Kajian Organologis Balobat Buatan Bapak Ropong Tarigan Sibero Di Berastagi

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT
BAPAK ROPONG TARIGAN SIBERO
Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian dan
biografi singkat bapak Ropong Tarigan Sibero sebagai pembuat alat musik tradisional Karo.
Wilayah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih terfokus
kepada gambaran masyarakat Karo khususnya yang ada di Berastagi secara umum.. Namun
sebelum membahas topik tersebut, akan diuraikan lebih dahulu Sejarah singkat Kecamatan
Berastagi

2.1 Sejarah Singkat Kecamatan Berastagi
Kecamatan Berastagi adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karo,
Kecamatan Berastagi dulunya merupakan bagian dari kecamatan Kabanjahe, Kabupaten
Daerah tingkat II Karo, dalam rangka pemekaran Kecamatan di Kabupaten Karo maka
Kecamatan Kabanjahe dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kecamatan Kabanjahe dan
perwakilan Kecamatan Berastagi.
Adapun dasar pemikiran ataupun factor pendukung dari pembentukan dari Kecamatan
Berastagi menjadi kecamatan Defenitif adalah sebagai berikut:
 Jumlah penduduk = 21.784 jiwa pada tahun 1984
 Kota Berastagi adalah merupakan kota tujuan utama pariwisata
 Kantor instansi tingkat kecamatn maupun tingkat II banyak yang berada di Berastagi

 Sebagai kota tujuan pariwisata selalu sibuk dengan segala bentuk kegiatan masyarakat
yang perlu pelayanan segera.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan beberapa hal diatas maka ahirnya terbentuklah Kecamatan Berastagi sesuai
dengan peraturan pemerintah Pemerintah RI Nomor 50 tahun 1991 tanggal 07 September
1991. Saat ini Kecamatan Berastagi terdiri dari enam desa dan empat lurah yaitu:
1. Guru Singa
2. Raya
3. Rumah Berastagi
4. Tl.Mulgap II
5. Gundaling II
6. Gundaling I
7. Tl.Mulgap I
8. Sempajaya
9. Doulu
10. Lau Gumba
Lokasi penulis melakukan penlitian adalah di rumah Bapak Ropong Tarigan Sibero yang
terletak di Kelurahan Gundaling 1.


2.2 Letak dan Geografis
1. Letak di atas permukan laut : 1.375 meter dengan temperature 190-260 C
2. Luas wilayah : 30,50 Km2
3. Berbatasan dengan :
Sebelah Utara

: Kab.Deli Serdang

Sebelah Selatan : Kecamatan Kabanjahe
Sebelah Barat

: Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Merdeka

Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah dan Kecamatan Dolat Rakyat
4. Jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati : 11 Km

Universitas Sumatera Utara

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak adalah 65 %,

berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13 % dengan
tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi, didukunga lagi dengan curah hujan
rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.
Kecamatan Berastagi terdiri dari enam desa dan empat kelurahan, dari data statistik
tahun 2011 jumlah penduduk Kecamatan Berastagi adalah 44.734 . Dihitung berdasarkan
jumlah Kepala Keluarga (KK), Kecamatan Berastagi terdiri 10.887 kepala keluarga.
Mayoritas penduduknya adalah suku Karo sebanyak 75 % dan selebihnya adalah suku
Batak Toba, Nias, Jawa, Aceh, Simalungun, Keturunan Cina, Pakpak, Dairi dan lain-lain.

2.3 Sistem Bahasa
Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Karo (Cakap
Karo), namun di pusat kota Berastagi selain bahasa Karo bahasa yang sering dipergunakan
dalam berkomunikasi adalah bahasa Indonesia, hal ini diakaibatkan karena Kota Berastagi
merupakan pusat dari perdagangan, pajak tradisioanal, pajak buah, terminal angkutan umum,
serta gerbang utama untuk wisatawan yang ingin berwisata di Tanah Karo, sehingga wajar
bila selain bahasa Karo bahasa Indonesia juga kerap dipergunakan sebagai bahasa
berkomunikasai sehari-hari.

2.4 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem kekerabatan

Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya (Simalungun, Toba, Mandailing,
Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini, setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga,
baik laki-laki maupun perempuan, dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau
marga dari ayahnya. Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya

Universitas Sumatera Utara

adalah anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka anak-anak
yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat kedudukan
seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo.
Ada beberapa strukstur yang mendukung sistem kekerabatan pada masyarakat Karo
yaitu:


Merga Silima



Tutur Siwaluh




Rakut Si Telu

Merga Silima dalah jumlah marga (merga) yang ada pada suku Karo yaitu:
1. Karo-Karo
2. Ginting
3. Tarigan
4. Sembiring
5. Perangin-angin

Tutur siwaluh adalah delapan unsur keturunanan yang terdapat pada seorang yang
bersuku Karo (kalak Karo), empat dari ayah dan empat dari ibu. Tutur siwaluh inilah yang
selalu dipergunakan saat suku Karo bertutur satu sama lain, dari hasil tutur siwaluh inilah
seseorang akan tau posisinya dengan orang lain dalam adat.
Berikut ini adalah beberapa cara dalam hal menarik garis keturunan seseorang dalam
Suku Karo atau yang disebut dengan Tutur Siwlauh atau Terombo;
Merga/beru
Merga dalam Suku Karo dipakai oleh lelaki, sedangkan beru dalam Suku Karo itu dipakai
oleh Perempuan. Merga/beru dalam Suku karo diambil dari Marga keluarga Ayahnya, yang


Universitas Sumatera Utara

dimana dalam Suku Karo itu terdapat lima Marga besar yaitu Sembiring, Ginting, PeranginAngin, Karo-karo dan Tarigan.
Contoh pemakain Merga atau Beru: Bapak saya bermarga Sembiring Brahmana, maka saya
bermarga Sembiring Brahmana, begitu juga dengan adik perempuan saya yang mempunyai
beru Sembiring Brahmana.
Bre-bre
Bere-bere yang dipakai seseorang dalam Suku Karo, berasal dari beru yang dipakai oleh ibu.
Pengunaan bere-bere dalam Suku Karo sama dengan pemakaian Marga/beru dalam
seseorang, bedanya kalau Marga/ beru yang digunakan seseorang itu berasal dari Marga ayah,
tetapi kalau bere-bere dalam seseorang itu berasal dari Beru ibu. Bere-Bere dalam Rakut
Sitelu disebut juga dengan Kalimbubu Simupus.
Contoh pemakaian Bere-Bere dalam seseorang Suku Karo: Ibu saya Beru Ginting maka saya
bere-bere Ginting, begitu juga dengan adik-adik saya.
- Binuang
Binuang yang terdapat dalam seseorang Suku Karo, berasal dari bere-bere ayah atau dengan
kata lain beru yang digunakan oleh nenek(ibu dari ayah). Binuang dalam Rakut Sitelu disebut
juga dengan kalimbubu Bena-Bena.
Contoh pemakaian Binuang dalam seseorang Suku Karo: ayah saya mempunyai bere-bere

Ketaren, maka binuang dalam diri saya adalah Ketaren.
- Kempu atau Perkempun
Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere ibu atau dengan
kata lain beru yang dimiliki nenek (ibu dari ibu). Kempu dalam Rakut Sitelu disebut juga
dengan Kalimbubu Singalo Perkempun.
Contoh pemakain Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo: ibu saya mempunyai
bere-bere Sitepu, maka Kempu atau Perkempun dalam diri saya adalah Sitepu.

Universitas Sumatera Utara

- Kampah
Kampah dalam seseorang Suku Karo berasal dari beru dari ibu kakek, kakek yang dimaksud
adalah ayah dari ayah, atau dengan kata lain bere-bere dari kakek (ayah dari ayah). Kampah
sendiri disebut juga denggan kalimbubu dari seseorang.
Contoh pemakaian kampah dari seseorang Suku Karo; kakek( ayah dari ayah) mempunyai
bere-bere Sebayang, maka Kampah dalam diri saya adalah Sebayang.
- Entah
Entah dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere dari nenek (ibu dari ayah), atau
dengan lain Entah adalah beru dari nini (nenek dari bapak). Entah dalam Rakut Sitelu disebut
jugad dengan puang kalimbubu.

Contoh pemakian Entah dalam seseorang Suku Karo: nenek( ibu dari ayah) saya mempunyai
bere-bere Sembiring Kloko, jadi saya Entah saya adalah Sembiring Kloko.
- Ente
Ente dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere kakek (ayah dari ibu), dalam Ruku
Sitelu Ente termasuk ke dalam Puang Kalimbubu.
Contoh pemakaian Ente dalam seseorang Suku Karo : kakek (ayah dari ibu) saya mempunyai
bere-bere Sembiring Brahamana, sehingga Ente saya adalah Sembiring Brahmana.
- Soler
Soler dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere nenek( ibu dari ibu), yang dimana
dalam Rakut Sitelu Soler termasuk ke dalam Puang ni Puang.
Contoh pemakaian Soler dalam seseorang Suku Karo: nenek(ibu dari ibu) saya mempunyai
bere-bere Sembiring Depari, sehingga saya mempunyai Soler Sembiring Depari.
Rakut Si Telu adalah tiga ikatan hubungan pada masayarakat Karo yang menjadi
1. Sukut
2. Kalimbubu

Universitas Sumatera Utara

3. Anak beru
Rakut Si Telu sangat berperan penting dalam upacara adat bagi masyarakat Karo, jika dalam


sebuah upacara adat salah satu dari Rakut Sitelu belum hadir maka acara adat tersebut tidak
dapat dimulai.

2.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk masyrakat Kecamatan Berastagi sebagian besar adalah
sebagai petani meskipun ada beberapa sebagai PNS, pengusaha,pedagang serta kryawan
swasta. Disamping itu penduduk juga mempunyai pekerjaan sambilan yaitu memelihara
ternak ayam, lembu, kerbau, kambing, serta kolam ikan untuk menambah pendapatan.
Banyaknya orang bekerja sebagai petani dan beternak tak lepas kondisi alam yang
subur dan curah hujan yang tinggi. Hasil pertanaian yang menonjol adalah sayur mayur,
buah-buahan, bunga-bungaan, dan palawija lainya.

Tabel 1
Mata Pencaharian di Kecamatan Berastagi

NO

Mata Pencaharian


Jumlah

1.

Pertanian

16.189

2.

Industri Rumah Tangga

3139

3.

PNS

2032


4.

Lainya

1972

Jumlah Keseluruhan

23332

Universitas Sumatera Utara

2.6 Sistem Kepercayaan
Sebelum menganut agama seperti pada saat sekarang ini, masayrakat Karo menganut
keercayaan yang disebut pemena. Pemena mempercayai adanya penciptaan alam semesta yang
disebut Dibata Kaci-Kaci atau lebih dikenal dengan nama Tonggal Sinasa. Masyarakat Karo juga
mempercayai adanya tiga alam yaitu Banua Datas(alam bagian atas yang dikuasai oleh Dibata Atas
yang bernama Ompung Utara Diatas), Banua Teruh (alam yang dikuasai oleh Dibata Teruh yang
bernama Panglima Duokah Ni Haji), dan Banua Tengah (alam yang dikuasai oleh Dibata Tengah
yang bernama Beru Noman Kaci-kaci).
Dibata ini disembah agar manusia mendapatkan keselamatan, jauh dari marabahaya dan
mendapatkan kelimpahan rezeki. Mereka pun percaya adanya tenaga gaib yaitu berupa kekuatan yang
berkedudukan di batu-batu besar, kayu besar, sungai, gunung, gua, atau tempat-tempat lain. Tempat
inilah yang dikeramatkan. Dan apabila tenaga gaib yang merupakan kekuatan perkasa dari maha
pencipta -dalam hal ini Dibata yang menguasai baik alam raya/langit, dunia/bumi, atapun di dalam
tanah- disembah maka permintaan akan terkabul. Karena itu masyarakat yang berkepercayaan
demikian melakukan berbagai variasi untuk melakukan penyembahan.

Ada beberapa upacara ritual yang dilaksanakan masyarakat Karo secara umum, yang bersifat
mistis (gaib) sesuai dengan kepercayaan zaman dahulu, yaitu:
1. Perumah Begu yaitu upacara pemanggilan arwah seseorang yang sudah meninggal
melalui media Guru Sibaso (dukun)
2. Ndilo Tendi upacara ini sering dilakukan apabila ada seseorang yang terkejut karena
mengalami suatu kejadian, baik karena pengelihatan, pendengaran atau jatuh, hanyut,
dan lain-lain. Dimana tendi tersebut akan meninggalkan tubuhnya karena terkejut.
3. Nengget adalah upacara yang di tujukan pada pasangan suami istri yang setelah sekian
tahun berumah tangga namun belum memiliki anak.
4. Ngarkari ialah upacara menghindari suatu kemalangan yang dialami oleh suatu
keluarga dimana guru sibaso berperan penting dalam upacara ritual.

Universitas Sumatera Utara

5. Perselihi ialah upacara pengobatan suatu penyakit seseorang, untuk memperoleh
kesembuhan dan untuk menghindari penyakit menjadi semakin parah.
6. Ngulaken adalah upacara yang dilaksanakan karena suatu penyakit yang sengaja di
buat oleh seseorang untuk menyerang orang lain hingga orang tersebut jatuh sakit.
Orang yang jatuh sakit tersebut meminta kepada guru sibaso untuk memantulkan
penyakit tersebut kepada si pembuatnya.
7. Erpangir Ku Lau adalah upacara untuk membersihkan diri seseorang atau keluarga
secara keseluruhan, menghilangkan kesulitan, malapetaka, dan lainnya.
8. Ndilo Wari Udan adalah upacara untuk memanggil turunnya hujan kepada Tuhan agar
kemarau tidak berkepanjangan.
9. Njujungi Beras Piher adalah suatu upacara selamatan dan doa agar orang tersebut
dapat diberikan keteguhan iman, berkat, dan lain-lain.
10. Guro- Guro Aron pesta yang dilakukan oleh masyarakat desa setahun sekali. Guroguro Aron adalah ungkapan rasa syukur atas pertanian yang dilaksanakan dalam
waktu setahun telah membuahkan hasil yang melimpah, sehingga masyarakat desa
berinisiatif untuk melakukan pesta syukuran.

Seiring berjalanya waktu masayrakat karo secara perlahan-lahan mulai meninggalkan
kepercayaan tersebut, walaupun masih ada beberapa ritual yang masih dilaksanakan. Begitu
juga dengan masayrakat karo di Kecamatan Berastagi, Saaat ini masayrakat Karo di Berastagi
telah memeluk agama yang berkembang dan diakui oleh Negara. Rumah ibadah juga telah
banyak berdiri di kecamatan Berastagi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2
Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan Berastagi
NO

Agama Yang Dianut Oleh Masyrakat

Jumlah

1

Islam

15.104

2

Kristen Protestan

19.713

3

Kristen Katholik

3.704

4

Hindu

67

5

Budha

720

jumlah

39308

2.7 Sistem Kesenian
Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam
kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraniningrat,
1980:395-397). Begitu juga dengan masyrakat Karo, mereka memiliki beragam kesenian
dalam kehidupan masyrakatnya.

2.7.1 Seni musik
Dalam masyrakatKaro istilah musik disebut juga dengan gendang. Terdapa dua
ensambel yang musik yang dipakai di masyrakat Karo, yaitu ensambel gendang lima
sendalanen dan ensambel telu sendalanen. Ensambel lima sendalanen terdiri dari sarune,
gendang singindungi, gendang singanaki, penganak dan gong , sedangkan telu sendalanen
terdiri dari keteng-keteng, mangkuk mbentar, balobat / kulcapi.

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Seni tari
Dalam masyarakat karo istilah tari disebut juga landek, Menurut masyarakat Karo,
masing-masing gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan perlambangan tertentu.
Salah satu tarian masyrakat Karo adalah Tari Lima Serangkai.
2.7.3. Seni Bela Diri
Ndikar adalah seni bela diri tradisional dari daerah Karo, dalam prakteknya ndikar
sering juga dianggap sebagai tari-tarian karena dalam setiap penampilannya dalam acaraacara tertentu pertunjukkan ndikar kerap diiringi dengan musik tradisional Karo
2.7.4 Seni Ukir
Masyarakat Karo banyak membuat ukiran-ukiran ornamen di dalam kehidupan sehariharinya, masyarakat juga percaya kalau ukiran tersebut mempunyai kekuatan mistis. Secara
garis besar ada empat tempat dimana karya seni ini biasa ditempatkan, antara lain:.
Berikut adalah beberapa contoh ornamen yang ada pada masyrakat Karo
1. Pengretret

Motif : Cicak berkepala dua
Fungsi : Tolak bala
Tempat: Dinding rumah adat Karo

2. Tapak Raja Sulaiman

Universitas Sumatera Utara

Motif :Geometris
Fungsi :Tolak bala
Tempat :Melmelen, Ukat, Gantang beru-beru, Buku Pustaka

3. Ampik – Ampik

Motif : Terdiri dari bermacam-macam motif yang bergabung yaitu: Bunga Gundur, Duri
Ikan, Tempune-tempune, Pakau-pakau, Anjak-anjak beru Ginting dan Pancung-pancung
Cekala.
Fungsi : Tolak bala / hiasan
Tempat : Pada anyaman ayo-ayo rumah adat.
4. Bindu Metagah

Universitas Sumatera Utara

Motif : Geometris
Fungsi : Tolak bala
Tempat : Melmelen, Ukat, Gantang beru-beru, Buku Pustaka

5. Ukiran Pisau Tumbu Lada

Motif : Kepala burung
Tempat : Gagang Pisau
Fungsi : Memperindah Tampilan Pisau

2.8 Biografi Ropong Tarigan Sibero
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang
berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.
Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang.
Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu
buku.Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.

Universitas Sumatera Utara

Biografi yang dibahas disini hanyalah berupa biografi ringkas, artinya hanya memuat
hal-hal umum mengenai kehidupan bapak Ropong Tarigan Sibero dimulai dari masa kecil
hingga saaat ini. Biografi yang dibahas disini adalah hasil wawancara langsung dengan beliau

2.8.1 Latar Belakang Keluarga
Ropong Tarigan Sibero lahir di Desa Ndeskati, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo pada tanggal yang tidak diketahui, bulan 9 tahun 1927. Ayah Ropong
Tarigan bernama Lameh Tarigan dan ibu Ropong Tarigan bernama Ronah br Sembiring.
Ropong Tarigan sibero adalah anak kedua dari enam bersaudara , beliau merupakan anak
laki-laki satu-satunya.
Orag tua beliau bekerja sebagai petani dan pembuat gula aren. Seperti anak-anak
kecil yang lainya di Tanah Karo pada saat itu, beliau menghabiskan masa kecilnya hanya
dengan bermain-main dengan anak sebayanya dan pergi ke ladang membantu orang tua,

2.8.2 Latar Belakang Pendidikan
Beliau hanya mejalani pendidikan samapai kelas 5 SD, pengertian SD disini bukan
Sekolah Dasar seperti sekarang tapi Sekolah Desa, mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 3 SD
beliau sekolah di Naman sedangkan untuk kelas 4, 5, dan 6 harus diselesaikan di Berastagi
begitu lah peraturan padaa saat itu menurut beliau. pada saat itu ia termasuk siswa yang
pintar, matematika adalah salah satu pelajaran yang paling dia sukai, bahkan ketika masih di
kelas 5 dia sering membantu guru di kelas untuk membimbing teman-temanya yang lain
untuk bidang matematika ini, karena beliau adalah yang paling pintar matemaatika di
sekolahnya. Pada saat itu ketersediaan tenaga pengajar sangat sedikit, apalagi untuk sekolah
di wilayah desa, berbeda dengan sekolah belanda di kota yang khusus untuk orang-orang
kaya, sehingga pada saat itu beliau ditawarkan menjadi tenaga pengajar di sekolahnya setelah

Universitas Sumatera Utara

beliau lulus dari pendidikan SD-nya. Tapi hal itu tidak sempat terjadi karena ketika beliau
masih kelas 5 SD terjadi lagi perang dengan penjajah yang mengakibatkan beliau dan
masyrakat lainya harus meninggalkan kampungnya untuk mengungsi mencari tempat yang
lebih aman agar terhindar dari para penjajah, bahkan beliau harus ikut berperang sebagai
laskar untuk melawan penjajah walaupun beliau masih muda.

2.8.3 Masa Berumah Tangga
Setelah merdeka dan keadaan semakin kondusif maka para pengungsi kembali ke
kampung masing-masing, pada saat itu beliau ditawarkan untuk kembali melanjutkan
pendidikannya yang sempat terhenti, namun beliau menolak dan memilih untuk bekerja
sebagai petani saja seperti masyrakat karo pada umumnya saat itu. Banyak jenis pekerjaan
yang digeluti beliau mulai dari bertani, membuat gula aren, mengiris tembakau dan bekerja di
pajak sayur Berastagi. Beliau mengiris tembakau bukan hanya di satu daerah saja beberapa
desa di Tanah Karo seperti Batukarang, Tanjong Morawa, Payung, Sukatendel sebagai
pengiris tembakau panggilan.
Ropong Tarigan Sibero menikah pada tahun 1950 saat usianya 23 tahun. Beliau
menikah dengan Nanam br Sitepu. Dari pernikahan ini Ropong Tarigan dan istrinya
dikarunai delapan orang anak tiga laki-laki dan lima perempuan. Berikut adalah nama-nama
dari putra-putri Ropong Tarigan Sibero :
1. Dep Tarigan
2. Lot br Tarigan
3. Toma br Tarigan
4. Tamat Tarigan
5. Ani br Tarigan
6. Bukti br Tarigan

Universitas Sumatera Utara

7. Ate Keleng br Tarigan
8. Mbantu Tarigan

2.8.4 Ropong Tarigan Sebagai Pekerja Seni
Sejak kecil Ropong Tarigan Sibero memang sudah memiliki keterampilan dalam
bidang seni terutama dalam hal membuat alat musik tradisional Karo, alat musik ketengketeng, surdam dan balobat sudah biasa dibuat oleh beliau sejak masih kecil. Beliau tidak
mempunyai guru khusus yang mengajarinya untuk membuat alat musik, beliau belajar secara
otodidak dengan memperhatikan orang lain, dan mempraktekkanya secara langsung. Menurut
beliau setelah dirinya pindah dan menetap di Berastagi beliau sering berjumpa dengan
bebrapa pemain musik tradisional Karo, secara tak langsung beliau pun semakin akrab
dengan musik Karo bukan sebagai pemainnya tapi sebagai pembuat, Pada suatu malam beliau
bermimpi, dalam mimpinya tersebut beliau berjumpa dengan seorang yang sedang bermain
kulcapi lalu pria tersebut memberi kulcapinya tersebut kepada beliau,. Selain mimpi tersebut
dia juga disuruh oleh beberapa teman-tamanya salah satunya adalah ayah dari alm.Tukang
Ginting waktu itu untuk bekerja sebagai pembuat alat musik Karo. Berdasarkan mimpi dan
desakan beberapa teman-teman beliau yang yakin dengan kemampuan beliau, maka beliau
mencoba untuk membuat alat musik Karo.
Melihat alat musik hasil buatanya banyak diapresiasi oleh masyrakat maka pada tahun
1962, beliau

mulai bekerja sebagai pembuat alat musik karo dan menjual alat musik

buatanya. Kulcapi pertama yang dibuat oleh beliau diberi kepada Pa Tropong Purba. Secara
perlahan beliau semakin dikenal sebagai pembuat alat musik Karo. Sejak bekerja sebagai
pembuat alat musik beliau tidak pernah mempunyai galeri khusus untuk ataupun mendirikan
tempat khusus

untuk pekerjaan dan penjualan hasil karyanya, semua itu dilakukan di

rumahnya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2.8.5 Keberadaan Alat Musik Buatan Ropong Tarigan Sibero
Sejak mulai dikenal sebagai pembuat alat musik hingga saat ini, telah banyak alat
musik yang dijual oleh beliau. Tidak hanya masyrakat Karo dan seniman karo saja yang
membeli alat musik buatan beliau. Alat musik buatan beliau telah banyak terjual dan tersebar
di Indonesia bahkan ke luar negeri seperti Jerman, India, Amerika dan Malaysia.
Pada tanggal 22 September 1989 seorang culutural anthropologist dari Jerman yang
bernama Achim Sibeth datang menjumpai beliau dan memesan beberapa alat musik
tradisional karo untuk dibawa ke museum di Jerman. Sebelumnya orang Jerman lainya juga
sudah pernah datang menjumpai beliau yaitu Uli Kozok seorang peneliti budaya dan sastra
batak untuk dimintai keterangan seputar pembuatan alat musik Karo.
Menurut Tri Syahputra Sitepu alat musik beliau juga banyak dipakai seniman di
Taman Budaya yang memainkan musik tradisional Karo. Pada saat adanya pegelaran Pekan
Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan yang merupakan pameran dan pegelaran seni dan
budaya dari seluruh etnis Sumatera Utara khusus untuk Kabupaten Karo alat musik yang
dipamerkan sebagian besar adalah buatan Ropong Tarigan Sibero. Toko Souvenir di
Berastagi seperti Karo-Karo souvenir, Modesty souvenir juga menjual alat musik butan
beliau. Museum Karo yang terdapat di Berstagi juga memajang beberapa alat musik buatanya
di tempat tersebut.
Para konsumen alat musik buatan Ropong Tarigan juga banyak dari mahasiswa yang
kuliah di jurusan seni musik seperti FBS UNIMED dan Departemen Etnomusikologi USU.
Menurut Wanda Sitepu dan Ricky Bukit (mahasiswa unimed jurusan seni musik) mereka juga
memakai alat musik tradisional karo buatan Ropong Tarigan, Wanda sitepu mengakui bahwa
semua alat musik karo yang dipergunakanya adalah buatan Ropong Tarigan Sibero,
menurutnya kualitas alat musik buatan beliau bagus, kokoh, tahan lama. Beberapa Mahasiswa
Etnomusikologi Usu juga memakai alat musik buatan beliau.

Universitas Sumatera Utara

Tidak susah untuk mengetahui alat musi buatan beliau, karena alat musik yang telah
selesai dikerjakan dan siap untuk dijual akan diberi tanda oleh beliau sesuai dengan singkatan
nama beliau yaitu RTS ( Ropong Tarigan Sibero). Khusus untuk alat musik balobat dan
surdam beliau biasanya mengukir namanya di bambu tersebut dengan aksara Karo.

Gambar II.1. Singkatan nama RTS di kulcapi

Gambar II.2. Singkatan nama RTS di balobat.
Selain menulis namanya di setiap alat musik yang dibuatnya, beliau juga selalu
menulis nama, orang yang membeli alat musiknya, tanggal pembelianya, bahkan khusus
untuk kulcapi beliau menulis nomor penjualanya, sehingga beliau tau berapa kulcapi yang

Universitas Sumatera Utara

telah dijualnya mulai dari dulu hingga saat ini. Sejak tahun 1962 sampai saat ini beliau telah
menjual 275 kulcapi. Semua catatan ini ditulis di sebuah buku notes oleh beliau.

Gambar II.3. Catatan pembelian di buku notes

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.4. Catatan pembelian di buku notes
Berdasarkan catatan yang ditulis oleh beliau dapat diketahui siapa saja yang pernah
membeli alat music buatan beliau, misalnya Jasa Tarigan membeli 5 kulcapi dengan harga Rp
75.000 pada tanggal 15-2-1986.
Dalam usia beliau yang sudah mencapai 87 tahun beliau masih tetap aktif membuat
alat musik tradisional karo, dari ke delapan anak beliau tidak satupun yang meneruskan
bakat beliau, sehinnga beliau senang bila ada yang ingin belajar darinya.
Saat ini beliau menjual balobat dan surdam seharga Rp. 30.000 per buah, sedangkan
kulcapi Rp 800.000 perbuah, dari hasil penjualan alat musik tersebut lah beliau mencukupi
kebutuhannya sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara