Analisis Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Bank
Kasmir (2012:3) menguraikan bahwa secara sederhana bank
diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:
1.
Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang
atau berinvestasi bagi masyarakat.
2.
Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank
memberikan
pinjaman
(kredit)
kepada
masyarakat
yang
mengajukan permohonan.
3.
Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer ), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
Universitas Sumatera Utara
kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit
box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa lainnya.
2.1.2. Pengertian Penggabungan Usaha
Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah suatu keadaan
dimana dua perusahaan atau lebih yang terpisah melakukan penyatuan
menjadi satu entitas ekonomi atau mendapatkan kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Dalam beberapa kondisi kadang dinyatakan bahwa
penggabungan usaha tidak lain adalah pengambilalihan. Merger dan
akuisisi (M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang
banyak dilakukan oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut PSAK No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha,
penggabungan usaha (Business combination) adalah penyatuan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aset dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan
entitas-entitas bisnis yang sebelumnya terpisah (Beams dkk, 2006 : 2).
Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah meningkatkan
profitabilitas, namun banyak perusahaan dapat menjadi lebih efisien dengan
mengintegrasikan operasi secara horizontal atau vertikal atau dengan
mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi konglomerasi.
Universitas Sumatera Utara
Penggabungan usaha merupakan istilah umum yang meliputi semua
bentuk
penggabungan
entitas
bisnis
yang
sebelumnya
terpisah.
Penggabungan seperti ini disebut akuisisi (acquisition) ketika suatu
perusahaan memperoleh aktiva produktif dari entitas bisnis lain dan
mengintegrasikan
aktiva-aktiva
tersebut
ke
dalam
operasinya.
Penggabungan usaha juga disebut akuisisi ketika suatu perusahaan
memperoleh pengendalian atas fasilitas produksi entitas lain dengan
memiliki mayoritas saham berhak suara yang beredar. Perusahaan yang
diakuisisi tidak perlu dibubarkan, tetapi perusahaan tersebut tidak memiliki
eksistensi lagi.
Merger sering digunakan sebagai sinonim dari akuisisi. Akan tetapi,
legalitas dan akuntansinya berbeda. Merger memerlukan pembubaran
semua entitas yang terlibat kecuali satu entitas. Merger terjadi ketika sebuah
perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih semua operasi dari entitas
bisnis lainnya dan entitas itu dibubarkan.
Alasan-alasan penggabungan usaha (Beams dkk, 2006 : 2):
1. Keunggulan Biaya
Sering kali lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas
yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui
pengembangan. Hal ini berlaku terutama pada periode inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko yang Lebih Rendah
Membeli lini produk dan pasar yang telah ada biasanya kurang
berisiko ketimbang mengembangkan produk dan pasar baru. Risiko
akan rendah apabila tujuannya adalah diversifikasi.
3. Memperkecil Keterlambatan Operasi
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan
usaha dapat diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan
yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah
lainnya. Dalam membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin
terjadi sejumlah penundaan dalam pembangunannya karena
diperlukan persetujuan pemerintah untuk memulai operasi.
4. Menghindari Pengambilalihan (Avoidance of takeovers)
Banyak perusahaan bergabung untuk menghindari pengambilalihan
di antara perusahaan itu. Perusahaan yang lebih kecil cenderung
lebih rentan untuk diambil alih. Karena itu, banyak di antaranya
memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik
terhadap usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain.
5. Akuisisi Aktiva Tak Berwujud
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Jadi, akuisisi atas hak paten, hak
penambangan mineral, riset database pelanggan, atau keahlian
manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu
penggabungan usaha.
Universitas Sumatera Utara
6. Alasan-alasan lain
Selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih penggabungan
usaha untuk memperoleh keuntungan pajak (misalnya, tax-loss
carryforward), atas pendapatan pribadi dan keuntungan pajak real
estat, serta untuk alasan-alasan pribadi.
Terdapat beberapa bentuk penggabungan yang dapat dipilih suatu
bank. Pertimbangannya adalah tergantung dari kondisi bank dan keinginan
pemilik bank lama. Masing-masing bentuk mempunyai keunggulan dan
kerugian sendiri. Tentu saja pemilihan bentuk penggabungan ini didasarkan
pada tujuan perbankan tersebut.
Jenis-jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa
dilakukan di Indonesia adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2012)
1. Merger
Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu dari bank
yang ikut merger dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa
melikuidasi terlebih dahulu.
Penggabungan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan seluruh saham bank lainnya yang ikut bergabung
menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan bank yang
akan dipertahankan. Biasanya bank hasil merger memakai salah satu
nama yang dipilih secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsolidasi
Konsolidasi yaitu penggabungan dari dua bank atau lebih
dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank
yang ikut konsolidasi tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
3. Akuisisi
Akuisisi merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu
bank yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap bank. Dalam
penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya nama bank yang
diakuisisi tidak berubah dan yang berubah hanyalah kepemilikannya.
2.1.3. Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger menurut Sjahrial (2009 : 327) merupakan peleburan secara
lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama
mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan
hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Sesudah suatu merger,
perusahaan yang meleburkan diri tadi setuju menjadi suatu wujud bisnis yang
tersendiri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988
mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Universitas Sumatera Utara
PSAK No.22 memberi istilah akuisisi untuk bentuk penggabungan
usaha di mana salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali
atas perusahaan lain. Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha di mana
salah satu perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi, memperoleh kendali
atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang
dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
2.1.4. Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Menurut Brigham dan Houston (2001), merger dapat diklasifikasikan
menjadi 4 jenis sebagai berikut:
1) Merger Horisontal (horizontal merger )
Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama
saling bergabung.
2) Merger Vertikal (vertical merger )
Merger vertikal adalah penggabungan antara satu perusahaan
dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
Universitas Sumatera Utara
3) Merger Kongenerik (congeneric merger)
Merger kongenerik merupakan penggabungan perusahaan yang
bergerak dalam industri umum yang sama, yang berkaitan satu sama
lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horisontal)
dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen-pemasok.
4) Merger Konglomerat (conglomerate merger)
Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri
yang benar-benar berbeda.
Sedangkan menurut prosesnya merger dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Friendly Merger adalah merger yang disetujui oleh kedua belah
pihak, dimana kedua pihak sepakat untuk melakukan penggabungan
dan percaya bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat bagi
kedua belah pihak.
2.
Hostile Merger adalah ketika kedua belah pihak tidak mencapai kata
sepakat dalam penggabungan usaha dimana perusahaan target
merasa
harga
yang
ditawarkan
terlalu
rendah
dan
juga
dimungkinkan dengan ketakutan para manajer akan kehilangan
jabatan ketika terjadi penggabungan usaha. Bila terjadi seperti ini
pihak perusahaan pembeli bisa mendekati para pemegang saham
perusahaan target dan membelinya langsung dari mereka sehingga
tidak diperlukan lagi persetujuan dari para manajer perusahaan
target. (Kuncoro, 2014)
Universitas Sumatera Utara
Analis finansial secara khusus mengelompokkan akuisisi ke dalam
tiga bentuk (Sjahrial, 2009 : 329):
1. Akuisisi Horizontal
Merupakan akuisisi suatu perusahaan di dalam industry yang sama.
2. Akuisisi Vertikal
Suatu akuisisi yang melibatkan perusahaan yang ada keterkaitan
prosesnya dalam proses produksi atau operasionalnya. Contohnya
adalah akuisisi perusahaan penerbangan dengan biro perjalanan.
3. Akuisisi Konglomerasi
Bila antara perusahaan penawar dengan perusahaan target tidak ada
hubungannya satu sama lain.
2.1.5. Motif Melakukan Penggabungan Usaha
Menurut Brigham dan Houston (2001), motif utama dalam sebagian besar
merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Jika
Perusahaan A dan B bergabung menjadi Perusahaan C, dan jika nilai perusahaan
C lebih besar daripada nilai A ditambah B, yang masing-masing berdiri sendiri,
maka dalam hal ini terdapat sinergi (synergy). Pengaruh sinergi sendiri bisa
timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari
skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi, (2)
penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan
evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas, (3) perbedaan efisiensi, yang
berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) peningkatan
penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan. Motif lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Pertimbangan Pajak
Perusahaan dengan laba besar terkena tarif pajak tinggi dapat mengambil
alih perusahaan dengan akumulasi kerugian yang besar sehingga akan
mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya, perusahaan mempunyai potensi
untuk memperoleh penghematan pajak (tax shield) tetapi tidak dapat
dimanfaatkan karena tidak memperoleh laba. Dengan demikian, perusahaan
semacam ini akan bergabung dengan perusahaan yang profitable agar pajak
yang dibayar oleh perusahaan profitable lebih kecil. Kelebihan kas dapat
dipergunakan untuk membayar dividen ekstra, repurchases, investasi dalam
marketable securities atau melakukan akuisisi. Akuisisi tidak menimbulkan
konsekuensi pajak secara langsung kepada perusahaan pembeli.
2. Diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran,
pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun
akuisisi. Tujuan diversifikasi untuk mengurangi risiko. Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi
dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi
perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mempertahankan pengendalian
Pengambil alih akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan
target dan berhak memilih dewan komisaris. Pada perusahaan besar, para
pemilik saham melakukan pengendalian secara tidak langsung melalui
dewan komisaris yang mereka pilih. Dewan komisaris yang dipilih akan
memilih manajemen yang mengendalikan operasi perusahaan.
Kasmir (2011:56), menguraikan alasan suatu bank melakukan merger,
konsolidasi, dan akuisisi yaitu:
1) Masalah Kesehatan Bank, maksudnya apabila bank sudah dinyatakan tidak
sehat oleh Bank Indonesia untuk beberapa periode, maka sebaiknya bank
bank tersebut melakukan merger dengan bank yang sehat atau dengan
melakukan konsolidasi dengan bank yang sama-sama tidak sehat serta dapat
pula diakuisisi oleh bank lain yang berminat.
2) Modal yang dimiliki relatif kecil sehingga untuk melakukan ekspansi terlalu
sulit. Dengan adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih
mudah untuk mengembangkan usahanya.
3) Manajemen bank yang semrawut atau kurang profesional sehingga
perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. Jenis bank ini pun
sebaiknya melakukan penggabungan usaha dengan bank yang lebih
profesional.
Universitas Sumatera Utara
4) Administrasi yang kurang teratur dan masih tradisional, sebaiknya bank
melakukan penggabungan atau peleburan usaha sehingga diharapkan
administrasinya menjadi baik.
5) Ingin menguasai pasar. Tujuannya tidak diumumkan secara jelas kepada
pihak luar, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut merger.
Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan
jumlah nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga untuk
menghilangkan atau melawan pesaing yang ada.
Untuk mengadakan penggabungan bank baik penggabungan secara
merger, konsolidasi atau akuisisi dapat dilakukan atas:
1. Inisiatif bank yang bersangkutan atau
2. Permintaan bank Indonesia
3. Inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka
penyehatan bank.
2.1.6. Syarat Merger
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang merger,
konsolidasi, dan akuisisi bank, tertulis syarat-syarat merger, akuisisi dan
konsolidasi bank, hal tersebut terdapat dalam pasal 4 yang berbunyi:
1) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank yang dilakukan atas inisiatif
Bank yang bersangkutan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin
dari Pimpinan Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2) Kewajiban untuk terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku pula
untuk Merger dan Konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif badan
khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan
perbankan.
Selanjutnya dalam Pasal 7 dinyatakan:
1. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.
2. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi dilakukan berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dihadiri oleh
pemegang saham yang dihadiri oleh pemegang saham yang
mewakili sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui
oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah
suara pemegang saham yang hadir.
3. Bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbuka, dalam hal
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
tercapai, maka syarat kehadiran dan pengambilan keputusan
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang Pasar Modal.
Syarat-syarat untuk memperoleh izin merger atau konsolidasi,
tercantum dalam Pasal 8:
Universitas Sumatera Utara
1. Telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang
Saham bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbatas atau rapat
sejenis bagi Bank yang berbentuk hukum lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
2. Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi, jumlah aktiva
Bank hasil Merger atau Konsolidasi tidak melebihi 20 % (dua
puluh perseratus) dari jumlah aktiva seluruh Bank di Indonesia.
3. Permodalan Bank hasil Merger atau Konsolidasi harus
memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal yang ditetapkan
oleh bank Indonesia.
4. Calon anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang ditunjuk
tidak tercantum dalam daftar orang yang melakukan perbuatan
tercela dibidang perbankan.
2.1.7. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien
dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis
terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan
(Sutriayani, 2008 dalam Afriyani, 2012). Informasi kinerja keuangan
perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus
kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna
dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya. Kinerja keuangan dapat diukur melalui
analisis rasio keuangan.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan (Kasmir, 2010:104). Dalam hasil rasio keuangan ini akan
terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan
ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah
mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai
kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai
evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat
ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.
2.1.8. Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Bank
(Kasmir, 2010 : 216) Rasio keuangan yang digunakan oleh bank
dengan perusahaan nonbank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda.
Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio yang digunakan untuk menilai
suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal ini karena komponen neraca dan
laba rugi yang dimiliki bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi
perusahaan nonbank. Bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak
dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam mengelola dananya. Risiko yang dihadapi bank jauh lebih
besar ketimbang perusahaan nonbank.
Jenis-jenis rasio keuangan bank:
1. Rasio Likuiditas Bank
Rasio likuiditas bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat
membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.
Rasio Likuiditas Bank yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
2. Rasio Solvabilitas Bank
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Rasio ini
merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat
efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.
Rasio Solvabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR)
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas Bank
Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank dalam suatu periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Rasio Profitabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Interest Margin, Net Profit Margin
2.2
Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang telah dilakukan, namun hasilnya tidak selalu
signifikan.
Penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Nikolaos Mylonidis
dan Ioanna Kelnikola (2005) pada 9 perusahaan perbankan yang melakukan
M&A dari tahun 1999-2000 membandingkan kinerja operasional yang
diproksikan
dengan
rasio
profitabilitas
bank,
efisiensi
operasional,
produktivitas karyawan, likuiditas, risiko kredit, dan rasio CAR perusahaan
perbankan yang melakukan M&A dengan yang tidak melakukan aktivitas M&A.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja operasional tidak mengalami
perkembangan setelah M&A. Namun, dibandingkan dengan bank yang tidak
melakukan M&A, kinerja bank yang melakukan M&A lebih baik. Rasio
likuiditas mengalami penurunan setelah M&A.
Selanjutnya penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Iordanis
Eleftheriadis, dkk. (2008) pada 50 perusahaan perbankan yang melakukan
merger dan akuisisi dari tahun 1998-2002 menggunakan rasio likuiditas
(current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital ), rasio aktivitas
(average receiveables conversion period, average payables deferral period,
Universitas Sumatera Utara
average inventory conversion period, working capital turnover ratio, asset
turnover ratio, fixed asset turnover ratio, owner’s equity turnover ratio), rasio
profitabilitas (gross profit margin, net profit margin, ROA, ROE), rasio struktur
modal dan solvabilitas (ratio of owner’s equity to total assets, ratio of owner’s
equity to total liabilities, ratio of owner’s equity to fixed assets), dan rasio
ukuran pasar (earning per share, dividends per share, dividend yield on equity
capital, book value per share, price to book value, price earning ratio )
menunjukkan bahwa hanya cash ratio dari rasio likuiditas yang berbeda
signifikan setelah M&A, rasio-rasio likuiditas lainnya tidak berbeda signifikan
setelah M&A. Rasio aktivitas, struktur modal dan solvabilitas tidak berbeda
signifikan setelah M&A, rasio profitabilitas mengalami peningkatan setelah
M&A, sedangkan rasio ukuran pasar mengalami penurunan setelah M&A.
Penelitian merger dan akuisisi bank di Pakistan oleh Qamar Abbas, dkk.
(2014) pada 10 perusahaan perbankan yang melakukan aktivitas M&A tahun
2006-2011 dengan membandingkan kenaikan atau penurunan rasio-rasio
keuangan dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan kinerja keuangan setelah
M&A. Rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage mengalami penurunan pada
sebagian besar bank.
Penelitian Rambe (2012) pada 14 perusahaan publik yang melakukan
merger dan akuisisi pada tahun 2006-2008 dengan pengujian menggunakan uji
beda paired sample T-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode
Universitas Sumatera Utara
pengamatan dan pengujian. Berdasarkan deskriptif perubahan nilai rata-rata
(mean) rasio DER (Debt to Equity Ratio) mengalami peningkatan, namun hasil
tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahan publik perusahaan.
Selanjutnya penelitian Utami (2013) pada 14 perusahaan publik yang
melakukan akuisisi pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dari profitabilitas perusahaan yang diukur dengan
ROE, ROI, GPM, OPM, dan NPM untuk periode satu tahun sebelum dan satu
tahun setelah akuisisi begitu juga untuk periode satu tahun sebelum dan dua
tahun sesudah akuisisi. Hasil penelitian mengindikasikan tujuan ekonomis
dilakukan akuisisi yaitu untuk mendapatkan sinergi tidak tercapai.
Penelitian yang dilakukan Murdabahari (2013) pada 30 perusahaan nonkeuangan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi dari tahun 2003-2012
hasilnya menunjukkan bahwa pada pengakuisisi tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi. Tapi perusahaan
yang telah bergabung rasio ROI, EPS dan Debt to Equity Ratio terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger. Alat uji yang
digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova.
Kuncoro (2014) melakukan penelitian pada 17 perusahaan publik yang
melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2004-2013 yang hasilnya
menunjukkan bahwa pada pengujian secara parsial terhadap 5 rasio keuangan,
yaitu PBV, OPM, ROE, ROA dan DER menunjukan hasil yang signifikan di
beberapa tahun pengamatan, bahkan variabel DER menunjukan perbedaan yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan dalam perbandingan keseluruhan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi. Hanya variabel ROE yang tidak menunjukan perbedaan di seluruh
tahun pengamatan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Namun dalam
statistik desktiptif terjadi perubahan menuju ke arah positif pada seluruh rasio
keuangan setelah terjadinya merger dan akuisisi yang menunjukan adanya
sinergi yang diperoleh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Alat
uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova.
Agar lebih jelas, rangkuman dari penelitian terdahulu tentang merger
dan akuisisi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Nikolaos
Merging Activity Variabel
Mylonidis,
in
Ioanna
Banking System: yang meliputi
Kelnikola
A
(2005)
Accounting
efisiensi operasional,
Namun, dibandingkan dengan
Perspective
produktivitas
bank yang tidak melakukan
karyawan, likuiditas,
M&A, kinerja bank yang
risiko kredit, dan rasio
melakukan M&A lebih baik.
CAR
Rasio likuiditas mengalami
The
Hasil penelitian menunjukkan
Greek Kinerja Operasional;
bahwa
tidak
Financial profitabilitas bank,
kinerja
operasional
mengalami
perkembangan setelah M&A.
penurunan setelah M&A.
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Iordanis
Operating
Eleftheriadis,
Performance,
Michail
Business
Pazarskis,
and
Petros
Mergers:
Christodoulou,
Greek evidence
Variabel Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Rasio Likuiditas, Rasio
Risk
Corporate
Some
George
Hasil penelitian
bahwa hanya cash ratio dari
rasio
Aktivitas, Rasio
likuiditas
signifikan
Profitabilitas, Rasio
berbeda
setelah
M&A,
rasio-rasio likuiditas lainnya
Struktur Modal dan
tidak
Solvabilitas, Rasio
berbeda
signifikan
setelah M&A. Rasio aktivitas,
ukuran pasar
Drogalas
struktur modal dan solvabilitas
(2008)
tidak
berbeda
setelah
signifikan
M&A,
profitabilitas
Rasio
mengalami
peningkatan setelah M&A,
sedangkan rasio ukuran pasar
mengalami penurunan setelah
M&A.
Qamar Abbas, Financial
Ahmed Imran Performance
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
of Rasio
Hunjra, Rauf I banks in Pakistan (ROA,
Profitabilitas bahwa tidak ada pertumbuhan
ROE,
NIM, kinerja
keuangan
setelah
Azam,
after Merger and EPS, Interest expense to M&A. Rasio profitabilitas,
Muhammad
Acquisition
Shahzad
and
Ijaz
Maliha
interest income), Rasio likuiditas,
Likuiditas
total
(Cash
asset,
dan
leverage
to mengalami penurunan pada
total sebagian besar bank.
Zahid
liabilities to total asset),
(2014)
Rasio Leverage (Debt
to equity ratio, Capital
ratio)
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Rambe
Analisis
(2012)
Pengaruh Merger CR
dan
Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
(Current
Ratio), bahwa tidak ada perbedaan
Akuisisi DER (Debt to Equity yang signifikan untuk semua
terhadap Kinerja Ratio), TATO (Total rasio
Perusahaan
Publik
Asset turn Over Ratio ), akuisisi
yang ROA
dan
merger
terhadap
dan
kinerja
On keuangan perusahan publik.
(Return
terdaftar di Bursa Asset),
Efek
setelah
ROE
Indonesia (Return On Equity)
(BEI)
Syahrul
Analisis
Variabel
Syarifudin
Keuangan
Capital Adequacy Ratio yang disyaratkan oleh Bank
(2012)
Konsolidasi
(CAR), Debt to Equity Indonesia yaitu sebesar 8%
Bank
Permata Ratio (DER), Debt to sehingga
Sebelum
dan Total
Setelah
Merger (DTAR),
sebagai
CAR melebihi batas minimum
Assets
kinerja
Bank
Ratio Permata dalam kondisi sehat.
to LDR dan LAR mengalami
Loan
Bank Deposit Ratio (LDR), peningkatan setelah merger
Rekapitalisasi
Loan to Asset Ratio sementara ROA, ROE, DER,
(LAR),
on BOPO
Return
Assets (ROA), Return Permata
dan
DTAR
Bank
menunjukkan
on Equity (ROE), dan penurunannya dari tahun ke
Rasio
Biaya tahun setelah merger.
Operasional (BOPO)
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Utami
Pengaruh
(2013)
Akuisisi terhadap Return
on
Profitabilitas
(ROE),
Return
Perusahaan
Investment
Pengakuisisi
Gross Profit Margin diukur dengan ROE, ROI,
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Equity bahwa tidak ada perbedaan
on yang
signifikan
dari
(ROI,) profitabilitas perusahaan yang
Operating GPM, OPM, dan NPM untuk
(GPM),
Profit Margin (OPM), periode satu tahun sebelum
Net
Profit
Margin dan satu tahun setelah akuisisi
begitu juga untuk periode satu
(NPM)
tahun sebelum dan dua tahun
sesudah akuisisi.
Agung
Analisis Dampak Variabel
(2014)
Merger terhadap Return
Profitabilitas
(ROE),
Setelah melakukan merger,
on
Return
on Bank CIMB Niaga mengalami
(ROI), penurunan. Sementara nilai
pada PT Bank Investment
CIMB Niaga
Equity nilai ROE yang dimiliki oleh
Gross Profit Margin ROI,
(GPM),
Net
Margin
Operating
Margin (OPM)
GPM,
NPM,
OPM
Profit mengalami peningkatan yang
(NPM), berarti
peningkatan
Profit profitabilitas lebih baik dari
segi laba bersih, laba operasi,
dan laba kotor yang di raih
Bank CIMB Niaga setelah
merger.
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Murdabahari
Analisis Kinerja Variabel
(2013)
Keuangan
Net
Perusahaan
(NPM),
Sebelum
dan
Hasil penelitian menunjukkan
Margin pada
Profit
Return
dan investment
Sesudah Merger Return
Hasil penelitian
pengakuisisi
tidak
On menunjukkan perbedaan yang
(ROI), signifikan
dibandingkan
Equity sebelum dan sesudah akuisisi.
On
Akuisisi (ROE), Debt to Equity Tapi perusahaan yang telah
(Studi
pada Ratio,
Perusahaan
Total
Assets bergabung rasio ROI, EPS dan
(TATO), Debt to Equity Rasio terdapat
Turnover
Manufaktur yang Current Ratio (CR) and perbedaan
Terdaftar
di Earning
Bursa
Per
yang
signifikan
Share sebelum dan sesudah merger.
Efek (EPS)
Indonesia
Periode
2003-
2012)
Kuncoro
Analisis
(2014)
Pengaruh Merger Price to Book Value bahwa pada pengujian secara
dan
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Akuisisi (PBV),
Operating parsial
terhadap
5
rasio
terhadap Kinerja Profit Margin (OPM), keuangan, yaitu PBV, OPM,
Keuangan
Return
Perusahaan
(ROE), Return On Asset menunjukan
(Studi
On
Equity ROE,
ROA
dan
DER
hasil
yang
Kasus (ROA), Debt to Equity signifikan di beberapa tahun
pada Perusahaan Rasio (DER)
pengamatan, variabel DER
yang terdaftar di
menunjukan perbedaan yang
Bursa
signifikan
Efek
perbandingan
Indonesia
Periode
2013)
2004-
dalam
keseluruhan
sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi. Hanya variabel
ROE yang tidak menunjukan
perbedaan di seluruh tahun
Universitas Sumatera Utara
pengamatan
sebelum
dan
sesudah merger dan akuisisi.
Namun
dalam
statistik
desktiptif terjadi perubahan
menuju ke arah positif pada
seluruh rasio keuangan setelah
terjadinya merger dan akuisisi
yang
sinergi
menunjukan
yang
adanya
diperoleh
perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
sama-sama meneliti tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap
beberapa variabel rasio keuangan, sedangkan letak perbedaannya terletak
pada jenis rasio keuangan yang digunakan dan juga sampel perusahaan.
2.3
Kerangka Konseptual
Merger dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan ekspansi atau
perluasan usaha. Salah satu alasan utama perusahaan bergabung dengan perusahaan
lain (merger), atau membeli perusahaan lain (akuisisi) adalah lebih cepat daripada
harus membangun unit usaha sendiri. (Husnan, 2006)
Penilaian keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat
melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis rasio.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dilakukan dengan
menganalisis dan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen adalah sebagai berikut:
Kinerja Keuangan sebelum
Merger dan Akuisisi (X)
Uji beda
Kinerja Keuangan setelah
Merger dan Akuisisi (Y)
Quick Ratio
H1
Quick Ratio
Loan to Asset Ratio
H2
Loan to Asset Ratio
Loan to Deposit Ratio
H3
Loan to Deposit Ratio
Capital Adequacy Ratio
H4
Capital Adequacy Ratio
Return On Asset
H5
Return On Asset
Return On Equity
H6
Return On Equity
Net Interest Margin
H7
Net Interest Margin
Net Profit Margin
H8
Net Profit Margin
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1:
Terdapat perbedaan Quick Ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi
H2:
Terdapat perbedaan Loan to Asset Ratio sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H3:
Terdapat perbedaan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H4:
Terdapat perbedaan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H5:
Terdapat perbedaan Return On Asset (ROA) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H6:
Terdapat perbedaan Return On Equity (ROE) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H7:
Terdapat perbedaan Net Interest Margin (NIM) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H8:
Terdapat perbedaan Net Profit Margin (NPM) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Bank
Kasmir (2012:3) menguraikan bahwa secara sederhana bank
diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:
1.
Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang
atau berinvestasi bagi masyarakat.
2.
Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank
memberikan
pinjaman
(kredit)
kepada
masyarakat
yang
mengajukan permohonan.
3.
Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer ), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
Universitas Sumatera Utara
kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit
box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa lainnya.
2.1.2. Pengertian Penggabungan Usaha
Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah suatu keadaan
dimana dua perusahaan atau lebih yang terpisah melakukan penyatuan
menjadi satu entitas ekonomi atau mendapatkan kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Dalam beberapa kondisi kadang dinyatakan bahwa
penggabungan usaha tidak lain adalah pengambilalihan. Merger dan
akuisisi (M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang
banyak dilakukan oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut PSAK No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha,
penggabungan usaha (Business combination) adalah penyatuan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aset dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan
entitas-entitas bisnis yang sebelumnya terpisah (Beams dkk, 2006 : 2).
Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah meningkatkan
profitabilitas, namun banyak perusahaan dapat menjadi lebih efisien dengan
mengintegrasikan operasi secara horizontal atau vertikal atau dengan
mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi konglomerasi.
Universitas Sumatera Utara
Penggabungan usaha merupakan istilah umum yang meliputi semua
bentuk
penggabungan
entitas
bisnis
yang
sebelumnya
terpisah.
Penggabungan seperti ini disebut akuisisi (acquisition) ketika suatu
perusahaan memperoleh aktiva produktif dari entitas bisnis lain dan
mengintegrasikan
aktiva-aktiva
tersebut
ke
dalam
operasinya.
Penggabungan usaha juga disebut akuisisi ketika suatu perusahaan
memperoleh pengendalian atas fasilitas produksi entitas lain dengan
memiliki mayoritas saham berhak suara yang beredar. Perusahaan yang
diakuisisi tidak perlu dibubarkan, tetapi perusahaan tersebut tidak memiliki
eksistensi lagi.
Merger sering digunakan sebagai sinonim dari akuisisi. Akan tetapi,
legalitas dan akuntansinya berbeda. Merger memerlukan pembubaran
semua entitas yang terlibat kecuali satu entitas. Merger terjadi ketika sebuah
perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih semua operasi dari entitas
bisnis lainnya dan entitas itu dibubarkan.
Alasan-alasan penggabungan usaha (Beams dkk, 2006 : 2):
1. Keunggulan Biaya
Sering kali lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas
yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui
pengembangan. Hal ini berlaku terutama pada periode inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko yang Lebih Rendah
Membeli lini produk dan pasar yang telah ada biasanya kurang
berisiko ketimbang mengembangkan produk dan pasar baru. Risiko
akan rendah apabila tujuannya adalah diversifikasi.
3. Memperkecil Keterlambatan Operasi
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan
usaha dapat diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan
yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah
lainnya. Dalam membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin
terjadi sejumlah penundaan dalam pembangunannya karena
diperlukan persetujuan pemerintah untuk memulai operasi.
4. Menghindari Pengambilalihan (Avoidance of takeovers)
Banyak perusahaan bergabung untuk menghindari pengambilalihan
di antara perusahaan itu. Perusahaan yang lebih kecil cenderung
lebih rentan untuk diambil alih. Karena itu, banyak di antaranya
memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik
terhadap usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain.
5. Akuisisi Aktiva Tak Berwujud
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Jadi, akuisisi atas hak paten, hak
penambangan mineral, riset database pelanggan, atau keahlian
manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu
penggabungan usaha.
Universitas Sumatera Utara
6. Alasan-alasan lain
Selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih penggabungan
usaha untuk memperoleh keuntungan pajak (misalnya, tax-loss
carryforward), atas pendapatan pribadi dan keuntungan pajak real
estat, serta untuk alasan-alasan pribadi.
Terdapat beberapa bentuk penggabungan yang dapat dipilih suatu
bank. Pertimbangannya adalah tergantung dari kondisi bank dan keinginan
pemilik bank lama. Masing-masing bentuk mempunyai keunggulan dan
kerugian sendiri. Tentu saja pemilihan bentuk penggabungan ini didasarkan
pada tujuan perbankan tersebut.
Jenis-jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa
dilakukan di Indonesia adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2012)
1. Merger
Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu dari bank
yang ikut merger dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa
melikuidasi terlebih dahulu.
Penggabungan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan seluruh saham bank lainnya yang ikut bergabung
menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan bank yang
akan dipertahankan. Biasanya bank hasil merger memakai salah satu
nama yang dipilih secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsolidasi
Konsolidasi yaitu penggabungan dari dua bank atau lebih
dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank
yang ikut konsolidasi tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
3. Akuisisi
Akuisisi merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu
bank yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap bank. Dalam
penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya nama bank yang
diakuisisi tidak berubah dan yang berubah hanyalah kepemilikannya.
2.1.3. Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger menurut Sjahrial (2009 : 327) merupakan peleburan secara
lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama
mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan
hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Sesudah suatu merger,
perusahaan yang meleburkan diri tadi setuju menjadi suatu wujud bisnis yang
tersendiri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988
mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Universitas Sumatera Utara
PSAK No.22 memberi istilah akuisisi untuk bentuk penggabungan
usaha di mana salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali
atas perusahaan lain. Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha di mana
salah satu perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi, memperoleh kendali
atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang
dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
2.1.4. Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Menurut Brigham dan Houston (2001), merger dapat diklasifikasikan
menjadi 4 jenis sebagai berikut:
1) Merger Horisontal (horizontal merger )
Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama
saling bergabung.
2) Merger Vertikal (vertical merger )
Merger vertikal adalah penggabungan antara satu perusahaan
dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
Universitas Sumatera Utara
3) Merger Kongenerik (congeneric merger)
Merger kongenerik merupakan penggabungan perusahaan yang
bergerak dalam industri umum yang sama, yang berkaitan satu sama
lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horisontal)
dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen-pemasok.
4) Merger Konglomerat (conglomerate merger)
Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri
yang benar-benar berbeda.
Sedangkan menurut prosesnya merger dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Friendly Merger adalah merger yang disetujui oleh kedua belah
pihak, dimana kedua pihak sepakat untuk melakukan penggabungan
dan percaya bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat bagi
kedua belah pihak.
2.
Hostile Merger adalah ketika kedua belah pihak tidak mencapai kata
sepakat dalam penggabungan usaha dimana perusahaan target
merasa
harga
yang
ditawarkan
terlalu
rendah
dan
juga
dimungkinkan dengan ketakutan para manajer akan kehilangan
jabatan ketika terjadi penggabungan usaha. Bila terjadi seperti ini
pihak perusahaan pembeli bisa mendekati para pemegang saham
perusahaan target dan membelinya langsung dari mereka sehingga
tidak diperlukan lagi persetujuan dari para manajer perusahaan
target. (Kuncoro, 2014)
Universitas Sumatera Utara
Analis finansial secara khusus mengelompokkan akuisisi ke dalam
tiga bentuk (Sjahrial, 2009 : 329):
1. Akuisisi Horizontal
Merupakan akuisisi suatu perusahaan di dalam industry yang sama.
2. Akuisisi Vertikal
Suatu akuisisi yang melibatkan perusahaan yang ada keterkaitan
prosesnya dalam proses produksi atau operasionalnya. Contohnya
adalah akuisisi perusahaan penerbangan dengan biro perjalanan.
3. Akuisisi Konglomerasi
Bila antara perusahaan penawar dengan perusahaan target tidak ada
hubungannya satu sama lain.
2.1.5. Motif Melakukan Penggabungan Usaha
Menurut Brigham dan Houston (2001), motif utama dalam sebagian besar
merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Jika
Perusahaan A dan B bergabung menjadi Perusahaan C, dan jika nilai perusahaan
C lebih besar daripada nilai A ditambah B, yang masing-masing berdiri sendiri,
maka dalam hal ini terdapat sinergi (synergy). Pengaruh sinergi sendiri bisa
timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari
skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi, (2)
penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan
evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas, (3) perbedaan efisiensi, yang
berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) peningkatan
penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan. Motif lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Pertimbangan Pajak
Perusahaan dengan laba besar terkena tarif pajak tinggi dapat mengambil
alih perusahaan dengan akumulasi kerugian yang besar sehingga akan
mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya, perusahaan mempunyai potensi
untuk memperoleh penghematan pajak (tax shield) tetapi tidak dapat
dimanfaatkan karena tidak memperoleh laba. Dengan demikian, perusahaan
semacam ini akan bergabung dengan perusahaan yang profitable agar pajak
yang dibayar oleh perusahaan profitable lebih kecil. Kelebihan kas dapat
dipergunakan untuk membayar dividen ekstra, repurchases, investasi dalam
marketable securities atau melakukan akuisisi. Akuisisi tidak menimbulkan
konsekuensi pajak secara langsung kepada perusahaan pembeli.
2. Diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran,
pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun
akuisisi. Tujuan diversifikasi untuk mengurangi risiko. Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi
dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi
perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mempertahankan pengendalian
Pengambil alih akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan
target dan berhak memilih dewan komisaris. Pada perusahaan besar, para
pemilik saham melakukan pengendalian secara tidak langsung melalui
dewan komisaris yang mereka pilih. Dewan komisaris yang dipilih akan
memilih manajemen yang mengendalikan operasi perusahaan.
Kasmir (2011:56), menguraikan alasan suatu bank melakukan merger,
konsolidasi, dan akuisisi yaitu:
1) Masalah Kesehatan Bank, maksudnya apabila bank sudah dinyatakan tidak
sehat oleh Bank Indonesia untuk beberapa periode, maka sebaiknya bank
bank tersebut melakukan merger dengan bank yang sehat atau dengan
melakukan konsolidasi dengan bank yang sama-sama tidak sehat serta dapat
pula diakuisisi oleh bank lain yang berminat.
2) Modal yang dimiliki relatif kecil sehingga untuk melakukan ekspansi terlalu
sulit. Dengan adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih
mudah untuk mengembangkan usahanya.
3) Manajemen bank yang semrawut atau kurang profesional sehingga
perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. Jenis bank ini pun
sebaiknya melakukan penggabungan usaha dengan bank yang lebih
profesional.
Universitas Sumatera Utara
4) Administrasi yang kurang teratur dan masih tradisional, sebaiknya bank
melakukan penggabungan atau peleburan usaha sehingga diharapkan
administrasinya menjadi baik.
5) Ingin menguasai pasar. Tujuannya tidak diumumkan secara jelas kepada
pihak luar, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut merger.
Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan
jumlah nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga untuk
menghilangkan atau melawan pesaing yang ada.
Untuk mengadakan penggabungan bank baik penggabungan secara
merger, konsolidasi atau akuisisi dapat dilakukan atas:
1. Inisiatif bank yang bersangkutan atau
2. Permintaan bank Indonesia
3. Inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka
penyehatan bank.
2.1.6. Syarat Merger
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang merger,
konsolidasi, dan akuisisi bank, tertulis syarat-syarat merger, akuisisi dan
konsolidasi bank, hal tersebut terdapat dalam pasal 4 yang berbunyi:
1) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank yang dilakukan atas inisiatif
Bank yang bersangkutan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin
dari Pimpinan Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2) Kewajiban untuk terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku pula
untuk Merger dan Konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif badan
khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan
perbankan.
Selanjutnya dalam Pasal 7 dinyatakan:
1. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.
2. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi dilakukan berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dihadiri oleh
pemegang saham yang dihadiri oleh pemegang saham yang
mewakili sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui
oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah
suara pemegang saham yang hadir.
3. Bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbuka, dalam hal
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
tercapai, maka syarat kehadiran dan pengambilan keputusan
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang Pasar Modal.
Syarat-syarat untuk memperoleh izin merger atau konsolidasi,
tercantum dalam Pasal 8:
Universitas Sumatera Utara
1. Telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang
Saham bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbatas atau rapat
sejenis bagi Bank yang berbentuk hukum lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
2. Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi, jumlah aktiva
Bank hasil Merger atau Konsolidasi tidak melebihi 20 % (dua
puluh perseratus) dari jumlah aktiva seluruh Bank di Indonesia.
3. Permodalan Bank hasil Merger atau Konsolidasi harus
memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal yang ditetapkan
oleh bank Indonesia.
4. Calon anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang ditunjuk
tidak tercantum dalam daftar orang yang melakukan perbuatan
tercela dibidang perbankan.
2.1.7. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien
dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis
terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan
(Sutriayani, 2008 dalam Afriyani, 2012). Informasi kinerja keuangan
perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus
kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna
dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya. Kinerja keuangan dapat diukur melalui
analisis rasio keuangan.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan (Kasmir, 2010:104). Dalam hasil rasio keuangan ini akan
terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan
ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah
mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai
kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai
evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat
ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.
2.1.8. Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Bank
(Kasmir, 2010 : 216) Rasio keuangan yang digunakan oleh bank
dengan perusahaan nonbank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda.
Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio yang digunakan untuk menilai
suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal ini karena komponen neraca dan
laba rugi yang dimiliki bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi
perusahaan nonbank. Bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak
dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam mengelola dananya. Risiko yang dihadapi bank jauh lebih
besar ketimbang perusahaan nonbank.
Jenis-jenis rasio keuangan bank:
1. Rasio Likuiditas Bank
Rasio likuiditas bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat
membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.
Rasio Likuiditas Bank yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
2. Rasio Solvabilitas Bank
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Rasio ini
merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat
efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.
Rasio Solvabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR)
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas Bank
Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank dalam suatu periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Rasio Profitabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Interest Margin, Net Profit Margin
2.2
Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang telah dilakukan, namun hasilnya tidak selalu
signifikan.
Penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Nikolaos Mylonidis
dan Ioanna Kelnikola (2005) pada 9 perusahaan perbankan yang melakukan
M&A dari tahun 1999-2000 membandingkan kinerja operasional yang
diproksikan
dengan
rasio
profitabilitas
bank,
efisiensi
operasional,
produktivitas karyawan, likuiditas, risiko kredit, dan rasio CAR perusahaan
perbankan yang melakukan M&A dengan yang tidak melakukan aktivitas M&A.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja operasional tidak mengalami
perkembangan setelah M&A. Namun, dibandingkan dengan bank yang tidak
melakukan M&A, kinerja bank yang melakukan M&A lebih baik. Rasio
likuiditas mengalami penurunan setelah M&A.
Selanjutnya penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Iordanis
Eleftheriadis, dkk. (2008) pada 50 perusahaan perbankan yang melakukan
merger dan akuisisi dari tahun 1998-2002 menggunakan rasio likuiditas
(current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital ), rasio aktivitas
(average receiveables conversion period, average payables deferral period,
Universitas Sumatera Utara
average inventory conversion period, working capital turnover ratio, asset
turnover ratio, fixed asset turnover ratio, owner’s equity turnover ratio), rasio
profitabilitas (gross profit margin, net profit margin, ROA, ROE), rasio struktur
modal dan solvabilitas (ratio of owner’s equity to total assets, ratio of owner’s
equity to total liabilities, ratio of owner’s equity to fixed assets), dan rasio
ukuran pasar (earning per share, dividends per share, dividend yield on equity
capital, book value per share, price to book value, price earning ratio )
menunjukkan bahwa hanya cash ratio dari rasio likuiditas yang berbeda
signifikan setelah M&A, rasio-rasio likuiditas lainnya tidak berbeda signifikan
setelah M&A. Rasio aktivitas, struktur modal dan solvabilitas tidak berbeda
signifikan setelah M&A, rasio profitabilitas mengalami peningkatan setelah
M&A, sedangkan rasio ukuran pasar mengalami penurunan setelah M&A.
Penelitian merger dan akuisisi bank di Pakistan oleh Qamar Abbas, dkk.
(2014) pada 10 perusahaan perbankan yang melakukan aktivitas M&A tahun
2006-2011 dengan membandingkan kenaikan atau penurunan rasio-rasio
keuangan dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan kinerja keuangan setelah
M&A. Rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage mengalami penurunan pada
sebagian besar bank.
Penelitian Rambe (2012) pada 14 perusahaan publik yang melakukan
merger dan akuisisi pada tahun 2006-2008 dengan pengujian menggunakan uji
beda paired sample T-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode
Universitas Sumatera Utara
pengamatan dan pengujian. Berdasarkan deskriptif perubahan nilai rata-rata
(mean) rasio DER (Debt to Equity Ratio) mengalami peningkatan, namun hasil
tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahan publik perusahaan.
Selanjutnya penelitian Utami (2013) pada 14 perusahaan publik yang
melakukan akuisisi pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dari profitabilitas perusahaan yang diukur dengan
ROE, ROI, GPM, OPM, dan NPM untuk periode satu tahun sebelum dan satu
tahun setelah akuisisi begitu juga untuk periode satu tahun sebelum dan dua
tahun sesudah akuisisi. Hasil penelitian mengindikasikan tujuan ekonomis
dilakukan akuisisi yaitu untuk mendapatkan sinergi tidak tercapai.
Penelitian yang dilakukan Murdabahari (2013) pada 30 perusahaan nonkeuangan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi dari tahun 2003-2012
hasilnya menunjukkan bahwa pada pengakuisisi tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi. Tapi perusahaan
yang telah bergabung rasio ROI, EPS dan Debt to Equity Ratio terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger. Alat uji yang
digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova.
Kuncoro (2014) melakukan penelitian pada 17 perusahaan publik yang
melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2004-2013 yang hasilnya
menunjukkan bahwa pada pengujian secara parsial terhadap 5 rasio keuangan,
yaitu PBV, OPM, ROE, ROA dan DER menunjukan hasil yang signifikan di
beberapa tahun pengamatan, bahkan variabel DER menunjukan perbedaan yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan dalam perbandingan keseluruhan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi. Hanya variabel ROE yang tidak menunjukan perbedaan di seluruh
tahun pengamatan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Namun dalam
statistik desktiptif terjadi perubahan menuju ke arah positif pada seluruh rasio
keuangan setelah terjadinya merger dan akuisisi yang menunjukan adanya
sinergi yang diperoleh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Alat
uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova.
Agar lebih jelas, rangkuman dari penelitian terdahulu tentang merger
dan akuisisi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Nikolaos
Merging Activity Variabel
Mylonidis,
in
Ioanna
Banking System: yang meliputi
Kelnikola
A
(2005)
Accounting
efisiensi operasional,
Namun, dibandingkan dengan
Perspective
produktivitas
bank yang tidak melakukan
karyawan, likuiditas,
M&A, kinerja bank yang
risiko kredit, dan rasio
melakukan M&A lebih baik.
CAR
Rasio likuiditas mengalami
The
Hasil penelitian menunjukkan
Greek Kinerja Operasional;
bahwa
tidak
Financial profitabilitas bank,
kinerja
operasional
mengalami
perkembangan setelah M&A.
penurunan setelah M&A.
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Iordanis
Operating
Eleftheriadis,
Performance,
Michail
Business
Pazarskis,
and
Petros
Mergers:
Christodoulou,
Greek evidence
Variabel Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Rasio Likuiditas, Rasio
Risk
Corporate
Some
George
Hasil penelitian
bahwa hanya cash ratio dari
rasio
Aktivitas, Rasio
likuiditas
signifikan
Profitabilitas, Rasio
berbeda
setelah
M&A,
rasio-rasio likuiditas lainnya
Struktur Modal dan
tidak
Solvabilitas, Rasio
berbeda
signifikan
setelah M&A. Rasio aktivitas,
ukuran pasar
Drogalas
struktur modal dan solvabilitas
(2008)
tidak
berbeda
setelah
signifikan
M&A,
profitabilitas
Rasio
mengalami
peningkatan setelah M&A,
sedangkan rasio ukuran pasar
mengalami penurunan setelah
M&A.
Qamar Abbas, Financial
Ahmed Imran Performance
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
of Rasio
Hunjra, Rauf I banks in Pakistan (ROA,
Profitabilitas bahwa tidak ada pertumbuhan
ROE,
NIM, kinerja
keuangan
setelah
Azam,
after Merger and EPS, Interest expense to M&A. Rasio profitabilitas,
Muhammad
Acquisition
Shahzad
and
Ijaz
Maliha
interest income), Rasio likuiditas,
Likuiditas
total
(Cash
asset,
dan
leverage
to mengalami penurunan pada
total sebagian besar bank.
Zahid
liabilities to total asset),
(2014)
Rasio Leverage (Debt
to equity ratio, Capital
ratio)
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Rambe
Analisis
(2012)
Pengaruh Merger CR
dan
Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
(Current
Ratio), bahwa tidak ada perbedaan
Akuisisi DER (Debt to Equity yang signifikan untuk semua
terhadap Kinerja Ratio), TATO (Total rasio
Perusahaan
Publik
Asset turn Over Ratio ), akuisisi
yang ROA
dan
merger
terhadap
dan
kinerja
On keuangan perusahan publik.
(Return
terdaftar di Bursa Asset),
Efek
setelah
ROE
Indonesia (Return On Equity)
(BEI)
Syahrul
Analisis
Variabel
Syarifudin
Keuangan
Capital Adequacy Ratio yang disyaratkan oleh Bank
(2012)
Konsolidasi
(CAR), Debt to Equity Indonesia yaitu sebesar 8%
Bank
Permata Ratio (DER), Debt to sehingga
Sebelum
dan Total
Setelah
Merger (DTAR),
sebagai
CAR melebihi batas minimum
Assets
kinerja
Bank
Ratio Permata dalam kondisi sehat.
to LDR dan LAR mengalami
Loan
Bank Deposit Ratio (LDR), peningkatan setelah merger
Rekapitalisasi
Loan to Asset Ratio sementara ROA, ROE, DER,
(LAR),
on BOPO
Return
Assets (ROA), Return Permata
dan
DTAR
Bank
menunjukkan
on Equity (ROE), dan penurunannya dari tahun ke
Rasio
Biaya tahun setelah merger.
Operasional (BOPO)
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Utami
Pengaruh
(2013)
Akuisisi terhadap Return
on
Profitabilitas
(ROE),
Return
Perusahaan
Investment
Pengakuisisi
Gross Profit Margin diukur dengan ROE, ROI,
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Equity bahwa tidak ada perbedaan
on yang
signifikan
dari
(ROI,) profitabilitas perusahaan yang
Operating GPM, OPM, dan NPM untuk
(GPM),
Profit Margin (OPM), periode satu tahun sebelum
Net
Profit
Margin dan satu tahun setelah akuisisi
begitu juga untuk periode satu
(NPM)
tahun sebelum dan dua tahun
sesudah akuisisi.
Agung
Analisis Dampak Variabel
(2014)
Merger terhadap Return
Profitabilitas
(ROE),
Setelah melakukan merger,
on
Return
on Bank CIMB Niaga mengalami
(ROI), penurunan. Sementara nilai
pada PT Bank Investment
CIMB Niaga
Equity nilai ROE yang dimiliki oleh
Gross Profit Margin ROI,
(GPM),
Net
Margin
Operating
Margin (OPM)
GPM,
NPM,
OPM
Profit mengalami peningkatan yang
(NPM), berarti
peningkatan
Profit profitabilitas lebih baik dari
segi laba bersih, laba operasi,
dan laba kotor yang di raih
Bank CIMB Niaga setelah
merger.
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Murdabahari
Analisis Kinerja Variabel
(2013)
Keuangan
Net
Perusahaan
(NPM),
Sebelum
dan
Hasil penelitian menunjukkan
Margin pada
Profit
Return
dan investment
Sesudah Merger Return
Hasil penelitian
pengakuisisi
tidak
On menunjukkan perbedaan yang
(ROI), signifikan
dibandingkan
Equity sebelum dan sesudah akuisisi.
On
Akuisisi (ROE), Debt to Equity Tapi perusahaan yang telah
(Studi
pada Ratio,
Perusahaan
Total
Assets bergabung rasio ROI, EPS dan
(TATO), Debt to Equity Rasio terdapat
Turnover
Manufaktur yang Current Ratio (CR) and perbedaan
Terdaftar
di Earning
Bursa
Per
yang
signifikan
Share sebelum dan sesudah merger.
Efek (EPS)
Indonesia
Periode
2003-
2012)
Kuncoro
Analisis
(2014)
Pengaruh Merger Price to Book Value bahwa pada pengujian secara
dan
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Akuisisi (PBV),
Operating parsial
terhadap
5
rasio
terhadap Kinerja Profit Margin (OPM), keuangan, yaitu PBV, OPM,
Keuangan
Return
Perusahaan
(ROE), Return On Asset menunjukan
(Studi
On
Equity ROE,
ROA
dan
DER
hasil
yang
Kasus (ROA), Debt to Equity signifikan di beberapa tahun
pada Perusahaan Rasio (DER)
pengamatan, variabel DER
yang terdaftar di
menunjukan perbedaan yang
Bursa
signifikan
Efek
perbandingan
Indonesia
Periode
2013)
2004-
dalam
keseluruhan
sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi. Hanya variabel
ROE yang tidak menunjukan
perbedaan di seluruh tahun
Universitas Sumatera Utara
pengamatan
sebelum
dan
sesudah merger dan akuisisi.
Namun
dalam
statistik
desktiptif terjadi perubahan
menuju ke arah positif pada
seluruh rasio keuangan setelah
terjadinya merger dan akuisisi
yang
sinergi
menunjukan
yang
adanya
diperoleh
perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
sama-sama meneliti tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap
beberapa variabel rasio keuangan, sedangkan letak perbedaannya terletak
pada jenis rasio keuangan yang digunakan dan juga sampel perusahaan.
2.3
Kerangka Konseptual
Merger dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan ekspansi atau
perluasan usaha. Salah satu alasan utama perusahaan bergabung dengan perusahaan
lain (merger), atau membeli perusahaan lain (akuisisi) adalah lebih cepat daripada
harus membangun unit usaha sendiri. (Husnan, 2006)
Penilaian keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat
melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis rasio.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dilakukan dengan
menganalisis dan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen adalah sebagai berikut:
Kinerja Keuangan sebelum
Merger dan Akuisisi (X)
Uji beda
Kinerja Keuangan setelah
Merger dan Akuisisi (Y)
Quick Ratio
H1
Quick Ratio
Loan to Asset Ratio
H2
Loan to Asset Ratio
Loan to Deposit Ratio
H3
Loan to Deposit Ratio
Capital Adequacy Ratio
H4
Capital Adequacy Ratio
Return On Asset
H5
Return On Asset
Return On Equity
H6
Return On Equity
Net Interest Margin
H7
Net Interest Margin
Net Profit Margin
H8
Net Profit Margin
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1:
Terdapat perbedaan Quick Ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi
H2:
Terdapat perbedaan Loan to Asset Ratio sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H3:
Terdapat perbedaan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H4:
Terdapat perbedaan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H5:
Terdapat perbedaan Return On Asset (ROA) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H6:
Terdapat perbedaan Return On Equity (ROE) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
H7:
Terdapat perbedaan Net Interest Margin (NIM) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
H8:
Terdapat perbedaan Net Profit Margin (NPM) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
Universitas Sumatera Utara