Hubungan Sosial Ekonomi Sopir dengan Pedagang Pangkalan (Studi pada Pangkalan Angkutan Kota Trayek No. 43 di Jl. Garuda Ujung Perumnas Mandala)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterlekatan
Keterlekatan menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang
disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang
berlangsung diantara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor
individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti
penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam
suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan
sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial
yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok” (Granovetter
dan Swedberg, 1992:9). Tindakan yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah
“terlekat” karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain. Cara seorang
terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan
banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional.
Dalam litelatur sosiologi dan ekonomi, Granovetter (1985) menemukan
perdebatan antara kubu oversocialized, yaitu tindakan ekonomi yang kultural
dituntun oleh aturan berupa nilai dan norma yang diinternalisasi dan kubu
undersocialized, yaitu tindakan ekonomi yang rasional dan berorientasi pada
pencapaian keuntungan individual (self-interest), dalam menentukan apa yang

sebenarnya menuntun orang dalam perilaku ekonomi. Kubu oversocialized,
memandang bahwa perilaku ekonomi seperti memilih pekerjaan, melaksanakan
profesi, menjual, membeli, menabung, dan lain sebagainya tunduk dan patuh

Universitas Sumatera Utara

terhadap segala sesuatu yang diinternalisasi dalam kehidupan sosial seperti nilai,
norma, adat-kebiasaan, dan tata-kelakuan. Berbeda dengan kubu undersocialized
yang melihat kepentingan individu di atas segala-galanya. Kubu ini tidak melihat
ada ruang bagi pengaruh budaya, agama, dan struktur sosial terhadap tindakan
ekonomi. Oleh sebab itu, kubu ini memandang setiap tindakan ekonomi
merupakan refleksi dari suatu pencapaian perolehan keuntungan pribadi.
Berbeda dengan pandangan Polanyi mengenai keterlekatan bahwa
ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,
politik, dan agama. Yang bermakna bahwa fenomena seperti perdagangan, uang,
dan pasar digerakkan oleh tujuan selain mencari keuntungan. Dalam membahas
keterlekatan ekonomi dalam masyarakat, Polanyi mengajukan tiga tipe proses
ekonomi yaitu :

1. Resiprositas, menunjuk pada gerakan di antara kelompok-kelompok

simetris yang saling berhubungan. Terjadi apabila hubungan timbal balik
antara individu-individu sering dilakukan.
2. Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke arah pusat
kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Terjadi karena adanya
komunitas politik yang terpusat.
3. Pertukaran, proses ekonomi yang berlangsung antara “tangan-tangan” di
bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan aktivitas perdagangan dengan
menggunakan uang sebagai alat pertukaran. Mekanisme pasar ditentukan
oleh pasar itu sendiri : permintaan dan penawaran.

Universitas Sumatera Utara

Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang
tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi
dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam
masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda. Semakin tinggi
tingkat keterkenalan pemberi referensi semakin besar kemungkinan yang
membawa referensi tersebut diterima. Sedangkan persyaratan lain merupakan
penimbang apabila ada dua calon mempunyai tingkat keterkenalan pemberi
referensi sama. Disamping itu, dalam masyarakat pra-industri terdapat pula orang

yang terobsesi untuk mencari uang sebagaimana dalam masyarakat modern.
Demikian dalam masyarakat kapitalis modern tidak menunjukkan bahwa tindakan
ekonomi tidak melekat dalam masyarakat, seperti yang dinyatakan Polanyi.
Penerapan dari persepektif jaringan terhadap struktur sosial dari dua masyarakat
menolong untuk menentukan derajat dari keterlekatan dan dapat mengatasi
masalah yang dialami oleh Polanyi.

2.2 Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial
dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada
departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang
lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas,

Universitas Sumatera Utara

teman sekampung, dan sebagainya. Yang dimaksud kawan disini adalah mereka

(orang-orang) yang ada di sekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan
tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni, 1996 : 60).
Jadi sosial harus mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu
kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan
kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan
lainnya.
Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang
artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Seiring dengan perkembangan dan
perubahan masyarakat, pengertian ekonomi juga sudah menjadi lebih luas, yaitu
sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan
bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia
sehari-hari.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi
dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Agustina (2010), berdasarkan penelitiannya

mengenai keadaan sosial ekonomi pengemudi angkutan umum Kota Malang, hasil
penelitiannya adalah Strategi adaptasi yang dilakukan para sopir angkutan kota
agar tetap survive dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti ngetem, putar
balik, dan menambah kapasitas penumpang. Selain itu, strategi adaptasi itu
dilakukan keluarga sopir angkot untuk penambah pemasukan.

Universitas Sumatera Utara

Sosial ekonomi juga menyangkut seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya (ekonomi). Dalam
penelitian ini, sosial ekonomi yang akan dilihat yaitu yang menyangkut
ciri/kondisi serta bagaimana hubungan yang terjadi dalam kegiatan atau aktivitas
dari pedagang dan sopir angkutan kota trayek 43 dalam melakukan segala usaha
dengan cara bekerja untuk memenuhi pemenuhan hidupnya.

2.3 Pedagang Pangkalan
Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang
memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur
distribusi yang dilakukan, yaitu:

a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak
distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.
b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam
jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain.
c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada
konsumen.
Sedangkan sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan
penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan
hubungannya dengan ekonomi keluarga. Dari studi ekonomi tentang pedagang
yang telah dilakukan seperti Geertz (1963), Mai dan Buchholt (1987), dan lainlain dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi atas:

Universitas Sumatera Utara

a. Pedagang Profesional yaitu pedagang yang menganggap aktifitas
perdagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan yang
merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.
b. Pedagang Semi Profesional yaitu pedagang yang mengakui aktivitasnya
untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan
merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c. Pedagang Subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah
tangga.
d. Pedagang Semu adalah orang melakukan kegiatan perdagangan karena
hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

Pangkalan adalah tempat tertentu yang dijadikan sebagai tempat
pemberhentiannya suatu kendaraan umum dengan jumlah kendaraan yang lebih
dari dua. Di setiap pangkalan terdapat pedagang yang berjualan produk-produk
yang dipasarkan seperti, makanan, minuman, ataupun rokok. Dalam penelitian ini
yang disebut dengan pangkalan adalah tempat pemberhentian dan tempat para
sopir-sopir menunggu giliran untuk dapat bekerja kembali menjadi sopir. Jadi
pedagang pangkalan adalah orang-orang yang memperjualbelikan produk di setiap
tempat pemberhentian atau tempat para sopir-sopir menunggu giliran untuk dapat
bekerja kembali menjadi sopir. Pedagang pangkalan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pedagang yang memperjualbelikan makanan, minuman
ataupun rokok di pangkalan angkutan kota trayek 43. Di pangkalan juga terdapat

Universitas Sumatera Utara

interaksi yang terjalin langsung antar sesama sopir dan juga sopir dengan

pedagang yang terdapat di pangkalan.

2.4 Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsiprinsip pelaksaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan bersama.
Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005:6) mengemukakan bahwa
strategi bertahan adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar
oleh individu dalam rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui
strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat
pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat
pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa.
Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau
kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang
dipilih, termasuk keahlian dalam mobilitas sumber daya yang ada, tingkat
keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi
pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilitas sumber daya
yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain

membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Edi Suharto (2003) menyatakan strategi bertahan dalam mengatasi
goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi.
2. Strategi pasif, yaitu dengan mengurangi pengeluaran.
3. Strategi jaringan, membangun relasi baik formal maupun informal.

Fandi (2009) berdasarkan penelitiannya mengenai analisis strategi
pemasaran untuk meningkatkan penjualan kendaraan motor pada CV Turangga
Mas Motor, hasil penelitian dari analisis tersebut diketahui strategi yang dapat
digunakan adalah membuka lokasi baru, dan memberikan potongan penjualan
yang lebih besar jika konsumen melakukan pembelian ulang, strategi yang dapat
digunakan adalah dengan memberikan bonus secara intensif kepada pegawai, dan
menambah tenaga pemasaran, strategi yang dapat digunakan adalah dengan terus
meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan dan dengan membangun gudang
tempat penyimpanan motor-motor suzuki yang siap dijual, strategi yang dapat

digunakan adalah dengan terus meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi dan
dengan meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien.
Strategi yang terjadi di pangkalan angkutan kota trayek 43 ini berkaitan
dengan pedagang pangkalan yang memiliki strategi untuk dapat menarik minat
para sopir agar membeli produk yang diperjualbelikan oleh pedagang. Pedagang
yang ada dipangkalan angkutan kota trayek 43 tersebut adalah orang-orang yang
telah di tetapkan oleh beberapa orang yang menbuat pangkalan, maka pedagang
yang memperjualbelikan produk hanya 1 (satu) orang. Namun banyak juga

Universitas Sumatera Utara

pedagang yang berjualan disekitar pangkalan tersebut, maka pedagang yang
berada dipangkalan juga harus memiliki strategi agar para sopir tidak membeli
dari pedagang yang ada diluar pangkalan.

Universitas Sumatera Utara