Karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Chapter III VI
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Lingkungan Fisik
1)Culicini
Aedes sp
Culex sp
Mansonia sp
2)Anophelini
NYAMUK
NYAMUK
Lingkungan
Perkembangbiakan
larva nyamuk
(Breeding site)
Suhu
Ph
Penetrasi sinar
matahari
Salinitas
Curah hujan
Deras air
Kontainer
Genangan air
kotor
Lingkungan yang
mempengaruhi
perkembangkangbiakan
larva nyamuk
Semua wadah buatan, alami
dan genangan air tanah yang
menjadi tempat
perkembangbiakan (Breeding
site) larva nyamuk
Lingkungan Biologik
Flora
Fauna
Tanaman hias
Pekarangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
peneletian ini adalah :
Tempat penampung air
a. Tempayan
Karakteristik tempat pekembangbiakan
b. Bak mandi
a. pH air
b. Tumbuhan air
c. Hewan air
c. Drum
d. Ember
Kepadatan Larva
e. Tempat Penampung Air Kulkas
f. Tempat Penampung Air Dispenser
g. Vas Bunga
h. Tempat Minum Burung
a. HI
b. CI
c. BI
ABL Kepadatan larva nyamuk
i. Bejana Sekitar Rumah
j. Genangan Air
k. Ketiak Daun
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik tempat
perkembangbiakan (breeding site) larva nyamuk pada penduduk rumah di desa
Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.2.
Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Augustus hingga Desember 2016.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Medan.
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1
Populasi penelitian
Populasi dari penelitian ini yaitu keseluruhan daerah sekeliling rumah
penduduk (dalam rumah dan sekitar luar rumah) di desa yang terdapat di
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
Kriteria Inklusi
Larva nyamuk sebagai sampel yang berada di wadah di dalam dan sekitar
rumah penduduk yang meliputi halaman dan selokan di sekitar rumah penduduk
di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kriteria Ekslusi
Sampel yang berada di wadah dalam rumah yang terkunci atau pemilik tidak
mengizinkan untuk pengambilan sampel. Sampel yang berada di luar halaman dan
bukan di selokan sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku, Kecamatan
Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.3.2
Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah TPA dari rumah yang positif larva
yang terdapat di dalam dan di sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.4
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
“cluster sampling” dimana semua sampel yang di masukkan ke dalam penelitian
ini memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Dari hasil survey awal jumlah
rumah penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Batu Bara Sebanyak
14.571.
Sampel penelitian dengan rumus Slovin.22
n=
__N___
1 + N (d2)
n = ____ 14.571_______= 99,32 = 100
1+ 14.571 (0,12)
Keterangan
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1)
Dari rumus di atas, maka sekurang-kurangnya 100 rumah perlu diperiksa untuk
penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.5. Teknik Pengumpulan Data
4.5.1. Bahan. dan Alat
1. Dipper/cidukan
2. Botol kecil
3. Pipet kecil
4. Kertas Label
5. pH stick
6. Senter
4.5.2. Alur Penelitian
1.
Larva diambil dengan menggunakan pipet saat menemukan larva di
tempat yang kecil, atau dengan menggunakan gayung untuk larva yang
di temukan pada tempat yang besar.
2.
Tempat
pencidukan
dilakukan
pada
berbagai
tipe
habitat
perkembangbiakan larva seperti: tempayan, bak mandi, drum, ember,
tempat penampungan air kulkas, tempat penampungan air dispenser,
vas bunga, tempat minum burung, genangan air dan ketiak daun.
3.
Pencidukan dilakukan dengan metode spiral yaitu mengelilingi lokasi
larva dimulai dari tengah.
4.
Setiap selesai melakukan pencidukan, airnya dibuang melalui net pada
lokasi yang dianggap tidak mengganggu pergerakan jentik.
5.
Semua jenis larva nyamuk diambil.
6.
Mencatat dan mengukur pH, jenis flora dan fauna pada setiap habitat
perkembangbiakan larva.
7.
Mengambil larva dari cidukan dengan menggunakan pipet tetes
kemudian dipindahkan ke botol kecil.
8.
Setiap botol larva harus diberi label agar dapat dibedakan jenis
habitatnya.
9.
Menghitung kepadatan larva per cidukan dengan rumus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan berdasarkan observasi dilapangan dikumpulkan dan
diolah secara manual dan komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
serta disajikan secara deskriptif.
4.7. Definisi Operasional
No Variabel
1
Densitas
larva
2
pH
3
4
5
Definisi
Operational
Jumlah larva
pada tempat
perindukan.
Cara Ukur
Alat Ukur
Penghitungan
langsung
Angka Bebas
Larva (ABL),
Breateau
Indeks (BI),
Container
Indeks (CI),
House Indeks
(HI)
pH stick
Derajat asam dan Ukur dengan
basa jenis air.
pH stick pada
air selama 3
menit dan
cocokan
dengan pH
standar
Tumbuhan Keberadaan jenis Pengamatan
air
tumbuhan air
langsung
yang berada di
tempat
perindukan
nyamuk.
Hewan air
Keberadaan jenis Pengamatan
hewan air yang
langsung
berada di tempat
perindukan
nyamuk.
Tempat
Wadah alami,
Pengamatan
Penampung wadah buatan dan langsung
Air
genangan air
yang dapat
menjadi sebagai
tempat
penampung air
Pencatatan
Hasil
Skala Ukur
Ukur
Rendah Nominal
atau
tinggi
- 7
Ada /
Tidak ada
Nominal
Nominal
Pencatatan
Nominal
Ada /
Tidak ada
Pencatatan
Ada /
Nominal
Tidak ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara,
secara geografis posisi 2 o03’00”- 3o26’00 Lintang Utara, 99o01’-100 o00 Bujur
Timur, luas wilayah 904.96 Km2, dengan ketinggian 0-50 meter dpl, dengan batas
wilayah :
a. Utara
: Kabupaten Serdang Bedagai
b. Selatan
: Kabupaten Asahan
c. Barat
: Kabupaten Simalungun
d. Timur
: Selat Malaka
5.1.2. Karakteristik sampel
Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian sesuai dengan
kriteria penentuan sampel yaitu karakteristik tempat perkembangbiakan larva
nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara sehingga melalui metode cluster sampling. Dari 14.571
rumah penduduk yang diikutsertakan kedalam penelitian sebanyak 100 rumah.
100 rumah di ambil dari 7 dusun yang terdapat pada desa Labuhan Ruku. .
5.1.3. Distribusi karakteristik sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karakteristik tempat
perkembangbiakan larva nyamuk yang meliputi keberadaan TPA, jenis TPA, pH
air, tumbuhan air, hewan air dan densitas larva pada semua rumah penduduk di
desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.1.1. Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa
Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 5.1.
Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa
No
TPA
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
11
11
2
Ada
89
89
100
100
Total
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 100 sampel penelitian, 11 rumah
(11.0%) tidak ada TPA, dan 89 rumah (89.0%) ada memiliki TPA. Dengan
demikian, mayoritas sampel memiliki TPA yakni sebanyak 89 rumah (89.0%).
5.1.1.2. Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA
Jenis TPA dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 11 yakni
tempayan, bak mandi, drum, ember, Tempat Penampung Air Kulkas, Tempat
Penampung Air Dispenser, Vas Bunga, Tempat Minum Burung, Bejana Sekitar
Rumah, Genangan Air, dan Ketiak Daun dengan distribusi frekuensi sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.2.
Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA
No
TPA
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tempayan
7
7.9
2
Bak Mandi
30
33.7
3
Drum
12
13.5
4
Ember
12
13.5
5
Tempat penampung air kulkas
0
0
6
Tempat penampung air dispenser
0
0
7
Vas bunga
0
0
8
Tempat minum burung
3
3.4
9
Bejana sekitar rumah
9
10.1
10
Genangan air
16
18
11
Ketiak daun
0
0
89
100
Total
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 7 rumah (7.9%) dengan jenis TPA tempayan, 30 rumah (33.7%) dengan
jenis TPA bak mandi, 12 rumah (13.5%) dengan jenis TPA drum, 12 rumah
(13.5%) dengan jenis TPA ember, 3 rumah (3.4%) dengan jenis TPA tempat
minum burung, 9 rumah (10.1%) dengan jenis TPA bejana sekitar rumah, 16
rumah (18%) dengan jenis TPA genangan air, dan tidak satupun sampel yang
memiliki jenis TPA berupa ketiak daun, tempat penampung air kulkas dan tempat
penampung air dispenser. Dengan demikian, mayoritas sampel memiliki jenis
TPA berupa bak mandi yakni sebanyak 30 rumah (33.7%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.1.3. Karakteristik berdasarkan pH Air
Karakteristik sampel berdasarkan pH Air dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 5.3.
Kararakteristik sampel berdasarkan pH Air
No
PH Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
7
26
29.2
Total
89
100
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 10 rumah (11.2%) dengan pH air lebih kecil dari 7, 53 rumah (59.6%)
dengan pH air 7 dan 26 rumah (29.2%) dengan pH air lebih besar dari 7. Dengan
demikian, mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%).
5.1.1.4. Karakteristik berdasarkan Tumbuhan Air
Karakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.4.
Kararakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air
No
Tumbuhan Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
80
89.9
2
Ada
9
10.1
89
100.0
Total
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 80 rumah (89.9%) tidak ada tumbuhan air dan 9 rumah (10.1%) ada
tumbuhan air. Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki tumbuhan air
yakni sebanyak 80 rumah (89.9%).
5.1.1.5. Karakteristik Berdasarkan Hewan Air
Karakteristik sampel berdasarkan Hewan Air dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.5.
Kararakteristik Sampel Berdasarkan Hewan Air
No
Hewan Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
86
96.6
2
Ada
3
3.4
89
100.0
Total
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 86 rumah (96.6%) tidak ada hewan air dan 3 rumah (3.4%) ada hewan air.
Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki hewan air yakni sebanyak 86
rumah (96.6%).
5.1.1.6. Densitas larva nyamuk
Densitas (kepadatan) larva nyamuk di lokasi penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
No
Indeks Larva
Persentase (%)
1
ABL
11.0
2
HI
89.0
3
CI
27.3
4
BI
89.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa HI di lokasi penelitian sebesar 89.%, hal
ini menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki densitas larva sangat tinggi
yakni 89.0%. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya perkembang-biakan
larva secara cepat.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki TPA
yakni sebanyak 89 rumah (89.0%). Keberadaan TPA dapat mempengaruhi
kelembaban air, dimana kelembaban nisbi udara adalah banyaknya kandungan
uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban
yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada
parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk
memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban juga berpengaruh terhadap
kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen
lebih banyak sehingga trachea terbuka. Dengan demikian penguapan air dari
tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam
tubuh dari penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara
menjadi faktor yang mengatur cara hidup nyamuk, beradaptasi pada keadaan
kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem
hutan. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih
sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria19
Secara teoritis, semakin tersedia TPA, semakin tinggi pula HI dan jika
dikaitkan dengan ABL di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
sampel memiliki TPA (tempat penampung air). Dengan kata lain, ada potensi
perkembangan larva nyamuk yang sangat tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sallata, Erniwati Ibrahim dkk,
2013, Universitas Hasanuddin, dengan judul Hubungan Karakteristik Lingkungan
Fisik Dan Kimia Dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis
DBD Kota Makassar dan hasil penelitian membuktikan bahwa variabel yang
berhubungan dengan keberadaan larva Ae.aegypti adalah kelembaban kamar
mandi (p=0,027), kelembaban dapur (p=0,020), kelembaban luar rumah (p=0,001)
termasuk ketersediaan TPA.
Keberadaan larva Aedes aegypti sangat dipengaruhi oleh faktor manusia dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang terkait dengan keberadaan Aedes aegypti
antara lain, jenis TPA, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, ketinggian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tempat, dan pengaruh angin. Keberadaan larva Aedes aegypti juga dipengaruhi
oleh kondisi air pada tempat perindukannya seperti suhu, pH, dan salinitas.
Sedangkan faktor manusia yang terkait dengan keberadaan Aedes aegypti yaitu,
kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, jarak antar rumah, intensitas cahaya
dan lain sebagainya.20
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki jenis
TPA berupa bak mandi yakni sebanyak 30 rumah (33.7%). Adanya berbagai jenis
TPA di lokasi penelitian menyebabkan peningkatan angka densitas atau HI. Hal
ini terbukti dari tingginya persentase HI yaitu (89.0%). Dengan kata lain, potensi
perkembangan larva nyamuk sangat tinggi karena tersedia berbagai jenis TPA.
Jenis TPA sebagai tempat penampung air hujan tentunya sangat
berpengaruh terhadap kelembaban udara sebab hujan menyebabkan naiknya
kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan
(breeding places) dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh
tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat
perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembang biaknya nyamuk Anopheles20. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2001), curah hujan yang cukup tinggi dengan jangka waktu yang lama akan
memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki pH air
7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%). Nyamuk adalah binatang berdarah dingin
sehingga proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu
lingkungan. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan pH rendah tetapi
proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila pH turun sampai pH kritis.
19
.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)
yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan,
baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan Nilai pH pada suatu
perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga
seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan. Faktor abiotik antara lain curah hujan, pH, suhu,
kelembaban, angin, cahaya, keseimbangan energi, sedangkan faktor biotik antara
lain tumbuhan dan hewan, interaksi antara jasad, pemangsa, pemakan bangkai,
simbiosis, parasitisme, dan manusia 21.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebagian besar biota akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 6 - 8,5. Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses
biokimiawi suatu perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah 19.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki
tumbuhan air yakni sebanyak 80 rumah (89.9%). Berbagai jenis tumbuhtumbuhan dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat
menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk
hidup lain. Beberapa jenis tanaman air 14 merupakan indikator bagi jenis nyamuk
tertentu. Tanaman air seperti lumut perut ayam (Heteromorpha, sp) dan lumut
sutera (Enteromorpha, sp) yang terdapat di Lagun kemungkinan menunjukkan
adanya larva Anopheles sundaicus 20.
Adanya tumbuh-tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari
makan, berlindung bagi larva serta tempat hinggap nyamuk dewasa pada waktu
istirahat selama menunggu siklus gonotropik, yaitu pergerakan nyamuk dimulai
dari tempat istirahat, mencari makan, kemudian menuju tempat berkembang biak
dan kembali lagi ke tempat istirahat19.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki
hewan air yakni sebanyak 86 rumah (96.6%). Diketahui bahwa ada beberapa
jenis hewan yang menjadi musuh alami nyamuk, baik terhadap nyamuk dewasa
maupun masih larva. Musuh- musuh alami tersebut bersama faktor-faktor lainnya
berperan penting dalam mengatur keseimbangan untuk mencegah ledakan
populasi nyamuk. Musuh alami atau predator nyamuk dewasa antara lain :
Serangga, laba-laba, burung, kelelawar, sedangkan sebagai predator larva antara
lain: coelenterata, serangga air, dan ikan 19.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa HI di lokasi penelitian sebesar
89.%, hal ini menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki densitas larva sangat
tinggi yakni 89.0%. Menurut WHO (2001) angka BI merupakan indeks jentik
yang paling informatif karena memuat hubungan rumah dengan kontainer yang
positif jentik. Angka BI dan CI merupakan angka yang menginformasikan tentang
jenis-jenis kontainer yang positif jentik dan distribusi kontainer-kontainer tersebut
pada rumah-rumah penduduk. Hal ini akan memberikan informasi secara akurat
dalam mengambil kebijakan pengendalian vektor DBD.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarto, 2012, dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti Di Kecamatan Magelang Utara Kota Magelang dan rendahnya nilai ABL
adalah karena adanya curah hujan tinggi (± 234 mm per bulan), sehingga sulit
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kontainer - kontainer
yang terisi air bukan untuk keperluan sehari-hari dan berpotensi sebagai
perindukan vektor DBD.21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang karakteristik tempat
perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Larva nyamuk ditemukan sebanyak 89 dari 100 rumah.
2. Larva nyamuk terbanyak dijumpai pada jenis TPA bak mandi yaitu
sebanyak 30 rumah.
3. Mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah
(59.6%).
4. Tumbuhan air hanya dijumpai pada 9 rumah dan hewan air hanya
dijumpai pada 3 rumah dari jumlah rumah yang positif larva nyamuk.
5. Kepadatan larva nyamuk tinggi dan resiko penularan penyakit oleh
nyamuk sebagai vektornya tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.2. Saran
1. Warga harus menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga
salah satunya adalah memberantas jentik di rumah dengan cara 3M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
2. Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
khususnya tentang penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, rumah sehat
dan lingkungan yang sehat.
3. Membangun rumah susun yang memenuhi syarat kesehatan untuk
masyarakat yang kurang mampu melalui sistem kredit perumahan.
4. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di tempat penampung air dapat
dijadikan alternatif pencegah perkembangbiakan larva nyamuk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Lingkungan Fisik
1)Culicini
Aedes sp
Culex sp
Mansonia sp
2)Anophelini
NYAMUK
NYAMUK
Lingkungan
Perkembangbiakan
larva nyamuk
(Breeding site)
Suhu
Ph
Penetrasi sinar
matahari
Salinitas
Curah hujan
Deras air
Kontainer
Genangan air
kotor
Lingkungan yang
mempengaruhi
perkembangkangbiakan
larva nyamuk
Semua wadah buatan, alami
dan genangan air tanah yang
menjadi tempat
perkembangbiakan (Breeding
site) larva nyamuk
Lingkungan Biologik
Flora
Fauna
Tanaman hias
Pekarangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
peneletian ini adalah :
Tempat penampung air
a. Tempayan
Karakteristik tempat pekembangbiakan
b. Bak mandi
a. pH air
b. Tumbuhan air
c. Hewan air
c. Drum
d. Ember
Kepadatan Larva
e. Tempat Penampung Air Kulkas
f. Tempat Penampung Air Dispenser
g. Vas Bunga
h. Tempat Minum Burung
a. HI
b. CI
c. BI
ABL Kepadatan larva nyamuk
i. Bejana Sekitar Rumah
j. Genangan Air
k. Ketiak Daun
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik tempat
perkembangbiakan (breeding site) larva nyamuk pada penduduk rumah di desa
Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.2.
Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Augustus hingga Desember 2016.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Medan.
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1
Populasi penelitian
Populasi dari penelitian ini yaitu keseluruhan daerah sekeliling rumah
penduduk (dalam rumah dan sekitar luar rumah) di desa yang terdapat di
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
Kriteria Inklusi
Larva nyamuk sebagai sampel yang berada di wadah di dalam dan sekitar
rumah penduduk yang meliputi halaman dan selokan di sekitar rumah penduduk
di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kriteria Ekslusi
Sampel yang berada di wadah dalam rumah yang terkunci atau pemilik tidak
mengizinkan untuk pengambilan sampel. Sampel yang berada di luar halaman dan
bukan di selokan sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku, Kecamatan
Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.3.2
Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah TPA dari rumah yang positif larva
yang terdapat di dalam dan di sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
4.4
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
“cluster sampling” dimana semua sampel yang di masukkan ke dalam penelitian
ini memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Dari hasil survey awal jumlah
rumah penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Batu Bara Sebanyak
14.571.
Sampel penelitian dengan rumus Slovin.22
n=
__N___
1 + N (d2)
n = ____ 14.571_______= 99,32 = 100
1+ 14.571 (0,12)
Keterangan
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1)
Dari rumus di atas, maka sekurang-kurangnya 100 rumah perlu diperiksa untuk
penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.5. Teknik Pengumpulan Data
4.5.1. Bahan. dan Alat
1. Dipper/cidukan
2. Botol kecil
3. Pipet kecil
4. Kertas Label
5. pH stick
6. Senter
4.5.2. Alur Penelitian
1.
Larva diambil dengan menggunakan pipet saat menemukan larva di
tempat yang kecil, atau dengan menggunakan gayung untuk larva yang
di temukan pada tempat yang besar.
2.
Tempat
pencidukan
dilakukan
pada
berbagai
tipe
habitat
perkembangbiakan larva seperti: tempayan, bak mandi, drum, ember,
tempat penampungan air kulkas, tempat penampungan air dispenser,
vas bunga, tempat minum burung, genangan air dan ketiak daun.
3.
Pencidukan dilakukan dengan metode spiral yaitu mengelilingi lokasi
larva dimulai dari tengah.
4.
Setiap selesai melakukan pencidukan, airnya dibuang melalui net pada
lokasi yang dianggap tidak mengganggu pergerakan jentik.
5.
Semua jenis larva nyamuk diambil.
6.
Mencatat dan mengukur pH, jenis flora dan fauna pada setiap habitat
perkembangbiakan larva.
7.
Mengambil larva dari cidukan dengan menggunakan pipet tetes
kemudian dipindahkan ke botol kecil.
8.
Setiap botol larva harus diberi label agar dapat dibedakan jenis
habitatnya.
9.
Menghitung kepadatan larva per cidukan dengan rumus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan berdasarkan observasi dilapangan dikumpulkan dan
diolah secara manual dan komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
serta disajikan secara deskriptif.
4.7. Definisi Operasional
No Variabel
1
Densitas
larva
2
pH
3
4
5
Definisi
Operational
Jumlah larva
pada tempat
perindukan.
Cara Ukur
Alat Ukur
Penghitungan
langsung
Angka Bebas
Larva (ABL),
Breateau
Indeks (BI),
Container
Indeks (CI),
House Indeks
(HI)
pH stick
Derajat asam dan Ukur dengan
basa jenis air.
pH stick pada
air selama 3
menit dan
cocokan
dengan pH
standar
Tumbuhan Keberadaan jenis Pengamatan
air
tumbuhan air
langsung
yang berada di
tempat
perindukan
nyamuk.
Hewan air
Keberadaan jenis Pengamatan
hewan air yang
langsung
berada di tempat
perindukan
nyamuk.
Tempat
Wadah alami,
Pengamatan
Penampung wadah buatan dan langsung
Air
genangan air
yang dapat
menjadi sebagai
tempat
penampung air
Pencatatan
Hasil
Skala Ukur
Ukur
Rendah Nominal
atau
tinggi
- 7
Ada /
Tidak ada
Nominal
Nominal
Pencatatan
Nominal
Ada /
Tidak ada
Pencatatan
Ada /
Nominal
Tidak ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara,
secara geografis posisi 2 o03’00”- 3o26’00 Lintang Utara, 99o01’-100 o00 Bujur
Timur, luas wilayah 904.96 Km2, dengan ketinggian 0-50 meter dpl, dengan batas
wilayah :
a. Utara
: Kabupaten Serdang Bedagai
b. Selatan
: Kabupaten Asahan
c. Barat
: Kabupaten Simalungun
d. Timur
: Selat Malaka
5.1.2. Karakteristik sampel
Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian sesuai dengan
kriteria penentuan sampel yaitu karakteristik tempat perkembangbiakan larva
nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara sehingga melalui metode cluster sampling. Dari 14.571
rumah penduduk yang diikutsertakan kedalam penelitian sebanyak 100 rumah.
100 rumah di ambil dari 7 dusun yang terdapat pada desa Labuhan Ruku. .
5.1.3. Distribusi karakteristik sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karakteristik tempat
perkembangbiakan larva nyamuk yang meliputi keberadaan TPA, jenis TPA, pH
air, tumbuhan air, hewan air dan densitas larva pada semua rumah penduduk di
desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.1.1. Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa
Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 5.1.
Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa
No
TPA
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
11
11
2
Ada
89
89
100
100
Total
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 100 sampel penelitian, 11 rumah
(11.0%) tidak ada TPA, dan 89 rumah (89.0%) ada memiliki TPA. Dengan
demikian, mayoritas sampel memiliki TPA yakni sebanyak 89 rumah (89.0%).
5.1.1.2. Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA
Jenis TPA dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 11 yakni
tempayan, bak mandi, drum, ember, Tempat Penampung Air Kulkas, Tempat
Penampung Air Dispenser, Vas Bunga, Tempat Minum Burung, Bejana Sekitar
Rumah, Genangan Air, dan Ketiak Daun dengan distribusi frekuensi sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.2.
Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA
No
TPA
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tempayan
7
7.9
2
Bak Mandi
30
33.7
3
Drum
12
13.5
4
Ember
12
13.5
5
Tempat penampung air kulkas
0
0
6
Tempat penampung air dispenser
0
0
7
Vas bunga
0
0
8
Tempat minum burung
3
3.4
9
Bejana sekitar rumah
9
10.1
10
Genangan air
16
18
11
Ketiak daun
0
0
89
100
Total
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 7 rumah (7.9%) dengan jenis TPA tempayan, 30 rumah (33.7%) dengan
jenis TPA bak mandi, 12 rumah (13.5%) dengan jenis TPA drum, 12 rumah
(13.5%) dengan jenis TPA ember, 3 rumah (3.4%) dengan jenis TPA tempat
minum burung, 9 rumah (10.1%) dengan jenis TPA bejana sekitar rumah, 16
rumah (18%) dengan jenis TPA genangan air, dan tidak satupun sampel yang
memiliki jenis TPA berupa ketiak daun, tempat penampung air kulkas dan tempat
penampung air dispenser. Dengan demikian, mayoritas sampel memiliki jenis
TPA berupa bak mandi yakni sebanyak 30 rumah (33.7%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.1.3. Karakteristik berdasarkan pH Air
Karakteristik sampel berdasarkan pH Air dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 5.3.
Kararakteristik sampel berdasarkan pH Air
No
PH Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
7
26
29.2
Total
89
100
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 10 rumah (11.2%) dengan pH air lebih kecil dari 7, 53 rumah (59.6%)
dengan pH air 7 dan 26 rumah (29.2%) dengan pH air lebih besar dari 7. Dengan
demikian, mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%).
5.1.1.4. Karakteristik berdasarkan Tumbuhan Air
Karakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.4.
Kararakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air
No
Tumbuhan Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
80
89.9
2
Ada
9
10.1
89
100.0
Total
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 80 rumah (89.9%) tidak ada tumbuhan air dan 9 rumah (10.1%) ada
tumbuhan air. Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki tumbuhan air
yakni sebanyak 80 rumah (89.9%).
5.1.1.5. Karakteristik Berdasarkan Hewan Air
Karakteristik sampel berdasarkan Hewan Air dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.5.
Kararakteristik Sampel Berdasarkan Hewan Air
No
Hewan Air
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak ada
86
96.6
2
Ada
3
3.4
89
100.0
Total
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
larva, 86 rumah (96.6%) tidak ada hewan air dan 3 rumah (3.4%) ada hewan air.
Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki hewan air yakni sebanyak 86
rumah (96.6%).
5.1.1.6. Densitas larva nyamuk
Densitas (kepadatan) larva nyamuk di lokasi penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
No
Indeks Larva
Persentase (%)
1
ABL
11.0
2
HI
89.0
3
CI
27.3
4
BI
89.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa HI di lokasi penelitian sebesar 89.%, hal
ini menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki densitas larva sangat tinggi
yakni 89.0%. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya perkembang-biakan
larva secara cepat.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki TPA
yakni sebanyak 89 rumah (89.0%). Keberadaan TPA dapat mempengaruhi
kelembaban air, dimana kelembaban nisbi udara adalah banyaknya kandungan
uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban
yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada
parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk
memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban juga berpengaruh terhadap
kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen
lebih banyak sehingga trachea terbuka. Dengan demikian penguapan air dari
tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam
tubuh dari penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara
menjadi faktor yang mengatur cara hidup nyamuk, beradaptasi pada keadaan
kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem
hutan. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih
sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria19
Secara teoritis, semakin tersedia TPA, semakin tinggi pula HI dan jika
dikaitkan dengan ABL di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
sampel memiliki TPA (tempat penampung air). Dengan kata lain, ada potensi
perkembangan larva nyamuk yang sangat tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sallata, Erniwati Ibrahim dkk,
2013, Universitas Hasanuddin, dengan judul Hubungan Karakteristik Lingkungan
Fisik Dan Kimia Dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis
DBD Kota Makassar dan hasil penelitian membuktikan bahwa variabel yang
berhubungan dengan keberadaan larva Ae.aegypti adalah kelembaban kamar
mandi (p=0,027), kelembaban dapur (p=0,020), kelembaban luar rumah (p=0,001)
termasuk ketersediaan TPA.
Keberadaan larva Aedes aegypti sangat dipengaruhi oleh faktor manusia dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang terkait dengan keberadaan Aedes aegypti
antara lain, jenis TPA, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, ketinggian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tempat, dan pengaruh angin. Keberadaan larva Aedes aegypti juga dipengaruhi
oleh kondisi air pada tempat perindukannya seperti suhu, pH, dan salinitas.
Sedangkan faktor manusia yang terkait dengan keberadaan Aedes aegypti yaitu,
kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, jarak antar rumah, intensitas cahaya
dan lain sebagainya.20
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki jenis
TPA berupa bak mandi yakni sebanyak 30 rumah (33.7%). Adanya berbagai jenis
TPA di lokasi penelitian menyebabkan peningkatan angka densitas atau HI. Hal
ini terbukti dari tingginya persentase HI yaitu (89.0%). Dengan kata lain, potensi
perkembangan larva nyamuk sangat tinggi karena tersedia berbagai jenis TPA.
Jenis TPA sebagai tempat penampung air hujan tentunya sangat
berpengaruh terhadap kelembaban udara sebab hujan menyebabkan naiknya
kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan
(breeding places) dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh
tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat
perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembang biaknya nyamuk Anopheles20. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2001), curah hujan yang cukup tinggi dengan jangka waktu yang lama akan
memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki pH air
7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%). Nyamuk adalah binatang berdarah dingin
sehingga proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu
lingkungan. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan pH rendah tetapi
proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila pH turun sampai pH kritis.
19
.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)
yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan,
baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan Nilai pH pada suatu
perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga
seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan. Faktor abiotik antara lain curah hujan, pH, suhu,
kelembaban, angin, cahaya, keseimbangan energi, sedangkan faktor biotik antara
lain tumbuhan dan hewan, interaksi antara jasad, pemangsa, pemakan bangkai,
simbiosis, parasitisme, dan manusia 21.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebagian besar biota akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 6 - 8,5. Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses
biokimiawi suatu perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah 19.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki
tumbuhan air yakni sebanyak 80 rumah (89.9%). Berbagai jenis tumbuhtumbuhan dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat
menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk
hidup lain. Beberapa jenis tanaman air 14 merupakan indikator bagi jenis nyamuk
tertentu. Tanaman air seperti lumut perut ayam (Heteromorpha, sp) dan lumut
sutera (Enteromorpha, sp) yang terdapat di Lagun kemungkinan menunjukkan
adanya larva Anopheles sundaicus 20.
Adanya tumbuh-tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari
makan, berlindung bagi larva serta tempat hinggap nyamuk dewasa pada waktu
istirahat selama menunggu siklus gonotropik, yaitu pergerakan nyamuk dimulai
dari tempat istirahat, mencari makan, kemudian menuju tempat berkembang biak
dan kembali lagi ke tempat istirahat19.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki
hewan air yakni sebanyak 86 rumah (96.6%). Diketahui bahwa ada beberapa
jenis hewan yang menjadi musuh alami nyamuk, baik terhadap nyamuk dewasa
maupun masih larva. Musuh- musuh alami tersebut bersama faktor-faktor lainnya
berperan penting dalam mengatur keseimbangan untuk mencegah ledakan
populasi nyamuk. Musuh alami atau predator nyamuk dewasa antara lain :
Serangga, laba-laba, burung, kelelawar, sedangkan sebagai predator larva antara
lain: coelenterata, serangga air, dan ikan 19.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa HI di lokasi penelitian sebesar
89.%, hal ini menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki densitas larva sangat
tinggi yakni 89.0%. Menurut WHO (2001) angka BI merupakan indeks jentik
yang paling informatif karena memuat hubungan rumah dengan kontainer yang
positif jentik. Angka BI dan CI merupakan angka yang menginformasikan tentang
jenis-jenis kontainer yang positif jentik dan distribusi kontainer-kontainer tersebut
pada rumah-rumah penduduk. Hal ini akan memberikan informasi secara akurat
dalam mengambil kebijakan pengendalian vektor DBD.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarto, 2012, dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti Di Kecamatan Magelang Utara Kota Magelang dan rendahnya nilai ABL
adalah karena adanya curah hujan tinggi (± 234 mm per bulan), sehingga sulit
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kontainer - kontainer
yang terisi air bukan untuk keperluan sehari-hari dan berpotensi sebagai
perindukan vektor DBD.21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang karakteristik tempat
perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Larva nyamuk ditemukan sebanyak 89 dari 100 rumah.
2. Larva nyamuk terbanyak dijumpai pada jenis TPA bak mandi yaitu
sebanyak 30 rumah.
3. Mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah
(59.6%).
4. Tumbuhan air hanya dijumpai pada 9 rumah dan hewan air hanya
dijumpai pada 3 rumah dari jumlah rumah yang positif larva nyamuk.
5. Kepadatan larva nyamuk tinggi dan resiko penularan penyakit oleh
nyamuk sebagai vektornya tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.2. Saran
1. Warga harus menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga
salah satunya adalah memberantas jentik di rumah dengan cara 3M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
2. Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
khususnya tentang penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, rumah sehat
dan lingkungan yang sehat.
3. Membangun rumah susun yang memenuhi syarat kesehatan untuk
masyarakat yang kurang mampu melalui sistem kredit perumahan.
4. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di tempat penampung air dapat
dijadikan alternatif pencegah perkembangbiakan larva nyamuk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA