Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi akibat ekstraksi merupakan masalah terbesar dalam kesehatan
gigi dan mulut. Kehilangan gigi dapat mengganggu fungsi pengunyahan, fungsi
bicara, aspek psikologis, estetika, dan gangguan sendi temporomandibular. Gigitiruan
diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut akibat kehilangan
gigi.1 Salah satu gigitiruan yang dapat digunakan adalah gigitiruan lepasan yang
menggantikan bentuk dan fungsi dari keseluruhan gigi yang hilang dengan struktur
yang menyerupai gigi asli dan tidak menyebabkan kerusakan struktur pengunyahan
yang masih tersisa.2
Bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan
lepasan ialah polimetil metakrilat (PMMA) atau sering disebut resin akrilik. Resin
akrilik yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah resin
akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk
bubuk dan cairan. Bahan ini mudah dimanipulasi dan direparasi bila terjadi fraktur,
biokompatibel terhadap jaringan rongga mulut, dapat memenuhi kebutuhan estetis
karena sifatnya translusen dan stabilisasi warna yang cukup baik, berikatan sempurna

dengan anasir gigitiruan akrilik, mudah dibersihkan, bahannya mudah didapat dan
harganya relatif murah.3,4
Pemakaian gigitiruan bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan,
fonetik (pengucapan), oklusi, estetis, menjaga kesehatan jaringan, dan mencegah
kerusakan lebih lanjut dari struktur rongga mulut.1,2 Pemakaian gigitiruan secara tidak
langsung akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang karena gigitiruan dapat
mempertahankan fungsi rongga mulut yang baik.5 Keberhasilan pemasangan suatu
gigitiruan harus memenuhi aspek retensi dan stabilisasi. Retensi dan stabilisasi
merupakan aspek penting yang harus dicapai. Retensi adalah kemampuan gigitiruan

Universitas Sumatera Utara

19

untuk bertahan terhadap tekanan vertikal yang melepaskan gigitiruan dari permukaan
mukosa. Stabilisasi adalah kemampuan gigitiruan untuk bertahan terhadap tekanan
horizontal atau tekanan pada saat difungsikan.2,6 Retensi dan stabilisasi gigitiruan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor fisis, fisiologis, psikologis, dan
mekanis. Faktor fisis antara lain adhesi, kohesi, tekanan permukaan interfasial, dan
tekanan atmosfer.2,6 Faktor fisiologis adalah kondisi rongga mulut maupun keadaan

sistemik yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigitiruan. Faktor psikologis
merupakan efek psikologis pasien terhadap penerimaan gigitiruan. Faktor mekanis
gigitiruan berkaitan dengan kekuatan bahan basis untuk tidak fraktur selama
digunakan.7
Pada beberapa kondisi fisiologis dan psikologis, retensi yang baik sulit
dicapai. Kondisi fisiologis tersebut antara lain : atrofi linggir alveolar yang parah,
parahnya tingkat hipertrofi jaringan yang menutupi linggir, pasien yang memiliki
gangguan kontrol neuromuskular stroke dan parkinson, pasien dengan xerostomia
yang parah, kerusakan maksilofasial yang menyebabkan berkurangnya dukungan
jaringan, pasien yang menggunakan gigitiruan pada kasus komplikasi, sebagai contoh
pemakaian obturator.2,8 Sedangkan kondisi psikologis yang mempengaruhi retensi
dan stabilisasi pemasangan gigitiruan adalah pasien yang tidak nyaman memakai
immediate denture dan pasien pengguna gigitiruan pertama kali yang mengalami
masalah psikologis dengan gigitiruannya. Pemakaian gigitiruan kemungkinan dapat
memberi efek psikologis yang negatif terhadap pasien dan kegelisahan yang
diakibatkannya dapat menurunkan kepercayaan diri pasien terhadap gigitiruannya.7-9
Pada kondisi fisiologis dan psikologis tersebut, penggunaan bahan perekat
gigitiruan (denture adhesives) sangat direkomendasikan untuk meningkatkan retensi
gigitiruan terhadap mukosa.2 Bahan perekat gigitiruan sudah dikenal dalam bidang
kedokteran gigi sejak awal abad ke delapan belas. Tahun 1913 bahan perekat

gigitiruan pertama kali diakui dan dipatenkan oleh American Dental Association,
kemudian selanjutnya di tahun 1920-an dan 1930-an.9-12 Bahan perekat gigitiruan
dijual bebas di pasaran, tidak toksik, dapat larut dan melekat secara alami, dan dapat
diaplikasikan pada

permukaan anatomis (intaglio) basis gigitiruan untuk

Universitas Sumatera Utara

20

meningkatkan kualitas retensi dan stabilisasi.2,13 Bahan perekat gigitiruan yang
tersedia di pasaran saat ini terdiri dari beberapa bentuk, antara lain : pasta, krim,
cairan, dan bubuk.2,11,14,15
Penggunaan bahan perekat gigitiruan dapat meningkatkan kualitas retensi,
stabilisasi, kekuatan gigit, kekuatan pengunyahan, menghasilkan tekanan oklusal
yang lebih besar, mengurangi iritasi terhadap mukosa, meningkatkan kenyamanan
dan kepercayaan diri pasien, mengurangi kegoyangan gigitiruan dan tumpukan sisa
makanan di bawah gigitiruan, meningkatkan kualitas penampilan pasien, terutama
bagi pasien yang pekerjaannya berhubungan dengan publik, seperti guru, aktor,

pengacara, dan politisi. 2,8-13,16-19
Pada umumnya, komposisi utama dari bahan perekat gigitiruan adalah
polyvinyl methyl ether maleate dan carboxymethylcellulosa (CMC), sedangkan
komposisi tambahan pada beberapa bahan perekat berbeda-beda. Bahan-bahan ini
akan bereaksi sebagai perekat gigitiruan ke mukosa bila berkontak dengan
saliva.3,8,13,14 Bahan perekat Protefix mempunyai komposisi poly (methyl vinyl ether/
maleic acid) atau campuran garam sodium-calcium, carboxymethylcellulose (CMC),
paraffin, vaseline, silica gel, menthol, azorubin, dan p-hydroxy-benzoic acid methyl
ester.20 Bahan perekat Polident mempunyai komposisi poly (methyl vinyl ether/
maleic acid), carboxymethylcellulose (CMC), pertrolatum, mineral oil, spray dried
spearmint, prophyl hydroxybenzoate, dan erythrosin CL45430.21

Bahan perekat

Bony Plus mempunyai komposisi poly (methyl vinyl ether/ maleic acid),
carboxymethylcellulose (CMC), petrolatum, paraffin liq., menthol, methyl lactate.22
Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan dipengaruhi oleh kelarutan dan
viskositas yang dihasilkan oleh komposisi bahan perekat gigitiruan tersebut.
Komponen wax hidrokarbon yang berperan sebagai pelumas akan mempengaruhi
kelarutan, sedangkan komponen yang berperan sebagai pelumas, pelarut, dan

pengencer akan mempengaruhi viskositas bahan perekat gigitiruan tersebut saat
digunakan di rongga mulut. Perbedaan komposisi pada berbagai bahan perekat
gigitiruan mempengaruhi tingkat kekuatan perlekatan bahan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

21

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
bahan perekat gigitiruan untuk meningkatkan retensi dan stabilisasi gigitiruan, baik
penelitian secara in vivo maupun secara in vitro. Penelitian bahan perekat gigitiruan
secara in vivo dan in vitro memiliki perbedaan mendasar. Pada penelitian in vivo,
bahan perekat gigitiruan secara langsung berikatan dengan mukosa rongga mulut dan
basis gigitiruan resin akrilik, sedangkan secara in vitro, bahan perekat gigitiruan
berikatan dengan kedua permukaan sampel basis resin akrilik. Suhu, pH rongga
mulut, pergerakan otot rongga mulut akan mempengaruhi kekuatan ikatan bahan
perekat gigitiruan pada studi in vivo, sedangkan studi in vitro tidak dapat
menggambarkan secara akurat pengaruh variabel tersebut. Selain itu, permukaan yang
digunakan pada penelitian kekuatan ikatan bahan perekat gigitiruan secara in vitro
tidak dapat secara tepat menggambarkan kekuatan ikatan pada sisi mukosa rongga

mulut. Namun demikian, penelitian in vitro juga bermanfaat untuk menyajikan
evaluasi dan perbandingan bahan perekat gigitiruan secara akurat untuk kepentingan
klinis.23
Zhao dkk. (2004), meneliti besar kekuatan ikatan dua jenis bahan perekat
gigitiruan dan didapatlah hasil yang siginifikan antara perbandingan ikatan dari dua
jenis bahan perekat.23 Chowdhry dkk. (2010), melakukan penelitian in vitro untuk
melihat perbedaan kekuatan perlekatan antara tiga merek bahan perekat gigitiruan
yang terdapat di pasaran. Pada penelitian tersebut didapat hasil bahwa bahan perekat
gigitiruan meningkatkan adhesi sampel akrilik ke permukaan kaca, bahan perekat
gigitiruan bentuk pasta jauh lebih retentif, dan penambahan saliva tiruan dapat
meningkatkan kekuatan maksimum bahan perekat gigitiruan.8 Kumar dan Thombare
(2011), melakukan penelitian in vivo pada lima orang pasien dengan gigitiruan pada
rahang atas. Pada penelitian tersebut didapat hasil bahwa nilai retensi gigitiruan
meningkat pada penggunaan bahan perekat gigitiruan dan bahan perekat gigitiruan
pasta lebih retentif dibandingkan bubuk.2 . Hong dkk. (2011), meneliti perbandingan
kekuatan adhesif bahan perekat gigitiruan dan bahan pelembab rongga mulut dengan
perendaman dalam air. Kekuatan adhesif bahan perekat gigitiruan meningkat
signifikan seiring pertambahan waktu perendaman, tetapi kekuatan adhesif bahan

Universitas Sumatera Utara


22

pelembab rongga mulut menurun signifikan seiring pertambahan waktu perendaman.
Semua bahan perekat gigitiruan yang diteliti memiliki kekuatan adhesif sesuai standar
ISO, yakni di atas 5 kPa (setara dengan 1,57 N).24
Bahan perekat gigitiruan yang beredar di pasaran saat ini terdiri dari berbagai
jenis, sehingga perlu diketahui perbedaan kekuatan perlekatan dari masing-masing
bahan perekat gigitiruan tersebut. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
secara in vitro karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian in vivo.

1.2 Permasalahan
Kehilangan gigi dapat menimbulkan gangguan fungsi pengunyahan, bicara,
aspek psikologis, estetika, dan gangguan sendi temporomandibular. Kondisi tersebut
dapat diatasi dengan pembuatan gigitiruan lepasan. Pemakaian gigitiruan bertujuan
untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi rongga mulut yang baik. Hal
tersebut dapat dicapai bila gigitiruan memiliki sifat retensi dan stabilisasi yang baik.
Pada beberapa kondisi fisiologis dan psikologis tertentu, retensi dan stabilisasi
gigitiruan tidak dapat dicapai, oleh karena itu diperlukan pemakaian bahan perekat
gigitiruan. Bahan perekat gigitiruan yang beredar di pasaran masa kini terdiri dari

berbagai jenis dengan beberapa komposisi yang berbeda. Kekuatan perlekatan setiap
bahan perekat berbeda-beda, tergantung dari komposisi masing-masing bahan, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kekuatan perlekatan dari beberapa bahan perekat gigitiruan pada basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix pada
basis resin akrilik polimerisasi panas.
2. Berapakah besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Polident
pada basis resin akrilik polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara

23

3. Berapakah besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus
pada basis resin akrilik polimerisasi panas.
4. Apakah ada perbedaan kekuatan perlekatan antara bahan perekat gigitiruan

Protefix, Polident, dan Bony Plus pada basis resin akrilik polimerisasi panas.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan
Protefix pada basis resin akrilik polimerisasi panas.
2. Untuk mengetahui besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan
Polident pada basis resin akrilik polimerisasi panas.
3. Untuk mengetahui besar kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony
Plus pada basis resin akrilik polimerisasi panas.
4. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan perlekatan antara bahan perekat
gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada basis resin akrilik polimerisasi
panas.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat praktis :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi untuk
dapat mempertimbangkan bahan perekat gigitiruan sebagai penambah retensi dan
stabilisasi gigitiruan pada beberapa kondisi khusus.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi untuk

memilih bahan perekat gigitiruan yang tepat bagi pasien.
Manfaat teoritis:
1. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang Prostodonsia.
2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara