Perilaku Caring Perawat dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu Chapter III V

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.

Desain Penelitian
Desain Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi, desain ini

digunakan untuk mengungkapkan kajian perilaku caring perawat dalam merawat
pasien skizofrenia. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ilmu pengetahuan tentang
perilaku manusia hanya dapat diperoleh melalui penggalian secara langsung terhadap
pengalaman yang didefenisikan oleh manusia tersebut Fokus utama dari studi
fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman

hidup dan

menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2012 hal 494). Sehingga dari
pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu.
3.2. Partisipan
Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 10 (Polit &

Beck, 2012).Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada
jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan saturasi data tercapai (Polit &
Beck, 2012 hal 521-523).
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan
menentukan terlebih dahulu kriteria yang dimasukkan dalam penelitian (Polit &
Beck, 2012 hal 529).Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah 1) perawat

Universitas Sumatera Utara

yang sedang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu, 2)
komunikatif, 3) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau
dengan menandatangani surat perjanjian penelitian dan 4) mampu menceritakan
pengalamannya sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya (rich information).
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem
Provsu.Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu ini sebagai lokasi
penelitian karena Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit pendidikan dan
Rumah Sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di wilayah Sumatera Utara.Rumah

Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu juga memiliki partisipan yang sesuai dengan
karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti sebagai partisipan.
3.3.2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data dimulai dari bulan Februari 2017 sampai dengan bulan April 2017,
yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.
3.4. Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Setelah memperoleh persetujuan,
selanjutnya peneliti mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan,
peneliti

menjelaskan

tujuan

dari

penelitian


dan

prosedur

pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

penelitian.Apabila calon partisipan bersedia berpatisipasi dalam penelitian, maka
partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan
menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga
kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari
partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya identitas
partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi yang
diperlukan saja yang dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian. Peneliti juga
tidak akan merugikan partisipan baik dalam hal fisik maupun psikologis (nonmaleficiency).
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dan tidak dapat
diwakilkan atau didelegasikan oleh siapapun.Pada penelitian kualitatif, peneliti

terlibat secara langsung dalam pengumpulan data, sehingga peneliti benar-benar
mengenal partisipan. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner data demografi
dan wawancara mendalam kepada responden. Proses wawancara direkam dengan
tape recorder.
Kuesioner data demografi berisi pernyataan mengenai data umum responden
berupa inisial nama, usia partisipan, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, dan
suku.
Panduan wawancara berisi 5 pertanyaan terbuka yang dibuat oleh peneliti
sendiri yang telah divalidasi pakar keperawatan jiwa dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara.Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
3.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya peneliti melakukan pilot study untuk menguji apakah peneliti
sebagai instrument sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan
analisa data kualitatif, dilakukan dengan mewawancarai partisipan. Proses wawancara
dimulai dengan melakukan prolonged engagement yaitu dengan cara mengadakan
hanya sekali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti sudah membina
hubungan yang baik dengan partisipan di rumah sakit saat peneliti berkunjung ke
rumah sakit. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan
saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga semakin akrab, semakin
terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh lebih
lengkap.Pada tahap ini, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan
dan pengumpulan data yang dilakukan terhadap partisipan.
Langkah selanjutnya, setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka
partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi

Universitas Sumatera Utara

untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam
atau in-depth interview.
Pada metode ini peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk
mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat

menjelaskan permasalahan penelitian.
Setelah memperoleh persetujuan dari partisipan untuk melakukan wawancara
kemudian partisipan menandatangani inform consent dan mengisi kuesioner data
demografi. Selanjutnya peneliti akan memulai melakukan wawancara mendalam atau
in-depth interview dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan
selama kurang lebih 60 menit selama kurang lebih 1 kali pertemuan.Peneliti
menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam
mengumpulkan informasi. Kemudian peneliti

melanjutkan mengajukan berbagai

pertanyaan dengan menggunakan teknik probing dan merekam hasil wawancara
dengan menggunakan perekam suara.
Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat transkrip hasil wawancara
setiap kali selesai wawancara.Peneliti mengelompokkan data dan menguraikan data
kedalam bentuk narasi kedalam bentuk tema, sub tema dan kategori yang
utama.Kemudian peneliti membahas ulang hasil penelitian sesuai dengan analisa data
yang telah dilakukan.
3.7. Analisa Data
Proses analisis data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses

wawancara. Peneliti menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012

Universitas Sumatera Utara

hal 497-498) dalam menganalisis data karena metode ini memberikan langkahlangkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana.Ini adalah salah satu metode yang
umum untuk analisis data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses
analisa data dalam penelitian ini meliputi:
1) Membaca transkrip wawancara yang telah dibuat secara berulang-ulang, serta
menyadari makna yang ada dalam ungkapan tersebut.
2) Meninjau kembali hasil wawancara kemudian memfokuskan diri terhadap
frase dan kalimat yang memiliki hubungan yang signifikan yang menyinggung
tentang perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu.
3) Mencari arti kata atau makna lain dari transkip yang ada yang dapat diterima
secara umum.
4) Membaca ulang transkrip dan kemudian menyusun makna-makna yang
signifikan yang telah ditemukan dalam proses sebelumnya kedalam sebuah kelompok
tema. Mengelompokkan tema-tema yang sejenis kemudian dibandingkan dengan
deskripsi asli dalam transkip. Peneliti merangkai tema yang ditemukan selama proses
analisa data dan menuliskannya menjadi sebuah deskripsi yang dalam terkait perilaku

caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muh.Ildrem Medan.
5) Memberikan gambaran analisa yang terinci dari perasaan dan perspektif yang
terkandung dalam tema-tema yang didapatkan. Hal ini oleh Colaizzi disebut dengan

Universitas Sumatera Utara

“deskripsi lengkap”. Atau dalam arti lain kita dapat mengintegrasikan hasil yang telah
kita dapat menjadi deskripsi fenomena yang lengkap.
6) Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti dan kemudian
mengidentifikasi struktur dasar atau bisa disebut sebagai esensi dari transkip tersebut.
7) Membawa kembali temuan-temuan yang ada kemudian meminta responden
tersebut memvalidasi dari beberapa tema yang ada apakah ada pengubahan dari hasilhasil ide yang sudah muncul atau dapat disebut dengan “member check”.
3.8 . Tingkat Kepercayaan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi
dengan

beberapa

kriteria,


yaitu

Credibility,

Transferability,

Dependability,

Confirmability dan Authenticity (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012
hal 584-585).
Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan
informasi yang dikumpulkan. Peneliti melakukan teknik prolonged engagement yaitu
mengadakan pertemuan dengan partisipan 1-2 kali ditempat yang sudah dijanjikan
bersama partisipan, sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan yang
lama sehingga semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai.
Langkah

selanjutnya


adalah

confirmability

yang

dilakukan

dengan

memperlihatkan seluruh transkrip dan catatan lapangan, tabel analisa tema kepada
pembimbing lalu berdiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil penelitian
yang disusun dalam bentuk skema tema.Confirmability adalah objektivitas dan
netralitas data, dimana tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang

Universitas Sumatera Utara

relevansi dan arti kata, untuk menjamin kenetralan data atau bebasnya data dari
pengaruh asumsi peneliti.
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua jenis
triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triagulasi teknik.
Triagulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Sedangkan triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Triangulasi teknik ini akan digunakan oleh peneliti setelah mendapatkan hasil
wawancara yang kemudian dicek dengan hasil observasi dan dokumentasi. Dari
ketiga teknik tersebut tentunya menghasilkan sebuah kesimpulan terkait perilaku
caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Ildrem.Muh.Provsu.
Dependability digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh
oleh peneliti. Hal ini dilaksanakan dengan cara peneliti melibatkan pembimbing
sebagai peneliti lain yang mengaudit cara dan hasil penelitian mulai dari penentuan
masalah, pengambilan data penelitian, analisa data dan uji keabsahan data sampai
dengan pembuatan kesimpulan. Dependability merupakan kriteria yang digunakan
untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Teknik utama untuk menilai
kriteria dependability adalah dengan cara mereview semua proses penelitian meliputi
catatan mulai dari menentukan masalah, pengambilan data penelitian, analisa data,

Universitas Sumatera Utara

melakukan uji keabsahan data, sampai dengan pembuatan kesimpulan yang biasa
disebut audit trail sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya. Dalam penelitian
ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk memperoleh audit trail yang
adekuat adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip
wawancara, catatan lapangan (field note), hasil analisa data, membuat koding-koding
(pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya
kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.
Transferability dilakukan dengan cara peneliti menulis laporan penelitian yang
diuraikan dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti oleh pembaca
sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku caring
perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Ildrem.Muh
Provsu.
Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan
berbagai

realitas.Authenticity

muncul

dalam

penelitian

ketika

partisipan

menyampaikan pengalaman mereka dengan penuh perasaan.Penelitian memiliki
keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan pengalaman kehidupan yang
digambarkan, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan yang
meningkat sesuai masalah yang digambarkan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan
hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan perilaku caring perawat
dalam merawat pasien skizofrenia.Pada saat melakukan penelitian, karena peneliti
baru pertama kali melakukan wawancara langsung dengan perawat yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu peneliti merasa masih ada rasa kurang
percaya diri dan grogi.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perilaku caring
perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem
Provsu. Hasil penelitian ini memunculkan lima tema yang memberi suatu gambaran
atau fenomena perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu. Hasil penelitian yang dibahas adalah
karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.
4.1. Hasil penelitian
4.1.1. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu jumlah partisipan adalah sepuluh orang.Kesepuluh
partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang
memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangi persetujuan
menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai.Terdapat tujuh partisipan
yang berusia 26-41 tahun dan tiga partisipan yang berusia 42-57 tahun.Mayoritas

Universitas Sumatera Utara

perawat berpendidikan sarjana yaitu sebanyak delapan partisipan dan dua perawat
berpendidikan D3.Dari kesepuluh partisipan, tiga orang beragama Islam, enam orang
beragama Protestan dan satu Katolik.Suku terbanyak partisipan adalah batak yaitu
delapan orang, hanya satu melayu dan satu lain-lainnya.
Karakteristik partisipan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Karakteristik Partisipan
Karakteristik
Usia
26-41 tahun
42-57 tahun
Pendidikan
D3
Sarjana
Agama
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Lain-lain
Suku
Batak
Melayu
Jawa
Lain-lain

Frekuensi

Persentase (%)

7
3

70.0
30.0

2
8

20.0
80.0

3
6
1
0
0
0

80.0
60.0
10.0
0.0
0.0
0.0

8
1
0
1

80.0
10.0
0.0
10.0

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Hasil wawancara perilaku caring perawat dalam merawat pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu
Tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara adalah sebanyak lima tema
yang memaparkan berbagai perilaku caring perawat dalam merawat pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu. Kelima tema tersebut
adalah (1) memenuhi kebutuhan diri pasien, (2) melakukan komunikasi yang efektif
kepada pasien, (3) mengenali kebutuhan pasien dengan perasaan empati, (4) melatih
keterampilan modality pasien yang bersifat komprehensif, dan(5) memberikan rasa
nyaman dan ketenangan bagi pasien dari ancaman yang tidak nyata.
1. Memenuhi kebutuhan diri pasien
Selama bekerja di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu perawat
membantu pasien memenuhi kebutuhan diri pasien. Adapun tindakan perawat dalam
memenuhi kebutuhan diri pasien dengan cara mengupayakan terpenuhinya kebutuhan
pasien, memberikan pelayanan yang maksimal, terpenuhinya pola istirahat dan pola
tidur dan menjaga kebersihan diri pasien.
a.

Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pasien
Tujuh dari sepuluh partisipan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:
“….Kita arahkan, sebisanya kita arahkan bagaimana cara makan yang
baik, bagaimana yang benar yang bersih karena kan diagnosa
keperawatan jiwa ada defisit perawatan diri kan, itu juga mengarah ke
makan….”

Universitas Sumatera Utara

(Partisipan1)
“….Diajarkan juga kepada mereka kan cara makan yang benar, kadang
ada juga pasiennya yang kidal, gak bisa dia makan, berserak dia kalau
makan kita kasih dia sendok kita ajarkanlah dia cara makan, gak kita
biarkan lah yang seperti itu….”
(Partisipan 6)
“….iya kadang kita ajarkan juga sama pasien baru, tapi kalau udah
tenang biasanya udah enak udah tau dia, obat saya pak katanya….”
(Partisipan 3)
b. Memberikan pelayanan yang maksimal
Empat dari sepuluh partisipan perawat juga memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pasien. Hal ini sesuai pernyataan seperti dibawah ini:
“….Apa lagi ya, ya pokoknya disini apapun yang dibutuhkan sama
mereka ya kita layanin lah mereka semaksimal mungkin….”
(Partisipan 7)
“….Ya walaupun kan udah agak lumayan kan, namanya kan rumah
sakit jiwa kami itu betul-betul merawat, betul-betul melayani yang
terbaik untuk mereka
(Partisipan 9)
c. Memenuhi istirahat dan pola tidur pasien
Dua dari sepuluh partisipan, perawat

mengatakan bahwa terpenuhinya

isitirahat dan pola tidur pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

“….Rata-rata selama ini ya bagus tidur orang ini …”
(Partisipan 3)
“….Teratur, teratur lah gak pernah kurang tidur lah, karena efek minum
obatnya kadang ada yang gak minum obat gak bisa tidur dia….”
(Partisipan 6)
d. Menjaga kebersihan diri pasien
Salah satu partisipan mengatakan bahwa mereka menjaga kebersihan diri pasien.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
“…perawatan kita sama dia, mungkin dia gak pernah mandi di rumah tapi
disini kan harus wajib kita mandikan ….”
(Partisipan 6)
2. Melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh
partisipan, perawat mempertahankan komunikasi dengan cara selalu melakukan
komunikasi dan berkomunikasi secara baik agar mudah dipahami pasien.
a. Selalu melakukan komunikasi
Terdapat kesepuluh partisipan, tujuh diantaranya mengatakan bahwa perawat
selalu melakukan komunikasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
“….Kalau yang komunikasi sama pasien itu, gimana ya bilangnya, ya
harus tetap komunikasi lah dengan mereka kan, walaupum kadang gak
didengarkan sama mereka…”

Universitas Sumatera Utara

(Partisipan 6)
“….Ya cemana ya gak lah, kita juga harus ajak ngomong mereka, karena
itu juga udah jadi kewajiban kita, ya walaupun mereka gak dengarkan
ya tetap ngomong aja…”
(Partisipan 7)
“….Gimana ya namanya juga pasien jiwa kan, kadang ada yang ngerti
ada yang enggak, kalau kita ngomong pun kadang didemgarkan pun
enggak, tapi kita harus ajak bicara walaupun kadang gak didengarkan,
udah kewajiban kita itu disini….”
(Partisipan 9)
b. Berkomunikasi baik dan mudah dipahami
Terdapat sepuluh partisipan, enam diantara perawat mengatakan bahwa
mereka berkomunikasi dengan baik dengan bahasa yang mudah di mengerti.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
“….Iya diberi tahu, diajarkan dengan bahasa yang mudah sederhana
lah ya yang mereka mengerti,jangan pulak pakek bahasa medis
ini obat skizofrenia gak ngerti nanti dia…”
(Partisipan 1)
“….Terus ngomongnya pun juga pande-pande kita lah yakan jangan
pulak pakek bahasa entah apa-apa udah lah enggak nyambung mereka
ngomongnya ya yang sederhana lah pulak yakan yang mudah di
mengerti mereka lah….”

Universitas Sumatera Utara

(Partisipan 7)
“….Bicaranya gunakan bahasa yang sesederhana mungkin, yang mudah
dimengerti sama mereka…”
(Partisipan 10)
3. Mengenali kebutuhan pasien dengan perasaan empati
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh partisipan,
perawat memiliki perasaan yang empati terhadap pasien dan mampu mengenali
kebutuhan pasien.Hal tersebut dapat dilihat dari perhatian perawat kepada pasien.
a. Bentuk perhatian perawat
Tujuh dari kesepuluh partisipan mengatakan perawat memerhatikan pasien.
Berikut pernyataan partisipan:
“….iya kalau pasien sakit baru lah dilihatkan tekanan darahnya…”
(Partisipan 3)
“…Ada juga kadang yang nanyak pasien, ini obat apa namanya, ya kita
kasih tau ke mereka…”
(Partisipan 4)

“….Teratur sih mereka tidurnya, kalau tidur siang ya mereka juga tidur
siang sama lah kayak kita juga, namanya juga orang gangguan jiwakan
pasti lebih banyak istirahatnya, terus kalau tidur malam ya mereka tidur
juga…”

Universitas Sumatera Utara

(Partisipan 9 )

4. Melatih keterampilan modality pasien yang bersifat komprehensif
Wawancara yang dilakukan kepada sepuluh partisipan menyatakan bahwa
mereka melakukan pelatihan terhadap pasien yaitu keterampilan sosial, keterampilan
itelengensi, ketermapilan emosional dan keterampilan spiritual
a. Melatih keterampilan sosial
Empat dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka melatih kerampilan
sosial pasien dengan cara mengarahkan temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dibawah ini:
“….enggak, gak kami, ya instrukturnya mereka juga yang sudah tenang,
yang sudah bisa mengarahkan kawan-kawannya kan gitu…”
(Partisipan 1)
“…Karena udah biasakan nanti ada itu dari mereka yang udah tenang,
yang udah bisa mengarahkan kawan-kawannya…”
(Partisipan 7)
“…Kadang ya kita buat pasien yang udah tenang dialah nanti yang
mengatur kawan yang lain istilahnya dialah yang memimpin gitu…”
(Partisipan 9)
b. Melatih keterampilan intelengensi
Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka melatih keterampilan
intelengensi pasien dengan cara membaca buku. Berikut pernyataan dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

“….Baca-baca buku lah supaya mengembalikan mengembalikan otak
mereka juga kan….”
(Partisipan 6)
“….Nanti kalau uda habis makan siang baca buku lah mereka biar gak
diam aja kan, itu membaca buku kan juga bisa melatih otak mereka
kan…”
(Partisipan 7)
“…Ya harus itu, supaya gak bosan mereka gak bingung makanya selalu
dikasih aktifitas mereka, kayak baca buku itu juga mengasah mereka
juga itu kan…”
(Partisipan 10)
c. Melatih keterampilan emosional
Salah satu dari partisipan mengatakan bahwa mereka melatih keterampilan
emosional dengan melakukan kegiatan supaya menjadi percaya diri. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dibawah ini:
“….Jadi mereka kan ada kegiatan, itulah kita asah mereka, mereka juga
jadi percaya diri….”
(Partisipan 2)
d. Melatih keterampilan spiritual
Empat dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka melatih
keterampilan emosional spiritual dengan cara membuat pasien lebih tenang dan ceria
dan ada manfaat nya juga untuk pasien. Hal ini sesuai pernyataan dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

“…Ada, mereka lebih tenang lah biasanya, habis dari kegiatan itu, lebih
lebih apa lebih ceria lah gitu lebih tenang lah biasnya…”
(Partisipan 3)
“….Ada ibaratnya sembuh tadi apa lah ya, cuman dia udah mau mengerti
bahwa mungkin dia kan merasa putus asa gitu kan mungkin dia
penyegaran iman, oh kalau orang itu masih biasa merasa bersyukur
gitu kan, itu tadi lah yakan adalah manfaatnya untuk mereka…”
(Partisipan 6)
5. Memberikan rasa nyaman dan ketenangan bagi pasien dari ancaman yang
tidak nyata
Dari hasil wawancara perawat memikirkan rasa nayaman pasien yang dalam
bentuk kasih sayang, kepedulian dan memberikan ketenangan.
a. Bentuk rasa kasih sayang ke pasien
Salah satu dari sepuluh partisipan menunjukan rasa kasih sayang.Berikut
pernyataannya.
“…Ya prinsipnya, pada dasarnya kan kita ee gimana dibilang ya, dengan
dengan kasih sayang lah cara kita…”
(Partisipan 6)
b. Peduli terhadap pasien
Salah satu dari partisipan menunjukkan kepedulian terhadap pasien. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
“…Orang yang gangguan jiwa itu dia kan gangguan kepribadian jadi kita

Universitas Sumatera Utara

bisa memanusiakan dia, dia kan juga manusia kan, kalau manusia kan
punya akal budiman, kalau yang ini kan akal budinya gak ada lagi
gimana cara kita agar dia kembali….”
(Partisipan 6)
c. Cara menenangkan pasien
Tiga dari sepuluh partisipan menenangkan pasien dengan cara
menasehati dan memberikan terapi tambahan. Hal ini sesuai pernyataan dibawah ini:
“….Kalok memang da masih sikapnya melawan udah pasti sikap itu
melawan, ya dinasehati lah dia dulukan…”
(Partsipan 2)
“….Kalau dia bisa tidur ya kita biarkan, tapi kalau gak bisa kita kasih
terapi tambahan…”
(Partisipan 3)

Universitas Sumatera Utara

Matriks Tema
Perilaku Caring Perawat dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu
Tema 1: Memenuhi kebutuhan diri Pasien
Sub tema:
1. Terpenuhinya kebutuhan pasien

2.

3.

4.

Pelayanan yang maksimal

Kategori:
Membantu cara makan yang baik dan
a.
benar
b. Mengajarkan makan yang baik dan
benar
c.
Mengajarkan cara minum obat
a.
b.

Memberikan pelayanan yang maksimal
Memberikan pelayanan yang terbaik

a.

Terpenuhinya istirahat dan tidur pasien

a.

Membantu memandikan pasien

Terpenuhinya istirahat dan tidur pasien

Menjaga kebersihan diri pasien

Tema 2 : Melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien
Sub tema:
1. Selalu melakukan komunikasi

Kategori:
a.
Mempertahankan komunikasi ke pasien
a.

2.

Komunikasi yang baik dan mudah dipahami
b.

Berkomunikasi dengan bahasa yang
mudah di mengerti pasien
Berkomunikasi dengan bahasa yang
mudah di pahami pasien

Tema 3 : Mengenali kebutuhanpasien dengan perasaan empati
Sub tema:
1. Bentuk perhatian perawat

Kategori:
a.
Memperhatikan istirahat pasien
b. Memperhatikan kondisi pasien
c.
Memperhatikan pasien yang aktif

Tema 4 : Melatih keterampilan modality pasien yang bersifat komprehensif
Sub tema:
1. Melatih keterampilan sosial

Kategori:
a. Pasien yang tenang mengarahkan
temannya

2.

Melatih keterampilan intelegensi

a.

3.

Melatih keterampilan emosional

b.
a.

4.

Melatih keterampilan spiritual

a.

b.

Membagikan buku, bagi pasien
yang bisa membaca
buku
Melakukan kegiatan supaya
Mengasah pasien dengan membaca
percaya diri
Pasien lebih ceria dan tenang
setelah melakukan kegiatan
keagamaan
Memberikan pengaruh yang baik
pada pasien

Universitas Sumatera Utara

Tema 5 : Memberikan rasa nyaman dan ketenangan bagi pasien dari ancaman
yangtidak nyata
Sub tema:
1. Bentuk rasa kasih dan sayang ke pasien
2.

3.

Kategori:
a. Memberi perhatian ke pasien

Peduli terhadap pasien
a.

Memikirkan cara agar pasien
sembuh

a.

Malam hari menasehati pasien yang
susah tidur atau masih bingung
Memberi obat ke pasien

Cara menenangkan pasien

b.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan
konsep atau teori yang ada, perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya berhubungan dengan perilaku caring perawat dalam merawat
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu. Bagian ini akan
membahas mengenai keseluruhan tema yang didapatkan dari hasil penelitian
1. Memenuhi kebutuhan diri pasien
Tujuh dari sepuluh partisipan mengupayakan pemenuhan kebutuhan diri
pasien, seperti kebutuhan makan dan minum. Pemenuhan kebutuhan diri pasien
dalam kebersihan diri seperti mandi juga dilakukan oleh partisipan yang terdiri dari
tiga partisipan . Hal ini sesuai dengan pernyataan Trihardani (2009) bahwa dalam
proses perawatan kepada pasien skizofrenia dilakukan perawatan yang terdiri dari
makan, mandi, dan toileting.
Empat dari sepuluh partisipan memberikan pelayanan yang maksimal. Hal ini
sesusai dengan teori Copel, L.C (2007) bahwa perawat perlu memiliki kemampuan

Universitas Sumatera Utara

untuk berhubungan terutama dengan klien untuk melaksanakan pelayanan kesehatan
yang optimal.
2. Melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien
Partisipan yang mengupayakan tindakan komunikasi kepada pasien terdiri
dari selalu melakukan komunikasi dalam setiap tindakan yang terdiri dari tujuh dari
sepuluh partisipan

dan partisipan dalam berkomunikasi yang baik dan mudah

dipahami pasien yang terdiri dari enam dari sepuluh partisipan. Hal ini sesuai dengan
teori yang dinyatakan oleh Chinn & Kramer (2004), dalam Potter & Perry (2009)
bahwa hal ini merupakan sentral yang akan menghasilkan kemungkinan untuk
beradaptasi, kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama, serta mau memberi
dan menerima bantuan.
3. Mengenali kebutuhan pasien dengan perasaan empati
Partisipan mengenali kebutuhan pasien dengan perasaan empati yang terdiri
dari bentuk perhatian perawat yang terdiri dari tujuh partisipan dari sepuluh
partisipan. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Watson (1987) dalam
Potter & Perry (2009) bahwa perawat perlu mengetahui kebutuhan individu,
bagaimana responnya terhadap sesama, kekuatan serta keterbatasan pasien, selain itu
perawat membantu serta memberikan perhatian serta empati kepada pasien.
4. Melatih keterampilan modality pasien yang bersifat komprehensif
Perawat melakukan pelatihan keterampilan kepada pasien dengan cara, empat
dari sepuluh partisipan mengajari tentang keterampilan sosial, enam dari sepuluh
partisipan melatih ketrampilan intelegensi, dan satu dari sepuluh partispan melatih

Universitas Sumatera Utara

keterampilan emosional.

Pernyatan ini sejalan dengan Maryatun (2015) bahwa

program rehabilitas yang diberikan seperti, keterampilan belajar, keterampilan
bekerja dan olahraga bersama.
Enam dari sepuluh partisipan mengajarkan keterampilan spritual.Hal ini
sesuai dengan teori yang dinyatakan Watson (1979) bahwa perawat perlu
memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil;
berupa meditasi penyembuhan sendiri, dan spiritual.
5. Memberikan rasa nyaman dan ketenangan bagi pasien dari ancaman yang
tidak nyata
Partisipan memberikan rasa nyaman pasien dengan cara memberikan rasa
kasih sayang ke pasien yang terdiri dari satu dai sepuluh partisipan, peduli terhadap
pasien terdiri dari satu dari sepuluh partisipan, dan tiga dari sepuluh partisipan
menenangkan pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Leininger
(1977) dalam Meiliya & Widyawati (2008) menyatakan bahwa keputusan dalam
mendampingi seseorang dengan cara merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti
kenyamaman, dukungan, kasih sayang, empati, perilaku menolong secara langsung,
koping, pengurangan, sentuan, pengasuan, bantuan, pengawasan, perlindungan,
pemulihan, stimulasi, pemeliharaan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan konsultasi
kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam yang dilakukan terhadap
sepuluh partisipan, maka penelitan ini menemukan 5 tema terkait dengan perilaku
caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu, yaitu (1) memenuhi kebutuhan diri pasien, (2)
melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien, (3) mengenali kebutuhan pasien
dengan perasaan empati, (4) memberikan keterampilan modality pasien yang bersifat
komprehensif, (5) dan memberikan rasa nyaman dan ketenangan bagi pasien dari
ancaman yang tidak nyata.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi

dan

sebagai bahan kajian pendidikan untuk pengembangan ilmu perilaku caring perawat
dalam merawat pasien skizofrenia.
5.2.2. Bagi Praktek Keperawatan
Manfaat dari penelitian ini bagi praktik keperawatan diharapkan agar perawat
yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu agar tetap menerapkan
perilaku caring, terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan pasien dan
juga memberikan fasilitas baik yang memicu untuk kese mbuhan pasien skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara