Iklan Pomade di Instagram Terhadap Minat Beli Pria Metroseksual (Studi Korelasional Iklan Pomade di Instagram terhadap Minat Beli Pria Metroseksual di Universitas Sumatera Utara)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Keberadaan pria metroseksual adalah suatu fenomena yang begitu menarik
untuk dikaji. Modernisasi telah banyak merubah banyak kehidupan para pria pada
zaman ini. Dulu, penampilan pria terlihat tidak memperhatikan penampilan
bahkan terkesan tidak dapat mengatur diri sendiri merupakan citra pria yang
sudah mulai terkikis. Dan kemudian berubah menjadi sosok pria yang gemar
merawat dirinya sendiri dengan berbagai perawatan wajah dan tubuh. Sekarang,
penampilanlah yang merupakan pusat perhatian kaum adam yang hidup di kota
metropolitan dengan kehidupan yang mapan.
Pada tahun 1990-an, muncul suatu istilah yang disebut dengan
metroseksual. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh kolumis fashion Inggris
pada tahun 1994, Mark Simpson. Menurut Mark Simpson (2002), tipe dari
metroseksual adalah para pria muda dengan banyak uang untuk mereka habiskan.
Mereka dengan profesi seperti modeling, media, musik pop, atau sport, mereka
terlihat menarik. Mereka ”cantik” dimanapun mereka berada.
Fenomena yang sering disebut dengan women oriented men ini telah
berkembang secara global dan kian nyata. Metroseksual memiliki gaya hidup
narsisitis dan hedonis, cenderung mengkonsumsi segala sesuatu untuk merawat
dan mempercantik dirinya.
Keberadaan pria metroseksual telah menciptakan segmen baru dalam
dunia bisnis dan industri. Jika dahulu wanita menjadi kaum yang terdepan dalam
pola hidup merawat diri dan berpenampilan maka sekarang pria metroseksual
menjajari bahkan dalam beberapa kasus bisa menjadi lebih perhatian dan
cenderung seperti berlebihan.
Metroseksual kian marak, bukan hanya dalam konteks bahwa pasar
kosmetik wanita yang sudah hampir mencapai titik jenuh namun keharusan bahwa
kaum metroseksual butuh sesuatu yang spesial menjelaskan identitas dirinya
bahwa mereka tidak ingin memakai produk perawatan yang sama dengan wanita.
Target baru pada pria metroseksual ini didasari bahwa pria metroseksual memiliki
1
2
kecenderungan
untuk mengeluarkan
uang berlebih
dalam
mendapatkan
penampilan yang dianggap sempurna bagi mereka. Seorang pria metroseksual
rata-rata menghabiskan 1-2 jam di pagi hari untuk kegiatan rutin dan rela berjamjam di salon atau spa selama akhir pekan untuk memanjakan diri (sebagai
kompensasi kerja kerasnya).
Mahasiswa metroseksual dengan mahasiswa yang tidak metroseksual
tentunya tidak sama, terutama dalam masalah penampilan. Mahasiswa yang tidak
metroseksual bila ke kampus untuk kuliah, bertemu dosen, sekedar mengurus
administrasi, atau hadir di berbagai kesempatan, tampilan mereka pun seadanya,
bahkan terkadang mereka tidak mandi dan hanya cuci muka dan gosok gigi saja.
Mereka juga cenderung cuek terhadap penampilan mereka, baju yang digunakan
pasti itu-itu saja dan malas memadumadankan pakaian yang senada. Hal tersebut
berbeda dengan mahasiswa metroseksual. Mahasiswa metroseksual sangat
perhatian terhadap penampilan mereka, mulai ujung rambut hingga ujung kaki,
memadumadankan pakaian yang matching dikenakan, memakai pakaian yang
sedang hits dan bermerek, berlama-lama di depan kaca untuk berdandan,
memastikan penampilan mereka sudah rapi, dan tentu saja harus wangi. Mereka
selalu berpenampilan maksimal di setiap kesempatan. Bagi mereka berpenampilan
menarik merupakan salah satu kunci kepercayaan diri. Berkembangnya fenomena
metroseksual memunculkan banyak tempat-tempat perawatan tubuh dan produkproduk penunjang untuk merawat tubuh mereka.
Salah seorang pria metroseksual menjelaskan rutinitas kegiatan mandi itu
adalah mandi, olahraga ringan, memiliki baju yang sesuai, memakai pelembab
wajah, bedak tipis, lip gloss, parfum, mengoleskan gel/minyak rambut. Perilaku
demikian semula hanya dilakukan oleh kaum wanita. Namun pada era modern ini,
hal tersebut menjadi pergeseran. Penampil sisi feminin tidak hanya ditunjukkan
oleh kaum wanita, tapi juga ditunjukkan oleh kaum pria, yang disebut
metroseksual. Para pria metroseksual umumnya memiliki sifat yang realistis,
loyal, open minded dan easy going. Mereka adalah pekerja keras tetapi tidak
melupakan kesenangan hidup. Mereka terkenal wangi, berpenampilan menarik
Universitas Sumatera Utara
3
dan dewasa, baik secara ekonomi, mental, perilaku maupun secara penampilan.
Mereka sangat mudah ditemui keberadaannya seperti di kafe, resto, coffeshop,
klub malam bahkan di bioskop.
Pria metroseksual akan melakukan, membeli dan menikmati apa saja yang
mereka inginkan. Pria metroseksual juga cenderung berasal dari kalangan
menengah ke atas (Jones R.B, 2003:62). Upaya menarik target market pria
metroseksual ini kemudian dilakukan dengan menawarkan berbagai produk
melalui iklan di media sosial Instagram. Iklan-iklan yang khusus diperuntukkan
bagi pria metroseksual dan menjadikan mereka sebagai target market lagi
mengenai produk-produk khusus pria yang berkaitan dengan tubuh dan
penampilan fisik (Rahardjo dan Silalahi, 2007:15)
Pada dasarnya iklan telah didefinisikan sebagai sebuah bentuk komunikasi
yang dibayar oleh sponsor untuk mempromosikan ide, barang atau jasa. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengajak dan memberikan informasi (Oxford
Dictionary
of Business, 2002). Demikian
pula Kotler dan
Amstrong
mendefinisikan iklan sebagai bentuk presentasi non-personal yang berbayar untuk
mempromosikan ide, barang atau jasa (Kotler and Amsrong, 1994:487). Seperti
yang kita ketahui, bahwa korelasi kedua definisi diatas, iklan merupakan bagian
dari strategi pemasaran. Karena iklan merupakan alat komunikasi yang powerfull.
Dengan iklan perusahaan mampu berkomunikasi dengan pelanggan, berinteraksi
dengan pelanggan potensial dan menetapkan posisi perusahaan dengan pesaing.
Sebagai bagian strategi pemasaran yang efektif, iklan dipertimbangkan untuk
investasi masa depan pada bisnis dari pada sebagai biaya tambahan.
Pada saat sekarang, kemajuan teknologi dan globalisasi membuat setiap
elemen dalam kegiatan ekonomi mengalami pergeseran dalam setiap aktivitasnya
konsumen menginginkan pola pemenuhan kebutuhan yang efektif dan efisien dan
produsen menghasilkan produk-produk inovasi yang selama ini mungkin tidak
pernah ada dalam benak orang lain. Kemajuan teknologi terlihat seperti
meningkatnya jumlah telepon seluler, meningkatnya penggunaan internet dan
munculnya bisnis yang selama ini tidak diperhitungkan dan tiba-tiba merajai pasar
seperti yahoo, Amazon.com, google atau e-bay. Setiap orang memiliki notebook
Universitas Sumatera Utara
4
atau netbook, serta munculnya smartphone yang dilengkapi oleh internet acces,
email, facebook, twitter dan sebagainya (Situmorang, 2011:3).
Di era sekarang teknologi dan media sudah menjadi hal yang lumrah
digunakan dalam berbagai bidang. Seperti yang kita ketahui bahwa teknologi dan
media sangat erat kaitannya. Maka dari itu teknologi serta media sudah menjadi
kebutuhan yang cukup penting bagi semua kalangan saat ini. “Media merupakan
industri yang berubah dan berkembang yang meciptakan lapangan kerja, barang
dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait, media juga merupakan
industri
tersendiri
yang
memiliki
peraturan
dan
norma-norma
yang
menghubungkan industri tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya”
(Mc Quail, 1987 : 3).
Media sosial menjadi tempat yang tepat untuk mempromosikan produk ke
konsumen. Sosial media memungkinkan para pelaku pasar untuk berkomunikasi
dengan sesamanya, pelanggan, dan calon pelanggan. Sosial media member
identitas kepada brand atau merek yang dipasarkan dan membantu untuk
menyebarkan pesan dengan cara yang santai dan komunikatif. Banyaknya
masyarakat menggunakan media sosial, perusahaan dapat menggunakan media
sosial sebagai media untuk mempromosikan produk mereka seperti menampilkan
iklan, pemasaran langsung, promo, dan informasi produk. Pengguna media sosial
yang sebelumnya hanya ingin berkomunikasi dengan temannya di media sosial
menjadi tahu akan informasi salah satu produk yang ditampilkan pada akun
jejaring sosial mereka.
Seiring berjalannya waktu lahirnya new media (media baru) yang
membuat sesusatu inovasi kreatif dalam menciptakan sebuah situs-situs jejaring
sosial (social network) yang bersumber dari jaringan internet seperti jejaring
sosial Instagram yang sedang digrandungi para remaja di zaman modern ini.
Instagram adalah sebuah aplikasi smartphone yang fungsi utamanya sebagai
tempat untuk meng-upload dan share foto-foto/Video secara online. Instagram ini
lahir pada tanggal 6 Oktober 2010 dan dirilis untuk platform iOS. Sebanyak 25
ribu pengguna berhasil mendaftar di hari pertama.
Pada tanggal 13 oktober 2010 penggunanya mencapai 100 ribu dan pada
tanggal 21 Desember 2010 mencetak rekor jumlah pengguna mencapai 1 juta dan
Universitas Sumatera Utara
5
sampai pada saat ini perkembangan Instagram semakin pesat (Bambang,2012:15).
Instagram merupakan salah satu media sosial yang di dalamnya terdapat online
shop yang saat ini banyak digunakan sebagai bisnis yang menguntungkan karena
hasil foto yang ditampilkan sangant menarik melalui aplikasinya. Para kaum
muda sering membeli pakaian atau apa saja melalui fitur Instagram karena
tampilan foto dari Instagram membuat tergiur dan berkeinginan untuk
membelinya. Kelebihan dari Instagram yaitu hasil foto dapat di share ke media
sosial lainya seperti, facebook dan twitter, sehingga memungkinkan hasil foto
tersebut tidak hanya dilihat oleh orang-orang yang memiliki Instagram saja.
Instagram telah menjadi suatu fenomena sendiri dikalangan pengguna
media sosial khususnya remaja. Walapun banyak media sosial yang lain sering
digunakan oleh kalangan remaja tetapi Instagram sendiri tidak kalah populernya.
Karena Instagram ini sendiri merupakan media sosial yang pertama bergerak
khususnya dalam bidang foto. Banyak orang yang memanfaatkan Instagram ini
sebagai sarana untuk berbisnis dengan cara meng-upload foto-foto yang akan
mereka pasarkan dengan berbagai variasi editan yang dapat membuat tertarik para
pembeli.
Salah satu iklan di media sosial instagram yang menawarkan produk bagi
pria metroseksual adalah produk Minyak Rambut Pomade. Dimana Pomade
mengerti bahwa minyak rambut dalam hal ini merupakan salah satu kebutuhan
penting bagi para pria metroseksual. Pomade adalah produk perawatan untuk
rambut dan sesuatu yang bias disebut sebagai minyak rambut sejati. Bukan benarbenar minyak encer seperti minyak goreng, bentuknya padat keras mirip wax.
Pada dasarnya, pomade adalah minyak yang dicampur dengan wax. Bedanya
pomade dengan wax atau gel, yaitu pomade tidak membuat rambut kering dan
keras seperti gel, pomade tidak akan mengering, mirip wax yang tidak kering dan
bisa ditata ulang. Namun pomade akan membuat rambut tampak basah dan
bersinar (wet look) karena bahan dasarnya adalah minyak, tidak seperti wax yang
tampak kering (matte look). Seperti produk lainnya, pomade memiliki banyak
merek dan varian, ada yang light hold, medium hold, hard hold, matte look,
medium shine, dan high shine.
Universitas Sumatera Utara
6
Gel memang membuat rambut menjadi licin dan rapi, namun karena gel
bersifat mudah kering, maka penggunanya akan kesulitan bila menyisir ulang
rambut yang mulai berantakan. Bila menggunakan wax, rambut kurang bersinar,
kurang terlihat licin, dan meninggalkan bercak putih seperti ketombe bila terkena
air atau disisir. Untuk hair cream, hasilnya kurang kuat untuk membuat rambut
tetap berada di tempatnya. Berbeda dengan pomade, minyak rambut yang satu ini
dapat membuat rambut tampak licin, bersinar, membuat rambut kering dan keras,
berdaya kuat, serta bisa disisir ulang dengan air atau tidak, tanpa meninggalkan
bercak-bercak apapun. Bisa dibilang jika kita menggunakan pomade, maka akan
lebih efektif daripada minyak rambut lain.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik
meneliti bagaimana pengaruh iklan pomade di instagram terhadap minat beli pria
metroseksual dikalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan di USU karena sebelumnya, belum ada penelitian seperti ini di USU
sehingga diharapkan penelitian ini dapat mengisi kekosongan yang ada dan
memperkaya penelitian serupa. Berdasarkan observasi peneliti banyak mahasiswa
USU khususnya pria yang menggunakan produk pomade. Populasi pada
penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan 2014 yang masih tercatat aktif sebagai
mahasiswa USU. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih
populasi tersebut karena pada umumnya angkatan 2014 masih aktif mengikuti
perkuliahan dan intensitas mereka berada dilingkungan kampus lebih besar
daripada angkatan sebelumnya, mereka masih sering bersosialisasi dengan temanteman di lingkungan kampus sehingga tepat untuk dijadikan populasi didalam
penelitian ini. Selain itu, mereka lebih efektif dijadikan populasi, efektif disini
artinya karena intensitas mereka berada dikampus cukup sering akan mudah untuk
menjumpai mereka dan berinteraksi dengan mereka sehingga memudahkan
peneliti kedepannya.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
“Sejauhmana pengaruh iklan pomade di instagram terhadap minat beli pria
metroseksual di Universitas Sumatera Utara?”
Universitas Sumatera Utara
7
1.3.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih
jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Penilitian ini hanya meneliti mahasiswa USU fakultas kedokteran,
kedokteran gigi, hukum, ekonomi, dan fisip angkatan 2014.
Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih populasi
tersebut karena mahasiswa USU di fakultas kedokteran, kedokteran gigi, hukum,
ekonomi, dan fisip ilmu komunikasi pada umumnya lebih rapi, bersih, dan
berpenampilan menarik juga memiliki perekonomian di atas rata-rata di
bandingkan mahasiwa fakultas lain yang ada di USU sehingga tepat untuk
dijadikan populasi didalam penelitian ini.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh iklan pomade di instagram
terhadap minat beli pria metroseksual di Universitas Sumatera Utara.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
dan wawasan serta menjadi sumber informasi mengernai Ilmu Komunikasi
khususnya yang berhubungan dengan bidang Komunikasi Pemasaran
melalui Internet.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif terhadap pengetahuan bidang komunikasi, memperluas bahan
penelitian komunikasi dan sumber bagi mahasiswa Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pengusaha
yang berbisnis melalui internet dalam meningkatkan penjualan bisnisnya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Keberadaan pria metroseksual adalah suatu fenomena yang begitu menarik
untuk dikaji. Modernisasi telah banyak merubah banyak kehidupan para pria pada
zaman ini. Dulu, penampilan pria terlihat tidak memperhatikan penampilan
bahkan terkesan tidak dapat mengatur diri sendiri merupakan citra pria yang
sudah mulai terkikis. Dan kemudian berubah menjadi sosok pria yang gemar
merawat dirinya sendiri dengan berbagai perawatan wajah dan tubuh. Sekarang,
penampilanlah yang merupakan pusat perhatian kaum adam yang hidup di kota
metropolitan dengan kehidupan yang mapan.
Pada tahun 1990-an, muncul suatu istilah yang disebut dengan
metroseksual. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh kolumis fashion Inggris
pada tahun 1994, Mark Simpson. Menurut Mark Simpson (2002), tipe dari
metroseksual adalah para pria muda dengan banyak uang untuk mereka habiskan.
Mereka dengan profesi seperti modeling, media, musik pop, atau sport, mereka
terlihat menarik. Mereka ”cantik” dimanapun mereka berada.
Fenomena yang sering disebut dengan women oriented men ini telah
berkembang secara global dan kian nyata. Metroseksual memiliki gaya hidup
narsisitis dan hedonis, cenderung mengkonsumsi segala sesuatu untuk merawat
dan mempercantik dirinya.
Keberadaan pria metroseksual telah menciptakan segmen baru dalam
dunia bisnis dan industri. Jika dahulu wanita menjadi kaum yang terdepan dalam
pola hidup merawat diri dan berpenampilan maka sekarang pria metroseksual
menjajari bahkan dalam beberapa kasus bisa menjadi lebih perhatian dan
cenderung seperti berlebihan.
Metroseksual kian marak, bukan hanya dalam konteks bahwa pasar
kosmetik wanita yang sudah hampir mencapai titik jenuh namun keharusan bahwa
kaum metroseksual butuh sesuatu yang spesial menjelaskan identitas dirinya
bahwa mereka tidak ingin memakai produk perawatan yang sama dengan wanita.
Target baru pada pria metroseksual ini didasari bahwa pria metroseksual memiliki
1
2
kecenderungan
untuk mengeluarkan
uang berlebih
dalam
mendapatkan
penampilan yang dianggap sempurna bagi mereka. Seorang pria metroseksual
rata-rata menghabiskan 1-2 jam di pagi hari untuk kegiatan rutin dan rela berjamjam di salon atau spa selama akhir pekan untuk memanjakan diri (sebagai
kompensasi kerja kerasnya).
Mahasiswa metroseksual dengan mahasiswa yang tidak metroseksual
tentunya tidak sama, terutama dalam masalah penampilan. Mahasiswa yang tidak
metroseksual bila ke kampus untuk kuliah, bertemu dosen, sekedar mengurus
administrasi, atau hadir di berbagai kesempatan, tampilan mereka pun seadanya,
bahkan terkadang mereka tidak mandi dan hanya cuci muka dan gosok gigi saja.
Mereka juga cenderung cuek terhadap penampilan mereka, baju yang digunakan
pasti itu-itu saja dan malas memadumadankan pakaian yang senada. Hal tersebut
berbeda dengan mahasiswa metroseksual. Mahasiswa metroseksual sangat
perhatian terhadap penampilan mereka, mulai ujung rambut hingga ujung kaki,
memadumadankan pakaian yang matching dikenakan, memakai pakaian yang
sedang hits dan bermerek, berlama-lama di depan kaca untuk berdandan,
memastikan penampilan mereka sudah rapi, dan tentu saja harus wangi. Mereka
selalu berpenampilan maksimal di setiap kesempatan. Bagi mereka berpenampilan
menarik merupakan salah satu kunci kepercayaan diri. Berkembangnya fenomena
metroseksual memunculkan banyak tempat-tempat perawatan tubuh dan produkproduk penunjang untuk merawat tubuh mereka.
Salah seorang pria metroseksual menjelaskan rutinitas kegiatan mandi itu
adalah mandi, olahraga ringan, memiliki baju yang sesuai, memakai pelembab
wajah, bedak tipis, lip gloss, parfum, mengoleskan gel/minyak rambut. Perilaku
demikian semula hanya dilakukan oleh kaum wanita. Namun pada era modern ini,
hal tersebut menjadi pergeseran. Penampil sisi feminin tidak hanya ditunjukkan
oleh kaum wanita, tapi juga ditunjukkan oleh kaum pria, yang disebut
metroseksual. Para pria metroseksual umumnya memiliki sifat yang realistis,
loyal, open minded dan easy going. Mereka adalah pekerja keras tetapi tidak
melupakan kesenangan hidup. Mereka terkenal wangi, berpenampilan menarik
Universitas Sumatera Utara
3
dan dewasa, baik secara ekonomi, mental, perilaku maupun secara penampilan.
Mereka sangat mudah ditemui keberadaannya seperti di kafe, resto, coffeshop,
klub malam bahkan di bioskop.
Pria metroseksual akan melakukan, membeli dan menikmati apa saja yang
mereka inginkan. Pria metroseksual juga cenderung berasal dari kalangan
menengah ke atas (Jones R.B, 2003:62). Upaya menarik target market pria
metroseksual ini kemudian dilakukan dengan menawarkan berbagai produk
melalui iklan di media sosial Instagram. Iklan-iklan yang khusus diperuntukkan
bagi pria metroseksual dan menjadikan mereka sebagai target market lagi
mengenai produk-produk khusus pria yang berkaitan dengan tubuh dan
penampilan fisik (Rahardjo dan Silalahi, 2007:15)
Pada dasarnya iklan telah didefinisikan sebagai sebuah bentuk komunikasi
yang dibayar oleh sponsor untuk mempromosikan ide, barang atau jasa. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengajak dan memberikan informasi (Oxford
Dictionary
of Business, 2002). Demikian
pula Kotler dan
Amstrong
mendefinisikan iklan sebagai bentuk presentasi non-personal yang berbayar untuk
mempromosikan ide, barang atau jasa (Kotler and Amsrong, 1994:487). Seperti
yang kita ketahui, bahwa korelasi kedua definisi diatas, iklan merupakan bagian
dari strategi pemasaran. Karena iklan merupakan alat komunikasi yang powerfull.
Dengan iklan perusahaan mampu berkomunikasi dengan pelanggan, berinteraksi
dengan pelanggan potensial dan menetapkan posisi perusahaan dengan pesaing.
Sebagai bagian strategi pemasaran yang efektif, iklan dipertimbangkan untuk
investasi masa depan pada bisnis dari pada sebagai biaya tambahan.
Pada saat sekarang, kemajuan teknologi dan globalisasi membuat setiap
elemen dalam kegiatan ekonomi mengalami pergeseran dalam setiap aktivitasnya
konsumen menginginkan pola pemenuhan kebutuhan yang efektif dan efisien dan
produsen menghasilkan produk-produk inovasi yang selama ini mungkin tidak
pernah ada dalam benak orang lain. Kemajuan teknologi terlihat seperti
meningkatnya jumlah telepon seluler, meningkatnya penggunaan internet dan
munculnya bisnis yang selama ini tidak diperhitungkan dan tiba-tiba merajai pasar
seperti yahoo, Amazon.com, google atau e-bay. Setiap orang memiliki notebook
Universitas Sumatera Utara
4
atau netbook, serta munculnya smartphone yang dilengkapi oleh internet acces,
email, facebook, twitter dan sebagainya (Situmorang, 2011:3).
Di era sekarang teknologi dan media sudah menjadi hal yang lumrah
digunakan dalam berbagai bidang. Seperti yang kita ketahui bahwa teknologi dan
media sangat erat kaitannya. Maka dari itu teknologi serta media sudah menjadi
kebutuhan yang cukup penting bagi semua kalangan saat ini. “Media merupakan
industri yang berubah dan berkembang yang meciptakan lapangan kerja, barang
dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait, media juga merupakan
industri
tersendiri
yang
memiliki
peraturan
dan
norma-norma
yang
menghubungkan industri tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya”
(Mc Quail, 1987 : 3).
Media sosial menjadi tempat yang tepat untuk mempromosikan produk ke
konsumen. Sosial media memungkinkan para pelaku pasar untuk berkomunikasi
dengan sesamanya, pelanggan, dan calon pelanggan. Sosial media member
identitas kepada brand atau merek yang dipasarkan dan membantu untuk
menyebarkan pesan dengan cara yang santai dan komunikatif. Banyaknya
masyarakat menggunakan media sosial, perusahaan dapat menggunakan media
sosial sebagai media untuk mempromosikan produk mereka seperti menampilkan
iklan, pemasaran langsung, promo, dan informasi produk. Pengguna media sosial
yang sebelumnya hanya ingin berkomunikasi dengan temannya di media sosial
menjadi tahu akan informasi salah satu produk yang ditampilkan pada akun
jejaring sosial mereka.
Seiring berjalannya waktu lahirnya new media (media baru) yang
membuat sesusatu inovasi kreatif dalam menciptakan sebuah situs-situs jejaring
sosial (social network) yang bersumber dari jaringan internet seperti jejaring
sosial Instagram yang sedang digrandungi para remaja di zaman modern ini.
Instagram adalah sebuah aplikasi smartphone yang fungsi utamanya sebagai
tempat untuk meng-upload dan share foto-foto/Video secara online. Instagram ini
lahir pada tanggal 6 Oktober 2010 dan dirilis untuk platform iOS. Sebanyak 25
ribu pengguna berhasil mendaftar di hari pertama.
Pada tanggal 13 oktober 2010 penggunanya mencapai 100 ribu dan pada
tanggal 21 Desember 2010 mencetak rekor jumlah pengguna mencapai 1 juta dan
Universitas Sumatera Utara
5
sampai pada saat ini perkembangan Instagram semakin pesat (Bambang,2012:15).
Instagram merupakan salah satu media sosial yang di dalamnya terdapat online
shop yang saat ini banyak digunakan sebagai bisnis yang menguntungkan karena
hasil foto yang ditampilkan sangant menarik melalui aplikasinya. Para kaum
muda sering membeli pakaian atau apa saja melalui fitur Instagram karena
tampilan foto dari Instagram membuat tergiur dan berkeinginan untuk
membelinya. Kelebihan dari Instagram yaitu hasil foto dapat di share ke media
sosial lainya seperti, facebook dan twitter, sehingga memungkinkan hasil foto
tersebut tidak hanya dilihat oleh orang-orang yang memiliki Instagram saja.
Instagram telah menjadi suatu fenomena sendiri dikalangan pengguna
media sosial khususnya remaja. Walapun banyak media sosial yang lain sering
digunakan oleh kalangan remaja tetapi Instagram sendiri tidak kalah populernya.
Karena Instagram ini sendiri merupakan media sosial yang pertama bergerak
khususnya dalam bidang foto. Banyak orang yang memanfaatkan Instagram ini
sebagai sarana untuk berbisnis dengan cara meng-upload foto-foto yang akan
mereka pasarkan dengan berbagai variasi editan yang dapat membuat tertarik para
pembeli.
Salah satu iklan di media sosial instagram yang menawarkan produk bagi
pria metroseksual adalah produk Minyak Rambut Pomade. Dimana Pomade
mengerti bahwa minyak rambut dalam hal ini merupakan salah satu kebutuhan
penting bagi para pria metroseksual. Pomade adalah produk perawatan untuk
rambut dan sesuatu yang bias disebut sebagai minyak rambut sejati. Bukan benarbenar minyak encer seperti minyak goreng, bentuknya padat keras mirip wax.
Pada dasarnya, pomade adalah minyak yang dicampur dengan wax. Bedanya
pomade dengan wax atau gel, yaitu pomade tidak membuat rambut kering dan
keras seperti gel, pomade tidak akan mengering, mirip wax yang tidak kering dan
bisa ditata ulang. Namun pomade akan membuat rambut tampak basah dan
bersinar (wet look) karena bahan dasarnya adalah minyak, tidak seperti wax yang
tampak kering (matte look). Seperti produk lainnya, pomade memiliki banyak
merek dan varian, ada yang light hold, medium hold, hard hold, matte look,
medium shine, dan high shine.
Universitas Sumatera Utara
6
Gel memang membuat rambut menjadi licin dan rapi, namun karena gel
bersifat mudah kering, maka penggunanya akan kesulitan bila menyisir ulang
rambut yang mulai berantakan. Bila menggunakan wax, rambut kurang bersinar,
kurang terlihat licin, dan meninggalkan bercak putih seperti ketombe bila terkena
air atau disisir. Untuk hair cream, hasilnya kurang kuat untuk membuat rambut
tetap berada di tempatnya. Berbeda dengan pomade, minyak rambut yang satu ini
dapat membuat rambut tampak licin, bersinar, membuat rambut kering dan keras,
berdaya kuat, serta bisa disisir ulang dengan air atau tidak, tanpa meninggalkan
bercak-bercak apapun. Bisa dibilang jika kita menggunakan pomade, maka akan
lebih efektif daripada minyak rambut lain.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik
meneliti bagaimana pengaruh iklan pomade di instagram terhadap minat beli pria
metroseksual dikalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan di USU karena sebelumnya, belum ada penelitian seperti ini di USU
sehingga diharapkan penelitian ini dapat mengisi kekosongan yang ada dan
memperkaya penelitian serupa. Berdasarkan observasi peneliti banyak mahasiswa
USU khususnya pria yang menggunakan produk pomade. Populasi pada
penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan 2014 yang masih tercatat aktif sebagai
mahasiswa USU. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih
populasi tersebut karena pada umumnya angkatan 2014 masih aktif mengikuti
perkuliahan dan intensitas mereka berada dilingkungan kampus lebih besar
daripada angkatan sebelumnya, mereka masih sering bersosialisasi dengan temanteman di lingkungan kampus sehingga tepat untuk dijadikan populasi didalam
penelitian ini. Selain itu, mereka lebih efektif dijadikan populasi, efektif disini
artinya karena intensitas mereka berada dikampus cukup sering akan mudah untuk
menjumpai mereka dan berinteraksi dengan mereka sehingga memudahkan
peneliti kedepannya.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
“Sejauhmana pengaruh iklan pomade di instagram terhadap minat beli pria
metroseksual di Universitas Sumatera Utara?”
Universitas Sumatera Utara
7
1.3.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih
jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Penilitian ini hanya meneliti mahasiswa USU fakultas kedokteran,
kedokteran gigi, hukum, ekonomi, dan fisip angkatan 2014.
Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih populasi
tersebut karena mahasiswa USU di fakultas kedokteran, kedokteran gigi, hukum,
ekonomi, dan fisip ilmu komunikasi pada umumnya lebih rapi, bersih, dan
berpenampilan menarik juga memiliki perekonomian di atas rata-rata di
bandingkan mahasiwa fakultas lain yang ada di USU sehingga tepat untuk
dijadikan populasi didalam penelitian ini.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh iklan pomade di instagram
terhadap minat beli pria metroseksual di Universitas Sumatera Utara.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
dan wawasan serta menjadi sumber informasi mengernai Ilmu Komunikasi
khususnya yang berhubungan dengan bidang Komunikasi Pemasaran
melalui Internet.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif terhadap pengetahuan bidang komunikasi, memperluas bahan
penelitian komunikasi dan sumber bagi mahasiswa Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pengusaha
yang berbisnis melalui internet dalam meningkatkan penjualan bisnisnya.
Universitas Sumatera Utara