Pengelolaan Pajak Hotel Di Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ekonomi kreatif yang digadang-gadang oleh Pemerintahan Joko Widodo
dan Jusuf Kalla diharapkan mampu mendorong sektor rill. Pemerintah Indonesia
sedang melakukan berbagai pembangunan, untuk itu pemerintah perlu
mengerahkan segala daya dan upaya mengumpulkan dana untuk pembiayaan
pembangunan tersebut, salah satunya melalui sektor pajak. Pajak merupakan
kontributor terbesar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
yang berarti peranannya sangat besar terhadap kelangsungan

pembangunan

nasional. Wilayah Negara Indonesia yang cukup luas mengakibatkan pembagian
dana ke setiap daerah di Indonesia tidak merata, maka dengan meningkatkan
pembangunan di setiap daerah tersebut pemerintah memberikan kewenangan
kepada setiap daerah untuk mengelola atau mengurus daerahnya sendiri , dengan
Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah diberi

wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri dengan berusaha untuk
meningkatkan pendapatan asli daerahnya melalui pajak daerah dan retribusi
daerah. Berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah diharapkan menjadi suatu
pemerintahan yang mandiri dan mampu menjadi daerah yang otonom
(Kurniawan; 122; 2005). Melalui otonomi daerah kewenangan pemerintah pusat
dalam beberapa bidang didelegasikan menjadi kewenangan daerah dimana di
dalamnya sudah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sesuai penerapan

1
Universitas Sumatera Utara

2

otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan
dan kemampuan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan daerah sendiri
disetiap kabupaten/kota .
Pelaksanaan otonomi daerah menganut prinsip bahwa sumber keuangan
perolehan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting
dibandingkan dengan sumber-sumber diluar PAD, karena PAD merupakan
sumber pembiayaan yang penting di setiap daerah yang mana penerimaan pajak

dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Peningkatan PAD dapat tercapai apabila
sumber-sumber yang mempengaruhinya mengalami peningkatan .Salah satu
komponen dalam meningkatkan PAD adalah pajak daerah. Pajak Daerah adalah
pajak yang wewenang pemungutannya ada pada daerah dengan peraturannya
sesuai dengan peraturan pemerintah RI undang-undang No. 28 tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Salah satu komponen yang ada dalam
pajak daerah yaitu Pajak Hotel. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel (Marihot Siahaaan,2005:299). Pajak hotel dapat
dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan
PAD.Meskipun penerimaan pajak hotel memberikan kontribusi terhadap
penerimaan pajak yang

relatif kecil namun

pajak hotel merupakan sumber

penerimaan yang potensial bagi daerah. Di daerah Tapanuli Utara dengan semakin
berkembangnya fasilitas yang ada misalnya semakin banyak tempat wisata yang
dibuka, akan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya tingkat hunian dan
jumlah hotel.Tempat hunian dan jumlah hotel tersebut tentunya berkontribusi

dalam

menambah pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Pajak hotel sangat

potensial dalam meningkatan penerimaan daerah, Berdasarkan data diketahui

Universitas Sumatera Utara

3

bahwa, Total Penerimaan Daerah (TPD) yang bersumber dari PAD Tapanuli
Utara masih tidak stabil karena terjadi kenaikan dan penurunan setiap tahun.
Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan
Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara telah menetapkan target tertentu dalam
upaya memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak hotel . Proses pencapaian
target itu sendiri mengalami berbagai hambatan diantaranya adalah kesadaran
yang rendah dari wajib pajak dan pelayanan yang diberikan belum maksimal.
Selain menetapkan target , untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak
hotel diperlukan juga suatu pengelolaan yang baik.Pengelolaan dapat diartikan
sebagai proses, cara, perbuatan mengelola; proses melakukan kegiatan tertentu

dengan mengerakkan tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan
kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan dan
pencapaian tujuan sebagai perangkat unsur yang secara teratur yang saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur.
Pengelolaan yang baik dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan dan
pelaksanaan pemungutan pajak hotel.Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
tertarik untuk membahas permasalahan ke dalam suatu laporan tugas akhir dengan
judul “Pengeloaan Pajak Hotel Di Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah Kabupaten Tapanuli Utara” serta dapat membantu penulis di dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

4

B. Tujuan dan Manfaat
1.


Tujuan
Adapun tujuan laporan tugas akhir yang ingin di capai adalah sebagai berikut.
1.1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan pajak hotel di Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara
1.2. Untuk megindentifikasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
sistem pengelolaan pajak hotel di Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Tapanuli Utara
1.3. Untuk mengetahui pengelolaan pajak hotel terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Tapanuli Utara

2.

Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
2.1.

Bagi Penulis, yaitu:
a) Menambah referensi ilmiah penulis
b) Menaambah sajian data bagi informasi


untuk instansi yang

terkait
2.2.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik,yaitu:
a) Mengupayakan mendapat saran dan masukan untuk perbaikan
danpenyempurnaan kurikulum khususnya untuk Program Studi
Diploma IIIAdministrasi Perpajakan.

Universitas Sumatera Utara

5

b) Mempromosiksn sumber daya manusia yang ahli dibidang
perpajakan

dilingkungan


Program

Studi

Diploma

III

Administrasi Perpajakan.
2.3 . Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara
yaitu:
a) Meningkatkan mutu dan kualitas dengan adanya Laporan Tugas
Akhir jangka pendek.
b) Sebagai bahan evaluasi untuk menentukan kebijakan selanjutnya
agar menjadi lebih baik

C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Pajak didefinisikan dengan iuran kepada Negara terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelanggarakan
pemerintahan.
Pajak menurut para ahli :
a) Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum dan
Perpajakan
Pajak Merupakan suatu konstribusi wajib kepada negara yang terhutang
oleh setiap orang maupun badan yang sifatnya memaksa namun tetap
berdasarkan pada Undang-Undang, dan tidak mendapat imbalan secara
langsung serta digunakan untuk kebutuhan negara juga kemakmuran
rakyatnya.

Universitas Sumatera Utara

6

b) Smeeths
Pajak adalah sebuah prestasi pemerintah yang terhutang melalui normanorma dan dapat dipaksakan tanpa adanya suatu kontra prestasi dari setiap
individual. Maksudnya ialah membiayai pengeluaran pemerintah atau

negaranya.
c) Rochmat Soemitro
Menurutnya, pajak ialah iuran rakyat kepada negaranya berdasarkan
Undang-Undang atau peralihan kekayaan dari sektor swasta kepada sektor
publik yang bisa dipaksakan dan yang langsung dapat ditunjuk serta
digunakan untuk membiayai kebutuhan atau kepentingan umum.
d) Andriani
Menurutnya, pajak merupakan iuran rakyat atau masyarakat pada negara
yang bisa dipaksakan dan terhutang bagi yang wajib membayarnya sesuai
dengan peraturan UU dengan tidak memperoleh suatu imbalan yang
langsung bisa ditunjuk serta digunakan untuk pembiayaan yang diperlukan
pemerintah.
e) Soeparman Soemahamidjaya
Beliau mengemukakan pendapatnya mengenai pajak, dimana pajak
merupakan iuran wajib bagi warga, baik berupa uang maupun barang yang
dipungut oleh penguasa menurut norma-norma hukum yang berlaku guna
untuk menutup segala biaya produksi barang dan jasa untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat secara umum.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Peranan Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan.Karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai fungsi, yaitu:
1) Fungsi Anggaran (budgetair)
Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin.Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2) Fungsi Mengatur (regurelend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak.Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.


3. Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu
tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,
maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

8

a. Pemungutan pajak harus adil
Pajak mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan
pajak.Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya :
1) Dengan mengatur hak dan kewajiban wajib pajak.
2) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi
syarat sebagai wajib pajak.
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum
sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
1) Pemungutan pajak

yang dilakukan

oleh negara

yang

berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya.
2) Jaminan

hukum

bagi

para

wajib

pajak

untuk

tidak

diperlakukan secara umum.
3) Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib
pajak.
4) Pungutan tidak mengganggu perekonomian. Pemungutan pajak
harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,
maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan
kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha

Universitas Sumatera Utara

9

masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan
menengah.
c. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam
pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak
dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan
kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan
pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

4. Manfaat Pajak
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan
pos-pos pengeluaran.Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.Tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.Penggunaan
uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan
berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan,
jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan
menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan
masyarakat.Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal
dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai
dengan uang yang berasal dari pajak.

Universitas Sumatera Utara

10

Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara
menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan
pembiayaan pembangunan.Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di
atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat
yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang
kemampuannya lebih rendah.Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan
syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan.Sehingga pada
akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat
dikurangi secara maksimal.

5.Jenis Pajak
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi
Pajak Pusat dan Pajak Daerah.Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak - Departemen Keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang
dikelola

oleh

Pemerintah

Daerah

baik

di

tingkat

Propinsi

maupun

Kabupaten/Kota. Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
meliputi :
a.

Pajak Penghasilan (PPh)

b.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

c.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)

d.

Bea Meterai

e.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

f.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Universitas Sumatera Utara

11

g.

Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten/Kota antara lain meliputi :
1) Pajak Propinsi
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan
Air Permukaan
2) Pajak Kabupaten/Kota
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g) Pajak Parkir

6. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel
Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum
yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang
terkait . Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada suatu kabupaten atau kota
adalah sebagaimana di bawah ini
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah

Universitas Sumatera Utara

12

2. Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
3. Peraturan pemerintah nomor 11 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak hotel
5. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak hotel sebagai
aturan

pelaksanaan

peraturan

daerah

tentang

pajak

hotel

pada

kabupaten/kota dimaksud
7. Objek Pajak Hotel
1.Objek Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termauk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan. Jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel adalah fasilitas telepon,
facsimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan
fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. Dalam pengenaan
Pajak Hotel , yang

menjadi objek pajak termasuk pelayanan sebagaimana
32

dibawah ini
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam
pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar
sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
Fasilitas penginapan/fasilitas tinggal jangka pendek antara lain: gubuk
pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata , pesanggrahan (hostel) ,
losmen, dan rumah penginapan

Universitas Sumatera Utara

13

b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan. Pelayanan penunjang , antara lain, telepon, faksimile, teleks,
fotokopi, pelayanan cuci, setrika , taksi dan pengangkutan lainnya , yang
dissediakan atau dikelola hotel.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel ,
bukan untuk umum. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain : pusat
kebugaran (fitness centre) , kolam renang, tenis ,golf, karoke, pub,
diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel
2. Bukan Objek Pajak Hotel
Pada pajak hotel tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan
dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak ,
yaitu hal-hal dibawah ini.
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat atau pemerintah daerah.
b. Jasa sewa apartemen, kondominium , dan sejenisnya .Pengecualian
apartemen , kondominium , dan sejenisnya didasarkan atas izin
usahanya.
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit , asrama perawat , panti jompo,
panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis.
e. Jasa biro perjalanan atau perjalan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dimanfaatkan oleh umum

Universitas Sumatera Utara

14

8. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel
Pada pajak hotel yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adlah
konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan

yang diberikan oleh

pengusaha hotel . Sedangkan yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel , yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha
dibidang jasa penginapan . Dengan demikian, pada pajak hotel subjek pajak dan
wajib pajak tidak sama, di mana konsumen yang menikmati pelayanan hotel
merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sementara orang
pribadi atau yang mengusahakan hotel bertindak sebagai wajib pajak yang diberi
kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak dan
melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.Dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan
oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang pajak hotel. Wakil wajib pajak
bertanggung jawab secara pribadi atau secara tanggung renteng atas pembayaran
pajak terutang . Selain itu wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

9. Dasar Pengenaan , Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel
Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepda hotel. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan

Universitas Sumatera Utara

15

istimewa , harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar
pada saat pemakaian jasa hotel .Contoh hubungan istimewa adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan jasa hotel dengan pengusaha hotel , baik langsung
atau tidak langsung , berada dibawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi
atau badan yang sama. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh
subjek pajak kepda wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang
dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai
penukaran atas pemakaian jasa tempat penginapan dan fasilitas penunjang
termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan berkaitan
dengan usaha hotel. Contoh pembayaran, misalnya seseorang menginap di hotel
“ABC” dan melakukan pembayaran atas:
Jasa sewa kamar

Rp.2.500.000

Jasa binatu

Rp . 200.000

Jasa telepon

Rp. 100.000
+

Jumlah

Rp.2.800.000

Service Charge 10%

Rp. 280.000
+

Jumlah Pembayaran

Rp. 3.080.000

Pembayaran yang dimaksud adalah pembayaran sebelum dikenakan pajak hotel,
yaitu sebesar Rp. 3.080.000
2. Tarif Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan .Hal ini

Universitas Sumatera Utara

16

dimaksudkan untuk memberikan keleluasan kepada pemerintah kabupaten/kota
untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masingmasing daerah diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang
mungkin berbeda dengan kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah
kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tariff pajak yang
mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak lebih dari sepuluh
persen
3. Perhitungan Pajak Hotel
Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel
adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada hotel
Berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak kepada Hotel “ABC”
pada poin 1 di atas apabila besarnya tarif pajak yang ditetapkan pada kota dimana
hotel “ABC”berlokasi , adalah sebesar sepuluh persen , maka dihitung besarnya
pajak hotel yang terutang , yaitu sebesar : 10% x Rp 3.080.000 = 308.000

10. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Wilayah
Pemungutan Pajak Hotel
Pada pajak hotel, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama
dengan satu bulan takwin atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan
keputusan bupati/walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan
dihitung satu bulan penuh . Tahun pajak dalah jangka waktu yang lamanya satu

Universitas Sumatera Utara

17

tahun takwin, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun tahun takwin .
Pajak yang terutang merupakan pajak hotel yang harus dibayar oleh wajib
pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut
ketentuan peraturan daerah tentang pajak hotel yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak ditentukan
menurut keadaan, yaitu pada saat terjadi pembayaran atau pelayanan jasa
penginapan di hotel atau penginapan .
Pajak hotel yang terutang dipungungut di wilayah kabupaten/kota tempat
hotel berlokasi.Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota
yang hanya terbatas atas setiap hotel yang berlokasi dan terdaftar dalam
lingkungan administrasinya. Setiap pengusaha hotel yang menjadi wajib pajak
dalam memungut pembayaran pajak hotel dari konsumen yang menggunakan jasa
hotel harus menggunakan bon penjualan atau nota pesanan (bill) kecuali
ditetapkan lain oleh bupati/walikota. Termasuk pengertiaan penggunaan bon
penjualan adalah penggunaan mesin cash register sebagai bukti pembayaran
.Dalam bon penjualan sekurang-kurangnya harus mencantumkan catatan tentang
jenis kamar yang ditempati, lama menginap, dan fasilitas hotel yang
dingunakan.Bon penjualan harus mencantumkan usaha dan alamat usaha dicetak
dengan diberi nomor seri, dan dingunakan sesuai dengan nomor urut.
Bon pejualan harus diserahkan kepada subjek pajak sebagau bukti
pemungutan pajak pada saat wajib pajak mengajukan jumlah yang harus dibayar
oleh subjek pajak.Kewajiban wajib pajak untuk menerbitkan dan menyerahkan
bon penjualan kepada subjek pajak, selain untuk kepentingan pengawasan

Universitas Sumatera Utara

18

terhadap peredaran usaha wajib pajak juga dimaksudkan sebagai bagian

untuk

memasyarakatkan kesadaran tentang pajak hotel kepda masyarakat selaku subjek
pajak. Salinan nota pesanan yang sudah dingunakan harus disimpan oleh ewajib
pajak dalam jangka waktu tertentu sesuai peraturan daerah atau keputusan
bupati/walokota misalnya dalam wkatu setahun, sebagai bukti dalam pembuatan
surat pemberitahuan pajak daerah.
Wajib pajak yang wajib menggunakan bon penjualan, tetapi tidak
menggunakan bon penjualan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar
dua persen dari dasar pengenaan pajak misalnya saja Hotel “X” telah erima
pembayaran dengan tidak menggunakan atau menyerahkan bon penjualan (bill)
kepda subjek pajak sebesar Rp.2000.000,00 maka terhadap wajib pajak tersebut
ditagih pajak hotel berupa
Pokok Pajak Hotel

=10% x Rp.2.000.000,00 = Rp.200.000,00

Sanksi Denda

=2% x Rp.2.000.000,00 = Rp.40.000,00

Jumlah pajak hotel yang harus dibayar adalah

= Rp.240.000,00

Bon penjualan baru dapat dingunakan setelah setelah diporporasi oleh
upati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.Wajib pajak wajib melegalisasi bon
penjualan kepada Dinas Pendapan Daerah kabupaten/kota, kecuali ditetapkan lain
oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Legalisasi antara lain berupa porporasi
atau stempel.Bagiwajib pajakyang dikecualikan melegalilasi bon penjualan, wajib
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pendapaan
Daerah.Wajib pajak yang wajib melegalisasi bon penjualan, tetapi menggunakan
bon penjualan yang tidak dilegalisasi dikenakan sanksi administrasi ,umumnya
berupa denda sebesar dua persen dari dasar pengenaan pajak.

Universitas Sumatera Utara

19

D.Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari Laporan Tugas Akhir ini adalah
1. Pengelolaan pajak hotelpada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Tapanuli Utara
2. Perkembangan target dan realisasi penerimaan pajak hotel pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara
3. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pajak hotel oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Tapanuli UtaraBadan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara

E. Metode Penelitian
Untuk

memperoleh

data-data

dan

informasi

yang

berhubungan

pengelolaan pajak hotel di Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah

Tapanuli Utara, digunakan beberapa metode yaitu:
11 Jenis Data
Data pada laporan ini dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli, hasil
wawancara yang berkompeten.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
sumber yang telah ada misalnya, studi kepustakaan dan dokumentasi.
12 Sumber Data
a.a Studi Literatur (Kepustakaan)
Merupakan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca
landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-

Universitas Sumatera Utara

20

undangan di bidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatancatatan, maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan Proposal
Tugas Akhir.
a.b Studi Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan
kinerja di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara
untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
13 Metode Pengumpulan Data
a. Observasi (Pengamatan)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan
dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk
atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku
pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia
dan memiliki resiko yang tinggi.
b. Interview (wawancara)
Yaitu kegiatan pengumplan dan mencari data dengan melakukan
wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang
berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan
untuk melengkapi Laporan Tugas Akhir.
c. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam
instansi yang bersangkutan untuk menambah objektivitas yang

Universitas Sumatera Utara

21

dibutuhkan guna melengkapi Laporan Tugas Akhri. Dokemen tersebut
dapat berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana
kerja, surat keputusan
4. Alat Pengumpul Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa alat pengumpul
data, seperti dengan melakukan pencatatan, merekam dan memotret serta
melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait.
5. InformanPenelitian
Adapun informan yang membantu penulis dalam pengumpulan data terbagi
menjadi dua, yaitu :
a) Kepala Kantor Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tapanuli Utara
b) Pegawai sebagai informan tambahan.

Universitas Sumatera Utara