Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

24

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang menjadi dukungan dari
anasir gigitiruan dan yang menerima tekanan fungsional dari oklusi serta
meneruskannya ke jaringan pendukung di rongga mulut. Basis gigitiruan juga
berfungsi mengembalikan estestis dan menstimulasi jaringan di bawah linggir yang
tersisa. Basis gigitiruan menggantikan mukosa dan menutupi linggir, memiliki warna
dan bentuk yang alami serta harmonis dengan jaringan sekitarnya.25
Syarat basis gigitiruan yang ideal antara lain: 3,25
1. Biokompatibel (tidak toksik, tidak mengiritasi)
2. Dapat beradaptasi secara akurat ke jaringan.
3. Memiliki sifat fisik dan mekanis yang adekuat seperti : kekuatan
transversal dan impak yang tinggi, modulus elastisitas yang tinggi, tahan terhadap
abrasi, konduktivitas termal yang tinggi, densitas yang rendah, kelarutannya rendah
dan tidak menyerap cairan rongga mulut, dimensinya stabil dan akurat.
4. Estetis dan warna stabil.
5. Radiopak bila dironsen.

6. Berikatan adhesi yang baik dengan anasir gigitiruan.
7. Harga ekonomis dan mudah terjangkau.
8. Mudah diperbaiki bila terjadi fraktur.
9. Mudah dibersihkan.

2.1.1 Bahan Basis Gigitiruan
Secara umum, bahan yang sering digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu basis logam dan basis resin akrilik.3

Universitas Sumatera Utara

25

2.1.1.1 Basis Logam
Logam yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah emas,
aluminium-mangan, platina, Stellite (krom - kobalt), nikel - krom, kobalt – krom nikel, titanium, dan baja tahan karat. Bahan logam yang sering digunakan sebagai
bahan basis gigitiruan adalah Stellite (krom – kobalt) karena bersifat kuat, keras,
kaku, tidak mudah korosi, dan harganya lebih murah.3,7
Kelebihan basis gigitiruan logam adalah:3,7
1. Penghantar panas yang baik.

2. Mudah beradaptasi dengan jaringan
3. Basis lebih tipis sehingga pasien lebih nyaman.
4. Stabilitas dimensi baik sehingga meningkatkan ketepatan kontak
permukaan basis gigitiruan dengan mukosa.
5. Basis lebih kuat untuk menahan tekanan pengunyahan.
6. Lebih berat, sehingga gigitiruan bawah lebih stabil.
Kekurangan basis gigitiruan dari logam antara lain:3,7
1. Biaya pembuatan dan perbaikannya lebih mahal.
2. Penggantian basis (rebasing) dan perbaikan lebih sulit dan lebih mahal.
3. Gigitiruan atas akan terasa lebih berat saat digunakan.

2.1.1.2 Basis Resin Akrilik
Bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan ialah
resin akrilik atau polimetil metakrilat (PMMA). Polimetil metakrilat dimodifikasi
dengan menambahkan monomer-monomer ikatan silang (cross linking) yang
meningkatkan kekerasan dan kekakuannya. Polimetil metakrilat merupakan polimer
yang padat, terdiri dari rantai-rantai unit molekul metil-metakrilat yang lurus dan
panjang. Metil metakrilat merupakan monomer cair. Resin akrilik untuk basis
gigitiruan tersedia dalam bentuk bubuk polimer dan cairan monomer. Cairan
membasahi bubuk dan membentuk ikatan pada pengerasannya. 3,4,7,25


Universitas Sumatera Utara

26

Resin akrilik dibedakan menjadi tiga, yaitu :4
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat-Cured Polymerization).
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang polimerisasinya
harus dengan pemanasan. Energi panas yang diperlukan dalam polimerisasi dapat
diperoleh dengan menggunakan perendaman dalam air atau microwave. Energi termal
menyebabkan terjadinya dekomposisi peroksida sehingga terbentuk radikal bebas.
Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi.
2. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self-Cured Autopolymerizing/Resin Cold
Curing).

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara
kimia. Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energi
termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui
penambahan amin tersier terhadap monomer. Bila komponen bubuk dan cairan
diaduk, amin tersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga

dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai.
3. Resin Akrilik Polimerisasi Sinar (Light Activated Polymerization)
Resin akrilik polimerisasi sinar merupakan resin akrilik yang diaktivasi
dengan sinar tampak. Bahan resin ini menyerupai suatu komposit yang memiliki
matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin akrilik dengan
berat molekul tinggi. Butiran resin akrilik bertindak sebagai pengisi organik, sinar
tampak bertindak sebagai aktivator, dan camphoroquinone bertindak sebagai pemulai
polimerisasi.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan
adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat-activated or cured PMMA).3 Kelebihan
resin akrilik sebagai basis gigitiruan, antara lain:3,4
1. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
2. Lebih estetis karena warnanya menyerupai jaringan sekitar
3. Reparasinya lebih mudah

Universitas Sumatera Utara

27


4. Relatif lebih ringan
5. Harganya murah
Kekurangan resin akrilik sebagai basis gigitiruan, antara lain:3,4
1. Lebih poreus daripada logam sehingga lebih sulit dibersihkan
2. Lebih tebal daripada logam
3. Penghantar termis yang kurang baik
4. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian maupun
reparasinya
5. Mudah terjadi abrasi dan fraktur pada saat pembersihan atau pemakaian
6. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut dan dapat
mempengaruhi warna basis

2.2.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik dengan sistem bubuk dan
cairan. Komposisi bubuk dan cairan adalah sebagai berikut : 3,4,7
1. Bubuk terdiri dari butiran PMMA (polimetil metakrilat), dengan inisiator
benzoyl peroxide (0,5%), pigmen, dan potongan serat sintetik.

2. Cairan terdiri dari monomer metil metakrilat, dengan inhibitor

hydroquinone, agen ikatan silang ethylene glycol dimethacrylate (10%), dan aktivator
NN-dimethyl-p-toluidine.

2.2.2 Manipulasi
Resin polimerisasi panas umumnya diproses di dalam kuvet. Prosesnya dapat
dilakukan dengan dua teknik, yakni teknik compression-molding dan teknik injectionmolding. Perbedaan keduanya hanyalah cara memasukkan adonan resin akrilik ke

dalam mold. Pada teknik compression-molding, adonan resin akrilik dimasukkan
secara manual dengan tangan ke dalam mold. Sedangkan, pada teknik injectionmolding, adonan resin akrilik dialirkan ke dalam mold (pada kuvet khusus) dengan

menggunakan spru.3,4

Universitas Sumatera Utara

28

Proses manipulasi basis resin akrilik polimerisasi panas antara lain:4,7

 Polimer dan monomer resin akrilik dicampur dengan perbandingan volume
3:1 atau perbandingan berat 2,5 : 1, kemudian adonan resin dimasukkan ke dalam

mold gips.

 Kuvet ditutup kembali dan ditekan dengan alat pres.

 Kuvet ditempatkan dalam water bath dengan waktu dan suhu terkontrol
untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik
polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath
dengan suhu konstan pada 70 oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan suhu 100oC
selama 30 menit.

 Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan

hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang
cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis.

 Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses

akhir dan dipoles.

2.2.3 Sifat-Sifat

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat – sifat sebagai berikut :3,4
1. Menyerap air secara perlahan.
Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan
menyebabkan ekspansi linear selama proses kuring. Ekspansi ini terjadi untuk
menyeimbangkan pengerutan (shrinkage) yang terjadi selama polimerisasi panas.
Selain itu, resin akrilik juga dapat mengalami pengerutan bila berada dalam kondisi
yang kering, sehingga pasien diinstruksikan untuk merendam gigitiruannya di dalam
air selama tidak digunakan.
2. Konduktivitas termal rendah.
Resin akrilik memiliki konduktivitas termal rendah sehingga kurang dapat
menghantarkan rangsangan panas ke mukosa. Hal ini membuat pasien kurang
nyaman dalam pengunyahan.
3. Kekuatan impak dan transversal rendah.

Universitas Sumatera Utara

29

4. Mampu berikatan sempurna dengan anasir gigitiruan.
Basis resin akrilik dapat berikatan sempurna dengan anasir gigitiruan

akrilik. Hal ini disebabkan oleh peningkatan difusi monomer ke polimer pada suhu
yang tinggi selama proses polimerisasi dan menyebabkan terbentuknya ikatan kimia
antara anasir gigitiruan dan basis.
5. Biokompatibel.
Resin akrilik bersifat biokompatibel terhadap jaringan rongga mulut.
Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang
disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau asam benzoik pada basis gigitiruan.

2.3 Pemakaian Gigitiruan
Keberhasilan suatu gigitiruan dapat dilihat pada saat pemasangan dan
pemakaiannya. Gigitiruan yang baik adalah gigitiruan yang nyaman saat dipakai,
dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis, serta dapat memelihara
keadaan jaringan mulut. Faktor retensi dan stabilisasi harus diperhatikan untuk
mencapai keberhasilan suatu gigitiruan.25

2.3.1 Retensi
Retensi gigitiruan adalah daya tahan terhadap gaya yang melepaskannya
dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan, atau dengan kata lain, retensi
adalah kemampuan gigitiruan untuk bertahan terhadap tekanan vertikal yang
melepaskan gigitiruan dari permukaan mukosa. Retensi merupakan hal yang paling

dibutuhkan, terutama pada gigitiruan yang melawan gaya gravitasi seperti rahang
atas. Retensi merupakan tahanan terhadap daya lekat makanan dan gaya-gaya yang
berhubungan dengan artikulasi. 2,6,7

2.3.2 Stabilisasi
Stabilisasi gigitiruan adalah kemampuan gigitiruan untuk bertahan terhadap
tekanan horizontal atau tekanan pada saat berfungsi. Kestabilan gigitiruan

Universitas Sumatera Utara

30

dipengaruhi oleh besar dan bentuk daerah pendukung, kualitas cetakan akhir, bentuk
permukaan yang dipoles, lokasi dan susunan anasir gigitiruan yang tepat. 6,7

2.3.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilisasi
Gigitiruan
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan gigitiruan. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
faktor fisis, fisiologis, mekanis, psikologis, dan permukaan basis gigitiruan.2


2.3.3.1 Fisis
Beberapa faktor yang termasuk faktor fisis yang mempengaruhi retensi dan
stabilisasi gigitiruan adalah adhesi, kohesi, tegangan permukaan interfasial, dan
tekanan atmosfer.2
1. Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik-menarik fisis antara molekul-molekul yang
berbeda satu sama lain. Gaya ini bekerja bila ada saliva yang membasahi dan melekat
pada permukaan basis gigitiruan dan pada membran mukosa jaringan pendukung.
Gaya ini terjadi karena adanya kekuatan ion antara glikoprotein saliva dan permukaan
epitel mukosa ataupun basis resin akrilik. Efektivitas adhesi tergantung pada rapatnya
kontak antara basis gigitiruan dengan jaringan pendukung dan daya alir saliva. Besar
retensi yang diberikan oleh adhesi berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutupi basis gigitiruan. 7,25-29
2. Kohesi
Kohesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul-molekul satu sama lain.
Gaya ini terjadi dalam lapisan tipis saliva di antara basis gigitiruan dan mukosa.
Saliva serous dapat membentuk lapisan saliva yang lebih tipis dan lebih kohesif
daripada saliva mukus yang tebal. 7,25-29
3. Tegangan permukaan interfasial
Tegangan permukaan interfasial adalah tegangan atau daya tahan dua
permukaan yang melekat dengan perantaraan selapis tipis cairan terhadap gaya yang

Universitas Sumatera Utara

31

memisahkannya. Hal ini dijumpai pada selapis tipis saliva yang terdapat di antara
basis gigitiruan dan mukosa daerah pendukung. Lapisan tipis saliva ini berperan
untuk menahan kekuatan yang akan memisahkan basis gigitiruan dengan mukosa.7,25-28
4. Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer dapat bereaksi melawan gaya yang melepaskan
gigitiruan, atau merupakan daya tahan terhadap pelepasan gigitiruan dari daerah
pendukungnya. Gigitiruan harus mempunyai penutupan tepi (peripheral seal) yang
baik di seluruh tepinya agar tekanan atmosfer dapat efektif. 25-28

2.3.3.2 Fisiologis
Kehilangan gigi baik sebagian ataupun seluruhnya mengakibatkan banyak
kondisi fisiologis yang berubah. Kondisi tersebut antara lain :7
1.

Penurunan efisiensi kunyah dan penelanan.

2.

Hilangnya struktur periodontal dan resorpsi linggir alveolar

3.

Untuk mencapai oklusi dibutuhkan adaptasi refleks yang dikompromikan

4.

Terjadi peningkatan gerakan-gerakan parafungsi

5.

Gangguan pada sendi temporomandibular

6.

Koordinasi dan kekuatan otot wajah dan otot pengunyahan berkurang

7.

Kelainan bicara

Berdasarkan kondisi tersebut, pembuatan gigitiruan harus benar-benar
memperhatikan kondisi fisiologis pasien. Setiap pasien memiliki kondisi fisiologis
dan kebutuhan perawatan yang berbeda-beda. Retensi dan stabilisasi yang diperlukan
juga berbeda-beda. Terdapat beberapa kasus yang membutuhkan perhatian khusus
terhadap retensi dan stabilisasi, yakni:2,8,9
1. Atrofi linggir alveolar yang parah
2. Parahnya tingkat hipertrofi jaringan yang menutupi linggir
3. Pasien yang memiliki gangguan kontrol neuromuskular (misalnya : stroke
dan parkinson)
4. Pasien dengan xerostomia yang parah

Universitas Sumatera Utara

32

5. Kerusakan maksilofasial yang menyebabkan berkurangnya dukungan
jaringan.
6. Pasien yang tidak nyaman memakai immediate denture.
7. Pasien dengan gigitiruan yang rumit (contoh: pemakaian obturator).

2.3.3.3 Mekanis
Faktor mekanis gigitiruan berkaitan dengan kekuatan bahan basis untuk tidak
fraktur selama digunakan. Kekuatan basis tersebut meliputi kekuatan impak dan
kekuatan transversal. Kekuatan impak adalah kekuatan suatu material untuk bertahan
pada kekuatan yang datang secara tiba-tiba. Kekuatan transversal adalah kekuatan
yang dibutuhkan suatu material untuk menjadi fraktur dan tidak dapat kembali seperti
semula.30

2.3.3.4 Psikologis
Terdapat beberapa faktor psikologis yang berkaitan dengan retensi dan
stabilisasi gigitiruan, antara lain :
a. Pasien yang menggunakan immediate denture
Immediate denture merupakan gigitiruan penuh yang dipasang segera setelah

pencabutan gigi terakhir. Pemakaian immediate denture sering menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien dan mengganggu aktivitas fungsional rongga mulut saat
berbicara dan mengunyah. Kondisi tersebut terjadi karena pembuatan immediate
denture dilakukan pada saat pasien masih dalam kondisi bergigi. 3

b. Pengguna gigitiruan pertama kali dan mengalami masalah psikologis
Proses seorang pasien yang telah kehilangan gigi seluruhnya dapat menerima
dan memakai gigitiruan penuh cenderung sulit. Pasien harus mampu beradaptasi dan
mampu mengkoordinasikan aktivitas otot rongga mulut selama penggunaan
gigitiruan. Kemampuan untuk beradaptasi dan mengkoordinasikan otot-otot rongga
mulut akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Pada pasien yang
baru pertama sekali menggunakan gigitiruan, cenderung merasa gelisah dan tidak

Universitas Sumatera Utara

33

nyaman karena kurang mampu beradaptasi dan mengkoordinasikan otot rongga
mulutnya. 7

2.4 Bahan Perekat Gigitiruan
Bahan perekat gigitiruan adalah bahan perekat gigitiruan yang dijual bebas di
pasaran, tidak toksik, dapat larut dan melekat secara alami, serta dapat diaplikasikan
pada permukaan anatomis basis gigitiruan untuk meningkatkan kualitas retensi dan
stabilisasi.2,3,13
Karakteristik bahan perekat gigitiruan yang ideal antara lain:11
1. Bentuk fisiknya dapat berupa bubuk, krim, atau gel.
2. Bahan perekat gigitiruan yang baik haruslah tidak toksik, tidak mengiritasi,
dan biokompatibel dengan mukosa oral.
3. Tidak berbau dan tidak berasa.
4. Harus mudah diaplikasikan dan dilepaskan dari permukaan jaringan dan
gigitiruan.
5. Tidak menjadi tempat pertumbuhan mikroba.
6. Harus mampu merekat selama 12-16 jam.
7. Harus menimbulkan rasa nyaman saat digunakan, meningkatkan retensi
dan stabilisasi gigitiruan, meningkatkan fungsi gigitiruan dalam berbicara,
mengunyah, dan fungsi lainnya.

2.4.1 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pemakaian bahan perekat gigitiruan: 8,11,13
1. Menstabilkan basis sementara selama pencatatan hubungan rahang.
Pencatatan hubungan rahang pada dasarnya membutuhkan kestabilan basis
sementara. Basis sementara dibuat dari base plate ataupun dari resin akrilik
swapolimerisasi yang belum memiliki kestabilan, sehingga dibutuhkan bahan perekat
gigitiruan.

Universitas Sumatera Utara

34

2. Pemakaian immediate denture.
Pemakaian immediate denture membutuhkan proses penyembuhan jaringan
lunak, dan selama proses rebasing atau pembuatan gigitiruan baru, dapat terjadi
resorpsi tulang. Selama periode tersebut, dapat digunakan soft liner dengan bantuan
bahan perekat gigitiruan untuk mempertahankan retensi, kenyamanan, dan fungsi.
3. Mengurangi iritasi jaringan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan perekat
gigitiruan dapat mengurangi iritasi jaringan, ulkus yang timbul akibat tekanan
gigitiruan, dan inflamasi mukosa oral selama penggunaan gigitiruan. Bahan perekat
gigitiruan direkomendasikan untuk pasien pengguna gigitiruan dengan sensitivitas
mukosa oral yang parah.
4. Pasien dengan penyakit sistemik
Pasien dengan penyakit sistemik yang parah (misalkan Diabetes mellitus),
pasien yang sedang dalam terapi obat atau radioterapi yang mengakibatkan kondisi
mulut kering disarankan untuk menggunakan bahan perekat gigitiruan. Pasien dengan
penyakit hormonal dan gangguan kontrol muskular seperti myasthe-niagravis,
parkinson, alzheimer, dan lain-lain, membutuhkan bahan perekat gigitiruan untuk
menjaga kestabilan gigitiruannya.
5. Pasien yang pernah mengalami pembedahan maksilofasial membutuhkan
bahan perekat gigitiruan untuk menahan basis gigitiruan yang lebar.
6. Pasien yang pekerjaannya berhubungan dengan publik, seperti guru, aktor,
pengacara, politisi, pembicara, dan lain-lain, membutuhkan penggunaan bahan
perekat gigitiruan untuk meningkatkan keamanan secara psikologis.
7. Pasien dengan gigitiruan yang rumit, contoh pemakaian obturator.
8. Pasien dengan atrofi linggir alveolar yang parah.
9. Pasien dengan tingkat hipertrofi jaringan yang parah, hingga menutupi
linggir.
Kontraindikasi pemakaian bahan perekat gigitiruan:11
1. Pasien yang alergi pada bahan perekat gigitiruan atau komponen yang ada
di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara

35

2. Gigitiruan yang tidak lagi adekuat dan tepat untuk digunakan.
3. Gigitiruan yang vertikal dimensinya tidak lagi tepat disebabkan oleh
resorpsi tulang dan pengerutan jaringan lunak.
4. Pasien dengan gigitiruan yang sudah rusak / aus.
5. Pasien dengan kebiasaan buruk tidak membersihkan gigitiruan dan sisa-sisa
bahan perekat gigitiruan yang tertinggal setelah pemakaian.

2.4.2 Mekanisme Kerja
Efektivitas bahan perekat gigitiruan bekerja dengan meningkatkan daya adhesi
dan kohesi, juga dengan menghilangkan kekosongan antara basis gigitiruan dan
daerah basal. Ruang antara basis gigitiruan dan mukosa oral diisi oleh bahan perekat
gigitiruan, sehingga tekanan retentif dapat ditransmisikan ke mukosa oral dan basis
gigitiruan melalui perantaraan saliva.3,11
Saliva dapat meningkatkan viskositas bahan perekat gigitiruan, dengan
demikian meningkatkan kekuatan perlekatan gigitiruan terhadap jaringan. Bahan
perekat gigitiruan ini dapat menyerap air dan dapat menggembang 50-150% bila di
dalam air, yang kemudian akan mengisi ruang antara gigitiruan dan jaringan. Air
yang diserap akan bertindak sebagai anion dan akan berikatan dengan kation dalam
protein membran mukosa sehingga terjadi perlekatan. Sifat ini tergantung pada
kandungan fisik dan kimiawi masing-masing bahan.3,11
Bahan perekat yang beredar saat ini telah menggunakan bahan yang memiliki
kekuatan bio-adhesif dan kekuatan kohesi. Kekuatan bio-adesif diperoleh dari
kelompok karboksil seperti methyl cellulose, hydroxymethyl-cellulose, sodium
carboxy-methyl cellulose atau polymethyl vynil-ether maleic anhydrate (PVM-MA)

yang akan membentuk ikatan kovalen yang menghasilkan perlekatan.11

2.4.3 Komposisi
Bahan perekat gigitiruan yang telah digunakan pada awal 1960-an terbuat dari
getah tumbuhan seperti karaya, tragacanth, xanthan, dan akasia.3 Sejak awal 1970-

Universitas Sumatera Utara

36

an, bahan-bahan sintetik sudah mendominasi dalam komposisi bahan perekat
gigitiruan.15
Terdapat dua tipe bahan perekat gigitiruan yang tersedia di pasaran, yakni
bahan perekat yang mudah larut (soluble fixative) dan bahan perekat yang tidak
mudah larut (insoluble fixative).
1. Bahan perekat yang tidak mudah larut tidak akan mengalir pada saat
diaplikasikan ke basis gigitiruan dan biasanya terbuat dari sodium alginate atau
ethylene oxide polymer .15

2. Bahan perekat yang mudah larut seperti krim, pasta, dan bubuk, terbuat
dari campuran garam dengan masa kerja cepat yakni Sodium carboxymethylcellulose
(CMC) dan polimer dengan masa kerja lama yakni Polyvinyl methyl ether maleate
ataupun dapat berupa campuran garam kalsium dan seng.3,15
Secara garis besar, komposisi setiap bahan perekat gigitiruan terdiri dari tiga
kelompok bahan sebagai berikut :11,15
1. Kelompok pertama adalah bahan yang bertindak sebagai bahan perekat
seperti: getah karaya, tragacanth, akasia, pectin, gelatin, methyl-cellulose, hydroxylmethyl cellulose, dan polimer sintetik (polyethylene oxide, acrylamides, acetic, dan
polyvinyl). Kebanyakan bahan perekat gigitiruan masa kini menggunakan polimer

sintetik Poly (methyl vinyl ether/ maleic acid) dan Sodium carboxymethylcellulose
(CMC).
Poly (methyl vinyl ether/ maleic acid) merupakan komponen utama yang

berupa gabungan dari beberapa ikatan garam yang bertindak sebagai perekat dari
bahan perekat gigitiruan dengan mekanisme kerja yang sama dengan CMC. Pada
kondisi kehadiran saliva maka poli (methilvinileter) akan menunjukan ikatan silang
antara molekul yang menyebabkan peningkatan aktivitas kohesi. 3,31
Carboxymethylcellulose (CMC) atau getah selulosa adalah derivat selulosa

dengan grup karboksimetil (-CH2-COOH) yang berikatan dengan beberapa grup
hidroksil

dari

monomer

glukopiranosa

yang

membentuk

rantai

selulosa.

Carboxymethylcellulose (CMC) memiliki kekentalan yang tinggi, tidak toksik, dan

bersifat hipoalergenik. Carboxymethylcellulose berfungsi sebagai bahan pengental.

Universitas Sumatera Utara

37

CMC yang terkontaminasi dengan air akan memperlihatkan masa kerja yang cepat,
menimbulkan ikatan ion terhadap gigitiruan dengan epitelium mukosa. CMC
meningkatkan volume dan vikositas cairan dalam rongga mulut, sehingga
mengeliminasi kekosongan antara basis gigitiruan dan sandaran basal. Kedua aksi
tersebut meningkatkan kekuatan interfasial pada gigitiruan.3,32,33
2. Kelompok kedua adalah bahan yang bertindak sebagai antimikroba seperti
hexachlorophene, sodium tetraborate, ethanol, p-hydroxy-benzoic acid methyl ester,

dan propyl hydroxybenzoate (propil paraben). Bahan p-hydroxy-benzoic acid methyl
ester dan propil paraben adalah jenis antifungal paling sering digunakan pada bahan

perekat gigitiruan. Bahan ini juga digunakan sebagai pengawet makanan karena asam
ini mempunyai sifat tidak mengiritasi, tidak berbau dan tidak beracun pada tubuh
manusia.34
3. Kelompok ketiga adalah bahan tambahan, pengental, pembasah, dan
pembuat rasa. Petroleum, mineral oil, dan polyethylene oxide ditambahkan pada
bahan perekat krim untuk menambah kekuatan ikatan, bahan celup (dyes) untuk
memberikan warna, silikon dioksida dan kalsium stearat ditambahkan pada bahan
perekat bubuk untuk meminimalkan gumpalan. Peppermint oil dan menthol
ditambahkan sebagai bahan pembuat rasa. Sodium borate dan methylparaban /
polyparaban ditambahkan sebagai bahan pengawet.

2.4.3.1 Protefix
Salah satu jenis bahan perekat gigitiruan yang banyak beredar di pasaran saat
ini adalah Protefix (Gambar 1). Komposisi bahan perekat gigitiruan Protefix antara
lain :20

Universitas Sumatera Utara

38

Gambar 1. Bahan Perekat Gigitiruan Protefix

1. Poly (methylvinylether / maleic acid) atau campuran garam sodium-calcium
Poly (methylvinylether / maleic acid) merupakan komponen utama yang

berupa gabungan dari beberapa ikatan garam yang bertindak sebagai perekat dari
bahan perekat gigitiruan dengan mekanisme kerja yang sama dengan CMC. Pada
kondisi kehadiran saliva maka Poly (methylvinylether/maleic acid) akan menunjukan
ikatan silang antara molekul yang menyebabkan peningkatan aktivitas kohesi
(Gambar 2). 3,31

Gambar 2. Struktur Poly (methylvinylether/maleic acid)

2. Carboxymethylcellulose (CMC)
Carboxymethylcellulose (CMC) atau getah selulosa adalah derivat selulosa

dengan grup karboksimetil (-CH2-COOH) yang berikatan dengan beberapa grup
hidroksil

dari

monomer

glukopiranosa

yang

membentuk

rantai

selulosa.

Universitas Sumatera Utara

39

Carboxymethylcellulose (CMC) memiliki kekentalan yang tinggi, tidak toksik, dan

bersifat hipoalergenik. Carboxymethylcellulose berfungsi sebagai bahan pengental.
CMC yang terkontaminasi dengan air akan memperlihatkan onset yang cepat,
menimbulkan ikatan ion terhadap gigitiruan dengan epitelium mukosa. CMC
meningkatkan volume dan viskositas cairan dalam rongga mulut, sehingga
mengeliminasi kekosongan antara basis gigitiruan dan sandaran basal. Kedua aksi
tersebut meningkatkan kekuatan interfasial pada gigitiruan (Gambar 3).3,32,33

Gambar 3. Struktur Kimia Carboxymethylcellulose (CMC)

3. Paraffin
Paraffin merupakan hidrokarbon dengan rumus kimia CnH2n+2. Paraffin terdiri

dari dua bentuk yakni padat dan cair. Paraffin padat adalah paraffin wax yang
merupakan campuran alkana dan berbentuk padat pada suhu kamar, dan akan mencair
pada suhu 37o C. Paraffin padat tidak larut dalam air, tetapi dapat larut bila bereaksi
dengan larutan ether, benzene, maupun ester. Paraffin berfungsi sebagai pengawet,
pelumas,dan pendingin.35
4. Vaseline
Vaseline berasal dari bahan petroleum jelly. Bahan ini berbentuk semipadat

dan tidak larut dalam air. Vaseline berfungsi sebagai pelumas, pelindung dan
antioksidan. Vaseline sering digunakan sebagai bahan pembuat krim kulit, sabun,
losion, pembersih, dan deodorant.36

Universitas Sumatera Utara

40

5. Silica gel
Silica gel adalah zat bergranul, cair, dan berporeus yang dibentuk dari oksida

silikon dan dibuat secara sintetis dari sodium silikat. Silica gel bersifat kuat dan keras,
tidak seperti gel gelatin atau agar. Silica gel mampu menyerap air dengan cepat
karena memiliki ikatan yang kuat dengan molekul air, sehingga bahan ini mampu
menciptakan suasana yang kering. Pada kondisi jenuh dengan air, silica gel akan
menghasilkan panas dan dapat pecah. Silica gel berfungsi sebagai pengawet dan
mengontrol kelembapan sehingga mencegah kerusakan zat makanan. Zat ini bersifat
tidak toksik, tidak menginflamasi, tidak reaktif, dan stabil bila digunakan sesuai
aturan.37
6. Menthol
Menthol adalah campuran organik yang dibuat secara sintesis dari cornmint,
peppermint, atau minyak mint lainnya. Bahan ini bersifat seperti lilin, substansi

kristal, berwarna putih bening, dan berwujud padat pada suhu kamar. Menthol
memiliki sifat anastetik lokal dan meredakan iritasi. Bahan ini sering digunakan
sebagai komposisi bahan obat-obatan dan produk kosmetik (Gambar 4).38

Gambar 4. Menthol

7. Azorubin
Azorubin adalah bahan pewarna makanan berwarna merah atau merah

maroon. Bahan ini sering disebut sebagai bahan pewarna makanan No.3. Azorubin

Universitas Sumatera Utara

41

larut dalam air dan ethanol dan umumnya sering disebut sebagai garam binatrium
(Gambar 5).39

Gambar 5. Struktur Kimia Azorubin

8. p-hydroxy-benzoic acid methyl ester
p-hydroxy-benzoic acid methyl ester merupakan agen anti-fungal atau

bahan yang digunakan sebagai pengawet makanan karena asam ini mempunyai sifat
tidak mengiritasi, tidak berbau dan tidak beracun pada tubuh manusia (Gambar 6).34

Gambar 6. Struktur Kimia Asam p-hydroxybenzoic acid methyl ester

Universitas Sumatera Utara

42

2.4.3.2 Polident
Polident merupakan salah satu bahan perekat gigitiruan yang banyak
digunakan oleh masyarakat (Gambar 7). Komposisi bahan perekat gigitiruan Polident
antara lain : 21

Gambar 7. Bahan Perekat Gigitiruan Polident

1. Poly (methylvinylether /maleic acid) atau campuran garam sodium-calcium
2. Carboxymethylcellulose (CMC)
3. Petrolatum
Petrolatum merupakan komposisi dari produk vaselin dan berfungsi sebagai

pengental krim bahan perekat gigitiruan. Petrolatum adalah substansi gelatin yang
merupakan campuran hidrokarbon yang diperoleh dari petrolatum yang digunakan
sebagai pelumas dan obat salep, atau sering juga disebut petroleum jelly. Bahan ini
berbentuk semipadat dan tidak larut dalam air. Petroleum jelly berfungsi sebagai
pelumas, pelindung dan antioksidan.33,40
4. Mineral oil
Mineral oil adalah minyak cair tidak berwarna, tidak berbau, dan bukan di

diperoleh dari mineral tumbuh-tumbuhan, tetapi berasal dari distilasi petroleum.
Minyak ini merupakan jenis wax hidrokarbon cair yang akan membentuk lapisan
tipis pada kulit dan dapat menutupi poreus pada kulit dan sulit diserap. Mineral oil
sering digunakan dalam industri obat-obatan, kosmetik, industri mekanik dan
elektrik, industri makanan, dan lain-lain.33,41
5. Spray dried spearmint
Spray dried spearmint adalah minyak yang berwarna putih ataupun berbentuk

bubuk putih yang memiliki karakteristik aroma dan rasa tersendiri. Spray dried

Universitas Sumatera Utara

43

spearmint terdiri dari campuran zat tepung (kanji) makanan, propylene glycol, dan
benzyl alcohol. Bahan ini sering digunakan dalam industri makanan dan sebagai

campuran bahan perekat gigitiruan untuk memberi aroma dan rasa.42
6. Propyl hydroxybenzoate
Propil hydroxybenzoate (propil paraben) merupakan agen anti-fungal atau

bahan yang digunakan sebagai pengawet makanan. Propil hydroxybenzoate
mempunyai sifat tidak mengiritasi, tidak berbau dan tidak beracun pada tubuh
manusia.34
7. Erythrosin CL45430
Erythrosin adalah campuran organoiodine, turunan fluorone, dan merupakan

pewarna sintestis yang berwarna cherry-pink. Bahan pewarna ini biasanya digunakan
sebagai pewarna makanan, tinta pencetak, dan bahan disclosing solution. Erythrosin
CL45430 biasanya digunakan sebagai pewarna kosmetik dan pewarna pasta gigi.

Konsentrasi maksimum yang dapat ditoleransi pada pasta gigi adalah 0,0025%
(Gambar 8).43

Gambar 8. Struktur Kimia Erythrosine

Universitas Sumatera Utara

44

2.4.3.3 Bony Plus
Bahan perekat gigitiruan Bony Plus merupakan salah satu bahan perekat yang
tersedia di pasaran (Gambar 9). Komposisi Bony Plus antara lain: 22

Gambar 9. Bahan Perekat Gigitiruan Bony Plus

1. Poly (methylvinylether / maleic acid) atau campuran garam sodium-calcium
2. Petrolatum
3. Carboxymethylcellulose (CMC)
4. Paraffin liquid
Paraffin merupakan hidrokarbon dengan rumus kimia CnH2n+2. Paraffin terdiri

dari dua bentuk yakni padat dan cair. Paraffin liquid merupakan jenis wax
hidrokarbon cair. Paraffin berbentuk cair disebut mineral oil / paraffin liquid yang
biasanya digunakan sebagai komposisi obat laksatif. Paraffin berfungsi sebagai
pengawet, pelumas,dan pendingin.44
5. Menthol
6. Methyl Lactate.
Methyl lactate dengan rumus molekul CH3CHCHCOOCH3 merupakan cairan

yang mendidih pada suhu 145 oC, larut dalam air dan hampir semua pelarut organik.
Bahan ini digunakan sebagai pelarut untuk bahan pengencer, stain, dan material
selulosik (Gambar 10).45

Universitas Sumatera Utara

45

Gambar 10. Struktur Kimia Methyl Lactate

Perbedaan komposisi ketiga bahan perekat gigitiruan tersebut dapat
disimpulkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. PERBEDAAN KOMPOSISI BAHAN PEREKAT
PROTEFIX, POLIDENT, DAN BONY PLUS
No.
1.

Komposisi
Kelompok
yang
berperan
sebagai
bahan perekat

2.

Kelompok
yang
berperan
antimikroba
Kelompok
bahan
tambahan
- Bahan pelumas

3.

- Bahan pemberi
aroma dan rasa
- Bahan pewarna
- Bahan
pelarut
dan pengencer
- Bahan pengontrol
kelembapan

GIGITIRUAN

Protefix
1. Poly
(methylvinylether
/ maleic acid)
atau
campuran
garam
sodiumcalcium
2. Carboxymethylcellulose (CMC)
p-hydroxy-benzoic
acid methyl ester

Polident
1. Poly
(methylvinylether
/ maleic acid)
atau
campuran
garam
sodiumcalcium
2. Carboxymethylcellulose (CMC)
Propyl
hydroxybenzoate

Bony Plus
1. Poly
(methylvinylether
/ maleic acid)
atau
campuran
garam
sodiumcalcium
2. Carboxymethylcellulose (CMC)
-

1. Paraffin (padat)
2. Vaseline
(semipadat)

1. Petrolatum
(semipadat)
2. Mineral oil (cair)

Menthol

Spray
dried
spearmint
Erytrhosin CL45430
-

1. Petrolatum
(semipadat)
2. Paraffin liquid
(cair)
Menthol

Azorubin

Silica gel

-

Methyl lactate
-

Universitas Sumatera Utara

46

2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan
Perlekatan bahan perekat gigitiruan terhadap basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dipengaruhi oleh komposisi dan mekanisme kerja setiap komposisi
bahan perekat tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi perlekatan bahan
perekat gigitiruan antara lain:
1. Kelarutan
Kelarutan bahan perekat gigitiruan adalah kemampuan bahan perekat untuk
larut dalam saliva. Kelarutan ini dipengaruhi oleh kandungan wax hidrokarbon yang
terdapat dalam komposisi bahan perekat gigitiruan. Wax hidrokarbon adalah jenis
wax yang dapat berupa wax padat (contoh : paraffin), semi padat (contoh : vaseline
dan petrolatum ) ataupun cair (contoh: mineral oil dan paraffin liquid) yang berfungsi
sebagai pelumas. Wax hidrokarbon adalah bahan yang tidak larut dalam air, sehingga
tidak mudah larut dalam saliva. Wax hidrokarbon menjaga kandungan poly
(methylvinylether/ maleic acid) dan CMC dalam bahan perekat agar tidak mudah

larut, sehingga terjadi perlekatan yang baik dalam waktu lama antara mukosa dan
basis gigitiruan.46
Wax hidrokarbon tidak akan mencair pada suhu 35oC, tetapi akan mudah
mencair menjadi minyak bila terkena minuman dan makanan yang panas. Wax yang
telah

mencair

akan

mudah

terbuang

dan

melepas

ikatan

dengan

poly

(methylvinylether/ maleic acid) dan CMC, sehingga kekuatan perlekatan bahan

perekat gigitiruan menjadi berkurang.46
Perbedaan jenis wax hidrokarbon yang terkandung dalam bahan perekat
gigitiruan menyebabkan perbedaan kekuatan perlekatan bahan perekat tersebut. Hasil
penelitian Koppang R, dkk. (1995) yang dilakukan secara in vitro, bahan perekat
gigitiruan yang mempunyai kandungan wax hidrokarbon padat dan cair memiliki
kekuatan adhesif yang lebih tinggi daripada yang hanya memiliki wax hidrokarbon
padat.46
2. Viskositas
Viskositas bahan perekat gigitiruan adalah kekentalan bahan perekat pada
saat digunakan di rongga mulut. Dengan kata lain, kemampuan suatu bahan perekat

Universitas Sumatera Utara

47

gigitiruan untuk menyerap air dari lingkungan sekitarnya dan menjadikannya kental.
Kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan berbentuk krim / pasta akan meningkat
setelah aplikasi ke gigitiruan karena terjadi penyerapan air oleh polimer larut air.
Penyerapan air ini akan membuat bahan perekat gigitiruan menjadi kental dan
merekat dengan baik. Retensi dan perlekatan bahan perekat gigitiruan akan
meningkat seiring peningkatan viskositas bahan perekat. Viskositas ini dipengaruhi
oleh komponen pelumas (misalnya paraffin, vaseline),

pelarut, dan pengencer

(misalnya methyl lactate). 24,49
Berdasarkan standar ISO, kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan
haruslah minimal 5 kPa (1,57 N) ataupun lebih.24 Hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Hong G, dkk. (2011) menyatakan bahwa kekuatan adhesif semua
bahan perekat gigitiruan yang diukur berada di atas 5 kPa (1,57 N) dan memenuhi
standar ISO.24
Hasil penelitian Zhao, dkk. (2004) menunjukkan nilai kekuatan perlekatan dua
jenis bahan perekat gigitiruan (Comfort-DA dan Fittydent) berada diantara 180-198
N.23 Hasil penelitian Koppang, dkk. (1995) menunjukkan nilai kekuatan perlekatan
beberapa jenis bahan perekat gigitiruan (Super Poli-Grip, Fixodent, Super Wernet’s,
Fittydent, dan Tragacanth) berada di antara 5–45 N.46
Ali, dkk. (2011) melakukan penelitian dengan membandingkan kekuatan
retensi antara Bony Plus dan beberapa jenis bahan perekat gigitiruan lainnya dengan
Carboxymethylcellulose (CMC) murni dan CMC yang dicampur dengan beberapa

bahan tambahan. Hasil penelitian Ali, dkk. (2011) menunjukkan bahwa CMC murni
memiliki nilai kekuatan retensi yang paling tinggi di antara semua bahan yang diteliti,
termasuk Bony Plus.49

Universitas Sumatera Utara

48

2.5 Kerangka Teori
PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN BAHAN PEREKAT GIGITIRUAN PADA
BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

Kehilangan Gigi
Pembuatan Gigitiruan Lepasan

Pembuatan Basis Gigitiruan

Basis Resin Akrilik

Basis Logam

Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Komposisi

Pemakaian Gigitiruan

Retensi

Sifat

Manipulasi

Stabilisasi

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi

Fisis

Mekanis

Fisiologis
-

Psikologis

atrofi linggir alveolar yang
parah;
hipertrofi jaringan yang
menutupi linggir;
xerostomia yang parah;
kerusakan maksilofasial;
gangguan
kontrol
neuromuskular;
pemakaian obturator.

-

Pasien pemakai
gigitiruan baru dengan
masalah psikologis

-

Pemakaian immediate
denture;

Pemakaian Bahan Perekat Gigitiruan

Indikasi &
Kontraindikasi

Mekanisme
kerja

Komposisi

Faktor yang Mempengaruhi
Perlekatan

Kekuatan Perlekatan

Bahan Perekat Protefix

Bahan Perekat Polident

Bahan Perekat Bony Plus

Apakah ada perbedaan kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus?

Universitas Sumatera Utara

49

2.6 Kerangka Konsep
PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN BEBERAPA BAHAN PEREKAT
GIGITIRUAN PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI
PANAS
Bahan Perekat Gigitiruan

Komposisi Bahan Perekat Gigitiruan

Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan

Kelarutan
-

-

Bahan perekat
Protefix :
Poly (methyl
vinyl ether/
maleic acid)
carboxymethylcel
lulose (CMC)
paraffin
Vaseline
silica gel
menthol
azorubin
p-hydroxybenzoic acid
methyl ester.

-

-

Bahan perekat
Polident :
Poly (methyl
vinyl ether/
maleic acid)
carboxymethylcel
lulose (CMC)
petrolatum
mineral oil
spray dried
peppermint
prophyl
hydroxybenzoate
eritrosin
CL45430

-

-

Bahan perekat
Bony Plus :
Poly (methyl
vinyl ether/
maleic acid)
carboxymethylcel
lulose (CMC)
paraffin liquid
petrolatum
menthol
methyl lactate

Jenis Wax
Hidrokarbon
sebagai pelumas :
- padat (contoh :

parafin)
- semi padat
(contoh :
Vaseline dan
petrolatum )
- cair (contoh:
mineral oil dan
paraffin liquid)

Viskositas
Jenis komponen
pelumas
(contoh:
paraffin,
vaseline)
- pelarut, dan
pengencer
(contoh: methyl
lactate).

Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony plus

Chowdhry dkk. (2010), bahan perekat gigitiruan meningkatkan
adhesi sampel akrilik ke permukaan kaca, bahan perekat
gigitiruan bentuk pasta jauh lebih retentif, dan penambahan saliva
tiruan dapat meningkatkan kekuatan maksimum bahan perekat
gigitiruan.
Kumar dan Thombare (2011), nilai retensi gigitiruan meningkat
pada penggunaan bahan perekat gigitiruan dan bahan perekat
gigitiruan yang pasta lebih retentif dibandingkan yang bubuk.

Hong dkk. (2011), kekuatan adhesi bahan perekat gigitiruan
meningkat signifikan seiring pertambahan waktu perendaman,
tetapi kekuatan adhesi bahan pelembab rongga mulut menurun
signifikan seiring pertambahan waktu perendaman. Semua bahan
perekat gigitiruan yang diteliti memiliki kekuatan adhesif di atas 5
kPa (sesuai standar ISO)

Universitas Sumatera Utara

34

2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1.

Ada perbedaan kekuatan perlekatan antara bahan perekat gigitiruan

Protefix, Polident, dan Bony Plus pada basis resin akrilik polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara