Hubungan Sosial Ekonomi Sopir dengan Pedagang Pangkalan (Studi pada Pangkalan Angkutan Kota Trayek No. 43 di Jl. Garuda Ujung Perumnas Mandala)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tingginya mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat yang lain
menyebabkan sektor transportasi memegang peranan yang sangat signifikan di
dalam kehidupan rutinitas masyarakat kota. Hal ini dikarenakan transportasi
sebagai salah satu kebutuhan manusia untuk memindahkan orang dan atau barang
dari tempat asal ke tempat tujuan, seperti dari rumah ke kantor, ke tempat
pertemuan, ke pajak dan sebagainya. Sebagian

besar masyarakat pengguna

transportasi adalah pegawai, pelajar, pedagang, dan sebagainya.
Alat transportasi yang digunakan para pemakai jasa tersebut ada dimiliki
sendiri, berupa kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, tetapi ada
pula yang tidak memilikinya sehingga harus menggunakan angkutan umum.
Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan
umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar (Suwardjoko, 2002:38).
Angkutan umum dengan sistem sewa disebut dengan angkutan umum massal
yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap; contohnya

adalah bus (bus besar, bus sedang, mini bus) dan kereta api. Jenis angkutan ini
bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal,
tarif maupun lintasannya.Masing-masing mempunyai pola layanan dan kebutuhan
yang berbeda-beda. Keduanya dapat berfungsi secara bersama-sama di sebuah
kota. Angkutan umum dengan sistem sewa yaitu pelayanan jasa angkutan yang
dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan ciri tertentu, misalnya tarif dan

Universitas Sumatera Utara

rute, tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap; contohnya taksi (Soegijoko,
1991:6).
Angkutan umum yang dimaksud oleh penulis adalah angkutan umum
massal jenis mini bus yaitu angkutan kota. Angkutan kota yang kemudian disebut
dengan istilah angkot sudah menjadi kebutuhan utama dalam mendukung
kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia khususnya
masyarakat di Kota Medan. Sebelum disebut dengan istilah angkot, masyarakat
Medan sejak dulu mengenal angkot dengan nama sudako.
Sudako berawal dari nama Sumatera Daihatsu Company yang disingkat
Sudaco dan kemudian dibaca menjadi sudako. Awalnya penamaan sudako hanya
untuk angkot berwarna kuning saja, belakangan hampir semua angkot disebut

dengan sudako.Angkutan kota atau sudako mempunyai peranan penting dalam
mendukung aktivitas dan mobilitas penduduk sehari-hari di suatu perkotaan. Baik
buruknya keadaan angkutan umum dan transportasi di suatu perkotaan merupakan
cerminan

baik

buruknya

sistem

kota

dan

pemerintahannya(https://sumutpos.co/kiprah-sudako-milik-sejarah-kpum).
Angkutan umum pada umumnya di setiap kota akan memiliki titik pusat
untuk berhenti atau biasa disebut pangkalan atau terminal, hal ini dilakukan agar
mempermudah masyarakat untuk menemukan angkutan umum tersebut. Di Kota
Medan sendiri pangkalan angkutan umum berbeda-beda sesuai dengan jenis

angkutan umumnya, untuk jenis angkutan umum antar kota provinsi biasanya
disebut terminal besar, sedangkan angkutan mini bus disebut pangkalan, mini bus
di Kota Medan banyak sekali jenisnya dan diantaranya adalah mini bus angkutan
umun dengan jenis angkutan kota Rahayu trayek no. 43.

Universitas Sumatera Utara

Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di Kota Medan terdiri
atas mobil penumpang umum (angkutan kota), bus kecil, bus sedang, dan bus
besar. Dari data perusahaan angkutan kota di Kota Medan beserta trayek serta
jumlah armadanya dapat dilihat bahwa angkutan kota trayek no. 43 dari
perusahaan PT. Rahayu Medan Ceria dengan asal dan tujuan trayek dari Perumnas
Simalingkar / Batas Kota – Perumnas Mandala / Batas Kota. PP terdapat armada
sebanyak 155, namun realisasi hanya 146 armada. Angkutan kota trayek 43 ini
jenis armada dengan mobil pengangkutan umum dengan kapasitas 8-12
penumpang.
Jika melihat dan mengikuti pedoman pada umumnya bahwa setiap jenis
angkutan umum akan memilih pangkalan masing-masing maka berbeda dengan
jenis angkutan umum ini, para sopir angkutan ini tidak berhenti dipangkalan pusat
seperti angkutan umum lainnya. Angkutan umum jenis ini berhenti pada setiap

warung atau pangkalan kecil yang telah ditetapkan. Berdasarkan pra observasi hal
ini didasarkan ketentuan dari beberapa pemilik angkutan umum yang saling
bekerja sama untuk membuka pangkalan baru. Misalnya, dari 3(tiga) orang yang
memiliki angkutan umum, walaupun salah satu dari mereka hanya memiliki
1(satu) buah mobil angkutan, namun mereka bekerja sama untuk membuka
pangkalan. Di pangkalan tersebut terdapat warung yang juga bekerja sama dengan
para pemilik angkutan kota yang berfungsi untuk menyediakan makanan,
minuman serta rokok untuk para sopir yang beristirahat dari selesai mengendarai
angkutan dengan trayek yang telah ditetapkan.
Pedagang yang berada di pangkalan angkutan kota trayek 43 ini dalam
pelaksanaannya memanfaatkan aspek ruang sebagai bagian dari strategi

Universitas Sumatera Utara

berdagangnya. Keadaan pemanfaatan aspek ruang oleh pedagang ini terlihat dari
adanya kegiatan pertukaran sopir disetiap jalur yang sudah mereka jalani.
Pertukaran sopir ini dilakukan di setiap pangkalan kecil dimana para sopir-sopir
menunggu untuk kembali mengendarai angkutan umum atau hanya sekedar untuk
menjadi sopir raun, dan sembari para sopir menunggu, mereka mengisi waktu
luang dengan bermain kartu atau meminum kopi yang mereka pesan dari

pedagang yang berada di pangkalan.
Pedagang merupakan orang atau institusi yang memperjualbelikan produk
atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam memperjualbelikan barang, pedagang memanfaatkan aspek ruang dan
waktu yang ditujukan kepada fungsi ekonomi dan menggunakan permainan aspek
ruang dan waktu sebagai dimensi persaingan dari pasar. Maisyarah (2008)
berdasarkan penelitiannya mengenai karakteristik hubungan aktor ekonomi di
pasar tradisional mingguan antara pedagang dan pembeli di Kabupaten
Simalungun, hasil penelitiannya adalah bahwa bentuk modal sosial terjadinya
suatu hubungan antara pedagang dan pembeli yang melakukan proses jual beli
dapat tercapai sosial ekonomi. Hubungan antara pedagang dan pembeli tersebut
lama kelamaan menjadi sangat dekat dan akrab, sehingga yang tadinya tidak
saling kenal menjadi kenal dan timbul rasa kepercayaan.
Pada pangkalan angkutan kota trayek 43 juga terjadi hubugan sosial
ekonomi antara pedagang dan para sopir. Hubungan sosial ekonomi tersebut
terjadi dalam hal pemesanan makanan atau minuman dan juga dalam pembayaran.
Meskipun terkadang para sopir membayar dengan cara berhutang, namun
pedagang telah menetapkan untuk melunasi hutangnya setelah mereka selesai

Universitas Sumatera Utara


bekerja. Pedagang tidak membenarkan pembayaran hutang yang dilakukan pada
keesokan harinya, dikarenakan para sopir yang lalai atau melupakan hutangnya
begitu saja sehingga pedagang merasa dirugikan.
Pangkalan-pangkalan kecil untuk angkutan kota trayek no. 43 ini terdapat
di beberapa tempat. Tempat-tempat tersebut dibuat seperti kedai kopi yang dapat
memuat sopir-sopir hingga kurang lebih 25 orang. Dari setiap interaksi yang
terjadi antara pedagang dan para sopir setiap harinya maka terjadi pula hubungan
ekonomi antar sopir dengan pedagang yang berada disetiap pangkalan angkutan
kota trayek no. 43 ini.
Adapun penelitian lainnya yang berkaitan dengan hubungan sosial
ekonomi berasal dari Syamsu (2007), dalam penelitiannya yang mempelajari
hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan kegiatan konversi hutan rakyat ke
penggunaan lahan perladangan berpindah kehutanan belum banyak dilakukan,
khususnya pada hutan rakyat di Kabupaten Maros. Tujuan dari penelitiannya
adalah mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap
konversi hutan rakyat menjadi perladangan berpindah. Hasil penelitiannya adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap konversi hutan
rakyat menjadi penggunaan ladang berpindah. Petani mencari yang paling
menguntugkan secara ekonomi dalam memilih alternatif penggunaan lahannya.

Selain faktor ekonomi yang mempengaruhi petani mengkonversi hutan rakyatnya
juga dipengaruhi luas lahan yang dikuasainya, dan banyaknya penduduk yang
bekerja di sektor pertanian, serta faktor kelembagaan, yaitu status hak penguasaan
hutan rakyat.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang tersebut,
maka perumusan masalah dalam penelitian yang penulis lakukan adalah
1.

Bagaimana pola hubungan sosial ekonomi antara sopir angkutan kota trayek
43 dengan para pedagang yang ada disetiap pangkalan dalam wilayah
Perumnas Mandala ?

2.

Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pedagang dalam menarik minat sopir
agar mau menjadi pelanggan ?


1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penetapan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah
1.

Mengetahui pola hubungan sosial ekonomi antara sopir angkutan kota trayek
43 dengan para pedagang yang ada disetiap pangkalan dalam wilayah
Perumnas Mandala.

2.

Mengetahui strategi yang dilakukan oleh pedagang dalam menarik minat
sopir agar mau menjadi pelanggan.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat merupakan sesuatu yang diharapkan ketika penelitian telah selesai
dilakukan. adapun manfaat penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah
bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan
subangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial, dan juga memberikan kontribusi dalam
mata kuliah sosiologi ekonomi serta masyarakat. Kemudian juga dapat digunakan
sebagai informasi bagi masyarakat luas.

1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dari pada hasil
penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya
yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang penelitian sebelumnya. Serta
dapat menambah wawasan peneliti tentang hubungan sosial ekonomi sopir dengan
pedagang yang berada di pangkalan.

1.5 Definisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak
mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan
menjelaskan suatu gejala (Moleong,1997:67). Di samping mempermudah dan

memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti
untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan
akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Untuk menjelaskan maksud dan
pengertian konsep-konsep yang terdapat dalam penelitian ini, maka dibuat
batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1.

Sosial Ekonomi adalah sesuatu hal atau aktivitas yang menyangkut seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhan
hidupnya (ekonomi). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sosial
ekonomi yaitu menyangkut ciri/kondisi serta kegiatan atau aktivitas dari
pedagang pangkalan dan sopir angkutan kota trayek 43 dalam melakukan
segala usaha dengan cara bekerja untuk pemenuhan kebutuhannya.

2.

Strategi merupakan suatu perencanaan jangka panjang sebagai suatu kegiatan

untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

3.

Strategi bertahan adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara
standar oleh individu dalam rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.
Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan
lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran
lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa.

4.

Strategi aktif adalah strategi yang mengoptimalkan segala potensi yang ada.
Strategi ini sangat penting dalam melakukan aktualisasi kegiatan hidup atau
pekerjaan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas hidupnya melalui
suatu proses yang ditempuh menurut potensi yang tersedia dan pemanfaatan
potensi untuk mencapai tujuan hidup.

Universitas Sumatera Utara

5.

Strategi jaringan adalah menjalin relasi baik formal maupun informal dan
lingkungan sekitar. Menciptakan, megembangkan, dan menjaga hubungan
sosial yang telah membentuk suatu jaringan sosial berfungsi untuk
memudahkan anggota-anggotanya memperoleh akses ke sumber daya
ekonomi yang tersedia di lingkungannya.Jaringan sosial terjadi karena
manusia pada hakikatnya tidak dapat berhubungan dengan semua manusia
yang ada.

6.

Pedagang pangkalan adalah orang-orang yang memperjualbelikan produk di
setiap pangkalan tempat pemberhentian atau tempat para sopir-sopir
menunggu giliran untuk dapat bekerja kembali menjadi sopir. Pedagang
pangkalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang yang
memperjualbelikan makanan, minuman ataupun rokok di pangkalan angkutan
kota trayek 43.

7.

Hubungan sosial ekonomi adalah pola dan sistem yang berlaku dalam
mekanisme pasar, interaksi ekonomi yang dilakukan antar individu dan
masyarakat. Dalam penelitian

ini yang dimaksud hubungan sosial

ekonominya adalah adanya hubungan yang terjadi dalam konsep resiprositas,
redistribusi dan pertukan.Resiprositas, menunjuk pada gerakan di antara
kelompok-kelompok

simetris

yang

saling

berhubungan.Redistribusi

merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke arah pusat kemudian dari
pusat didistribusikan kembali. Pertukaran, proses ekonomi yang berlangsung
antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam hubungannya sopir dan

Universitas Sumatera Utara

pedagang pangkalan di pangkalan angkutan kota trayek 43 ini terjadi
hubungan antara sopir yang setiap hari berada dipangkalan dengan pedagang
pangkalan yang melakukan hubungan sosial secara langsung dan keduanya
melakukan hubungan timbal balik disaat pemesanan makanan atau minuman
dan juga terjadi proses pertukaran diantara sopir dan pedagang pangkalan
dengan adanya aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat
pertukaran.

8.

Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang
dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap. Lintasan
tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal (dalam Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor: 33 tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin di
Bidang Perhubungan). Angkutan umum trayek 43 ini mempunyai asal dan
tujuan yang tetap yaitu dari Prumnas Mandala / Batas Kota – Batas Kota /
Prumnas Simalingkar, PP dengan jadwal lintasan yang tidak berjadwal.

Universitas Sumatera Utara