Analisis Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Tradisional Kota Medan

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kota Medan
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran
rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter
di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan
Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.
Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44°
BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota
Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan
berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu
domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah
hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada
maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.
Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan dan
memiliki tingkat kepadatan penduduk dengan jumlah penduduknya mencapai
2.122.804 jiwa dengan rata-rata pengeluaran lebih dari lima ratus ribu rupiah per
kapita per bulan (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2015). Medan merupakan ibukota
provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi pasar yang besar untuk produksi

unggas yaitu terdapat 52 pasar tradisional (BPS Kota Medan, 2016). Daging ayam
broiler diperoleh dari kota lain di luar Kota Medan seperti Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten

Langkat, Kota Binjai, Kabupaten Serdang Bedagai dan

sebagainya melalui GPPU (Gabungan Pengusaha Peternak Unggas).

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Ayam Ras Pedaging
Ayam ras adalah jenis ayam yang telah mengalami upaya pemuliaan.
sehingga merupakan ayam pedaging yang unggul dengan bentuk, ukuran dan
warna yang seragam. Di negara-negara maju seperti Amerika, pada umumnya
ayam pedaging dipanen pada umur 8 - 12 minggu, dengan berat 1,59 - 2,05 kg per
ekor. Sedangkan di Indonesia ayam pedaging dipanen pada umur yang lebih
muda yaitu sekitar 6 minggu dengan berat 1 - 1,4 kg. Hal ini karena konsumen di
Indonesia lebih menyukai karkas ayam yang tidak terlalu besar, karena dagingnya
lunak,


lemaknya

belum

banyak

dengan

tulang

yang

tidak

begitu

keras (Koswara, 2009).
Ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina
yang dipotong pada umur 5-6 minggu. Ayam-ayam tersebut masih muda sehingga
dagingnya masih lunak. Sebenarnya ayam broiler juga dapat digunakan

untuk jenis unggas-unggas lain dikarenakan broil artinya adalah dipanggang
(Hardjosworo and Rukmiasih, 2000).
Ayam ras pedaging atau sering disebut ayam broiler yaitu jenis unggas
yang efisien menghasilkan daging. Ayam ras pedaging mempunyai sifat seperti
ukuran badan yang besar penuh daging yang berlemak serta bergerak lambat dan
tenang. Pertumbuhan badannya cepat dan efisiensi ransum tinggi untuk
membentuk daging. Contoh ayam kelas pedaging yaitu bangsa Brahma,
Langshan, Cornish dan lain sebagainya (Suroprawiro et al., 1981).
Karkas adalah potongan ayam bersih tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki,
cakar, dan organ dalam. Karkas ayam dibedakan menjadi karkas kosong dan
karkas isi. Karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi darah,

Universitas Sumatera Utara

bulu, alat-alat tubuh bagian dalam, kaki dan kepala. Karkas isi merupakan karkas
kosong segar tetapi diisi dengan hati, jantung dan ampela yang sudah dibersihkan
(Priyatno, 1999). Hasil penelitian Supriadin (2006) mengenai ayam broiler yang
diberi feed additive SIGI INDAH, diperoleh rataan persentase karkas ayam
berkisar antara 70,10-72,63% dari bobot hidup. Tingginya persentase karkas yang
dihasilkan dapat disebabkan oleh tingginya rasio energi dan protein ransum yang

digunakan selama penelitian. Menurut Soeparno (1994), persentase karkas akan
meningkat sesuai dengan peningkatan bobot hidup.
Hasil pemotongan (parting) terdiri atas beberapa bagian berikut; chicken
breast:dada ayam utuh, whole leg:paha utuh, thight:paha atas, drum stick: paha
bawah, wing:sayap, back:punggung. Pembagian potongan ayam tidaklah selalu
seperti yang disebutkan di atas. Beberapa pelanggan ada yang mengajukan
permintaan karkas utuh dibagi menjadi empat bagian (untuk ayam kecil atau
spring), menjadi enam bagian, atau delapan bagian (untuk ayam sedang), dan lainlain (Priyatno, 1999).
Pasar dan Pemasaran
Pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul
untuk mempertukarkan barang dan jasa (Kotler dan Amstrong, 1994). Dalam ilmu
ekonomi pasar didefenisikan sebagai besarnya permintaan dan penawaran pada
suatu jenis barang atau jasa tertentu. Jadi, pasar merupakan permintaan dan
penawaran secara keseluruhan untuk barang dan jasa tertentu (Ahman dan Eeng,
2007). Pasar mengandung arti semua pembeli dan penjual yang melakukan
transaksi atas barang/jasa tertentu. Dalam hal ini para ekonom lebih tertarik akan

Universitas Sumatera Utara

struktur, tingkah laku dan perfomans dan masing-masing peran ini (Angipora,

1999).
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu
atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa
mulai dari produsen sampai konsumen (Shinta, 2011).
Menurut Kotler dan Amstrong (1994) pemasaran merupakan suatu proses
sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai
dengan pihak lain.
Dilihat dari sudut makro maka semua fungsi dalam bidang pemasaran
merupakan bagian dari proses pemasaran dan harus dilakukan seseorang, dan
tidak ada satupun diantaranya dapat dilewati atau dihilangkan. Dalam suatu
ekonomi yang terencana di mana beberapa fungsi tersebut dapat dilaksanakan
oleh badan-badan pemerintahan. Sedangkan yang dapat diserahkan kepada pihak
produsen dan konsumen perorangan. Namun demikian dalam suatu pasar, maka
fungsi-fungsi pemasaran ini pada dasarnya dilakukan: para produsen, konsumen,
ahli pemasaran, dan pemerintah sebagai monitoring (Angipora, 1999).
Fungsi-fungsi Pemasaran
Fungsi dan peranan pemasaran adalah mengusahakan agar pembeli

memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang
tepat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada barang yang ditawarkan.

Universitas Sumatera Utara

Pemasaran mempunyai empat fungsi utama yaitu fungsi pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahan serta fungsi pembiayaan (Mubyarto, 1989).
Proses pemasaran memiliki fungsi yang harus dilakukan oleh produsen
dan pelaku agribisnis. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi
fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah tindakan memperlancar
pemindahan hak milik barang atau jasa (pembelian dan penjualan). Fungsi fisik
adalah tindakan penanganan, pemindahan, dan perubahan fisik komoditi
(penyimpanan,

transportasi,

dan

pengolahan).


Fungsi

fasilitas

yaitu

mempermudah fungsi pertukaran dan fungsi fisik (penanggungan resiko dan
penggolongan) (Kohls dan Uhls, 1985).
Fungsi pertukaran dalam pemasaran meliputi kegiatan yang menyangkut
pengalihan kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri
dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang
secara langsung diperlakukan terhadap komoditi, sehingga komoditi tersebut
mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi
fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan.
Fungsi penyedia fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi
pertukaran dan fungsi fisik, meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi
harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2002).
Menurut penelitian Sulvadewi (2000), fungsi-fungsi pemasaran ayam
broiler di Kebupaten Kuningan belum dilaksanakan dengan baik oleh masingmasing lembaga pemasaran terutama fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Tidak ada
standarisasi dalam pembelian dan penjualan serta pengolahan ayam tanpa

memperhatikan sanitasinya.

Universitas Sumatera Utara

Saluran dan Marjin Pemasaran
Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan
yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk
untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu (Walters, 1977).
Fungsi

saluran

distribusi;

Sebagai

alat

memperlancar


keuangan

perusahaan. Uang tunai cepat masuk bila menggunakan saluran distribusi
dibanding dengan perusahaan menjual sendiri produknya. Agen/whole seller bisa
langsung mengambil barang dalam jumlah yang besar. Kalau perusahaan yang
menjual, harus menunggu konsumen datang dan jumlah yang dibeli relatif sedikit;
Sebagai alat komunikasi. Perusahaan banyak memperoleh masukan/informasi dari
agen mengenai reaksi/respon produk yang dikeluhkan konsumen; Sebagai alat
bantu penjualan/promosi (Shinta, 2011).
Secara luas, terdapat dua golongan besar lembaga-lembaga pemasaran
yang mengambil bagian dalam saluran distribusi. Mereka disebut: perantara
pedagang dan perantara agen. Istilah pedagang di sini untuk memberikan
gambaran bahwa usahanya mempunyai hubungan yang erat dalam pemilikan
barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun
pemilikannya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu: produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar,
pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain, pengecer, yang
menjual barang kepada konsumen akhir (Swastha, 1999).
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran maka marjin pemasaran akan semakin besar. Semakin panjang tata

niaga semakin besar pula marjin pemasaran, dan akan mengindikasikan saluran

Universitas Sumatera Utara

pemasaran tersebut semakin tidak efisien, sedangkan bila jumlah marjin
pemasaran semakin kecil semakin efisien saluran pemasaran yang ada
(Daniel, 2002).
Berdasarkan besarnya keuntungan dan rasio marjin keuntungan secara
relatif dapat dikatakan bahwa pemasaran ayam broiler pada peternak dengan skala
usaha lebih besar lebih efesien. Dengan adanya efisiensi yang tinggi dalam proses
pemasaran maka diharapkan tingkat keuntungan yang diperoleh semakin besar
(Tulle et al., 2016)
Berdasarkan penelitian-penelitian pada ilmu ekonomi pertanian, terdapat
perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani, perbedaan
inilah yang disebut marjin pemasaran. Marjin pemasaran merupakan antara harga
yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen marjin
pemasaran terdiri dari : 1) biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga
pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya
pemasaran


atau

biaya

fungsional,

2)

keuntungan

lembaga

pemasaran

(Sudiyono, 2002).
Semakin banyak pedagang perantara yang terlibat dalam saluran
pemasaran maka akan semakin besar pula marjin pemasaran yang terbentuk.
Besarnya marjin bagi pedagang perantara semakin menguntungkan mereka atau
secara ekonomi berarti pemasaran semakin efisien. Jika dilihat dari sudut
konsumen makin besar marjin pemasaran maka akan semakin tinggi pula harga
yang harus dibayar oleh konsumen rumah tangga (Amalia et al., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui marjin pemasaran digunakan rumus:
MP = No - Hb
Keterangan:
MP

= Marjin pemasaran

No

= Nilai output

Hb

= Harga bahan baku (Hayami et al., 1987).

Konsep Nilai Tambah
Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan
agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis
merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan,
yaitu : 1) menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian,
2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel,
3)

menciptakan

nilai

tambah,

4)

meningkatkan

penerimaan

devisa,

5) menciptakan lapangan pekerjaan, dan 6) perbaikan pembagian pendapatan
(Soekartawi, 2000).

Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah adalah

perubahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan,
pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses
pengolahan nilai tambah dapat didefenisikan sebagai selisih antara nila produk
dengan nilai bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja.
Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya
saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu
tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan. Adapun rumus
yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah adalah

Universitas Sumatera Utara

NT = No – Hb - Hi
Keterangan:
NT

= Nilai Tambah

No

= Nilai output

Hb

= Harga bahan baku

Hi

= Harga input lain
Hasil penelitian Indrawasih (2008), tentang analisis nilai tambah

pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Jakarta Selatan, nilai tambah
terbesar terdapat pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 3.397,73 per ekor
atau 33,14 % dari total nilai tambah. Hal ini dikarenakan pada pedagang pengecer
pemotong perbedaan antara nilai output dan harga input relatif besar, sehingga
menciptakan nilai tambah yang cukup besar.

Universitas Sumatera Utara