fase II.
Variabel penelitian untuk House of Risk Fase I adalah sebagai berikut:
1.
Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas House of Risk Fase I ini adalah:
a. Pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR (Supply Chain
Operation Reference) yaitu plan, source, make, deliver dan return
b. Severity yang menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan
oleh suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan
c. Occurence menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu agen
risiko (risk agent) sehingga mengabkibatkan timbulnya suatu atau
beberapa risk event yang menyebabkan gangguan pada proses bisnis
perusahaan
d. Relationship menyatakan tingkat hubungan antara risk event dan risk
agent
Universitas Sumatera Utara
2.
Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam House of Risk Fase I ini adalah Aggregate Risk
Potential (ARP)
Variabel penelitian untuk House of Risk Fase II adalah sebagai berikut:
1.
Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas pada House of Risk Fase II ini
adalah:
a. Perankingan ARP yaitu pengurutan nilai ARP dari yang terbesar hingga
terkecil yang menentukan urutan prioritas risiko yang akan direncanakan
aksi mitigasinya
b. Aksi Mitigasi yaitu tindakan – tindakan yang direncanakan untuk dapat
menangani penyebab risiko yang terjadi
c. Tingkat Kesulitan menyatakan tingkatan kesulitan dalam melakukan
setiap aksi mitigasi risiko
d. Hubungan Keterkaitan menyatakan tingkat hubungan antara aksi mitigasi
dan risk agent
2.
Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam House of Risk Fase II ini adalah prioritas aksi
mitigasi risiko
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang logis menegenai
penelitian yang dilakukan sehingga penelitian tersebut dilakukan secara benar
sesuai dengan yang seharusnya.
Kerangka berfikir dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.1.
House of Risk Fase I
House of Risk Fase II
Pemetaan aktivitas
perusahaan berdasarkan
model SCOR yaitu plan,
source, make, deliver dan
return
Perankingan
ARP
Severity
(Risk Event)
Aksi Mitigasi
Aggregate Risk
Potential (ARP)
Occurence
(Risk Agent)
Relationship
(Risk Event dan
Risk Agent)
Tingkat
Kesulitan
Prioritas Aksi
Mitigasi Risiko
(Aksi Mitigasi)
Hubungan
Keterkaitan
(Aksi Mitigasi
dan Risk Agent)
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
4.6.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan keseluruhan alat yang digunakan dalam
pengumpulan data. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis
untuk mencatat hasil wawancara dari pihak terkait. Digunakan juga form penilaian
untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai risiko – risiko yang akan
muncul dan penilaian terhadap risiko- risiko tersebut.
Severity menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbu`llkan oleh
suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan. Level severity
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Level Severity pada Form Penilaian
Level
Severity
1
No
2
Very Slight
3
Slight
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedikit
4
Minor
Risiko mengakibatkan gangguan yang kecil
5
Moderate
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedang
6
Significant
Risiko mengakibatkan gangguan yang besar
7
Major
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat besar
8
Extreme
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat parah
9
Serious
Risiko mengakibatkan gangguan yang serius
10
Hazardous
Keterangan
Tidak Ada
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat sedikit
Risiko mengakibatkan gangguan yang berbahaya
Sumber: Shahin, 2004
Level occurence menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan
suatu agen risiko (risk agent) sehingga mengakibatkan imbulnya suatu atau
beberapa kejadian risiko (risk event) yang dapat menyebabkan gangguan proses
bisnis perusahaan. Level occurence pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Level Occurence pada Form Penilaian
Level
Occurence
1
Almost Never
2
Remote
Keterangan
Kemunculan penyebab risiko hampir tidak terjadi
Kemunculan penyebab risiko sangat jarang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Level Occurance pada Form Penilaian
Level
Occurance
3
Very Slight
4
Slight
Kemunculan penyebab risiko sedikit
5
Low
Kemunculan penyebab risiko rendah
6
Medium
Kemunculan penyebab risiko sedang
Moderately
Keterangan
Kemunculan penyebab risiko sangat sedikit
Kemunculan penyebab risiko cukup tinggi
7
High
8
High
9
Very high
10
Almost curtain
Kemunculan penyebab risiko tinggi
Kemunculan penyebab risiko sangat tinggi
Kemunculan penyebab risiko hampir selalu terjadi
Sumber: Shahin, 2004
Relationship merupakan tingkat hubungan/keterkaitan antara kejadian
risiko (risk event) dengan agen risiko (risk agent). Level relationship pada
kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
Kriteria
Tidak ada keterkaitan antara risk
agent dengan risk event
Terdapat keterkaitan yang kecil
antara risk agent dengan risk event
Terdapat keterkaitan yang sedang
antara risk agent dengan risk event
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian (Lanjutan)
Nilai
Deskripsi
Kriteria
9
Keterkaitan tinggi (high)
Terdapat keterkaitan yang sangat erat
antara risk agent dengan risk event
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
Tingkat kesulitan dalam melakukan setiap aksi mitigasi risiko
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Risiko
Nilai
Deskripsi
3
Kesulitan rendah (low)
4
Kesulitan sedang (moderate)
5
Kesulitan tinggi (high)
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
Skala hubungan keterkaitan aksi mitigasi dengan agen risiko (risk agent)
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
Kriteria
Tidak ada keterkaitan antara mitigasi
risiko dengan risk agent
Terdapat keterkaitan yang kecil antara
mitigasi risiko dengan risk agent
Terdapat keterkaitan yang sedang
antara mitigasi risiko dengan risk agent
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent
(Lanjutan)
Nilai
Deskripsi
9
Keterkaitan tinggi (high)
Kriteria
Terdapat keterkaitan yang sangat erat
antara mitigasi risiko dengan risk agent
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
4.7.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.8.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan
langsung dan wawancara dengan Departemen Pengadaan, Bagian Manajemen
Risiko dan Departemen Logistik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang dikumpulkan yaitu:
1. Pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR
2. Severity
3. Occurence
4. Relationship
5. Aksi Mitigasi
6. Tingkat Kesulitan
7. Hubungan Keterkaitan
Data sekunder yang dikumpulkan yaitu struktur organisasi PT. Pupuk
Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
Mulai
A
Perumusan masalah
dan tujuan
penelitian
Seleksi risk agent
prioritas
menggunakan
pendekatan pareto
Metodologi
penelitian
Merencanakan aksi
mitigasi risiko
Pemetaan aktivitas
berdasarkan model
SCOR
Melakukan
penilaian tingkat
hubungan mitigasi
risiko dengan risk
agent
Melakukan
penilaian severity
pada risk event
Melakukan
penilaian occurence
pada risk agent
Melakukan
penilaian
relationship antara
risk event dan risk
agent
Menghitung
Aggregate Risk
Potential (ARP)
Membuat
perankingan risk
agent berdasarkan
nilai ARP besar ke
kecil
Melakukan
penilaian tingkat
kesulitan aksi
mitigasi
Menghitung total
efektifitas tiap
tindakan (TEk)
Menghitung rasio
effektifitas dan
tingkat kesulitan
(ETDk)
Melakukan
perankingan aksi
mitigasi prioritas
berdasarkan nilai
ETDk besar ke kecil
Selesai
A
Gambar 4.2. Flowchart Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.9.
Pengolahan Data
HOR 1 digunakan untuk menentukan sumber risiko mana yang
diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan sedangkan HOR 2 adalah
untuk memberikan prioritas tindakan dengan mempertimbangkan sumber daya
biaya yang efektif.
Dalam model HOR 1 ini menghubungkan suatu set kebutuhan (what) dan
satu set tanggapan (how) yang menunjukkan satu atau lebih keperluan/kebutuhan.
Derajat tingkat korelasi secara khusus digolongkan: sama sekali tidak ada
hubungan dengan memberi nilai (0), rendah (1), sedang (3) dan tinggi (9).
Masing-masing kebutuhan mempunyai suatu gap tertentu untuk mengisi masingmasing tanggapan yang akan memerlukan beberapa sumber daya dan biaya.
Mengadopsi prosedur diatas maka HOR 1 dikembangkan melalui tahap - tahap
berikut:
7. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses. Ini
bisa dilakukan melalui mapping rantai pasok (plan, source,make, deliver dan
return) dan kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap
proses. Ackermann (2007) menetapkan cara sistematis untuk mengidentifikasi
dan memperkirakan risiko. Contoh Tabel 3.6. berikut, kejadian risiko
diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.
8. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi). Dalam hal
ini menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 menunjukkan dampak yang ekstrim.
Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah kanan dari
tabel dan dinyatakan sebagai Si
Universitas Sumatera Utara
9. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber
risiko. Dalam hal ini ditetapkan skala 1-10 dimana 1 artinya hampir tidak
pernah terjadi dan nilai 10 artinya sering terjadi. Sumber risiko (Risk agent)
ditempatkan dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah
dengan notasi Oj.
10.
Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko
dan setiap kejadian risiko, Rij (0, 1, 3, 9) dimana 0 menunjukkan tidak ada
korelasi dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah, sedang dan korelasi
tinggi.
11.
Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent
j=ARPj) yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber
risiko j dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang
disebabkan oleh sumber risiko j seperti dalam persamaan diatas.
12.
Buat ranking sumber risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko dalam
penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah).
Tabel 4.6. House Of Risk 1
Universitas Sumatera Utara
HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama
dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan
sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan perlu idealnya
memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara
efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang
mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang
kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2
seperti digambarkan dalam Tabel 3.7.
2. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber
risiko. Catat itu adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan
lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi
kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan
dibaris atas sebagai ‘How” pada HOR 2.
3. Tentukan hubungan antar masing-masing tindakan pencegahan dan masingmasing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan
berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar
tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai
tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan
kejadian sumber risiko.
4.
Hitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut : TEk =Σj ARP jE
jk ∀k
Universitas Sumatera Utara
5.
Perkirakan tingkat derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing
tindakan, Dk dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah
total efektif. Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala
Likert atau skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang
diperlukan dalam melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada
rasio kesulitan ETDk = TEk/Dk
6.
Ranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1
memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi.
Tabel 4.7. House Of Risk 2
4.9.
Analisis dan Pembahasan
Hasil pengolahan data kemudian dianalisa untuk menentukan risiko yang
akan dilakukan mitigasi melakukan pendekatan House of Risk.
4.10.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis dan metode yang diberikan maka kesimpulan
yang dapat ditarik yaitu perbaikan sistem supply chain dengan melakukan aksi
mitigasi untuk meminimalkan risiko yang terjadi pada supply chain perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung
dengan Departemen Pengadaan, Bagian Manajemen Risiko dan Departemen
Logistik. Pengumpulan data juga dilkukan dengan pengamatan secara langsung
pada aktivitas supply chain di PT. Pupuk Iskandar Muda.
5.1.1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain
Tahap awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
pemetaan aktivitas berdasarkan model SCOR (Supply Chain Operation Refrence),
yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Aktivitas supply chain pada PT.
Pupuk Iskandar Muda dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Gambar 5.1. Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR. Hal ini merupakan
tahap awal dalam metode House of Risk (HOR) dan dilakukan dengan cara
wawancara di PT. Pupuk Iskandar Muda. Bedasarkan hasil wawancara didapatkan
pemetaan aktivitas sebagai berikut:
Tabel 5.1. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR
Major
Sub – Processes
Processes
Pemilihan Pemasok
Penjadwalan Pengiriman Produk dari
Pemasok
Source
Penerimaan Produk
Pengecekan Kualitas
Pemberian Otoritas Pembayaran Produk
yang Dikirim
Pengadaan Barang
Penjadwalan Produksi
Make
Proses Produksi
Pengecekan Kualitas Produk
Proses Pengepakan
Seleksi Pengiriman
Pengiriman Barang
Deliver
Kegiatan Pergudangan
Pengiriman Barang
Penerimaan dan Verifikasi Barang oleh
Konsumen
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR (Lanjutan)
Major
Sub – Processes
Processes
Pengembalian produk/barang cacat
Return
kepada pemasok
Pengembalian produk cacat dari
konsumen
Plan yaitu suatu proses untuk menyeimbangkan permintaan dengan pasokan
untuk menentukan tindakan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhaan
pengadaan, produksi dan pengiriman. Source yakni suatu proses pengadaan
barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Make adalah proses
transformasi bahan baku menjadi produk akhir yang diinginkan. Deliver yaitu
proses pemenuhan permintaan terhadap barang maupun jasa yang biasanya
meliputi transportasi dan distribusi. Return adalah proses pengembalian produk
karena berbagai alasan.
5.1.2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko merupakan suatu tahapan dengan tujuan untuk
mengetahui risk event yang mengganggu aktivitas supply chain pada perusahaan
dan untuk mengetahui risk agent yang menyebabkan risk event tersebut
identifikasi dilakukan melalui wawancara di PT. Pupuk Iskandar Muda.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.1. Kejadian Risiko (Risk Event)
Kejadian risiko (risk event) adalah kejadian/peristiwa yang dapat
mengganggu aktivitas supply chain pada perusahaan. Risk event didapatkan dari
hasil wawancara yang kemudian dikodekan menggunakan huruf E yang bertujuan
untuk mempermudah pembacaan selanjutnya. Risk event perusahaan dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda
Major
Processes
Sub – Processes
Peramalan Permintaan
Risk Event
Penentuan jumlah permintaan
yang tidak tepat
Perencanaan Material
Kesenjangan antara stok yang
tercatat dan yang tersedia
Kesalahan penulisan spesifikasi
Plan
barang yang diminta
Barang yang diminta sudah
obsolete (tidak produksi lagi)
Kebutuhan barang mendadak dan
mendesak
Parameter persediaan yang tidak
tepat/akurat
Code
E1
E2
E3
E4
E5
E6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Perencanaan Produksi
Risk Event
Perubahan dalam rencana
produksi secara mendadak
Terjadi kerusakan mesin secara
tiba-tiba
Plan
Perencanaan
Kesalahan rencana pengiriman
Pengiriman
produk
Perubahan izin impor barang dari
pemerintah
Penyesuaian Sumber
Ketidaksesuaian sumber daya
Daya dengan
yang ada dengan kebutuhan
Kebutuhan Supply
supply chain
Code
E7
E8
E9
E10
E11
Chain
Pemilihan Pemasok
Pemilihan dilakukan berulang
dikarenakan kegagalan tender
Bidang kemampuan suplai
rekanan tidak tepat
Penawaran harga rekanan diatas
budget yang tersedia
Source
Penjadwalan
Keterlambatan pengiriman barang
Pengiriman Produk
oleh vendor
E12
E13
E14
E15
dari Pemasok
Penerimaan Produk
Kesalahan barang yang diterima
dari vendor
Tidak lengkapnya dokumen
pengiriman barang dari rekanan
E16
E17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Pengecekan Kualitas
Risk Event
Code
Barang yang diterima tidak
memenuhi kualitas yang
E18
ditetapkan oleh perusahaan
Source
Pemberian Otoritas
Kesalahan pemberian otorisasi
Pembayaran Produk
pembayaran barang dari vendor
E19
yang Dikirim
Pengadaan Barang
Kerusakan barang saat berada di
gudang
Penjadwalan Produksi
Keterlambatan jadwal produksi
Terjadinya kerusakan mesin /
mekanis
Proses Produksi
Tidak dilakukannya kegiatan
produksi
Produksi tidak mampu memenuhi
permintaan
Make
Kegiatan produksi terganggu
Produk yang dihasilkan tidak
baik/tidak sempurna
E20
E21
E22
E23
E24
E25
E26
Pengecekan Kualitas
Kualitas produk tidak sesuai
Produk
dengan standar yang ada
Proses Pengepakan
Kebocoran kemasan produk
E28
Kemasan kotor
E29
E27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Seleksi Pengiriman
Risk Event
Kapasitas pengiriman produk
kurang
Pencatatan dokumen pengiriman
yang tidak tepat
Alat transportasi tidak
memadai/kurang
Kurangnya buruh angkut
Produk rusak saat berada di
gudang
Deliver
Pengiriman Barang
Keterlambatan pengiriman
produk
Terjadinya kontaminasi barang
saat pengiriman
Kegiatan Pergudangan
Pengiriman Barang
Code
E30
E31
E32
E33
E34
E35
E36
Kemasan yang tidak rapi
E37
Kerusakan saat handling produk
E38
Kelalaian supir di perjalanan
E39
Penerimaan dan
Verifikasi Barang oleh Kesalahan pengiriman produk
E40
Konsumen
Return
Pengembalian
Keterlambatan kedatangan
produk/barang cacat
penggantian produk/barang dari
kepada pemasok
vendor
Pengembalian produk
Keterlambatan pengembalian
cacat dari konsumen
produk/barang dari konsumen
E41
E42
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2. Agen Risiko (Risk Agent)
Agen risiko (risk agent) adalah hal – hal yang dapat menyebabkan suatu
risk event terjadi sehingga dapat menggangu aktivitas supply chain pada
perusahaan. Risk agent didapatkan dari hasil wawancara yang kemudian
dikodekan menggunakan huruf A yang bertujuan untuk mempermudah
pembacaan selanjutnya. Risk agent perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Risk Agent di PT. Pupuk Iskandar Muda
Risk Agent
Code
Ketidakakuratan peramalan
A1
Peningkatan permintaan oleh konsumen yang signifikan
A2
Faktor seasonal/musiman
A3
Kesalahan informasi dan komunikasi
A4
Kurangnya koordinasi
A5
Kesalahan dalam pemilihan vendor
A6
Terjadinya trouble/ kerusakan mendadak
A7
Bahan/barang dari vendor mengalami gangguan dalam
perjalanan
Faktor eksternal
A8
A9
Pengecekan bagian penerima bahan baku yang tidak
teliti
A10
Prosedur pengiriman tidak terorganisir
A11
Terjadi angguan pada bahan baku selama perjalanan
A12
Menetapkan ketentuan kriteria pemasok
A13
Prosedur ketentuan (SOP) pembelian
A14
Daftar pembelian tidak mencakup spesifikasi yang jelas
A15
Faktor efisiensi selama proses berlangsung
A16
Bahan/barang yang tidak terpakai
A17
Kurang perencanaan saat proses akan dilakukan
A18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Risk Agent di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Faktor keterandalan peralatan mesin selama proses
A19
berlangsung
Pasokan gas terganggu
A20
Terjadi kerusakan mesin / peralatan
A21
Kurangnya manajemen perawatan
A22
Terjadi kontaminasi kemasan selama proses
A23
penyimpanan
Pasokan listrik terganggu
A24
Faktor internal perusahaan
A25
Pengecekan kualitas yang tidak teliti
A26
Shut down produksi
A27
Permintaan material mendadak
A28
Kehilangan/pengurangan berat/isi produk selama dalam
perjalanan
A29
Terbatasnya alat angkut/ sarana transportasi
A30
Kekurangan buruh
A31
Perubahan rencana penjualan
A32
Kurang koordinasi di bagian gudang
A33
Kurang koordinasi bagian pengiriman
A34
Bencana alam
A35
Gangguan selama dalam perjalanan
A36
Alat transportasi yang tidak aman dari faktor lingkungan
A37
Luas gudang produksi yang terbatas
A38
Kurangnya komunikasi dan informasi bagian pembelian
A39
Alat angkut rusak
A40
Gangguan IT system
A41
Pengemasan item yang dikembalikan tidak sesuai
spesifikasi
A42
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.3. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan menggunakan form penilaian yang diisi saat
wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar Muda. Terdapat 3 form dalam
penilaian risiko ini yaitu kuesioner penilaian kejadian risiko (risk event), kusioner
penilaian agen risiko (risk agent) dan kuesioner tingkat hubungan antara risk
event dan risk agent.
1. Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event)
Dilakukan dengan memberi nilai keparahan (severity). Makna nilai severity dapat
dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Makna Nilai Severity
Nilai
Keterangan
Severity
1
Tidak Ada
2
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat sedikit
3
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedikit
4
Risiko mengakibatkan gangguan yang kecil
5
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedang
6
Risiko mengakibatkan gangguan yang besar
7
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat besar
8
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat parah
9
Risiko mengakibatkan gangguan yang serius
10
Risiko mengakibatkan gangguan yang berbahaya
Sumber: Shahin, 2004
Universitas Sumatera Utara
Penilaian risk event dilakukan saat wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar
Muda dengan cara memberi nilai severity pada form. Rekapitulasi penilaian dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Penilaian Risk Event
Risk Event
Code
Severity
Penentuan jumlah permintaan yang tidak tepat
E1
4
Kesenjangan antara stok yang tercatat dan yang tersedia
E2
5
Kesalahan penulisan spesifikasi barang yang diminta
E3
7
Barang yang diminta sudah obsolete (tidak produksi lagi)
E4
5
Kebutuhan barang mendadak dan mendesak
E5
7
Parameter persediaan yang tidak tepat/akurat
E6
4
Perubahan dalam rencana produksi secara mendadak
E7
3
Terjadi kerusakan mesin secara tiba-tiba
E8
7
Kesalahan rencana pengiriman produk
E9
5
Perubahan izin impor barang dari pemerintah
E10
5
E11
7
Pemilihan dilakukan berulang dikarenakan kegagalan tender
E12
5
Bidang kemampuan suplai rekanan tidak tepat
E13
7
Penawaran harga rekanan diatas budget yang tersedia
E14
6
Keterlambatan pengiriman barang oleh vendor
E15
5
Kesalahan barang yang diterima dari vendor
E16
6
Tidak lengkapnya dokumen pengiriman barang dari rekanan
E17
4
E18
7
E19
4
Kerusakan barang saat berada di gudang
E20
6
Keterlambatan jadwal produksi
E21
4
Ketidaksesuaian sumber daya yang ada dengan kebutuhan
supply chain
Barang yang diterima tidak memenuhi kualitas yang
ditetapkan oleh perusahaan
Kesalahan pemberian otorisasi pembayaran barang dari
vendor
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Penilaian Risk Event (Lanjutan)
Risk Event
Code
Severity
Terjadinya kerusakan mesin / mekanis
E22
7
Tidak dilakukannya kegiatan produksi
E23
6
Produksi tidak mampu memenuhi permintaan
E24
7
Kegiatan produksi terganggu
E25
5
Produk yang dihasilkan tidak baik/tidak sempurna
E26
7
Kualitas produk tidak sesuai dengan standar yang ada
E27
6
Kebocoran kemasan produk
E28
3
Kemasan kotor
E29
2
Kapasitas pengiriman produk kurang
E30
3
Pencatatan dokumen pengiriman yang tidak tepat
E31
3
Alat transportasi tidak memadai/kurang
E32
4
Kurangnya buruh angkut
E33
4
Produk rusak saat berada di gudang
E34
3
Keterlambatan pengiriman produk
E35
5
Terjadinya kontaminasi barang saat pengiriman
E36
2
Kemasan yang tidak rapi
E37
2
Kerusakan saat handling produk
E38
2
Kelalaian supir di perjalanan
E39
3
Kesalahan pengiriman produk
E40
3
E41
4
E42
4
Keterlambatan kedatangan penggantian produk/barang dari
vendor
Keterlambatan pengembalian produk/barang dari konsumen
Sumber: Wawancara
2. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent)
Dilakukan dengan memberi nilai tingkat peluang kemunculan (occurence). Makna
nilai occurence dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Makna Nilai Occurence
Nilai
Keterangan
Occurence
1
Kemunculan penyebab risiko hampir tidak terjadi
2
Kemunculan penyebab risiko sangat jarang
3
Kemunculan penyebab risiko sangat sedikit
4
Kemunculan penyebab risiko sedikit
5
Kemunculan penyebab risiko rendah
6
Kemunculan penyebab risiko sedang
7
Kemunculan penyebab risiko cukup tinggi
8
Kemunculan penyebab risiko tinggi
9
Kemunculan penyebab risiko sangat tinggi
10
Kemunculan penyebab risiko hampir selalu terjadi
Sumber: Shahin, 2004
Penilaian risk agent dilakukan pada saat wawancara dengan pihak PT. Pupuk
Iskandar Muda dengan cara memberi nilai occurence pada form. Rekapitulasi
penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent)
Risk Agent
Code
Occurance
Ketidakakuratan peramalan
A1
4
Peningkatan permintaan oleh konsumen yang signifikan
A2
4
Faktor seasonal/musiman
A3
2
Kesalahan informasi dan komunikasi
A4
2
Kurangnya koordinasi
A5
2
Kesalahan dalam pemilihan vendor
A6
3
Terjadinya trouble/ kerusakan mendadak
A7
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Occurance
A8
2
A9
3
A10
3
Prosedur pengiriman tidak terorganisir
A11
2
Terjadi angguan pada bahan baku selama perjalanan
A12
2
Menetapkan ketentuan kriteria pemasok
A13
3
Prosedur ketentuan (SOP) pembelian
A14
1
Daftar pembelian tidak mencakup spesifikasi yang jelas
A15
7
Faktor efisiensi selama proses berlangsung
A16
4
Bahan/barang yang tidak terpakai
A17
2
Kurang perencanaan saat proses akan dilakukan
A18
2
A19
7
Pasokan gas terganggu
A20
6
Terjadi kerusakan mesin / peralatan
A21
6
Kurangnya manajemen perawatan
A22
6
A23
3
Pasokan listrik terganggu
A24
2
Faktor internal perusahaan
A25
2
Pengecekan kualitas yang tidak teliti
A26
2
Shut down produksi
A27
7
Permintaan material mendadak
A28
6
A29
1
A30
3
Bahan/barang dari vendor mengalami gangguan dalam
perjalanan
Faktor eksternal
Pengecekan bagian penerima bahan baku yang tidak
teliti
Faktor keterandalan peralatan mesin selama proses
berlangsung
Terjadi kontaminasi kemasan selama proses
penyimpanan
Kehilangan/pengurangan berat/isi produk selama dalam
perjalanan
Terbatasnya alat angkut/ sarana transportasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Occurance
Kekurangan buruh
A31
2
Perubahan rencana penjualan
A32
2
Kurang koordinasi di bagian gudang
A33
2
Kurang koordinasi bagian pengiriman
A34
2
Bencana alam
A35
1
Gangguan selama dalam perjalanan
A36
3
Alat transportasi yang tidak aman dari faktor lingkungan
A37
3
Luas gudang produksi yang terbatas
A38
2
Kurangnya komunikasi dan informasi bagian pembelian
A39
3
Alat angkut rusak
A40
3
Gangguan IT system
A41
2
A42
3
Pengemasan item yang dikembalikan tidak sesuai
spesifikasi
Sumber: Wawancara
3. Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship)
Dilakukan dengan melihat hubungan antara risk event dengan risk agent. Makna
nilai hubungan anatar risk event dengan risk agent dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Makna Nilai Relationship
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
9
Keterkaitan tinggi (high)
Sumber: Shahin, 2004
Universitas Sumatera Utara
Penilaian tingkat hubungan risk event dengan risk agent dilakukan saat
wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar Muda dengan cara memberi nilai
relatonship pada form. Rekapitulasi penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Penilaian Relationship
Risk Agent
Risk Event
A1
A2
A3
A4
A5
E1
9
3
1
1
1
E2
1
1
1
E3
1
1
E4
3
1
E5
A6
A7
A9
A10
A11
A12
1
A14
A15
A16
A17
A20
3
A21
3
1
1
1
3
3
1
9
3
E8
1
1
A19
9
3
1
E9
A18
1
1
E6
A13
1
1
E7
A8
3
9
1
E10
E11
1
1
E12
3
1
E13
1
3
E14
1
1
1
1
3
E15
3
E16
3
E17
1
1
3
E18
3
E19
3
3
3
3
E20
3
E21
3
9
E22
9
E23
9
E24
3
E25
3
E26
3
1
3
1
1
E27
1
9
3
1
3
9
1
3
3
E31
1
3
E32
3
E33
1
1
E35
3
E36
3
3
E37
E38
E39
E40
3
1
E41
1
E42
1
3
9
3
E29
E30
3
3
1
E28
E34
9
9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Penilaian Relationship (Lanjutan)
Risk Agent
Risk Event
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
E1
9
1
E2
3
3
E3
A34
A35
A36
A37
A38
A39
A40
A41
A42
1
3
E4
E5
1
E6
1
E7
E8
9
3
9
3
9
1
E9
1
E10
E11
E12
3
E13
E14
1
E15
E16
3
1
E17
1
E18
9
1
E19
E20
1
3
1
E21
E22
E23
9
9
9
9
3
E24
E25
1
9
3
9
9
3
9
9
9
E26
1
E27
1
E28
3
E29
3
E30
1
3
1
1
1
1
1
E31
1
E32
1
E33
E34
E35
1
3
3
1
1
1
1
1
9
3
3
1
3
E36
3
3
E37
3
1
1
3
E39
1
1
3
3
E41
E42
3
1
1
E38
E40
1
3
3
3
1
3
1
3
1
3
Universitas Sumatera Utara
3
5.2.
Pengolahan Data dan Analisis
5.2.1.
Analisis Risiko
Tahap analisis risiko bertujuan untuk menganalisis hasil penilaian
severity suatu risk event, occurance suatu risk agent dan relationship antara risk
event dengan risk agent yang didapat dari hasil wawancara. Nilai severity,
occurance dan relationship kemudian digabungkan pada matriks House of Risk
(HOR) fase I.
5.2.1.1. Perhitungan Agregate Risk Potential (ARP)
Perhitungan ARP didapatkan berdasarkan rumus:
ARP j = Oj Σ Si Rij
Keterangan:
ARP j : Agregate Risk Potential
Oj
: Occurance
Si
: Severity
Rij
: Relationship
LANDASAN TEORI
3.1.
Konsep Supply Chain
Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,
distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa
logistik. ( Pujawan, 2005).
Pada suatu supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama
adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).
Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan
ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masingmasing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi
tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering
dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering
dibutuhkan oleh instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi
pengapalan
harus
membagi
informasi
seperti
ini
supaya
pihak-pihak
berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat.
Gambar 2.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.
Universitas Sumatera Utara
Finansial : invoice, term pembayaran
Material : bahan baku, komponen, produk jadi
Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation
supplier
manufacturer
distributor
Ritel/toko
consumer
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle,repair
Informasi : order, ramalan
Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang
Dikelola
3.1.1. Supply Chain Management (SCM)
Istilah SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun
1982 (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Filosofi SCM menekankan
perlu adanya koordinasi dan kalaborasi yang baik antar fungsi organisasi pada
suatu supply chain. Hal ini memperlihatkan pentingnya sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi, bukan hanya pengukuran kinerja didalam suatu organisasi tetapi
juga antar pelaku sepanjang supply chain.
3.2.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai
permasalahan
yang
ada dengan menempatkan
berbagai pendekatan
manajemen secara komprehensif dan sistematis. (Fahmi, 2010)
Universitas Sumatera Utara
3.2.1. Definisi Risiko
Risiko merupakan bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya
(masa depan) dengan
keputusan
yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Pengertian risiko menurut
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (1996) adalah uncertainty about future
events.
Risiko dapat muncul dimanapun dan risiko cenderung terus meningkat
setiap tahunnya dikarenakan
pemrosesan
informasi
globalisasi
yang
dunia,
liberalisasi
dunia
dan
semakin cepat serta reaksi investor yang
semakin cepat. (Fahmi, 2010).
3.2.2. Manfaat Manajemen Risiko
Dengan diterapkannya
manajemen risiko di suatu perusahaan ada
beberapa manfaat yang akan diperoleh, yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil
setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent)
dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruhpengaruh yang mungkin timbul, baik secara jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnya kerugian dari segi finansial.
Universitas Sumatera Utara
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept)
yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah
dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan). (Fahmi, 2010).
3.2.3.
Metode Pengukuran Risiko
Secara umum langkah-langkah dalam pengukuran risiko adalah sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut,
2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut
terhadap kinerja perusahaan dan menentukan prioritas risiko tersebut.
(Hanafi, 2006).
Pada tahap identifikasi risiko, pihak manajemen melakukan tindakan
berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami oleh perusahaan,
termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat dan melakukan observasi
terhadap potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.
(Fahmi, 2010)
Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko.
Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi
perusahaan. Pengukuran risiko biasanya
dilakukan
melalui kuantifikasi
risiko. Kuantifikasi bisa dilakukan dengan metode yang sederhana sampai
metode yang sangat kompleks. Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan tipe
Universitas Sumatera Utara
risiko yang berbeda menghadirkan teknik pengukuran yang berbeda pula.
(Hanafi, 2006).
Tabel 3.1.Metode Pengukuran Untuk Beberapa Tipe Risiko
Tipe Risiko
Definisi
Teknik Pengukuran
Risiko Pasar
Harga pasar bergerak ke arah yang tidak
menguntungkan (merugikan)
Value At Risk (VAR),
StressTesting
Risiko Kredit
Counterparty tidak bisa membayar
kewajibannya (gagal bayar) ke perusahaan
Credit Rating,
Creditmetrics
Risiko
perubahan Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan
tingkat bunga
kerugian pada portofolio perusahaan
Metode pengukuran
jangka waktu, durasi
Matriks frekuensi dan
signifikansi kerugian,
Kerugian yang terjadi melalui operasi
VAR operasional,
Risiko
perusahaan misal sistem yang gagal, serangan House of Risk (HOR)
Operasional
teroris
Matriks, Failure Mode
and Effects Analysis
(FMEA)
Risiko
Kematian
Manusia mengalami kematian dini (lebih
cepat dari usia kematian wajar)
Probabilitas kematian
dengan tabel mortalitas
Risiko
Kesehatan
Manusia terkena penyakit tertentu
Probabilitas terkena
penyakit dengan
menggunakan tabel
morbiditas
Risiko
Teknologi
Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi
negatif terhadap perusahaan
Analisis skenario
3.3.
Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model
Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model merupakan suatu
model konseptual yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), sebuah
organisasi non-profit independent, sebagai standar antar industri (cross industry).
Tujuan dari standarisasi yang dilakukan SCC adalah untuk memudahkan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman rantai pasok sebagai suatu langkah awal dalam rangka memperoleh
suatu manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien dalam menopang strategi
perusahaan (www.supply-chain.org, 2006).
Organisasi yang terbentuk pada tahun 1996 oleh Pittligio, Rabin, Todd
dan
McGrath (PRTM) dan lembaga riset AMR di Amerika ini, beranggotakan 69
orang sukarelawan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan para peneliti.
SCOR Model mempunyai kerangka yang menggabungkan antara proses bisnis
rantai pasok, pengukuran kinerja berdasarkan best practice ke dalam suatu
struktur yang terintegrasi sehingga proses komunikasi antar pelaku rantai pasok
dan
aktivitas
manajemen
rantai
pasok
dapat
berjalan
secara
optimal
(www.supplychain.org, 2006).
SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses.
Model ini mengitegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu:
1. Business process reeingineering pada hakikatnya menangkap proses kompleks
yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan.
2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional
dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan
kinerja best in class yang diperoleh.
3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain,
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Supply Chain Council
Gambar 3.2. Lima Proses Inti Pada Model SCOR
SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti seperti
yang diuraikan dibawah ini:
1. Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi, dan pengiriman.
2. Source yaitu proses pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan.
Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier,
menerima, dan mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang
yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan
sebagainya.
3. Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan.
4. Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
atau jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi, dan distribusi.
Universitas Sumatera Utara
5. Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena
berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan
melakukan pengembalian.
3.4.
House of Risk (HOR)
HOR ini merupakan modifikasi FMEA(FailureModes and Effect of
Analysis) dan model rumah kualitas (HOQ) untuk memprioritaskan sumber risiko
mana yang pertama dipilih untuk diambil tindakan yang paling efektif dalam
rangka mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Kelebihannya FMEA
(Failure Mode and Effect Analisis) adalah suatu perangkat analisa yang dapat
mengevaluasi reliabilitas dengan memeriksa modus kegagalan dan merupakan
salah satu teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan. Dalam langkah
perhitungan pertama menggambarkan dasar proses rantai pasok berdasarkan
SCOR (Supply Chain Operations Reference). Alasan menggunakan metode
SCOR karena metode ini bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif
berdasarkan data-data yang ada serta bisa mengidentifikasikan dimana perbaikan
perlu dilakukan. Adapun kekurangan dari metode ini implemantasinya
membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat
ini maupun mendefinisikan proses yang diinginkan.
Dasar proses rantai pasok ini dianalisa untuk mengidentifikasi risiko
yang mungkin terjadi dan konsekwensi jika terjadi. Kemudian digambarkan dalam
suatu kumpulan potensi risiko dari masing-masing sumber risiko dan dampak
Universitas Sumatera Utara
yang
disebabkan
sumber
risiko.
Model
ini
juga
berdasarkan
pada
dugaan/perkiraan yang proactive dari manajemen risiko rantai pasok yang
memusatkan pada aksi pencegahan, dan menurunkan/mengurangi kemungkinan
sumber risiko yang terjadi. Penurunan kejadian sumber risiko akan mencegah
sebagian dari kejadian risiko yang terjadi. Dalam beberapa kasus perlu untuk
mengidentifikasi kejadian/peristiwa risiko dan kaitannya dengan sumber risiko.
Dalam satu sumber risiko dapat mempengaruhi lebih dari satu kejadian risiko.
Sebagai contoh untuk permasalahan seorang penyalur sistem produksi bisa
mengakibatkan kekurangan material.
Dalam FMEA, penilaian risiko dapat diperhitungkan melalui perhitungan
RPN (Risk Potential Number) yang diperoleh dari perkalian tiga faktor yaitu
probabilitas terjadinya risiko, dampak kerusakan yang dihasilkan, dan deteksi
risiko. Namun dalam pendekatan house of risk perhitungan nilai RPN diperoleh
dari probabilitas sumber risiko dan dampak kerusakan terkait risiko itu terjadi.
Dalam hal ini untuk mencari kemungkinan sumber risiko dan keparahan kejadian
risiko. Jika Oi adalah kemungkinan dari kejadian sumber risiko j, Si adalah
keparahan dari pengaruh jika kejadian risiko i, dan Rj adalah korelasi antara
sumber risiko j dan kejadian risiko i (dimana menunjukkan seberapa kemungkinan
besar sumber risiko j yang masuk kejadian risiko i) kemudian ARPj (Aggregate
Risk Potential of risk agent j) dapat dihitung dengan rumus :
ARP j = Oj Σ Si Rj
Kita menyesuaikan model HOQ untuk menentukan mana dari sumber
risiko yang harus diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
Perankingan untuk masing-masing sumber risiko berdasarkan pada besarnya
Aggregate Risk Potential (ARP). Karenanya jika ada banyak sumber risiko,
perusahaan dapat memilih prioritas utama dari beberapa pertimbangan yang
mempunyai potensi risiko besar. Dalam penelitian ini mengusulkan dua model
penyebaran yang disebut HOR yang keduanya berdasarkan pada HOQ yang
dimodifikasi. HOR 1 digunakan untuk menentukan sumber risiko mana yang
diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan sedangkan HOR 2 adalah
untuk memberikan prioritas tindakan dengan mempertimbangkan sumber daya
biaya yang efektif.
3.4.1.
House of Risk 1 (HOR 1)
Dalam model ini menghubungkan suatu set kebutuhan (what) dan satu set
tanggapan (how) yang menunjukkan satu atau lebih keperluan/kebutuhan. Derajat
tingkat korelasi secara khusus digolongkan: sama sekali tidak ada hubungan
dengan memberi nilai (0), rendah (1), sedang (3) dan tinggi (9). Masing-masing
kebutuhan mempunyai suatu gap tertentu untuk mengisi masing-masing
tanggapan yang akan memerlukan beberapa sumber daya dan biaya. Mengadopsi
prosedur diatas maka HOR 1 dikembangkan melalui tahap - tahap berikut:
1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses. Ini
bisa dilakukan melalui mapping rantai pasok (plan, source,make, deliver dan
return) dan kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap
proses. Ackermann (2007) menetapkan cara sistematis untuk mengidentifikasi
Universitas Sumatera Utara
dan memperkirakan risiko. Contoh Tabel 3.2. berikut, kejadian risiko
diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.
2. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi). Dalam hal
ini menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 menunjukkan dampak yang ekstrim.
Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah kanan dari
tabel dan dinyatakan sebagai Si
3. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber
risiko. Dalam hal ini ditetapkan skala 1-10 dimana 1 artinya hampir tidak
pernah terjadi dan nilai 10 artinya sering terjadi. Sumber risiko (Risk agent)
ditempatkan dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah
dengan notasi Oj.
4. Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko dan
setiap kejadian risiko, Rij (0, 1, 3, 9) dimana 0 menunjukkan tidak ada korelasi
dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah, sedang dan korelasi tinggi.
5. Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent j=ARPj)
yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber risiko j
dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang disebabkan
oleh sumber risiko j seperti dalam persamaan diatas.
6. Buat ranking sumber risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko dalam
penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. HOR 1
3.4.2.
House of Risk 2 (HOR 2)
HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama
dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan
sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan perlu idealnya
memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara
efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang
mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang
kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2
seperti digambarkan dalam Tabel 3.3.
2. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber
risiko. Catat itu adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan
lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan
dibaris atas sebagai ‘How” pada HOR 2.
3. Tentukan hubungan antar masing-masing tindakan pencegahan dan masingmasing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan
berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar
tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai
tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan
kejadian sumber risiko.
4. Hitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut : TEk =Σj ARP jE jk
∀k
5. Perkirakan tingkat derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing tindakan,
Dk dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah total efektif.
Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala Likert atau
skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang diperlukan dalam
melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada rasio kesulitan ETDk =
TEk/Dk
6. Ranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1
memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. HOR 2
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di Jalan
Lintas Medan – Banda Aceh, Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten
Aceh Utara, Provinsi Aceh. Waktu penelitian adalah dari bulan April 2017 hingga
Agustus 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan secara akurat tentang fakta – fakta dan sifat – sifat suatu objek.
Penelitian deskriptif juga sering disebut dengan penelitian survei karena data yang
digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara (Sinulingga, 2013). Pada
penelitian ini, dilakukan identifikasi risiko berdasarkan model SCOR (Supply
Chain Operation Reference) untuk melihat kejadian risiko dari setiap major
processes (plan, source, make, deliver dan return) dan menemukan penyebab
risikonya. Kemudian direncanakan aksi mitigasi risiko berdasarkan penyebab
risiko dominan. Identifikasi risiko didapatkan melalui wawancara. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Departemen Pengadaan,
Bagian Manajemen Risiko, dan Departemen Logistik.
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah risiko – risiko yang diidentifikasi
pada aktivitas supply chain di PT. Pupuk Iskandar Muda untuk ditentukan
prioritas risiko yang akan direncanakan mitigasi risikonya.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian dibagi menjadi 2 bagian
yaitu variabel penelitian untuk House of Risk Fase I dan House of Risk Fase II.
Variabel penelitian untuk House of Risk Fase I adalah sebagai berikut:
1.
Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas House of Risk Fase I ini adalah:
a. Pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR (Supply Chain
Operation Reference) yaitu plan, source, make, deliver dan return
b. Severity yang menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan
oleh suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan
c. Occurence menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu agen
risiko (risk agent) sehingga mengabkibatkan timbulnya suatu atau
beberapa risk event yang menyebabkan gangguan pada proses bisnis
perusahaan
d. Relationship menyatakan tingkat hubungan antara risk event dan risk
agent
Universitas Sumatera Utara
2.
Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam House of Risk Fase I ini adalah Aggregate Risk
Potential (ARP)
Variabel penelitian untuk House of Risk Fase II adalah sebagai berikut:
1.
Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas pada House of Risk Fase II ini
adalah:
a. Perankingan ARP yaitu pengurutan nilai ARP dari yang terbesar hingga
terkecil yang menentukan urutan prioritas risiko yang akan direncanakan
aksi mitigasinya
b. Aksi Mitigasi yaitu tindakan – tindakan yang direncanakan untuk dapat
menangani penyebab risiko yang terjadi
c. Tingkat Kesulitan menyatakan tingkatan kesulitan dalam melakukan
setiap aksi mitigasi risiko
d. Hubungan Keterkaitan menyatakan tingkat hubungan antara aksi mitigasi
dan risk agent
2.
Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam House of Risk Fase II ini adalah prioritas aksi
mitigasi risiko
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang logis menegenai
penelitian yang dilakukan sehingga penelitian tersebut dilakukan secara benar
sesuai dengan yang seharusnya.
Kerangka berfikir dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.1.
House of Risk Fase I
House of Risk Fase II
Pemetaan aktivitas
perusahaan berdasarkan
model SCOR yaitu plan,
source, make, deliver dan
return
Perankingan
ARP
Severity
(Risk Event)
Aksi Mitigasi
Aggregate Risk
Potential (ARP)
Occurence
(Risk Agent)
Relationship
(Risk Event dan
Risk Agent)
Tingkat
Kesulitan
Prioritas Aksi
Mitigasi Risiko
(Aksi Mitigasi)
Hubungan
Keterkaitan
(Aksi Mitigasi
dan Risk Agent)
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
4.6.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan keseluruhan alat yang digunakan dalam
pengumpulan data. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis
untuk mencatat hasil wawancara dari pihak terkait. Digunakan juga form penilaian
untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai risiko – risiko yang akan
muncul dan penilaian terhadap risiko- risiko tersebut.
Severity menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbu`llkan oleh
suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan. Level severity
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Level Severity pada Form Penilaian
Level
Severity
1
No
2
Very Slight
3
Slight
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedikit
4
Minor
Risiko mengakibatkan gangguan yang kecil
5
Moderate
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedang
6
Significant
Risiko mengakibatkan gangguan yang besar
7
Major
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat besar
8
Extreme
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat parah
9
Serious
Risiko mengakibatkan gangguan yang serius
10
Hazardous
Keterangan
Tidak Ada
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat sedikit
Risiko mengakibatkan gangguan yang berbahaya
Sumber: Shahin, 2004
Level occurence menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan
suatu agen risiko (risk agent) sehingga mengakibatkan imbulnya suatu atau
beberapa kejadian risiko (risk event) yang dapat menyebabkan gangguan proses
bisnis perusahaan. Level occurence pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Level Occurence pada Form Penilaian
Level
Occurence
1
Almost Never
2
Remote
Keterangan
Kemunculan penyebab risiko hampir tidak terjadi
Kemunculan penyebab risiko sangat jarang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Level Occurance pada Form Penilaian
Level
Occurance
3
Very Slight
4
Slight
Kemunculan penyebab risiko sedikit
5
Low
Kemunculan penyebab risiko rendah
6
Medium
Kemunculan penyebab risiko sedang
Moderately
Keterangan
Kemunculan penyebab risiko sangat sedikit
Kemunculan penyebab risiko cukup tinggi
7
High
8
High
9
Very high
10
Almost curtain
Kemunculan penyebab risiko tinggi
Kemunculan penyebab risiko sangat tinggi
Kemunculan penyebab risiko hampir selalu terjadi
Sumber: Shahin, 2004
Relationship merupakan tingkat hubungan/keterkaitan antara kejadian
risiko (risk event) dengan agen risiko (risk agent). Level relationship pada
kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
Kriteria
Tidak ada keterkaitan antara risk
agent dengan risk event
Terdapat keterkaitan yang kecil
antara risk agent dengan risk event
Terdapat keterkaitan yang sedang
antara risk agent dengan risk event
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian (Lanjutan)
Nilai
Deskripsi
Kriteria
9
Keterkaitan tinggi (high)
Terdapat keterkaitan yang sangat erat
antara risk agent dengan risk event
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
Tingkat kesulitan dalam melakukan setiap aksi mitigasi risiko
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Risiko
Nilai
Deskripsi
3
Kesulitan rendah (low)
4
Kesulitan sedang (moderate)
5
Kesulitan tinggi (high)
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
Skala hubungan keterkaitan aksi mitigasi dengan agen risiko (risk agent)
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
Kriteria
Tidak ada keterkaitan antara mitigasi
risiko dengan risk agent
Terdapat keterkaitan yang kecil antara
mitigasi risiko dengan risk agent
Terdapat keterkaitan yang sedang
antara mitigasi risiko dengan risk agent
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent
(Lanjutan)
Nilai
Deskripsi
9
Keterkaitan tinggi (high)
Kriteria
Terdapat keterkaitan yang sangat erat
antara mitigasi risiko dengan risk agent
Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009
4.7.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.8.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan
langsung dan wawancara dengan Departemen Pengadaan, Bagian Manajemen
Risiko dan Departemen Logistik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang dikumpulkan yaitu:
1. Pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR
2. Severity
3. Occurence
4. Relationship
5. Aksi Mitigasi
6. Tingkat Kesulitan
7. Hubungan Keterkaitan
Data sekunder yang dikumpulkan yaitu struktur organisasi PT. Pupuk
Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
Mulai
A
Perumusan masalah
dan tujuan
penelitian
Seleksi risk agent
prioritas
menggunakan
pendekatan pareto
Metodologi
penelitian
Merencanakan aksi
mitigasi risiko
Pemetaan aktivitas
berdasarkan model
SCOR
Melakukan
penilaian tingkat
hubungan mitigasi
risiko dengan risk
agent
Melakukan
penilaian severity
pada risk event
Melakukan
penilaian occurence
pada risk agent
Melakukan
penilaian
relationship antara
risk event dan risk
agent
Menghitung
Aggregate Risk
Potential (ARP)
Membuat
perankingan risk
agent berdasarkan
nilai ARP besar ke
kecil
Melakukan
penilaian tingkat
kesulitan aksi
mitigasi
Menghitung total
efektifitas tiap
tindakan (TEk)
Menghitung rasio
effektifitas dan
tingkat kesulitan
(ETDk)
Melakukan
perankingan aksi
mitigasi prioritas
berdasarkan nilai
ETDk besar ke kecil
Selesai
A
Gambar 4.2. Flowchart Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.9.
Pengolahan Data
HOR 1 digunakan untuk menentukan sumber risiko mana yang
diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan sedangkan HOR 2 adalah
untuk memberikan prioritas tindakan dengan mempertimbangkan sumber daya
biaya yang efektif.
Dalam model HOR 1 ini menghubungkan suatu set kebutuhan (what) dan
satu set tanggapan (how) yang menunjukkan satu atau lebih keperluan/kebutuhan.
Derajat tingkat korelasi secara khusus digolongkan: sama sekali tidak ada
hubungan dengan memberi nilai (0), rendah (1), sedang (3) dan tinggi (9).
Masing-masing kebutuhan mempunyai suatu gap tertentu untuk mengisi masingmasing tanggapan yang akan memerlukan beberapa sumber daya dan biaya.
Mengadopsi prosedur diatas maka HOR 1 dikembangkan melalui tahap - tahap
berikut:
7. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses. Ini
bisa dilakukan melalui mapping rantai pasok (plan, source,make, deliver dan
return) dan kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap
proses. Ackermann (2007) menetapkan cara sistematis untuk mengidentifikasi
dan memperkirakan risiko. Contoh Tabel 3.6. berikut, kejadian risiko
diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.
8. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi). Dalam hal
ini menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 menunjukkan dampak yang ekstrim.
Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah kanan dari
tabel dan dinyatakan sebagai Si
Universitas Sumatera Utara
9. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber
risiko. Dalam hal ini ditetapkan skala 1-10 dimana 1 artinya hampir tidak
pernah terjadi dan nilai 10 artinya sering terjadi. Sumber risiko (Risk agent)
ditempatkan dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah
dengan notasi Oj.
10.
Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko
dan setiap kejadian risiko, Rij (0, 1, 3, 9) dimana 0 menunjukkan tidak ada
korelasi dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah, sedang dan korelasi
tinggi.
11.
Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent
j=ARPj) yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber
risiko j dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang
disebabkan oleh sumber risiko j seperti dalam persamaan diatas.
12.
Buat ranking sumber risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko dalam
penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah).
Tabel 4.6. House Of Risk 1
Universitas Sumatera Utara
HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama
dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan
sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan perlu idealnya
memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara
efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang
mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang
kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2
seperti digambarkan dalam Tabel 3.7.
2. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber
risiko. Catat itu adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan
lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi
kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan
dibaris atas sebagai ‘How” pada HOR 2.
3. Tentukan hubungan antar masing-masing tindakan pencegahan dan masingmasing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan
berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar
tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai
tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan
kejadian sumber risiko.
4.
Hitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut : TEk =Σj ARP jE
jk ∀k
Universitas Sumatera Utara
5.
Perkirakan tingkat derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing
tindakan, Dk dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah
total efektif. Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala
Likert atau skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang
diperlukan dalam melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada
rasio kesulitan ETDk = TEk/Dk
6.
Ranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1
memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi.
Tabel 4.7. House Of Risk 2
4.9.
Analisis dan Pembahasan
Hasil pengolahan data kemudian dianalisa untuk menentukan risiko yang
akan dilakukan mitigasi melakukan pendekatan House of Risk.
4.10.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis dan metode yang diberikan maka kesimpulan
yang dapat ditarik yaitu perbaikan sistem supply chain dengan melakukan aksi
mitigasi untuk meminimalkan risiko yang terjadi pada supply chain perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung
dengan Departemen Pengadaan, Bagian Manajemen Risiko dan Departemen
Logistik. Pengumpulan data juga dilkukan dengan pengamatan secara langsung
pada aktivitas supply chain di PT. Pupuk Iskandar Muda.
5.1.1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain
Tahap awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
pemetaan aktivitas berdasarkan model SCOR (Supply Chain Operation Refrence),
yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Aktivitas supply chain pada PT.
Pupuk Iskandar Muda dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Gambar 5.1. Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
pemetaan aktivitas perusahaan berdasarkan model SCOR. Hal ini merupakan
tahap awal dalam metode House of Risk (HOR) dan dilakukan dengan cara
wawancara di PT. Pupuk Iskandar Muda. Bedasarkan hasil wawancara didapatkan
pemetaan aktivitas sebagai berikut:
Tabel 5.1. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR
Major
Sub – Processes
Processes
Pemilihan Pemasok
Penjadwalan Pengiriman Produk dari
Pemasok
Source
Penerimaan Produk
Pengecekan Kualitas
Pemberian Otoritas Pembayaran Produk
yang Dikirim
Pengadaan Barang
Penjadwalan Produksi
Make
Proses Produksi
Pengecekan Kualitas Produk
Proses Pengepakan
Seleksi Pengiriman
Pengiriman Barang
Deliver
Kegiatan Pergudangan
Pengiriman Barang
Penerimaan dan Verifikasi Barang oleh
Konsumen
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR (Lanjutan)
Major
Sub – Processes
Processes
Pengembalian produk/barang cacat
Return
kepada pemasok
Pengembalian produk cacat dari
konsumen
Plan yaitu suatu proses untuk menyeimbangkan permintaan dengan pasokan
untuk menentukan tindakan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhaan
pengadaan, produksi dan pengiriman. Source yakni suatu proses pengadaan
barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Make adalah proses
transformasi bahan baku menjadi produk akhir yang diinginkan. Deliver yaitu
proses pemenuhan permintaan terhadap barang maupun jasa yang biasanya
meliputi transportasi dan distribusi. Return adalah proses pengembalian produk
karena berbagai alasan.
5.1.2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko merupakan suatu tahapan dengan tujuan untuk
mengetahui risk event yang mengganggu aktivitas supply chain pada perusahaan
dan untuk mengetahui risk agent yang menyebabkan risk event tersebut
identifikasi dilakukan melalui wawancara di PT. Pupuk Iskandar Muda.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.1. Kejadian Risiko (Risk Event)
Kejadian risiko (risk event) adalah kejadian/peristiwa yang dapat
mengganggu aktivitas supply chain pada perusahaan. Risk event didapatkan dari
hasil wawancara yang kemudian dikodekan menggunakan huruf E yang bertujuan
untuk mempermudah pembacaan selanjutnya. Risk event perusahaan dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda
Major
Processes
Sub – Processes
Peramalan Permintaan
Risk Event
Penentuan jumlah permintaan
yang tidak tepat
Perencanaan Material
Kesenjangan antara stok yang
tercatat dan yang tersedia
Kesalahan penulisan spesifikasi
Plan
barang yang diminta
Barang yang diminta sudah
obsolete (tidak produksi lagi)
Kebutuhan barang mendadak dan
mendesak
Parameter persediaan yang tidak
tepat/akurat
Code
E1
E2
E3
E4
E5
E6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Perencanaan Produksi
Risk Event
Perubahan dalam rencana
produksi secara mendadak
Terjadi kerusakan mesin secara
tiba-tiba
Plan
Perencanaan
Kesalahan rencana pengiriman
Pengiriman
produk
Perubahan izin impor barang dari
pemerintah
Penyesuaian Sumber
Ketidaksesuaian sumber daya
Daya dengan
yang ada dengan kebutuhan
Kebutuhan Supply
supply chain
Code
E7
E8
E9
E10
E11
Chain
Pemilihan Pemasok
Pemilihan dilakukan berulang
dikarenakan kegagalan tender
Bidang kemampuan suplai
rekanan tidak tepat
Penawaran harga rekanan diatas
budget yang tersedia
Source
Penjadwalan
Keterlambatan pengiriman barang
Pengiriman Produk
oleh vendor
E12
E13
E14
E15
dari Pemasok
Penerimaan Produk
Kesalahan barang yang diterima
dari vendor
Tidak lengkapnya dokumen
pengiriman barang dari rekanan
E16
E17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Pengecekan Kualitas
Risk Event
Code
Barang yang diterima tidak
memenuhi kualitas yang
E18
ditetapkan oleh perusahaan
Source
Pemberian Otoritas
Kesalahan pemberian otorisasi
Pembayaran Produk
pembayaran barang dari vendor
E19
yang Dikirim
Pengadaan Barang
Kerusakan barang saat berada di
gudang
Penjadwalan Produksi
Keterlambatan jadwal produksi
Terjadinya kerusakan mesin /
mekanis
Proses Produksi
Tidak dilakukannya kegiatan
produksi
Produksi tidak mampu memenuhi
permintaan
Make
Kegiatan produksi terganggu
Produk yang dihasilkan tidak
baik/tidak sempurna
E20
E21
E22
E23
E24
E25
E26
Pengecekan Kualitas
Kualitas produk tidak sesuai
Produk
dengan standar yang ada
Proses Pengepakan
Kebocoran kemasan produk
E28
Kemasan kotor
E29
E27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Risk Event di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Major
Processes
Sub – Processes
Seleksi Pengiriman
Risk Event
Kapasitas pengiriman produk
kurang
Pencatatan dokumen pengiriman
yang tidak tepat
Alat transportasi tidak
memadai/kurang
Kurangnya buruh angkut
Produk rusak saat berada di
gudang
Deliver
Pengiriman Barang
Keterlambatan pengiriman
produk
Terjadinya kontaminasi barang
saat pengiriman
Kegiatan Pergudangan
Pengiriman Barang
Code
E30
E31
E32
E33
E34
E35
E36
Kemasan yang tidak rapi
E37
Kerusakan saat handling produk
E38
Kelalaian supir di perjalanan
E39
Penerimaan dan
Verifikasi Barang oleh Kesalahan pengiriman produk
E40
Konsumen
Return
Pengembalian
Keterlambatan kedatangan
produk/barang cacat
penggantian produk/barang dari
kepada pemasok
vendor
Pengembalian produk
Keterlambatan pengembalian
cacat dari konsumen
produk/barang dari konsumen
E41
E42
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2. Agen Risiko (Risk Agent)
Agen risiko (risk agent) adalah hal – hal yang dapat menyebabkan suatu
risk event terjadi sehingga dapat menggangu aktivitas supply chain pada
perusahaan. Risk agent didapatkan dari hasil wawancara yang kemudian
dikodekan menggunakan huruf A yang bertujuan untuk mempermudah
pembacaan selanjutnya. Risk agent perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Risk Agent di PT. Pupuk Iskandar Muda
Risk Agent
Code
Ketidakakuratan peramalan
A1
Peningkatan permintaan oleh konsumen yang signifikan
A2
Faktor seasonal/musiman
A3
Kesalahan informasi dan komunikasi
A4
Kurangnya koordinasi
A5
Kesalahan dalam pemilihan vendor
A6
Terjadinya trouble/ kerusakan mendadak
A7
Bahan/barang dari vendor mengalami gangguan dalam
perjalanan
Faktor eksternal
A8
A9
Pengecekan bagian penerima bahan baku yang tidak
teliti
A10
Prosedur pengiriman tidak terorganisir
A11
Terjadi angguan pada bahan baku selama perjalanan
A12
Menetapkan ketentuan kriteria pemasok
A13
Prosedur ketentuan (SOP) pembelian
A14
Daftar pembelian tidak mencakup spesifikasi yang jelas
A15
Faktor efisiensi selama proses berlangsung
A16
Bahan/barang yang tidak terpakai
A17
Kurang perencanaan saat proses akan dilakukan
A18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Risk Agent di PT. Pupuk Iskandar Muda (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Faktor keterandalan peralatan mesin selama proses
A19
berlangsung
Pasokan gas terganggu
A20
Terjadi kerusakan mesin / peralatan
A21
Kurangnya manajemen perawatan
A22
Terjadi kontaminasi kemasan selama proses
A23
penyimpanan
Pasokan listrik terganggu
A24
Faktor internal perusahaan
A25
Pengecekan kualitas yang tidak teliti
A26
Shut down produksi
A27
Permintaan material mendadak
A28
Kehilangan/pengurangan berat/isi produk selama dalam
perjalanan
A29
Terbatasnya alat angkut/ sarana transportasi
A30
Kekurangan buruh
A31
Perubahan rencana penjualan
A32
Kurang koordinasi di bagian gudang
A33
Kurang koordinasi bagian pengiriman
A34
Bencana alam
A35
Gangguan selama dalam perjalanan
A36
Alat transportasi yang tidak aman dari faktor lingkungan
A37
Luas gudang produksi yang terbatas
A38
Kurangnya komunikasi dan informasi bagian pembelian
A39
Alat angkut rusak
A40
Gangguan IT system
A41
Pengemasan item yang dikembalikan tidak sesuai
spesifikasi
A42
Sumber: PT. Pupuk Iskandar Muda
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.3. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan menggunakan form penilaian yang diisi saat
wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar Muda. Terdapat 3 form dalam
penilaian risiko ini yaitu kuesioner penilaian kejadian risiko (risk event), kusioner
penilaian agen risiko (risk agent) dan kuesioner tingkat hubungan antara risk
event dan risk agent.
1. Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event)
Dilakukan dengan memberi nilai keparahan (severity). Makna nilai severity dapat
dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Makna Nilai Severity
Nilai
Keterangan
Severity
1
Tidak Ada
2
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat sedikit
3
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedikit
4
Risiko mengakibatkan gangguan yang kecil
5
Risiko mengakibatkan gangguan yang sedang
6
Risiko mengakibatkan gangguan yang besar
7
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat besar
8
Risiko mengakibatkan gangguan yang sangat parah
9
Risiko mengakibatkan gangguan yang serius
10
Risiko mengakibatkan gangguan yang berbahaya
Sumber: Shahin, 2004
Universitas Sumatera Utara
Penilaian risk event dilakukan saat wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar
Muda dengan cara memberi nilai severity pada form. Rekapitulasi penilaian dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Penilaian Risk Event
Risk Event
Code
Severity
Penentuan jumlah permintaan yang tidak tepat
E1
4
Kesenjangan antara stok yang tercatat dan yang tersedia
E2
5
Kesalahan penulisan spesifikasi barang yang diminta
E3
7
Barang yang diminta sudah obsolete (tidak produksi lagi)
E4
5
Kebutuhan barang mendadak dan mendesak
E5
7
Parameter persediaan yang tidak tepat/akurat
E6
4
Perubahan dalam rencana produksi secara mendadak
E7
3
Terjadi kerusakan mesin secara tiba-tiba
E8
7
Kesalahan rencana pengiriman produk
E9
5
Perubahan izin impor barang dari pemerintah
E10
5
E11
7
Pemilihan dilakukan berulang dikarenakan kegagalan tender
E12
5
Bidang kemampuan suplai rekanan tidak tepat
E13
7
Penawaran harga rekanan diatas budget yang tersedia
E14
6
Keterlambatan pengiriman barang oleh vendor
E15
5
Kesalahan barang yang diterima dari vendor
E16
6
Tidak lengkapnya dokumen pengiriman barang dari rekanan
E17
4
E18
7
E19
4
Kerusakan barang saat berada di gudang
E20
6
Keterlambatan jadwal produksi
E21
4
Ketidaksesuaian sumber daya yang ada dengan kebutuhan
supply chain
Barang yang diterima tidak memenuhi kualitas yang
ditetapkan oleh perusahaan
Kesalahan pemberian otorisasi pembayaran barang dari
vendor
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Penilaian Risk Event (Lanjutan)
Risk Event
Code
Severity
Terjadinya kerusakan mesin / mekanis
E22
7
Tidak dilakukannya kegiatan produksi
E23
6
Produksi tidak mampu memenuhi permintaan
E24
7
Kegiatan produksi terganggu
E25
5
Produk yang dihasilkan tidak baik/tidak sempurna
E26
7
Kualitas produk tidak sesuai dengan standar yang ada
E27
6
Kebocoran kemasan produk
E28
3
Kemasan kotor
E29
2
Kapasitas pengiriman produk kurang
E30
3
Pencatatan dokumen pengiriman yang tidak tepat
E31
3
Alat transportasi tidak memadai/kurang
E32
4
Kurangnya buruh angkut
E33
4
Produk rusak saat berada di gudang
E34
3
Keterlambatan pengiriman produk
E35
5
Terjadinya kontaminasi barang saat pengiriman
E36
2
Kemasan yang tidak rapi
E37
2
Kerusakan saat handling produk
E38
2
Kelalaian supir di perjalanan
E39
3
Kesalahan pengiriman produk
E40
3
E41
4
E42
4
Keterlambatan kedatangan penggantian produk/barang dari
vendor
Keterlambatan pengembalian produk/barang dari konsumen
Sumber: Wawancara
2. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent)
Dilakukan dengan memberi nilai tingkat peluang kemunculan (occurence). Makna
nilai occurence dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Makna Nilai Occurence
Nilai
Keterangan
Occurence
1
Kemunculan penyebab risiko hampir tidak terjadi
2
Kemunculan penyebab risiko sangat jarang
3
Kemunculan penyebab risiko sangat sedikit
4
Kemunculan penyebab risiko sedikit
5
Kemunculan penyebab risiko rendah
6
Kemunculan penyebab risiko sedang
7
Kemunculan penyebab risiko cukup tinggi
8
Kemunculan penyebab risiko tinggi
9
Kemunculan penyebab risiko sangat tinggi
10
Kemunculan penyebab risiko hampir selalu terjadi
Sumber: Shahin, 2004
Penilaian risk agent dilakukan pada saat wawancara dengan pihak PT. Pupuk
Iskandar Muda dengan cara memberi nilai occurence pada form. Rekapitulasi
penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent)
Risk Agent
Code
Occurance
Ketidakakuratan peramalan
A1
4
Peningkatan permintaan oleh konsumen yang signifikan
A2
4
Faktor seasonal/musiman
A3
2
Kesalahan informasi dan komunikasi
A4
2
Kurangnya koordinasi
A5
2
Kesalahan dalam pemilihan vendor
A6
3
Terjadinya trouble/ kerusakan mendadak
A7
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Occurance
A8
2
A9
3
A10
3
Prosedur pengiriman tidak terorganisir
A11
2
Terjadi angguan pada bahan baku selama perjalanan
A12
2
Menetapkan ketentuan kriteria pemasok
A13
3
Prosedur ketentuan (SOP) pembelian
A14
1
Daftar pembelian tidak mencakup spesifikasi yang jelas
A15
7
Faktor efisiensi selama proses berlangsung
A16
4
Bahan/barang yang tidak terpakai
A17
2
Kurang perencanaan saat proses akan dilakukan
A18
2
A19
7
Pasokan gas terganggu
A20
6
Terjadi kerusakan mesin / peralatan
A21
6
Kurangnya manajemen perawatan
A22
6
A23
3
Pasokan listrik terganggu
A24
2
Faktor internal perusahaan
A25
2
Pengecekan kualitas yang tidak teliti
A26
2
Shut down produksi
A27
7
Permintaan material mendadak
A28
6
A29
1
A30
3
Bahan/barang dari vendor mengalami gangguan dalam
perjalanan
Faktor eksternal
Pengecekan bagian penerima bahan baku yang tidak
teliti
Faktor keterandalan peralatan mesin selama proses
berlangsung
Terjadi kontaminasi kemasan selama proses
penyimpanan
Kehilangan/pengurangan berat/isi produk selama dalam
perjalanan
Terbatasnya alat angkut/ sarana transportasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) (Lanjutan)
Risk Agent
Code
Occurance
Kekurangan buruh
A31
2
Perubahan rencana penjualan
A32
2
Kurang koordinasi di bagian gudang
A33
2
Kurang koordinasi bagian pengiriman
A34
2
Bencana alam
A35
1
Gangguan selama dalam perjalanan
A36
3
Alat transportasi yang tidak aman dari faktor lingkungan
A37
3
Luas gudang produksi yang terbatas
A38
2
Kurangnya komunikasi dan informasi bagian pembelian
A39
3
Alat angkut rusak
A40
3
Gangguan IT system
A41
2
A42
3
Pengemasan item yang dikembalikan tidak sesuai
spesifikasi
Sumber: Wawancara
3. Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship)
Dilakukan dengan melihat hubungan antara risk event dengan risk agent. Makna
nilai hubungan anatar risk event dengan risk agent dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Makna Nilai Relationship
Nilai
Deskripsi
0
Tidak terkait
1
Keterkaitan rendah (low)
3
Keterkaitan sedang (moderate)
9
Keterkaitan tinggi (high)
Sumber: Shahin, 2004
Universitas Sumatera Utara
Penilaian tingkat hubungan risk event dengan risk agent dilakukan saat
wawancara dengan pihak PT. Pupuk Iskandar Muda dengan cara memberi nilai
relatonship pada form. Rekapitulasi penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Penilaian Relationship
Risk Agent
Risk Event
A1
A2
A3
A4
A5
E1
9
3
1
1
1
E2
1
1
1
E3
1
1
E4
3
1
E5
A6
A7
A9
A10
A11
A12
1
A14
A15
A16
A17
A20
3
A21
3
1
1
1
3
3
1
9
3
E8
1
1
A19
9
3
1
E9
A18
1
1
E6
A13
1
1
E7
A8
3
9
1
E10
E11
1
1
E12
3
1
E13
1
3
E14
1
1
1
1
3
E15
3
E16
3
E17
1
1
3
E18
3
E19
3
3
3
3
E20
3
E21
3
9
E22
9
E23
9
E24
3
E25
3
E26
3
1
3
1
1
E27
1
9
3
1
3
9
1
3
3
E31
1
3
E32
3
E33
1
1
E35
3
E36
3
3
E37
E38
E39
E40
3
1
E41
1
E42
1
3
9
3
E29
E30
3
3
1
E28
E34
9
9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Penilaian Relationship (Lanjutan)
Risk Agent
Risk Event
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
E1
9
1
E2
3
3
E3
A34
A35
A36
A37
A38
A39
A40
A41
A42
1
3
E4
E5
1
E6
1
E7
E8
9
3
9
3
9
1
E9
1
E10
E11
E12
3
E13
E14
1
E15
E16
3
1
E17
1
E18
9
1
E19
E20
1
3
1
E21
E22
E23
9
9
9
9
3
E24
E25
1
9
3
9
9
3
9
9
9
E26
1
E27
1
E28
3
E29
3
E30
1
3
1
1
1
1
1
E31
1
E32
1
E33
E34
E35
1
3
3
1
1
1
1
1
9
3
3
1
3
E36
3
3
E37
3
1
1
3
E39
1
1
3
3
E41
E42
3
1
1
E38
E40
1
3
3
3
1
3
1
3
1
3
Universitas Sumatera Utara
3
5.2.
Pengolahan Data dan Analisis
5.2.1.
Analisis Risiko
Tahap analisis risiko bertujuan untuk menganalisis hasil penilaian
severity suatu risk event, occurance suatu risk agent dan relationship antara risk
event dengan risk agent yang didapat dari hasil wawancara. Nilai severity,
occurance dan relationship kemudian digabungkan pada matriks House of Risk
(HOR) fase I.
5.2.1.1. Perhitungan Agregate Risk Potential (ARP)
Perhitungan ARP didapatkan berdasarkan rumus:
ARP j = Oj Σ Si Rij
Keterangan:
ARP j : Agregate Risk Potential
Oj
: Occurance
Si
: Severity
Rij
: Relationship