Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)

(1)

LAMPIRAN I

Daftar Pemerintah daerah yang menjadi sampel No. Pemerintah Daerah No. Pemerintah Daerah

1 Kab. Pidie 37 Kota Sungai Penuh

2 Kota Banda Aceh 38 Kab. Lahat

3 Kota Sabang 39 Kab. Musi Banyuasin

4 Kota Langsa 40 Kab. Musi Rawas

5 Kota Lhokseumawe 41 Kab. Muara Enim 6 Kab. Aceh Tamiang 42 Kab. Ogan Komering Ilir 7 Kab. Bener Meriah 43 Kab. Ogan Komering Ulu 8 Kab. Pidie Jaya 44 Kota Palembang

9 Kota Subulussalam 45 Kota Prabumulih 10 Kab. Asahan 46 Kota Pagar Alam 11 Kab. Dairi 47 Kota Lubuk Linggau 12 Kab. Deli Serdang 48 Kab. Banyuasin 13 Kab. Tapanuli Utara 49 Kab. Ogan Ilir 14 Kota Binjai 50 Kab. OKU Timur

15 Kota Medan 51 Kab. OKU Selatan

16 Kota Pematang Siantar 52 Kab. Empat Lawang 17 Kota Sibolga 53 Kab. Bengkulu Selatan 18 Kota Tanjung Balai 54 Kab. Bengkulu Utara 19 Kota Tebing Tinggi 55 Kab. Rejang Lebong 20 Kab. Batu Bara 56 Kota Bengkulu 21 Kab. Kuantan Singingi 57 Kab. Kaur 22 Kab. Pelalawan 58 Kab. Seluma

23 Kab. Siak 59 Kab. Mukomuko

24 Kota Dumai 60 Kab. Lebong

25 Kota Pekanbaru 61 Kab. Kepahiang 26 Kab. Kepulauan Meranti 62 Kab. Bengkulu Tengah 27 Kab. Batanghari 63 Kab. Lampung Barat 28 Kab. Bungo 64 Kab. Lampung Selatan 29 Kab. Kerinci 65 Kab. Lampung Tengah 30 Kab. Merangin 66 Kab. Lampung Utara 31 Kab. Muaro Jambi 67 Kab. Lampung Timur 32 Kab. Sarolangun 68 Kab. Tanggamus 33 Kab. Tanjung Jabung Barat 69 Kab. Tulang Bawang 34 Kab. Tanjung Jabung Timur 70 Kab. Way Kanan

35 Kab. Tebo 71 Kota Bandar Lampung


(2)

Lanjutan

Daftar Pemerintah daerah yang menjadi sampel

No. Pemerintah Daerah No. Pemerintah Daerah

73 Kab. Pesawaran 109 Kab. Pati

74 Kab. Pringsewu 110 Kab. Pekalongan

75 Kab. Mesuji 111 Kab. Pemalang

76 Kab. Tulang Bawang Barat 112 Kab. Purbalingga

77 Kab. Bandung 113 Kab. Purworejo

78 Kab. Bekasi 114 Kab. Rembang

79 Kab. Bogor 115 Kab. Semarang

80 Kab. Ciamis 116 Kab. Sragen

81 Kab. Cianjur 117 Kab. Sukoharjo

82 Kab. Cirebon 118 Kab. Tegal

83 Kab. Garut 119 Kab. Temanggung

84 Kab. Indramayu 120 Kab. Wonogiri

85 Kab. Karawang 121 Kab. Wonosobo

86 Kab. Kuningan 122 Kota Pekalongan

87 Kab. Majalengka 123 Kota Salatiga 88 Kab. Purwakarta 124 Kota Semarang

89 Kab. Subang 125 Kota Surakarta

90 Kab. Sukabumi 126 Kota Tegal

91 Kab. Sumedang 127 Kab. Bantul

92 Kab. Tasikmalaya 128 Kab. Kulon Progo

93 Kota Bandung 129 Kab. Sleman

94 Kota Bekasi 130 Kota Yogyakarta

95 Kota Bogor 131 Kab. Bangkalan

96 Kota Cirebon 132 Kab. Banyuwangi

97 Kota Depok 133 Kab. Madiun

98 Kota Sukabumi 134 Kab. Magetan

99 Kota Tasikmalaya 135 Kab. Malang

100 Kota Cimahi 136 Kab. Mojokerto

101 Kota Banjar 137 Kab. Nganjuk

102 Kab. Jepara 138 Kab. Ngawi

103 Kab. Karanganyar 139 Kab. Kubu Raya 104 Kab. Kebumen 140 Kab. Barito Selatan 105 Kab. Kendal 141 Kab. Barito Utara

106 Kab. Klaten 142 Kab. Kapuas

107 Kab. Kudus 143 Kab. Katingan


(3)

Lanjutan

Daftar Pemerintah daerah yang menjadi sampel

No. Pemerintah Daerah No. Pemerintah Daerah

145 Kab. Gunung Mas 166 Kab. Kolaka Utara 146 Kab. Pulang Pisau 167 Kab. Konawe Utara 147 Kab. Murung Raya 168 Kab. Buton Utara 148 Kab. Barito Timur 169 Kota Mataram

149 Kab. Banjar 170 Kota Bima

150 Kab. Barito Kuala 171 Kab. Merauke 151 Kab. Hulu Sungai Selatan 172 Kab. Mimika 152 Kab. Hulu Sungai Tengah 173 Kab. Nabire 153 Kab. Hulu Sungai Utara 174 Kab. Paniai 154 Kota Banjarbaru 175 Kab. Puncak Jaya 155 Kota Banjarmasin 176 Kab. Kepulauan Yapen 156 Kab. Balangan 177 Kota Jayapura

157 Kab. Tanah Bumbu 178 Kab. Yahukimo

158 Kab. Berau 179 Kab. Pegunungan Bintang 159 Kota Balikpapan 180 Kab. Mappi

160 Kab. Banggai 181 Kab. Asmat

161 Kab. Banggai Kepulauan 182 Kab. Yalimo

162 Kab. Buol 183 Kab. Halmahera Tengah

163 Kab. Konawe Selatan 184 Kota Ternate

164 Kab. Bombana 185 Kab. Malinau


(4)

LAMPIRAN II Data Hasil SPSS 1.Uji Normalitas


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 186

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 20,14877563

Most Extreme Differences

Absolute ,087

Positive ,087

Negative -,025

Kolmogorov-Smirnov Z 1,181

Asymp. Sig. (2-tailed) ,123

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016


(6)

Uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 22,278 6,188 3,600 ,000

Skor_Kinerja -2,506 1,875 -,105 -1,336 ,183

TKD 10,207 4,391 ,168 2,324 ,021

Temuan 330,263 442,655 ,059 ,746 ,457

Opini -2,671 3,580 -,055 -,746 ,457

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

3. Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model

Change Statistics Durbin-Watson

df1 df2 Sig. F Change

1 4

a

181 ,000 1,176

a. Predictors: (Constant), Opini, TKD, Temuan, Skor_Kinerja


(7)

4. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Skor_Kinerja ,842 1,188

TKD ,997 1,003

Temuan ,843 1,186

Opini ,975 1,025

b. Dependent Variable: AUDIT_DELAY

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

5. Uji F (F-test)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 9338,772 4 2334,693 5,627 ,000b Residual 75105,035 181 414,945

Total 84443,806 185

a. Dependent Variable: Audit_Delay


(8)

6. Uji T (T-test)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 168,139 10,254 16,398 ,000

Skor_Kinerja -6,871 3,107 -,169 -2,211 ,028

TKD 9,055 7,276 ,087 1,244 ,021

Temuan 1346,069 733,442 ,140 1,835 ,048

Opini -12,438 5,931 -,149 -2,097 ,037

b. Dependent Variable: AUDIT_DELAY Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

7. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

1 ,333a ,111 ,091 20,37020 ,111 5,627

8.

a. Predictors: (Constant), OPINI, TKD, TEMUAN, SKOR_INERJA b. Dependent Variable: AUDIT_DELAY


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Aryati, Titik dan Maria Theresia.2005. “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness”. Media Riset Akuntansi dan,

Auditing dan Informasi. Vol.5, No.3, Desember, Hal 271-287.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2015. IHPS Semester I Tahun 2014. Diunduh melalui

Cohen, Sandra dan Stergios Leventis. 2013. “Effects of Municipal, Auditing

Political Factors on Audit Delay”. Dalam Accounting Forum. Vol 37. Hal

40-53 Thessalonki: International Hellenic University.

Fachrurozi, Luthfi. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Pemerintah Daerah di Indonesia”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri, 2007. Teori Akuntansi, Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hardini, Ziza Gita. 2015. “Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Ukuran Daerah dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. Ilna, Nabilla. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada

Pemerintah Daerah Se-Indonesia”. Skripsi. Bandar Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Mardismo. 2009. Akuntansi Sektor Publik Edisi IV. Yogyakarta: Andi.

Muladi, Aris. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Pemerintah Kota/Kabupaten di Indonesia”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Payne, J. L. , & Jensenv K.L. (2002). An examination of municipal audit delay.

Journal of accounting and public policy, 21(1), 1-29.

Putra, Angga Brilian Susetyo. 2014. “Opini Audior, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Auditor Switching dalam Memprediksi Audit Delay”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar pasal 23 Tahun 1945.

_______________. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.


(10)

_______________. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

_______________. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

_______________. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

_______________. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti. 2012. Analisis Data, USU Press, Medan.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitan

Penelitian ini berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih yang disebut dengan penelitian kausal komparatif. Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel yang diteliti yaitu akuntabilitas kinerja, tingkat ketergantungan daerah, temuan audit, dan opini audit sebagai variabel independen terhadap audit delay selaku variabel dependen.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pemerintah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini dilaukan secara purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria yang

dibuat peneliti. dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Pemerintah kabupaten/kota yang mendapat nilai akuntabilitas kinerja yang dikeluarkan oleh kementerian pendayagunaan dan aparatur negara (kemenPAN).

2. Pemerintah daerah yang laporan keuangannya diaudit oleh BPK 3. Pemerintah daerah yang terdapat temuan auditnya


(12)

Dengan kriteria tersebut diatas, sampel dalam penelitian ini sebanyak 186 pemerintah kabupaten/kota.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay.

Audit delay adalah lamanya waktu pelaporan keuangan yang diukur dari tanggal

penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah akuntabilitas kinerja, tingkat ketergantungan daerah, temuan audit dan opini audit.

1. Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (X1)

Akuntabilitas kinerja pemerintah adalah perwujudan kewajiban pemerintah daerah dalam melakukan pertanggungjawaban dalam menjawab dan menerangkan kinerjanya. Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini skor kinerja Pemda kabupaten/kota. Skor kinerja Pemda kabupaten/kota yang berasal dari laporan hasil evaluasi pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan LPPD tingkat nasional dengan range nilai 0-4. Evaluasi


(13)

dilakukan berdasarkan penilaian portfolio secara desk evaluation terhadap data yang dimuat dalam LPPD dan penilaian lapangan terhadap prestasi kinerja yang dicapai oleh masing-masing pemerintah daerah.

2. Tingkat Ketergantungan Daerah (X2)

Tingkat ketergantungan daerah dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) dibandingkan dengan total pendapatan. Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Maka variabel tingkat ketergantungan pada pusat diukur dengan rumus:

TKD = Dana Alokasi Umum (DAU) Total Pendapatan

3. Temuan Audit (X3)

Temuan audit diukur secara kuantitatif yaitu jumlah temuan audit (dalam rupiah) yang tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah tahun anggaran bersangkutan oleh BPK dibagi dengan total anggaran belanja.

Temuan Audit =Temuan Audit (dalam rupiah) Total Anggaran Belanja


(14)

4. Opini Audit (X4)

Opini auditor adalah pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diterbitkan oleh auditor independen (BPK). Opini auditor dalam pengukuran ini diukur dengan melihat jenis opini yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah yang tercantum dalam LHP. Pada penelitian ini opini audit yang mendapatkan WTP dan WDP akan diberi nilai 1 dan yang mendapatkan nilai selain WTP dan WDP akan diberi nilai 0.

Tabel 3.1

Defenisi Operasional Tabel

Variabel Dimensi Indikator

Independen (X) : X1 : Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah

Skor Kinerja Pemerintah Daerah

X2 : Tingkat

Ketergantungan Daerah

= Dana Alokasi Umum (DAU) Total Pendapatan

X3 : Temuan Audit oleh BPK

Temuan Audit (Dalam Rupiah)

X4 : Opini Audit oleh BPK

Opini Audit Dependen (Y) : Audit Delay Rentang waktu tanggal

penutupan buku (31 Des) hingga tanggal diterbitkannya laporan audit


(15)

3.4 Jenis Data

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. IHPS BPK RI semester I, yang berisi antara lain Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) , termasuk didalamnya LKPD (audited) 2. Publikasi Kementerian Pendayagunaan Aparatut Negara

(Kemen-PAN)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen yang sudat terjadi. penelitian juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca, mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pengujian model regresi linear berganda dengan terlebih dahulu dilakukan statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Statistik deskripstif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini, nilai maksimum dan minimum rata-rata (mean) dan standar deviasi. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang telah diteliti terbebas dari gangguan multikolonieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan normalitas (Fachrurozi, 2014).


(16)

Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: ��,� = �+�1�1+�2�2+�3�3+�4�4+�

Keterangan :

Yi,t =����������

a = Konstanta

x1 = Akuntabilitas Kinerja

x2 = Tingkat Ketergantungan Daerah

x3 = Temuan Audit

x4 = Opini Audit

b1 = Koefisien regresi variabel x1

b2 = Koefisien regresi variabel x2

b3 = Koefisien regresi variabel x3 b4 = Koefisien regresi variabel x4

� = �������������

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah prasarat yang harus dipenuhi dalam melakukan regresi linear. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memilki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali 2006). Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam melakukan uji


(17)

normalitas yaitu pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan

Kolmogorv-Smirnov (Situmorang dan Lufti, 2012:101).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut (Situmorang dan Lufti, 2012:108). Jika varians sama maka disebut homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini dapat dilakukan melalui uji Glejser, dengan pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, maka dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012:116).

3. Uji multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas


(18)

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilah VIF yang tingg. Nilai cutoff yang umum adalah :

a. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka dapa t disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi

b. Jika nilai tolerance ≤ 0, 10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolenearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai sebuah istilah korelasi antara serangkaian pengamatan atau observasi yang diurutkan berdasarkan waktu (seperti dalam deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-section). Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variaber pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena pengamatan yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya dan juga dikarenakan residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Situmorang dan Lufti, 2012:120). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson Test. Berikut adalah kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi:


(19)

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber : Situmorang dan Lufti (2012:126)

3.6.2 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Simultan (f-test)

Uji signifikansi simultan (uji statistik F) bertujuan untuk mengukur apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhdap variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian secara simultan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara signifikansi F dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya secara serempak variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.

b. Ha : minimal satu bi ≠ 0, artinya secara serempak variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut:


(20)

Ho diterima (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 % Ho ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

2. Uji Signifikansi Partial (t-test)

Uji signifikansi partial (uji stastiktik t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

1. H0 : b1 = 0, artinya akuntabilitas kinerja berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay.

Ha : b1 ≠ 0, artinya tingkat akuntabilitas kinerja berpengaruh signifikan

terhadap audit delay.

2. H0 : b2 = 0, artinya tingkat ketergantungan daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay.

Ha : b2 ≠ 0,. artinya tingkat ketergantungan daerah berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

3. H0 : b3 = 0, artinya temuan audit tidak signifikan terhadap audit delay. Ha = b3 ≠ 0, artinya temuan audit signifikan terhadap skor audit delay. 4. H0 : b4 = 0, artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan terhadap audit

delay.

Ha = b4 ≠ 0, artinya opini audit berpengaruh signifikan terhadap audit


(21)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima.


(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian menggunakan software pengolah data SPSS versi 21. Proses pengolahan data dimulai dengan input variabel-variabel penelitian ke program SPSS dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan. Sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling.

Adapun populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pemerintah daerah se-indonesia yang terdiri dari pemerintah kabupaten dan kota. Sampel pada penelitian ini adalah kabupaten dan kota yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam IHPS Semester I dan mendapat nilai akuntabilitas kinerja yang dikeluarkan oleh kementerian pendayagunaan dan aparatur negara (kemenPAN). Maka populasi dari penelitian ini adalah 530 kabupaten/kota. Sedangkan sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling maka jumlah sampel yang digunakan ini adalah 186 sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.


(23)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai gambaran data meliputi jumah sampel, nilai minumum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) , dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Berikut output data yang diolah dengan menggunakan SPSS 21 :

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit

N Min Max Sum Mean Std. Deviation

SKOR_KINERJA 186 ,63 3,39 498,12 2,6781 ,52532

TKD 186 ,02 2,34 40,41 ,2173 ,20617

TEMUAN 186 ,00 ,02 ,25 ,0014 ,00222

OPINI 186 ,00 1,00 173,00 ,9301 ,25565

Valid N (listwise) 186

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 186 Kabupaten/Kota. 4 variabel independen yang menggunakan skala rasio yaitu Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah yang diproksikan dengan Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan Daerah yang diproksikan dengan DAU dan Belanja Modal.

2. Variabel independen Skor Kinerja memiliki nilai minimum sebesar 0.63 dan nilai maksimum sebesar 3.39 dengan rata-rata 2.6781. Hal


(24)

ini menunjukkan bahwa semua kabupaten/kota yang menjadi sampel mempunyai nilai Skor Kinerja positif. Nilai standar deviasi sebesar 0.52532 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai

mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari

keseluruhan data.

3. Variabel independen TKD memiliki nilai minimum sebesar 0,02 dan nilai maksimum sebesar 2,34 dengan rata-rata berada pada skor 0,2173. Nilai standar deviasi sebesar 0,20617 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari keseluruhan data.

4. Variabel independen Temuan Audit memiliki nilai perbandingan dan potensi kerugian negara dan berdasarkan analisis deskriptif dengan nilai maksimum sebesar 0,02 atau 2%.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Distribusi data dikatakan normal jika berbentuk lonceng, yaitu tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan histogram, pendekatan grafik dan pendekatan kormogolov smirnov.


(25)

a. Pendekatan Histrogram

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Gambar 4.1

Histogram Variabel Terikat (Audit Delay)

Gambar 4.1 pada grafik histogram terlihat bahwa variabel audit delay berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

b. Pendekatan Grafik

Gambar 4.2

Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual Variabel Terikat Audit


(26)

Gambar 4.2 menunjukkan titik-titik pada scatter plot mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

a. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 186

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 20,14877563

Most Extreme Differences

Absolute ,087

Positive ,087

Negative -,025

Kolmogorov-Smirnov Z 1,181

Asymp. Sig. (2-tailed) ,123

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,123, lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.

2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete


(27)

residual nilai tersebut (Ade Fatma et al,2007:34). Jika varians sama maka disebut

homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini dapat dilakukan melalui uji Glejser, dengan pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, maka dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012:116)

a. Grafik Scatterplot

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Gambar 4.3

Scatterplot variabel terikat (Audit Delay)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu, dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.


(28)

b. Uji Glejser

Tabel 4.3 Uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 22,278 6,188 3,600 ,000

Skor_Kinerja -2,506 1,875 -,105 -1,336 ,183

TKD 10,207 4,391 ,168 2,324 ,021

Temuan 330,263 442,655 ,059 ,746 ,457

Opini -2,671 3,580 -,055 -,746 ,457

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.3 menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat absolut Ut (absut). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit masing-masing di atas lebih besar dari 5%, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelum (et-1) (Ade Fatma et al,2007:34). Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson Test.


(29)

Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson

Model Summaryb Model

Change Statistics Durbin-Watson

df1 df2 Sig. F Change

1 4

a

181 ,000 1,176

a. Predictors: (Constant), Opini, TKD, Temuan, Skor_Kinerja

b. Dependent Variable: Audit_Delay

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.4 terlihat nilai Durbin-Watson sebesar 1,176, dengan n = 186 dan k = 4, maka nilai dl = 1,7163 dan du = 1,8041. Nilai Durbin-Watson sebesar 1,176 yang lebih kecil dari batas atas (du) 1,8041 dan kurang dari 4 – 1,8041 (4 – dU) dengan demikian keputusannya adalah tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Jika terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan, jika tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi masalah multikolinieritas.


(30)

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Skor_Kinerja ,842 1,188

TKD ,997 1,003

Temuan ,843 1,186

Opini ,975 1,025

a. Dependent Variable: AUDIT_DELAY

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Tabel 4.5 Menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas, hasil uji

Variance Inflation Factor (VIF) untuk Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan

Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit masing-masing menunjukkan nilai kurang dari 10 (VIF < 10) dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Serempak (f-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang terdiri dari Akuntabilitas Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan temuan audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.


(31)

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya secara serempak Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan temuan audit berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay LKPD pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

b. Ha : minimal satu bi ≠ 0, artinya secara serempak Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan temuan audit berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay LKPD pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 % Ho ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

Tabel 4.6 Hasil Uji-F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 9338,772 4 2334,693 5,627 ,000b Residual 75105,035 181 414,945

Total 84443,806 185

a. Dependent Variable: Audit_Delay

b. Predictors: (Constant), Opini, TKD, Temuan, Skor_Kinerja


(32)

Hasil uji F pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Sig.F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 5,627 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 2,42 Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay LKPD pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.

2. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas, yaitu Akuntabilitas Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, opini audit dan temuan audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay pada LKPD pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Pengujian dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima.


(33)

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 168,139 10,254 16,398 ,000

Skor_Kinerja -6,871 3,107 -,169 -2,211 ,028

TKD 9,055 7,276 ,087 1,244 ,021

Temuan 1346,069 733,442 ,140 1,835 ,048

Opini -12,438 5,931 -,149 -2,097 ,037

a. Dependent Variable: AUDIT_DELAY Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: �= 168,139−6,871�1+ 9,055�2+ 1346,069�3−12,438�4+�

1. Konstanta (a) sebesar 168,139 memiliki arti apabila tidak ada variabel bebas Akuntabilitas Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Dearah, opini audit dan temuan audit maka Audit Delay bernilai 168,139.

2. Variabel Skor Kinerja berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan

tingkat signifikansi 0,028 < 0,05 dan nilai thitung < ttabel yakni (-2,211) < (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya akuntabilitas

kinerja berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay.

3. Variabel Tingkat Ketergantungan Daerah berpengaruh positif terhadap Audit

Delay dengan tingkat signifikansi 0,021 < 0,05 dan nilai thitung (1,244) < ttabel (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tinggat ketergantungan daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay .


(34)

4. Variabel Temuan Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,048 < 0,05 dan nilai thitung (1,835) > ttabel (1.65336), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya temuan audit berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

5. Variabel Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,037 < 0,05 dan nilai thitung (-2,097) < ttabel (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai R2 mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak ada hubungannya dengan variabel terikat.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

1 ,333a ,111 ,091 20,37020 ,111 5,627


(35)

b. Dependent Variable: AUDIT_DELAY

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi diketahui bahwa R sebesar 0,333 yang berarti hubungan antara Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit terhadap audit delay sebesar 33,3%.

Adjusted R Square sebesar 0,091 berarti 9,1% faktor yang berpengaruh

terhadap Audit Delay dapat dijelaskan oleh Skor Kinerja, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,9% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan pengujian secara serempak diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 5,627 dengan nilai Signifikansi sebesar 0,000, maka dapat disimpulan bahwa Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Audit Delay LKPD pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.

Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:


(36)

1. Pengaruh Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Terhadap Audit Delay

Variabel Skor Kinerja berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,028 < 0,05 dan nilai thitung < ttabel yakni (-2,211) < (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya akuntabilitas kinerja berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan akuntabilitas kinerja dengan proksi skor kinerja mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay diterima. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachrurozi (2014) dan Hardini (2015) yang menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja tidak berpengaruh terhadap audit delay.

2. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Audit Delay

Variabel Tingkat Ketergantungan Daerah berpengaruh positif terhadap

Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,021 < 0,05 dan nilai thitung (1,244) < ttabel (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya

tinggat ketergantungan daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan daerah berpengaruh negatif terhadap audit delay ditolak. Hal Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ilna (2015) dan Muladi (2014) yang keduanya menyatakan bahwa tingkat ketergantungan daerah tidak berpengaruh.

3. Pengaruh Temuan Audit Terhadap Audit Delay

Variabel Temuan Audit berpengaruh positif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,048 < 0,05 dan nilai thitung (1,835) > ttabel (1.65336), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya temuan audit berpengaruh signifikan terhadap


(37)

oleh BPK mempunyai pengaruh positif terhadap audit delay diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Muladi (2014) yang menyatakan bahwa variabel temuan audit berpengaruh positif terhadap audit delay. Temuan audit dalam penelitian ini adalah seberapa besar kerugian dalam rupiah yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.

4. Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay

Variabel Opini Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Delay dengan tingkat signifikansi 0,037 < 0,05 dan nilai thitung (-2,097) < ttabel (1.65336), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan terhadap Audit Delay. Dengan demikian, hipotesis 4 yang menyatakan bahwa opini audit memiliki pengaruh positif terhadap audit delay ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardini (2015) yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay. Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muladi (2014) yang menyatakan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah skor kinerja, tingkat ketergantungan daerah, temuan audit dan opini audit secara serempak berpengaruh terhadap audit delay pada laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Secara parsial menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja dan opini audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap audit delay , tingkat ketergantungan daerah berpengaruh postif dan tidak signifikan sedangkan temuan audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

audit delay laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengukuran audit delay dengan mengitung hari, dari tanggal setelah neraca (31 Desember) hingga tanggal dikumpulkannya laporan keuangan ke BPK, dan dilanjutkan dengan menghitung banyaknya hari dari terbit surat tugas audit hingga terbitnya laporan audit oleh BPK. Hal ini dimaksudkan agar jeda yang terdapat pada tanggal setelah dikumpulkannya laporan keuangan daerah ke BPK hingga tanggal dikeluarkannya surat tugas tidak ikut terhitung.

2. Penelitian terkendala pada updating data. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan data yang lebih baru sehingga diharapkan dapat


(39)

memberikan gambaran yang lebih terkini dan memberikan kesimpulan yang lebih


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Terori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu (Fachrurozi, 2014).

Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through

ligitimaty) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut

memiliki hak untuk mendikte perilaku.

Pemerintah daerah dituntut untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerahnya secara tepat waktu. Pemerintah daerah terikat pada peraturan-peraturan perundangan dalam hal ini UU No. 17 Tahun 2003 Tenang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 15 Tahun 2004


(41)

Tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Oleh karena itu dalam aspek ini pemerintah daerah dikatakan berkomitem melalui legitimasi.

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu bentuk informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas pada suatu periode dan disajikan secara terstruktur. Laporan keuangan disajikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan penggunanya agar dapat dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan, dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola entitas yang telah dipercayakan.

Mardiasmo (2009:175) mengemukakan bahwa akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Dilihat dari sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik bertujuan untuk memberikan yang bertujuan untuk pengambilan keputusan ekonimi, sosial, dan sebagai bukti pertanggungjawaban pengelolaan; serta memberi informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyebutkan bahwa laporan keuangan terdiri dari:


(42)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) 3. Neraca

4. Laporan Operasional (LO) 5. Laporan Arus Kas (LAK)

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Selain itu, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) juga telah menetapkan karakteristik yang diperlukan dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu:

1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan yaitu memiliki manfaat umpan balik, memilki manfaat prediktif, tepat waktu dan lengkap.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur serta dapat diverifikasi.


(43)

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan pemahaman para pengguna.

2.1.3 Audit dan Audit Keuangan Negara

Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).

Tujuan khusus auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan independen demi memperoleh pernyataan pendapat atas kewajaran apakah kondisi keuangan, hal operasi dan perubahan posisi keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi diterima umum (Putra, 2014).

Defenisi audit (pemeriksaan) seperti yang tertera dalam UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan


(44)

Negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan seacara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 23E ayat (1) , pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas dan mandiri. Dan seperti yang diuraikan dalam UU No. 15 Tahun 2004, pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK adalah pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa laporan keuangan yang setiap tahunnya diterbitkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah haruslah diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. Pemeriksaan ini bertujuan agar BPK dapat memberikan opini kewajaran atas informasi yang tersaji dalam laporan keuangan. Dalam menjalankan audit (pemeriksaan) BPK bekerja berdasarkan pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

SPKN terdiri dari tujuh Pernyataan Standart Pemerikasaan (PSP) yaitu sebagai berikut:

a. PSP 01 : Standar Umum

b. PSP 02 : Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan c. PSP 03 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan d. PSP 04 : Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja e. PSP 05 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja


(45)

f. PSP 06 : Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

g. PSP 07 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

2.1.4 Audit Delay

Audit delay dapat diartikan sebagai rentang waktu antara akhir periode akuntansi hingga tanggal terbitnya laporan auditor independen. Fachrurozi (2014) mengemukakan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 desember sampai tanggal yang tertetera pada laporan auditor independen.

Carslaw dan kaplan (Muladi, 2014) mengemukakan bahwa audit delay dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama pemerintah pusat atau pemerintah daerah menyerahkan laporan keuangan kepada BPK maka kemungkinan untuk muncul audit delay yang semakin panjang.

Dalam instansi pemerintahan di indonesia proses audit hanya dapat dilakukan jika pemerintah daerah yang telah menyerahkan laporan keuangannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK selanjutnya akan mengeluarkan surat tugas audit kepada auditor yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan


(46)

lapangan pada pemerintah daerah yang bersangkutan. Surat tugas audit ini berisi lamanya waktu yang diberikan oleh auditor dalam melakukan pekerjaan lapangan.

2.1.5 Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas itu sendiri merupakan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau badan hukum dan pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memilki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Hardini, 2015).

Mardiasmo (2009:20-21) mengemukakan bahwa akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawban tersebut. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberi informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan tersebut. pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.

Pemerintah yang akuntabel memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat kepada masyarakat, (2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses


(47)

pembangunan dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5) adanya sarana bagi publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah (Fachrurozi, 2014).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu (1) akuntabilitas vertikal dan (2) akuntabilitas horisontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas (Mardiasmo, 2002:21).

Indonesia adalah negara yang demokratis yang berarti kedaulatan berada di tangan rakyat. Untuk itu, pemerintah wajib memberikan pertanggungjawbannya atas semua aktivitasnya kepada masyarakat. Oleh karenanya, pada tahun 1999 dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 7 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Seperti yang tercantum di dalamnya, Inpres ini dikeluarkan dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya guna, bersih dan bertanggung jawab.

Indikator penilaian Akuntabilitas Instansi Pemerintah terdiri dari lima komponen, yaitu:

a. Perencanaan kinerja (Bobot 35%)

Penilaian perencanaan kinerja terdiri atas penilaian terhadap rencana strategis dan perencanaan kinerja tahunan.


(48)

b. Pengukuran kinerja (Bobot 20%)

Penilaian pengukuran kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran dan implementasi pengukuran.

c. Pelaporan kinerja (Bobot 15%)

Penilaian pelaporan kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja dan pemanfaatan informasi kinerja.

d. Evaluasi kinerja (Bobot 10%)

Penilaian evaluasi kinerja terdiri atas penilaian terhadap pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi dan pemanfaatan hasil evaluasi.

e. Capaian kinerja (Bobot 20%) penilain pencapaian kinerja terdiri atas penilaian terhadap kinerja yang dilaporkan (output) , kinerja yang Dilaporkan (outcome) , kinerja tahun berjalan dan kinerja lainnya.

2.1.6 Tingkat Ketergantungan Daerah

Dalam rangka pemerataan pembangunan nasional, pemerintah pusat memberikan batuan kepada pemerintah daerah setiap tahun berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Penggunaan DAU dan DAK oleh pemerintah daerah telah diatur oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah yang tingkat ketergantung yang tinggi terhadap pemerintah pusat akan semakin tunduk untuk mematuhi peraturan pemerintah pusat termasuk peraturan terkait ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal tersebut dimotivasi adanya


(49)

sanksi kepada pemerintah daerah berupa penundaan pemberian bantuan apabila pemerintah daerah terlambat menyampaikan laporan kepada pemerintah pusat. Dengan demikian, penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih tepat waktu dan audit delay akan berkurang.

2.1.7 Temuan Audit

Hasil audit atas laporan keuangan pemerintah daerah oleh BPK berupa opini dan temuan audit. Temuan audit adalah permasalahan-permasalahan yang ditemukan oleh auditor di lapangan. Jumlah temuan audit berpengaruh pada lamanya penyelesaian audit. Komunikasi antara auditan dengan auditor menjadi lebih intens dan menjadi lebih lama ketika terdapat permasalahan akuntansi. Permasalahan akutansi yang dimaksud adalah temuan audit yang material. Banyaknya temuan audit akan menambah waktu diskusi temuan baik di internal BPK antara tim audit lapangan dengan penanggung jawab audit maupun diskusi temuan dengan pemerintah daerah selaku auditan sebelum temuan tersebut layak untuk diangkat dalam laporan hasl audit. Selain itu, banyaknya temuan audit akan menambah waktu bagi auditan dalam memberikan tanggapan atas temuan tersebut.

2.1.8 Opini Audit

Tahap akhir dari proses audit adalah dikeluarkannya opini auditor. Opini audit adalah pernyataan profesional pemeriksaan atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan


(50)

pada UU No.15 Tahun 2004 Pasal 16 Ayat (1) , terdapat 4 (empat) opini yang diberikan oleh pemerika (BPK) , yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) , (ii) opini wajar dengan pengecualian(qualified opinion) , (iii) opini tidak wajar (adversed opinion) , dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut Muladi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Pemerintah Kota/Kabupaten di Indonesia menyimpulkan bahwa penggunaan aplikasi sistem informasi keuangan daerah, pengalaman pemerintah dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah, jumlah temuan audit dan jenis opini audit berpengaruh signifikan terhadap lamanya audit delay. Penggunaan aplikasi sistem informasi keuangan daerah dan pengalaman pemerintah dalam menerapkan SAP terbukti berpengaruh negatif terhadap audit delay. Jumlah temuan audit dan jenis opini audit terbukti berpengaruh positif terhadap audit delay.

Menurut Fachrurozi (2014) dalam judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Pemerintah Daerah di Indonesia, pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variable dependen sebesar 25 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa ada lima dari delapan faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, yaitu pengalaman, tingkat kemandirian, kemampuan keuangan, lokasi dan temuan audit.


(51)

Menurut Hardini (2015) dalam Pengaruh Akuntabilitas Kinerja, Ukuran Daerah dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia, menunjukan bahwa audit delay rata-rata terjadi sebesar 137 hari. Akuntabilitas kinerja tidak berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan ukuran daerah dan opini auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay pada pemerintah kabupaten/kota di indoneia. Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Menurut Kartiko dan N.P Siregar (2015) dalam penelitian berjudul Pengaruh Opini Audit, Kualitas auditor, dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Keterlambatan Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menyimpulkan bahwa secara umum opini auditor WTP, kualitas auditor, dan sistem informasi akuntansi yang terintegrasi mampu mengurangi waktu keterlambatan penerbitan laporan hasil pemeriksaan keuangan pemda (LHP LKPD) oleh BPK. Kualitas auditor berdasarkan jenjang strata 2 di bidang akuntansi dan sertifkikasi audit yang diperoleh oleh manajer audit turut mempersingkat waktu keterlambatan penerbitan LHP LKPD


(52)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 2014 Aris Muladi Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonedia Variabel independen: aplikasi sistem informasi keuangan daerah (SIKD) , ukuran pemerintah daerah, pengalamana pemerintah daerah dalama menerapkan SAP, terpilihnya kembali kepala daerah sebelimnya, jumlah temuan audit dan opini audit Variabel dependen : audit delay Pengujian secara statistik atas hipotesis menyimpulkan bahwa penggunaan SIKD, pengalaman pemerintah daerah, jumlah temuan audit dan opini audit berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Penggunaan aplikasi SIKD dan pengalaman pemerintah menerapkan SAP terbukti berpengaruh negatif dan Jumlah temua dan opini audit

terbukti berpengaruh positif terhadap audit delay 2014 Luthfi

Fachrurozi

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada pemerintah daerah di Indonesia Variabel independen : pengalaman pemerintah daerah, tingkat kemandirian daerah, kemampuan keuangan daerah, lokasi, ukuran entitas, Penelitian ini secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruh variabel dependen sebesar 25%.


(53)

akuntabilitas daerah, temuan audit dan jumlah entitas pemeriksaan Variabel dependen : audit delay 2015 Ziza Gita

Hardini

Pengaruh akuntabilitas kinerja, ukuran daerah dan opini auditot terhadap audit delay pada pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Variabel independen : Akuntabilitas kinerja, ukuran daerah dan opini audit Variabel dependen: audit delay Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit delay rata-rata terjadi selama 137 hari. Akuntabilitas kinerja tidak berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan ukuran daerah dan opini audit berpengaruh negatif secara signifikan terhadap audit delay kabupaten/kota di indonesia.

2015 Sigit Wahyu Kartiko dan Sylviana Veronica N.P Siregar Pengaruh opini audit, kualitas auditor, dan sistem informasi akuntansi terhadap keterlambatan penerbitan hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah Variabel independen : Opini audit, kualitas auditor dan sistem informasi akuntansi Variabel dependen: Audit delay Hasil estimasi menunjukan bahwa opini audit WTP, jenjang S2 akuntansi manajer audit, sertifikasi profesioanl di bidang audit, dan penyelenggaran sistem informasi akuntansi berbasis teknologi yang terintegrasi secara signifikan mampu menekan jangka waktu keterlambatan penerbitan LHP LKPD


(54)

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang akan mempengaruhi audit delay (variabel dependen) dengan variabel independen yaitu: Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, Tingkat ketergangungan daerah, Temuan audit, dan Opini audit.

Kerangka pemikiran berdasarkan variabel-variabel di ats dapat di gambarkan sebagai berikut.

H1 H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Akuntabilitas Kinerja Terhadap Audit Delay

Fokus akuntabilitas adalah pelaporan yang akurat dan tepat tentang penggunaan dana publik, yang biasanya dilakukan melalui laporan yang telah

Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Tingkat Ketergantungan

Daerah

Temuan Audit

Opini Audit


(55)

diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa dana publik telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Daerah yang memilki akuntabilitas yang baik diharapkan akan melaporkan penggunaan dana publik secara tepat waktu sehingga dapat meminimalisasi audit delay.

Hasil penilaian baik dari masyarakat maupun pusat data dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara diharapkan menjadi motivasi dan pendorong pemerintah daerah dalam melakukan pelaporan keuangan secara tepat waktu. Berdasarkan hal diatas hipotesis yang akan diuji adalah :

H1 : Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah Berpengaruh Negatif Terhadap Audit Delay.

2.4.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Audit Delay

Semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat, pemerintah daerah semakin tunduk untuk mematuhi perintah pemerintah pusat. Sebagai akibatnya, penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih cepat dan tepat waktu sehingga mengurangi audit

delay. Hal tersebut dimotivasi adanya sanksi kepada pemerintah daerah berupa

penundaan pemberian bantuan apabila pemerintah daerah terlambat menyampaikan laporan keuangan kepada pusat. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah

H2: Tingkat Ketergantungan Daerah Berpengaruh Negatif Terhadap Audit delay


(56)

2.4.3 Pengaruh Temuan Audit Terhadap Audit Delay

Keberadaan temuan dalam laporan audit merupakan persyaratan dalam regulasi audit. Temuan muncul dalam opini audit akibat terdapat penyimpangan terhadap SAP dan penyimpangan lain terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan.

Hasil penelitain Cohen dan Leventis (2013) menyebutkan bahwa banyaknya temuan audit berpengaruh positif terhadap audit delay. Banyaknya temuan audit akan menambah waktu diskusi temuan baik dalam internal BPK antara tim audit lapangan dengan penanggung jawab audit maupun diskusi dengan pemerintah daerah selaku auditan sebelum temuan tersebut layak diangkat dalam laporan audit. Selain itu, banyaknya temuan auit akan menambah waktu bagi auditan dalam memberikan tanggapan atas temuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:

H3 : Temuan Audit Berpengaruh Positif Terhadap Audit Delay

2.4.4 Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay

Daerah yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian (WTP) akan cenderung mengalami audit delay yang lebih singkat. Hal ini dikarenakan opini WTP dapat menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tata kelola pemerintahan yang baik. Daerah yang memiliki tata kelola pemerintahan yang baik tentunya akan dapat menyusun laporan keuangannya dengan lebih cepat sehingga daerah tersebut akan lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangnnya untuk diaudit kepada BPK. Semakin cepat daerah menyampaikan


(57)

laporan keuangannya untuk di audit maka audit delay yang terjadipun akan semakin pendek. Namun sebaliknya, apabila daerah mendapatkan opini lain yang kemudian menimbulkan pertanyaan akibat opini yang dikemukakan oleh auditor maka waktu audit delay akan semakin lama. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diuji:


(58)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan eksternal untuk mengambil keputusan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), laporan keuangan berperan dalam menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Selain itu, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:

1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan;

2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas peloparan serta hasil-hasil


(59)

4. Menyediakan informasi bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan biaya;

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan terdiri dari relevan, keandalan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu (predictive value) dan dapat menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Selain itu, agar relevan, informasi harus disajikan tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan/kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

Untuk memenuhi ketepatan waktu laporan keuangan, manajer dan auditor diharapkan untuk meminimalkan audit delay. Audit delay merujuk pada perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit


(60)

dalam laporan keuangan (Muladi, 2014). Senada dengan itu, Aryati dan Theresia (2005) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Pemerintah daerah berkewajiban untuk memastikan bahwa laporan keuangan mereka disajikan secara tepat waktu karena laporan keuangan tersebut merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh publik untuk mengevaluasi kapabilitas pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Pada sektor pemerintahan, ketepatan waktu laporan keuangan berperan penting dalam rangka pengambilan keputusan pemerintah. Selain itu pada sektor publik mempunyai ciri khusus, yaitu ketaatan (compliance). Beberapa peraturan perundang-undangan secara tegas memberikan batas waktu penyampaian laporan keuangan yaitu sebagai berikut.

1. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Pasal 31 ayat (1):

“Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelakasanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh badan pemeriksa keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir”.


(61)

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 56 ayat (3):

“Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir”.

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal 17 ayat (1):

“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah”.

Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan bahwa audit delay dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut. Kapan dimulainya audit tergantung laporan keuangan yang diserahkan kepada auditor. Sehingga lamanya waktu suatu entitas menyampaikan laporan keuangan kepada auditor dapat mempengaruhi lamanya audit delay. Selain itu, menurut Cohen dan Leventis (2013) , audit delay pada pemerintah kota dipengaruhi oleh beberapa faktor politik, yaitu kekuatan oposisi dan keterpilihan kembali kepala daerah, keberadaan tim akuntan internal, jumlah temuan audit, ukuran pemerintah daerah dan populasi penduduk.


(62)

Menurut riset dalam konteks keuangan Amerika (Payne dan Jensen, 2002) , sumber keterlambatan audit diantaranya disebabkan oleh opini audit. Opini audit selain unqualified atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) mengindikasikan perlunya tambahan prosedur dalam penelaahan lebih lanjut. Hal ini berpotensi memperpanjang jangka waktu audit dibandingakan dengan laporan keuangan yang opininya WTP.

Dari hasil opini audit BPK atas LKPD mulai tahun anggaran (TA) 2006 sampai dengan TA 2012 secara umum telah mengalami kemajuan, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa opini WTP masih sedikit apabila dibandingkan dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Bahkan opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) juga cukup banyak yaitu berada diurutan kedua setelah opini WDP. Bertolak dari pendapat Payne dan Jensen (2002) kondisi sedikitnya pemda yang memperoleh opini selain WTP mengindikasikan adanya potensi terlambatnya proses keuangan yang dilakukan BPK.

Tabel 1.1

Perkembangan Opini Audit LKPD

Tahun WTP WDP TW TMP

2012 120 319 6 78

2011 67 249 8 100

2010 34 341 26 121

2009 15 330 48 111

2008 13 323 31 118

2007 4 283 59 123

2006 3 327 28 105


(63)

Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay pada pemerintah kabupaten/kota. Faktor-faktor tersebut yaitu akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat, temuan audit dan juga opini audit yang diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis memilih judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah akuntabilitas kinerja pemerintah daerah berpengaruh terhadap audit delay?

2. Apakah tingkat ketergantungan daerah berpengaruh terhadap audit

delay?

3. Apakah temuan audit berpengaruh terhadap audit delay? 4. Apakah opini audit berpengaruh terhadap audit delay?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjawab apakah permasalahan dalam rumusan masalah yaitu akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, tingkat ketergantungan daerah, jumlah temuan audit dan opini audit dari BPK RI


(64)

berpengaruh terhadap audit delay pada pemerintah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2014.

1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada pemerintah daerah di Indonesia sehingga dapat dijadikan tambahan wawasan dalam penelitian berikutnya.

2. Bagi pemerintah daerah

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam mempersingkat waktu penyusunan laporan keuangan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dan dapat dikendalikan pemerintah daerah yang bersangkutan sehingga timeliness dalam laporan keuangan tercapai.

3. Bagi Auditor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu auditor, dalam hal ini BPK RI, untuk mengidentifikasi faktor-faktor audit yang mempengaruhi

audit delay sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dan


(65)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuntabilitas kinerja pemerintah, tingkat ketergantungan pada pusat, dan hasil pemeriksaan audit BPK (temuan audit dan opini audit) pada audit delay pemerintah daerah di Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota / kabupaten di Indonesia yang telah ditetapkan. Jumlah populasi sebesar 322 pemerintah kabupaten/kota. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuagan pemerintah daerah (LKPD) yang diterbitkan oleh BPK dalam bentuk Laporan Hail Pemeriksaan (LHP) dan hasil penilian Akuntabilitas Kinerja yang dikeluarkan KemenPAN. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja dan opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan tingkat ketergantungan daerah dan temuan audit berpengaruh positif terhadap audit delay laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia

Kata kunci : Audit delay, akuntabilitas kinerja, tingkat ketergantungan


(66)

ABSTRACT

This research aims to examine the influence of the accountability performance, dependence level, and the results of the audit (audit finding and audit opinion) to audit delay of government in Indonesia.

The study population district/city in Indonesia that meet the establisehd criteria. Total population study of 322 district/city governments. The daa used is secondary data, it is Local Government Finance Report (LKPD) issued by the BPK un the from of Audit Report (LHP) and the result of the Performance Accountability issued by KemenPAN. This research used multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate theaccountibily performance and audit opinion negatively affect of audit delay. While the level of depedency and audit finding possitevely to audit delay on goverment in Indonesia.

Keyword : audit delay, accountability performance, audit finding, audit opinion,


(67)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH

KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)

OLEH :

AMY MAULIDDYA 120503036

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(68)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuntabilitas kinerja pemerintah, tingkat ketergantungan pada pusat, dan hasil pemeriksaan audit BPK (temuan audit dan opini audit) pada audit delay pemerintah daerah di Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota / kabupaten di Indonesia yang telah ditetapkan. Jumlah populasi sebesar 322 pemerintah kabupaten/kota. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuagan pemerintah daerah (LKPD) yang diterbitkan oleh BPK dalam bentuk Laporan Hail Pemeriksaan (LHP) dan hasil penilian Akuntabilitas Kinerja yang dikeluarkan KemenPAN. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja dan opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan tingkat ketergantungan daerah dan temuan audit berpengaruh positif terhadap audit delay laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia

Kata kunci : Audit delay, akuntabilitas kinerja, tingkat ketergantungan


(69)

ABSTRACT

This research aims to examine the influence of the accountability performance, dependence level, and the results of the audit (audit finding and audit opinion) to audit delay of government in Indonesia.

The study population district/city in Indonesia that meet the establisehd criteria. Total population study of 322 district/city governments. The daa used is secondary data, it is Local Government Finance Report (LKPD) issued by the BPK un the from of Audit Report (LHP) and the result of the Performance Accountability issued by KemenPAN. This research used multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate theaccountibily performance and audit opinion negatively affect of audit delay. While the level of depedency and audit finding possitevely to audit delay on goverment in Indonesia.

Keyword : audit delay, accountability performance, audit finding, audit opinion,


(70)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gerlar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan, bimbingan, semangat, nasehat, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Arizal dan Ibu Novia Bakry yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doa yang tak henti-hentinya selama ini. penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syarifuddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si.,Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam


(71)

memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M Ak sebagai dosen penguji dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M Ak sebagai dosen pembanding yang telah meluangkan waktu memberikan bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini serta seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

5. Adik-adik tersayang yaitu Ade Rinaldy, Lily Azmy, M. Hidayat dan Nur Aisyah dan juga Paman saya, H. Bahrum & keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, menghibur dan menyemangati penulis selama skripsi ini dilakukan.

6. Sahabat tercinta saya yaitu BOLANG (Abdel Renzy Lubis, Abdurahman Effendi Tanjung, Ayu Enne Dahlia, Elsa Vionalika Winardi, Fitri Handayani, Gita Chantika Mentari, Jauhar An-nahya, Mardatilla Rahayu, M. Aldy Nazam, Ricky Suryahadi, Sartika Maha, Sri Karina Br. Kaban, Try Raza Aulawie), UFO (Dini Rahmadhani, Ayu Vita Indriaty) , Keluarga Besar Teater “O” USU (terkhusus Kakanda Anik & Nandez, Abangda Ihsan & Panji) , Dian Indah Utari, Abgitu Serta teman-teman Akuntansi 2012 (terkhusus Ferry, Lilik dan Yunus) yang selalu meluangkan waktu menghibur, memotivasi dan membantu mengerjakan skripsi ini.


(72)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Juni 2016


(73)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Teori Kepatuhan ... 8

2.1.2 Laporan Keuangan ... 9

2.1.3 Audit dan Audit Keuangan Negara ... 11

2.1.4 Audit Delay ... 13

2.1.5 Akuntabilitas Kinerja ... 14

2.1.6 Tingkat Ketergantungan Daerah ... 16

2.1.7 Temuan Audit... 17

2.1.8 Opini Audit ... 17

2.2Penelitian Terdahulu ... 18

2.3Kerangka Konseptual ... 22

2.4Hipotesis ... 22

2.4.1 Pengaruh Akuntabilitas Kinerja Terhadap Audit Delay ... 22

2.4.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Audit Delay ... 23

2.4.3 Pengaruh Temuan Audit Terhadap Audit Delay ... 24

2.4.4 Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 26

3.2Populasi dan Sampel ... 26

3.3Variabel Penelitian ... 27

3.3.1 Variabel Dependen (Y) ... 27

3.3.2 Variabel Independen (X) ... 27

3.4Jenis Data ... 30


(1)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti selanjutnya.

Medan, Juni 2016


(2)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Teori Kepatuhan ... 8

2.1.2 Laporan Keuangan ... 9

2.1.3 Audit dan Audit Keuangan Negara ... 11

2.1.4 Audit Delay ... 13

2.1.5 Akuntabilitas Kinerja ... 14

2.1.6 Tingkat Ketergantungan Daerah ... 16

2.1.7 Temuan Audit... 17

2.1.8 Opini Audit ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis ... 22

2.4.1 Pengaruh Akuntabilitas Kinerja Terhadap Audit Delay ... 22

2.4.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Audit Delay ... 23

2.4.3 Pengaruh Temuan Audit Terhadap Audit Delay ... 24

2.4.4 Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Populasi dan Sampel ... 26

3.3 Variabel Penelitian ... 27

3.3.1 Variabel Dependen (Y) ... 27

3.3.2 Variabel Independen (X) ... 27

3.4 Jenis Data ... 30


(3)

3.6 Teknik Analisis Data ... 30

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 37

4.2 Hasil Penelitan ... 38

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 38

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

4.2.3 Pengujian hipotesis ... 45

4.3 Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 53


(4)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Daftar Perkembangan Opini LKPD ... 5

2.2 Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 29

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat, Opini Audit dan Temuan Audit ... 38

4.2 kormogolov smirnov ... 41

4.3 Uji Glejser ... 43

4.4 Uji Durbin Watson ... 44

4.5 Uji Multikolinieritas ... 48

4.6 Hasil Uji F ... 47

4.7 Hasil Uji-t ... 48


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 22 4.1 Histogram Variabel Terikat (Audit Delay) ... 40 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

Variabel Terikat Audit Delay ... 40 4.3 Scatterplot Variabel Terikat (Audit Delay) ... 42


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

LAMPIRAN I Daftar Pemerintah daerah yang menjadi sampel ... 57 LAMPIRAN II Data Hasil SPSS ... 60