Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan
keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan
eksternal untuk mengambil keputusan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), laporan keuangan berperan dalam menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Selain itu, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi

yang digunakan dalam kegiatan entitas peloparan serta hasil-hasil
yang telah dicapai;
1
Universitas Sumatera Utara

4. Menyediakan informasi bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan biaya;
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitas berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan harus
memenuhi karakteristik kualitatif. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan terdiri dari relevan, keandalan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut dapat digunakan untuk

mengevaluasi peristiwa masa lalu (predictive value) dan dapat menegaskan atau
memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Selain itu, agar
relevan, informasi harus disajikan tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum
mereka kehilangan kesempatan/kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang
diambil (timeliness).
Untuk memenuhi ketepatan waktu laporan keuangan, manajer dan
auditor diharapkan untuk meminimalkan audit delay. Audit delay merujuk pada
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit

2
Universitas Sumatera Utara

dalam laporan keuangan (Muladi, 2014). Senada dengan itu, Aryati dan Theresia
(2005) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan
audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit
laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31
Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Pemerintah daerah berkewajiban untuk memastikan bahwa laporan
keuangan mereka disajikan secara tepat waktu karena laporan keuangan tersebut

merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan
tersebut dapat digunakan oleh publik untuk mengevaluasi kapabilitas pemerintah
daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.
Pada sektor pemerintahan, ketepatan waktu laporan keuangan berperan penting
dalam rangka pengambilan keputusan pemerintah. Selain itu pada sektor publik
mempunyai ciri khusus, yaitu ketaatan (compliance). Beberapa peraturan
perundang-undangan secara tegas memberikan batas waktu penyampaian laporan
keuangan yaitu sebagai berikut.
1. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara, Pasal 31 ayat (1):
“Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan
daerah tentang pertanggungjawaban pelakasanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh badan
pemeriksa keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun anggaran berakhir”.

3
Universitas Sumatera Utara

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara, Pasal 56 ayat (3):
“Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir”.
3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal 17 ayat (1):
“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambatlambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari
pemerintah daerah”.

Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan bahwa audit delay dapat
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut. Kapan dimulainya audit
tergantung laporan keuangan yang diserahkan kepada auditor. Sehingga lamanya
waktu suatu entitas menyampaikan laporan keuangan kepada auditor dapat
mempengaruhi lamanya audit delay. Selain itu, menurut Cohen dan Leventis
(2013) , audit delay pada pemerintah kota dipengaruhi oleh beberapa faktor
politik, yaitu kekuatan oposisi dan keterpilihan kembali kepala daerah,
keberadaan tim akuntan internal, jumlah temuan audit, ukuran pemerintah daerah

dan populasi penduduk.

4
Universitas Sumatera Utara

Menurut riset dalam konteks keuangan Amerika (Payne dan Jensen,
2002) , sumber keterlambatan audit diantaranya disebabkan oleh opini audit.
Opini audit selain unqualified atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
mengindikasikan perlunya tambahan prosedur dalam penelaahan lebih lanjut. Hal
ini berpotensi memperpanjang jangka waktu audit dibandingakan dengan laporan
keuangan yang opininya WTP.
Dari hasil opini audit BPK atas LKPD mulai tahun anggaran (TA) 2006
sampai dengan TA 2012 secara umum telah mengalami kemajuan, namun belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa opini
WTP masih sedikit apabila dibandingkan dengan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP). Bahkan opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) juga
cukup banyak yaitu berada diurutan kedua setelah opini WDP. Bertolak dari
pendapat Payne dan Jensen (2002) kondisi sedikitnya pemda yang memperoleh
opini selain WTP mengindikasikan adanya potensi terlambatnya proses keuangan
yang dilakukan BPK.

Tabel 1.1
Perkembangan Opini Audit LKPD
Tahun

WTP

WDP

TW

TMP

2012

120

319

6


78

2011

67

249

8

100

2010

34

341

26


121

2009

15

330

48

111

2008

13

323

31


118

2007

4

283

59

123

2006

3

327

28


105

Sumber : telah diolah kembali dari BPK (2012:2013)

5
Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi audit delay pada pemerintah kabupaten/kota. Faktor-faktor
tersebut yaitu akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, tingkat ketergantungan
daerah terhadap pemerintah pusat, temuan audit dan juga opini audit yang
diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis memilih judul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT
DELAY (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI
INDONESIA)”

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Apakah akuntabilitas kinerja pemerintah daerah berpengaruh
terhadap audit delay?
2. Apakah tingkat ketergantungan daerah berpengaruh terhadap audit
delay?
3. Apakah temuan audit berpengaruh terhadap audit delay?
4. Apakah opini audit berpengaruh terhadap audit delay?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menjawab apakah permasalahan dalam
rumusan masalah yaitu akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, tingkat
ketergantungan daerah, jumlah temuan audit dan opini audit dari BPK RI

6
Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap audit delay pada pemerintah kabupaten/kota di Indonesia
pada tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada pemerintah
daerah di Indonesia sehingga dapat dijadikan tambahan wawasan
dalam penelitian berikutnya.
2. Bagi pemerintah daerah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam
mempersingkat waktu penyusunan laporan keuangan dengan cara
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan
dan dapat dikendalikan pemerintah daerah yang bersangkutan
sehingga timeliness dalam laporan keuangan tercapai.
3. Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat membantu auditor, dalam hal ini BPK
RI, untuk mengidentifikasi faktor-faktor audit yang mempengaruhi
audit

delay

sehingga

dapat

mengoptimalkan

kinerja

dan

meningkatkan kuantitas dan kualitas auditor.

7
Universitas Sumatera Utara