Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL

NANAS Queen DAN REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

IKA ASTRINA NIM : 070600096

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2012

Ika Astrina

Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

xiii + 75 halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini memiliki kelemahan yaitu pada porositas dan kekasaran permukaan sehingga permukaan basis gigitiruan yang tidak dipoles seperti bagian yang menghadap ke jaringan dapat mempermudah melekatnya sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan dengan baik maka akan menjadi tempat berkembangnya spesies mikroba, hal ini akan menimbulkan denture stomatitis, yang diakibatkan jamur Candida albicans. Perendaman gigitiruan ke dalam bahan pembersih dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada denture stomatitis. Tanaman obat tradisional yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik, antifungi, desinfektan adalah nanas dan daun sirih. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.


(3)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).


(4)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Februari 2012

Pembimbing Tanda Tangan

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes ... NIP : 19540910 1981121 002

2. Hubban Nasution, drg ... NIP : 19860423 200912 1 005


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

Pada tanggal 16 Februari 2012

TIM PENGUJI

Ketua : Dwi Tjahyaning Putranti, drg.,MS

Anggota : 1. Eddy Dahar, drg.,M.Kes

2. Hubban Nasution, drg

3. Syafrinani,drg., Sp.Pros (K)

4. Ariyani, drg


(7)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, karunia dan izin-Nyalah skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Johan Tampubolon, Ibunda Drs Tuahtaras Bangun, M.Sc yang dengan segala ketulusan hati dan pengorbanan yang tiada tara telah merawat, mendidik, memberikan cinta, kasih sayang, do’a, serta dorongan semangat. Abang penulis Rustin Tampubolon S.P, Kakak penulis Hilda Astralita beserta Adik penulis Irwanta Tampubolon. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada M. Harry Faisal atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Hubban Nasution, drg. selaku pembimbing pendamping penulis yang telah rela meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

5. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Syafrinani, drg, Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia dan anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku ketua tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ariyani, drg. sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Prostodonsia atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.


(9)

10. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

11. Ahadi Kurniawan, selaku Kepala Laboratorium di BTKL-PM dan Susi S.Pd., Nunu S.Pd atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

12. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes atas bantuannya dalam analisis statistik.

13. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia : Siti Fatimah, Ester Sembiring, Sandra Tampubolon, Evi Soviani Lubis, Ulfa Namirah atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

14. Sahabat-sahabat terbaikku Khairiyah Ulfah, Resti Wulandari, Muchlis Fauji, Nurfadilah Agustina, Dian Hidayati, Rica Vramitha, Stefani Tanius, Trijayanti Gozali dan seluruh teman-teman angkatan 2007 dan adik kelas 2008 atas kebersamaan, dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

15. Ali Taqwim, Yanti, Frans, Hendri atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

16. Senior penulis yang telah memberikan bantuan dan masukan selama pengerjaan skripsi ini terutama Adi Praja dan teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan


(10)

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 16 Februari 2012 Penulis,

070600096


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan………... ... 4

1.3 Rumusan Masalah……….………. ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian……….…….. ... 6

1.5 Tujuan Penelitian………….…….. ... 6

1.6 Manfaat Penelitian……….... ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ……...… ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Persyaratan... ... 8


(12)

2.1.3.1 Logam ... 10

2.1.3.2 Nonlogam... ... 10

2.1.3.2.1 Termoplastik... ... 10

2.1.3.2.2 Termoset... ... 10

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 11

2.2.1 Komposisi ... 12

2.2.2 Manipulasi ……… ... 12

2.2.3 Sifat-sifat Fisis …………... ... 13

2.2.4 Keuntungan ... 15

2.2.5 Kerugian ... 15

2.3 Bahan Pembersih Gigitiruan ... 16

2.3.1 Pengertian ……....…………. ... 16

2.3.2 Persyaratan ……… ... 16

2.3.3 Klasifikasi ………. ... 16

2.3.3.1 Mekanis... ... 17

2.3.3.2 Kemis... ... 17

2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis ... 20

2.4 Nanas ... 20

2.4.1 Gambaran Umum ... 20

2.4.2 Jenis-jenis Nanas ... 21

2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas ... 22

2.5 Daun Sirih... ... 24

2.5.1 Gambaran Umum ... 25


(13)

2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih... ... 26

2.6 Candida albicans ... 28

2.6.1 Karakteristik Makroskopik... 28

2.6.2 Karakteristik Mikroskopik. ... 29

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel ... 29

2.7 Denture Stomatitis ... 32

2.7.1 Pengertian ... 32

2.7.2 Gambaran Klinis ... 32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Sampel dan Besar Sampel ... 34

3.2.1 Sampel Penelitian ... 34

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 35

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 35

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 35

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 35

3.3.2 Definisi Operasional ... 36

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 39

3.4.1 Tempat Penelitian ... 39


(14)

3.4.1.2 Tempat Pengujian Sampel ... 39

3.4.2 Waktu Penelitian ... 39

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 39

3.5.1 Alat Penelitian ... 39

3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk Menghasilkan Lempeng Uji ... 39

3.5.1.2 Alat Penelitian ... 40

3.5.2 Bahan Penelitian ... 42

3.6 Cara Penelitian ... 42

3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian ... 42

3.6.1.1 Pembuatan Mold ... 43

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mold ... 44

3.6.1.3 Kuring ... 44

3.6.1.4 Penyelesaian ... 45

3.6.2 Cara Pembuatan Ekstrak Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas ... 45

3.6.3 Cara Pembuatan Rebusan Daun Sirih (Famili Piperaceae) ... 46

3.6.4 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans ... 46

3.7 Analisis Data ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 50


(15)

4.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 53 4.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan dalam Rebusan Daun Sirih terhadap

Pertumbuhan Candida albicans ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian ... 57 5.2 Hasil Penelitian ... 57

5.2.1 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 57 5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dalam Rebusan Daun sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 60 5.2.3 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan dalam Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 66 6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 51

2 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 52

3 Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 54

4 Nilai Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Rebusan Daun Sirih dan Larutan NaCl 0,9% sebagai Kontrol ... 55

5 Perbedaan Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan dalam Rebusan Daun sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans ... 56


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nanas Queen ... 22

2. Daun Sirih Jawa ... 26

3. Candida albicans ... 29

4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum 33

5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus ... 33

6. Sampel Lempeng Uji ... 34

7. Vortex ... 41

8. Sentrifus ... 41

9. Lempeng uji ... 43

10. Waterbath ... 45

11. A. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas, B. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Rebusan Daun Sirih, C. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Larutan NaCl 0,9%sebagai Kontrol ... 47 12. A. Lempeng Uji yang Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas

Queen, B. Lempeng Uji yang Direndam dalam Rebusan Daun Sirih 48 13 A. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan


(18)

Bonggol Nanas Queen, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang direndam dalam Larutan NaCl 0,9% Sebagai Kontrol ... 50 14 A. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam dalam Rebusan Daun Sirih, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam dalam Larutan NaCl 0,9% Sebagai Kontrol ... 53


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian


(20)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2012

Ika Astrina

Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen dan Rebusan Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Candida albicans

xiii + 75 halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini memiliki kelemahan yaitu pada porositas dan kekasaran permukaan sehingga permukaan basis gigitiruan yang tidak dipoles seperti bagian yang menghadap ke jaringan dapat mempermudah melekatnya sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan dengan baik maka akan menjadi tempat berkembangnya spesies mikroba, hal ini akan menimbulkan denture stomatitis, yang diakibatkan jamur Candida albicans. Perendaman gigitiruan ke dalam bahan pembersih dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada denture stomatitis. Tanaman obat tradisional yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik, antifungi, desinfektan adalah nanas dan daun sirih. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.


(21)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1 mm sebanyak 30 buah, dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing 10 buah. Penentuan jumlah koloni Candida albicans dilakukan dengan mengkontaminasi lempeng uji dengan suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah 24 jam, tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi yang berisi ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih masing-masing selama 5 menit, kemudian lempeng uji dikeluarkan dan dibilas dengan Phosphate Buffered Saline sebanyak dua kali. Lempeng uji dimasukkan ke dalam Sabouraud’s Broth 10 ml, digetarkan dengan vortex selama 30 detik, kemudian dilakukan pembenihan 0,1 ml Sabouraud’s Broth pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA), lalu diinkubasi selama 48 jam dilakukan penghitungan koloni Candida albicans dengan satuan CFU/ml dalam 100 mm3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans. Nilai rerata dan simpangan baku jumlah koloni Candida albicans pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen adalah 7770,00 ± 4091,740, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih adalah 19780.00 ± 7530.648 sedangkan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693. Hasil uji LSD (Least Significant Differences) menunjukkan bahwa pada α=0,05 perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).


(22)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen lebih efektif dari rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun perbedaannya tidak signifikan (p>0,05).


(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1,2 Basis gigitiruan dapat terbuat dari bahan logam atau non-logam (plastik / resin). Resin dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu resin termoplastik dan termoset. Resin termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat dilunakkan seperti resin termoplastik, contohnya yaitu vulkanit, fenol formaldehid, dan resin akrilik.3 Resin akrilik polimerisasi panas telah diperkenalkan penggunaannya di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1937 dan hingga kini masih banyak dipakai untuk berbagai keperluan pembuatan protesa termasuk bahan basis gigitiruan karena resin akrilik polimerisasi panas memiliki banyak sifat yang menguntungkan antara lain memiliki warna yang stabil dan alami, proses pembuatannya mudah, mudah dipoles, dan harganya yang relatif murah.

Salah satu kelemahan dari resin akrilik polimerisasi panas ialah memiliki porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi sehingga permukaan basis gigitiruan yang tidak dipoles seperti halnya bagian yang menghadap ke jaringan lebih mudah melekat sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan dengan baik maka akan menjadi tempat berkembangnya spesies mikroba.

4,5

1

Perlekatan spesies mikroba pada permukaan gigitiruan, proliferasi lanjutan dari mikroba tersebut, hingga pembentukan


(24)

plak pada gigitiruan dapat mengganggu kesehatan rongga mulut.6 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Radford dan Taylor dkk. yang menemukan bahwa perlekatan mikroba pada resin akrilik polimerisasi panas lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.

Endapan plak mikrobial, kalkulus, dan sisa makanan pada basis gigitiruan dapat menyebabkan berbagai masalah seperti denture stomatitis, stomatits angular, karies pada gigi yang masih ada, rasa tidak nyaman pada pemakaian gigitiruan, bau mulut, penampilan yang kurang indah, dan cepat rusaknya bahan gigitiruan.

7

8

Denture stomatitis merupakan suatu perubahan patologis yang terjadi pada mukosa pendukung gigitiruan di dalam rongga mulut yang ditandai dengan adanya eritema dibawah gigitiruan baik di rahang atas maupun di rahang bawah tetapi lebih sering terjadi di rahang atas.9 Hasil dari sejumlah penelitian memperlihatkan pada denture stomatitis telah ditemukan jamur jenis Candida albicans dalam bentuk plak pada permukaan intaglio berbentuk dimorfik, timbul sebagai blastofor yang menyerupai ragi dan pseudohifa seperti filamen.10 Infeksi Candida albicans secara signifikan dilaporkan sebagai penyebab denture stomatitis.11

Pemeliharaan kebersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pembersih gigitiruan.

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki syarat tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan , serta bersifat bakterisidal dan fungisidal.12


(25)

Penggunaan pembersih gigitiruan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu mekanis, kemis atau keduanya. Saat ini terdapat berbagai jenis bahan pembersih gigitiruan yang diperdagangkan dan diantara bahan pembersih tersebut terdapat pula bahan pembersih yang mengandung bahan kimia seperti, Effervessen peroksida, Alkalin hipoklorit, Asam, Enzim dan Desinfektan. 11,13-5 Bahan pembersih yang mengandung desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme termasuk jamur Candida albicans yang melekat pada basis gigitiruan, namun dalammemilih bahan desinfektan hendaklah diperhatikan efek desinfektan terhadap gigitiruan karena pada sebagian bahan pembersih desinfektan sintetis terdapat zat tertentu dari larutan yang dapat berpenetrasi ke dalam basis dan tidak dapat dibersihkan secara tuntas dengan cara pencucian sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna pada basis gigitiruan.16 Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk berbagai produk sintetis, maka saat ini banyak dilakukan penelitian untuk memanfaatkan tanaman tradisional diantaranya adalah nanas dan daun sirih yang digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan yang pemakaiannya lebih aman, murah dan sedikit memiliki efek samping.

Sastroamidjoyo (1988) melaporkan bahwa tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat tradisional adalah buah nanas (Ananas cosmosus L (Merr).

17

18

Penelitian Tokkong (1979); Heinicke dan Gortner (1987); Kloppenburg (1988); Sastroamidjojo (1988) dan Rukmana (1995); Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa buah nanas mengandung suatu enzim yaitu enzim bromelin yang dapat menguraikan atau memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan


(26)

plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.18-9 Salah satu varietas nanas yang mengandung enzim bromelin adalan nanas Queen.20 Konsentrasi enzim bromelin pada nanas Queen ternyata lebih tinggi pada bagian bonggolnya dibandingkan bagian daging buahnya.18 Penelitian awal yang dilakukan Pujiastuti P (1999) melaporkan bahwa nanas sebagai bahan antiplak diketahui dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus sanguis pada permukaan gigi secara invitro.18 Bukti menunjukkan bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Penelitian Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH (2010) melaporkan bahwa terjadi pengurangan plak dengan penggunaan pasta gigi bromelin kasar yang diduga karena kemampuannya memecah atau mengurai protein saliva disamping juga terjadi pengurangan secara fisik dengan adanya sifat abrasif pada pasta tersebut.

Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki nama binomial Piper betle Linn, merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan desinfektan.

21

22-3

Praja HA (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24 Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari kabivetol, estargiol, eugenol metileugenol, karvakrol, terpen, seskuierpen, fenilpropan, tannin, fenol dan hidroksi kavikol.25-8

1.2 Permasalahan

Keberhasilan pemakaian gigitiruan yang menggunakan bahan basis resin akrilik polimerisasi panas merupakan tantangan yang membutuhkan kerja sama


(27)

pasien dan dokter gigi. Apabila kebersihan rongga mulut pasien jelek, maka pada permukaan gigitiruan akan terbentuk plak yang terdiri dari genus Candida dan akan menimbulkan denture stomatitis. Perawatan infeksi Candida albicans dilakukan oleh pasien dengan menyikat permukaan gigitiruan sampai bersih dan merendam gigitiruan dalam bahan pembersih. Tanaman tradisional yang memiliki khasiat sebagai bahan pembersih gigitiruan adalah nanas dan daun sirih. Nanas mengandung enzim sedangkan daun sirih mengandung desinfektan yang keduanya dapat menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans. Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans

2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans


(28)

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans

2. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans.

2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas Queen dan dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.


(29)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai pedoman dalam memberikan instruksi dan nasehat kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigitiruan yang dipakainya dengan bahan alami.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Kedokteran Gigi khususnya di bidang Prostodonsia.

3. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih agar dapat meningkatkan dan memanfaatkan bahan-bahan tradisional untuk memproduksi bahan pembersih gigitiruan.

4. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain dari buah nanas yang mengandung enzim bromelin seperti batang nanas dll.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1 Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik, nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif dan estetis yang baik.2,4,5

2.1.2 Persyaratan

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

29,30-1

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi 3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:


(31)

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara permanen jika menerima tekanan

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas 4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain: a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi c. Tidak mengalami perubahan dimensi d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan diatas.

2.1.3 Klasifikasi

Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam dan non logam.3,30


(32)

2.1.3.1Logam

Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel. Walaupun bahan logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil, resisten terhadap abrasi, namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline, dan estetis yang kurang baik.

2.1.3.2 Non-Logam (plastik/resin)

Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik/resin. Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu resin termoplastik dan termoset.3,31

2.1.3.2.1 Termoplastik

Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali, dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan organik. Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik akrilik, dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai basis gigitiruan.3,32

2.1.3.2.2 Termoset

Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Setelah diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan kembali kepada bentuk lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk


(33)

sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening polymer.32 Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.

Pada tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan resin polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin akrilik murni tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna dan sifat optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga mulut yang normal, dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu keuntungan resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah dalam pengerjaannya.

3

33

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan saat ini.29 Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya dan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari asam akrilik (CH2=CHCOOH) dan asam metakrilik (CH2=C(CH3)COOH) dimana

95% dari gigitiruan dibuat sampai saat ini dengan menggunakan resin akrilik. Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang teraktivasi dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave). Penggunaan energi termal akan


(34)

menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses inilah akan mengawali proses polimerisasi.

2.2.1 Komposisi

1. Komposisi cairan :

Monomer : metil metakrilat

11,33,36-7

Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat Inhibitor : hidroquinon

2. Komposisi bubuk :

Polimer : poli metil metakrilat

11,36,38

Inisiator : benzoil peroksida ±0,5%

Pigmen : garam cadmium atau besi, atau zat warna organik

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat.

Pada saat pencampuran, bahan akan melalui fase (stage) sebagai berikut :

37-9

a. Wet sand stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.

b. Sticky stage adalah tahap lengket berserat selama polimer larut dalam monomer.


(35)

c. Dough stage / gel stage adalah tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold.

d. Rubberry stage adalah tahap kaku, seperti karet.

Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough stage dimasukkan ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam waterbath dengan suhu konstan pada 700 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan pada suhu 1000

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses akhir dan dipoles.

C selama 30 menit.

2.2.3 Sifat-sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari ekspansi termal, massa jenis, porositas dan kekasaran permukaan.

a. Ekspansi termal

1

Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm/0C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Hal ini


(36)

tidak menimbulkan masalah secara umum, namun terdapat kemungkinan bahwa anasir gigitiruan yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar dan lepas akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.

b. Massa Jenis

36

Resin akrilik memliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hidrogen.

c. Porositas

1

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut.

Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.

d. Kekasaran permukaan

32

Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang akan terjadi setelah pemakaian gigitiruan beberapa bulan.6 Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri. Penemuan ini


(37)

juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang menemukan perlekatan mikroba lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.

Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quiynen dkk. (1990) dan Bollen dkk. (1997) adalah ± 0,2 µm atau kurang. Pada resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan, hal ini disebabkan karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi perlekatan bakteri pada permukaan resin akrilik.

7

7

2.2.4 Keuntungan

Keuntungan penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut :

1. Harga relatif murah

1,40

2. Proses pembuatan mudah

3. Menggunakan perlekatan sederhana 4. Warna stabil

5. Mudah dipoles

2.2.5 Kerugian

Kerugian penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut :

1. Mudah fraktur

1,40-1

2. Tidak tahan abrasi


(38)

2.3 Bahan Pembersih Gigitiruan

2.3.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan. Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain. Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik dan toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.42

2.3.2 Persyaratan

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan, bersifat bakterisidal dan fungisidal.1

2.3.3 Klasifikasi

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan keduanya.11-5


(39)

2.3.3.1Mekanis

Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.

2.3.3.2 Kemis

Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain :

1. Effervesen Peroksida

11

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya tersedia dalam 2 bentuk utama, yaitu bubuk dan tablet, dan pengunaan bahan pmbersih ini ditambah dengan air.


(40)

Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull, Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture Cleansing Powder (The Boots Company PLC, Notthingham, Inggris) ; Superdrug Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Suoerdrug Stores Plc, Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet (Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris)

2. Alkalin Hipoklorit

Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus. Alkalin hipoklorit terbagi antara lain : Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris).

3. Asam

11-5

Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan berserta sikat dalam pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis gigitiruan logam.

Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain : Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris.


(41)

4. Desinfektan

Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan. Bahan pembersih golongan klorheksidin memiliki contoh seperti : Chlorhexidin (Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Daun sirih merupakan tanaman tradisional yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan.

5. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Golongan enzim memiliki contoh : Polident (Glaxo Smith Kline, Irlandia).

Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.43 Menurut Muljohardjo (1984), dalam buah nanas terkandung suatu enzim proteolitik.43 Salah satu enzim yang berperan penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu enzim proteolitik yang mampu memecah protein saliva.20,43


(42)

2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.67

2.4 Nanas

Nanas (Ananas cosmosus L Merr) merupakan buah yang mempunyai kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik.20,44 Dalam penelitian terdahulu, didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antifungi.20,45-6

2.4.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

47

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Farinosae (Bromeliales) Famili : Bromiliaceae


(43)

Genus : Ananas

Spesies : Ananas cosmosus (L) Merr

Tanaman nanas berasal dari Amerika dan berkembang meluas ke seluruh

dunia yang beriklim tropis. Tanaman nanas berbentuk semak, batangnya mirip gada, berukuran panjang 20-25 cm, beruas pendek, berfungsi untuk melekat akar, daun, bunga, tunas, dan buah sehingga secara visual batang tersebut tidak tampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-135 cm dan lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggirnya berduri. Bunga nanas tersusun dalam tangkai yang terdiri dari 100-200 bunga. Kumpulan kuntum bunga akan menghasilkan kumpulan buah kecil yang berjumlah 100-200 buah. Buah kecil tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang tengah yang disebut hati/bonggol.24

2.4.2 Jenis-jenis Nanas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas di Indonesia, yaitu :

1. Nanas Cayenne

47

Nanas Cayenne berdaun halus, tidak berduri, dan berbuah besar. 2. Nanas Queen

Nanas Queen berdaun pendek, berduri tajam, dan buah lonjong mirip kerucut. (Gambar 1)


(44)

Gambar 1. Nanas Queen 3. Nanas Spanish

Nanas berdaun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, dan buah bulat dengan mata datar.

4. Nanas Abacaxi

Nanas berdaun panjang berduri kasar, dan buah silindris atau seperti piramida.

2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas

Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik mulut, antifungi, antibakteri dan desinfektan.20,44-6 Enzim bromelin pada nanas telah dikenal secara kemis sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh orang-orang dari beberapa budaya tropis asli.46 Enzim bromelin merupakan salah satu enzim protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino.19,48 Muniarti (2006) melaporkan bahwa buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah matang.48 Heinicke dan Gortner (1987) melaporkan bahwa konsentrasi enzim bromelin pada bagian bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging nanas.24-5


(45)

Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu melancarkan pencernaan, mencegah bercampurnya keping-keping darah, mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis, mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans.49 Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa enzim bromelin pada bonggol nanas dapat memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.45 Rakhmanda AP (2008) melaporkan bahwa jus nanas (Ananas cosmosus L.merr) mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans baik bacteriostatic maupun bactericidal dan diketahui bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH (2010) juga melaporkan bahwa bromelin kasar dari batang nanas (Ananas cosmosus L.merr) efektif sebagai antiplak dalam pasta gigi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :

21

a. Kematangan buah

24,43

Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa tersebut, sehingga sebagian enzim akan rusak dan keaktifannya menjadi berkurang.


(46)

b. Pengaruh suhu

Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300

c. Pengaruh pH

C, bila diatas atau dibawah maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah. Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim.

Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum.

d. Pengaruh konsentrasi dan waktu

Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.

2.5 Daun Sirih

Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai

antiseptik dan desinfektan.22-3 Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut diakibatkan oleh kavikol dan bethelphenol yang


(47)

terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya.50-1

2.5.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

51

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

Nama binominal : Piper betle Linn

Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan, permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai 15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5 cm, panjang 1,5-6 cm, dan mengeluarkan bau aromatik.52

2.5.2 Jenis-jenis Daun Sirih

Berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa jenis :50


(48)

1. Daun Sirih Banda

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung.

2. Daun Sirih Cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh.

3. Daun Sirih Hitam

Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk campuran obat. 4. Daun Sirih Jawa

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih. (Gambar 2)

Gambar 2. Daun Sirih Jawa

2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih

Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes.19,20,53 Dalam daun sirih 100 gram terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1


(49)

mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg; besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70 mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari : alikatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%; kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 42,5%; eugenol metil eter 26,8-15,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%.

Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali lebih besar dari fenol.

54-5

50,54-6

Minyak atsiri pada daun sirih mengandung senyawa fenol yang bersifat bakterisid dan apabila terjadi interaksi dengan dinding sel mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan peningkatan permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antara mikroorganisme mengakibatkan perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel akan menjadi rusak. Metanol memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri gram positif dan negatif. Senyawa kariofilen bersifat antiseptik dan anastetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat analgesik topikal dan antiseptik.

Daun sirih memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya pembentukan plak dari awal dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan dalam menjaga kesehatan rongga mulut.

55-6


(50)

Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara :

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal.

53,57

2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting dalam proses perlekatan bakteri.

Fathilah dan Rahim (2003) melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory Concentrasion) adalah 0,216-0,469gr/100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh bakteri (Minimal Bactericidal Concentration) adalah 0,521- 1,042 gr/100ml. Nalina dan Rahim (2006) melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas glucosyltansferase (GTF) yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 57 Praja HA (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24

2.6 Candida albicans

2.6.1 Karakteristik Makroskopik

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37ºC dalam kondisi aerob dan anaerob.30,57 Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih


(51)

tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37ºC. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.57

2.6.2 Karakteristik Mikroskopik

Pada media Sabouraud’s Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 µm. Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah dibedakan melalui bentuk pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau intercalary.57 (Gambar 3)

Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida


(52)

albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer, mannoprotein, β-glucan, β-glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma. Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan ikatan van der walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke berbagai jenis permukaan jaringan (Cotter Dan Kavanagh, 2000).

Menurut Hosteter (1994) ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi lectin-like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat (misalnya sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans (Kennedy, 1990).

58

Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya mengaktivasi mitogen activated protein kinase (Map-kinase). Protein kinase tersebut merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel


(53)

(tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak). Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm (Kumamoto, 2005) pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans, dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel inang.

Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake, et al., 2005). Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan berkembang menjadi hifa (Jong et al., 2001). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya (Nikawa et al, 1997). Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke dalam bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans selama proses invasi (Brown dan Gow, 1999).

58

Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang. Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang patogen dapat membentuk germ tube dan hifa intraseluler (Jong et al., 2001). Bentuk


(54)

khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Bentuk hifa terdiri dari bagian– bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa (Ha dan White, 1999).59

2.7 Denture Stomatitis 2.7.1 Pengertian

Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi berkisar antara 25-67%, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur.9,60-1

2.7.2 Gambaran Klinis

Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan, ketika tanda dan gejala


(55)

timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis, perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis hiperplastik kronis.

Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi Newton, yaitu :

29,59,60

1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau

60-2

tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.

2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. (Gambar 4)

Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan

3. Tipe 3 : Hiperplasia papila dengan eritema difus. (Gambar 5)

`


(56)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Laboratoris

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran (10x10x1)mm.63 (Gambar 6)

Gambar 6. Sampel Lempeng Uji

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :64 (t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan

Pada penelitian perlakuan diberikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam masing-masing dalam ekstrak


(57)

bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9% sebagai kontrol, sehingga t = 3. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel (n) tiap kelompok sebagai berikut :

(3-1) (r-1) ≥ 15 2(r-1) ≥ 15

2r ≥ 15+2

r≥17/2

r≥8,5 n= 10

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dikontaminasi dengan Candida albicans yang direndam masing-masing dalam ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih 25%, dan NaCl 0,9 % sebagai kontrol.

3.3.1.2 Variabel Terikat

Efektivitas ekstrak bonggol nanas Queen dan rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.

3.3.1.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran lempeng uji 2. Model induk


(58)

3. Jenis, perbandingan adonan, waktu pengadukan gips keras 4. Jenis dan perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas 5. Suhu dan waktu proses kuring

6. Tekanan press hidrolik 7. Lama perendaman 8. NaCl 0,9%

9. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9% 10. Suhu dan waktu autoclave

11. Suhu dan waktu inkubator

12. Jenis dan waktu pengambilan ekstrak bonggol nanas Queen dan perebusan daun sirih

13. Media pertumbuhan Candida albicans berupa Potato Dextrose Agar (PDA) dan Sabaoraud’s Dextrose Agar (SDA)

14. Teknik pengisolasian dan pengkulturan 15. Sterilisasi alat, bahan coba dan media 16. Saliva steril

17. Peneliti yang sama

3.3.2 Defenisi Operasional

1. Ukuran lempeng uji adalah lempeng uji yang terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas, diperoleh dari model induk yang terbuat dari kuningan dengan ukuran 10x10x1 mm.63

2. Perbandingan adonan gips adalah perbandingan antara jumlah gips : air


(59)

a. Kuvet atas = 200 gram gips : 120 ml air b. Kuvet bawah = 250 gram gips : 150 ml air

3. Waktu pengadukan gips keras adalah waktu yang digunakan untuk mengaduk gips dengan spatula selama 15 detik.

4. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik basis gigitiruan merk QC-20 yang proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath.

5. Perbandingan adonan resin akrilik adalah perbandingan antara jumlah polimer : monomer yang digunakan pada peneliti yaitu 2 gram polimer : 1 ml monomer.

6. Pencampuran resin akrilik adalah pencampuran polimer dan monomer resin akrilik sampai dough stage sehingga bisa dimasukkan ke dalam kuvet.

7. Waktu kuring adalah waktu yang diperlukan untuk polimerisasi yaitu selama 90 menit pada suhu 70o, kemudian lanjutkan 30 menit pada suhu 1000C dengan menggunakan waterbath.

8. Tekanan pres hidrolik adalah tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pres hidrolik dengan tekanan pertama mencapai 1000 psi lalu dilanjutkan dengan pengepresan akhir sampai 2200 psi kemudian dibiarkan selama 15 menit.

5

9. Waktu perendaman adalah waktu yang digunakan untuk merendam lempeng uji dalam ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih, dan NaCl 0,9 % sebagai kontrol masing-masing selama 5 menit .

10. Larutan NaCl 0,9% yang digunakan sebagai kontrol pada penelitian merupakan larutan garam fisiologis (normal saline) yang konsentrasi/kepekatannya


(60)

sama dengan cairan tubuh sehingga dapat menjaga keseimbangan sel dan mencegah kerusakan sel Candida albicans selama direndam.

11. Ekstrak bonggol nanas Queen adalah patisari bonggol nanas Queen yang didalamnya terkandung enzim bromelin.

65-6

12. Rebusan daun sirih adalah daun sirih jawa segar yang direbus dengan aquades 1000

13. Jumlah ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9% sebagai adalah jumlah (volume dalam ml) yang digunakan untuk merendam lempeng uji sampai keseluruhan lempeng uji terendam yaitu 2 ml.

C.

14. Suhu dan waktu autoclave adalah suhu dan waktu yang dipergunakan untuk mensterilkan alat menggunakan uap tekanan tinggi yang merupakan metode sterilisasi yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme termasuk spora, yaitu 1210C selama 1 jam .

15. Suhu dan waktu inkubator adalah suhu dan waktu yang digunakan untuk mengkultur Candida albicans yaitu 37

63

0

C selama 24 jam.

16. Candida albicans adalah mikroorganisme dengan karakteristik berwarna krem lembut dengan bau jamur, tumbuh pada kondisi aerob di medium yang memiliki pH antara 2,5-7,5 dan temperatur antara 20-38

63

0

17. Potato Dextrose Agar (PDA) dan Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) adalah media untuk pertumbuhan Candida albicans.

C.

18. Saliva steril adalah saliva yang digunakan untuk merendam lempeng uji, dimana saliva ini diperoleh setelah bangun tidur kemudian disterilkan dengan


(61)

autoclave 1210C selama 1 jam (diambil bangun tidur karena belum ada aktifitas makan sehingga tidak terdapat debris pada saliva).

19. Operator yang melakukan penelitian adalah peneliti yang sama.

63

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

3.4.1.1 Tempat Pembuatan Sampel :

a. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU b. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.1.2Tempat Pengujian Sampel

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular di Medan

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2011

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang digunakan untuk menghasilkan Lempeng Uji

1. Kuvet besar untuk menanam model induk (Smic, Cina) 2. Mangkuk karet dan spatula

3. Pres hidrolik ( 0L 57 Manfredi, Italia) 4. Waterbath Model 1H (Filli Manfredi) 5. Vibrator (Pulsar-2 Filli Manfredi, Italia)


(62)

7. Timbangan biasa (Lion Star, Indonesia) 8. Lecron mass (Smic, Cina)

9. Alat pengaduk resin akrilik dan pot dari porselen 10. Mikromotor (Strong, Korea)

11. Stright Handpiece (Strong, Korea) 12. Spuit 10 ml (Terumo, Filipina) 13. Bur fraser

14. Kertas pasir nomor 600 (Atlas Brand, Inggris) 15. Model induk terbuat dari kuningan

3.5.1.2 Alat Penelitian

1. Mikroskop (Olympus, Jepang)

2. Beaker Gelas 200 ml (Pyrex, Jepang)

3. Pipet ukur 1 ml dan pipet filler (Pyrex, Jepang) 4. Tabung reaksi ( Iwaki Pyex, Indonesia)

5. Rak tabung 6. Kertas saring

7. Cawan petri (Pyrex, Jepang)

8. Sterilisator / hot oven (Gallenkamp, Inggris) 9. Pinset (Smic, Cina)

10. Inkubator (Memmert, Jerman)

11. Magnetic Stirrer Hotplate ( Fisons, Inggris) 12. Stirrer


(63)

13. Vortex (Fisons, Inggris) (Gambar 7)

Gambar 7. Vortex

14. Autoclave (Yamato, Jepang) 15. Sentrifus (Gambar 8)

Gambar 8. Sentrifus

17. Freezer 18. Refrigerator 19. Timbangan analitis


(64)

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah :

1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas ( QC- 20, Inggris) 2. Gips keras (Mouldano, Cina)

3. Cold Mould Seal (QC-20, Inggris) 4. Plastik Selopan

5. Vaselin

6. Bonggol nanas Queen 7. Phosphate Buffered Saline 8. Amonium sulfat

9. Daun sirih jawa

10. Aquades (Kimia Farma, Indonesia) 11.Larutan NaCl 0,9%

12.Saliva steril

13.Jamur Candida albicans pada Potato Dextrose Agar 14.Sabouraud’s Broth

15.Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Lempeng Uji Penelitian

Lempeng uji berupa resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dari model induk yang terbuat dari kuningan dengan ukuran 10x10x1 mm. (Gambar 9)


(65)

Gambar 9. Lempeng Uji Ukuran 10x10x1 mm

3.6.1.1 Pembuatan Mold

a. Membuat adonan gips, untuk kuvet atas = 200 gram gips : 100 ml air, kuvet bawah = 250 gram gips : 150 ml air.

b. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik

c. Seluruh bagian dalam kuvet diolesi dengan vaselin, adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator.

d. Model induk diletakkan pada adonan dalam kuvet bawah, satu buah kuvet berisi 8 model induk.

e. Diamkan selama 60 menit sampai gips mengeras.

f. Permukaan gips diolesi vaselin dan kuvet atas dipasang kemudian diisi dengan adonan gips di atas vibrator.

g. Setelah gips keras, kuvet dibuka, model induk diangkat, kemudian mold yang didapat dituangi air panas sampai bersih untuk membuang vaselin yang tersisa.

h. Setelah kering mold diolesi dengan bahan separator, kemudian tunggu selama 20 menit (sesuai dengan petunjuk pabrik).


(66)

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mold

a. Monomer dituangkan kedalam pot porselen dan masukkan polimer dengan perbandingan 2 gram polimer : 1 ml monomer sampai semua monomer terserap oleh polimer (sesuai petunjuk pabrik). Adonan diaduk dengan spatula stainless steel sampai monomer dan polimer tercampur dengan baik dan homogen. Adonan didiamkan sampai mencapai tingkat dough stage dan tidak menempel pada dinding pot porselen.

b. Mold yang permukaannya telah diolesi cold mould seal diisi dengan adonan resin akrilik kemudian letakkan plastik selopan diantara kuvet atas dan bawah, dan dipres perlahan dengan hidrolic press dengan tekanan 1000 psi.

c. Kuvet atas dibuka, plastik selopan dilepas dan akrilik yang berlebihan dipotong menggunakan lecron mass.

d. Kuvet atas ditutup lalu dilakukan pengepresan akhir sampai 2200 psi. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah dan dibiarkan selama 15 menit.

3.6.1.3 Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath, mula-mula suhu dan waktu kuring diatur yakni 70oC dibiarkan selama 90 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikan menjadi 1000C dibiarkan selama 30 menit, setelah itu kuvet dibiarkan dingin sampai mencapai suhu kamar. (Gambar 10)


(67)

Gambar 10. Waterbath

3.6.1.4 Penyelesaian

Lempeng uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur frasser dan dilanjutkan dengan penghalusan menggunakan kertas pasir nomor 600.

3.6.2 Cara Pembuatan Ekstak Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas

Bonggol nanas disimpan pada suhu 40C, ambil bonggolnya, timbang hingga 500 gram, kemudian ekstraksi pada suhu 00C selama 10 menit dengan Buffer Phosfat pH 7,5 kemudian homogenkan dengan Waring Blender kemudian masukkan hasil ekstrak ke dalam sentrifus dengan putaran 3 G selama 15 menit sehingga diperoleh ampas yang disebut sebagai crude exstract (enzim kasar) kemudian dilakukan pengendapan dengan menambahkan ammonium sulfat 60% selama 5 menit kemudian dilanjutkan lagi dengan sentripus putaran 3 G selama 15 menit. Endapan tersebut dilarutkan dengan Buffer Phosfat pH 6 sampai 100 ml lalu akan didapatkan endapan


(68)

enzim selanjutkan dilakukan dialisis pada suhu 40C selama 24 jam, setelah 24 jam endapan enzim tersebut dilarutkan dengan Buffer Phosfat pH 6 sampai 200 ml dan didapatkanlah ekstrak enzim bromelin.19

3.6.3 Cara Pembuatan Rebusan Daun Dirih (Famili Piperaceae) 25%

Daun sirih jawa segar sebanyak 25 gram yang telah dicuci bersih, dikeringkan, dipotong-potong, diblender, kemudian ditambah dengan aquades dengan suhu 1000C sebanyak 100 ml, direbus dalam wadah beaker gelas menggunakan Magnetic Stirrer Hotplate selama 15 menit, lalu disaring dengan kertas saring.

3.6.4 Penentuan Jumlah Koloni Candida albicans

a. Lempeng uji disterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu1210

b. Lempeng uji dimasukkan ke dalam beaker gelas yang berisi saliva steril yang direndam selama 1 jam kemudian dibilas dengan Phosphatase Buffered Saline sebanyak dua kali.

C selama 1 jam.

c. Lempeng uji dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen, kelompok yang direndam dalam rebusan daun sirih, dan kelompok yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol . Masing-masing kelompok terdiri dari 10 buah lempeng uji. (Gambar 11)


(69)

Gambar 11 A. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas, B. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Rebusan Daun Sirih, C. Kelompok Lempeng Uji yang akan Direndam dalam Larutan NaCl 0,9%sebagai Kontrol.

d. Lempeng uji dikontaminasi dengan cara dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi suspensi Candida albicans. Pembuatan suspensi Candida albicans dilakukan dengan mengambil 1-2 ose biakan murni Candida albicans yang telah dikultur kemudian dicampurkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar Mac Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1x108

e. Tiap satu lempeng uji dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37

CFU/ml.

0

C. Setelah 24 jam, lempeng uji dikeluarkan dari tabung reaksi. Tiap satu lempeng uji dimasukkan dan direndam di dalam satu tabung reaksi pada masing-masing kelompok yaitu kelompok tabung reaksi yang berisikan ekstrak bonggol nanas Queen yang mengandung enzim bromelin, rebusan daun sirih dan NaCl 0,9 % sebagai kontrol sebanyak 2 ml. Lama perendaman adalah 5 menit. (Gambar 12)


(70)

Gambar 12 A. Lempeng Uji yang telah Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen, B. Kelompok Lempeng Uji yang telah Direndam dalam Rebusan Daun Sirih.

f. Lempeng uji dikeluarkan dari tabung reaksi dan dibilas dengan Phosphatase Buffered Saline sebanyak dua kali.

g. Lempeng uji dimasukkan kedalam tabung reaksi 10 ml Sabouraud’s Broth, kemudian digetarkan dengan menggunakan alat getar vortex selama 30 detik untuk melepaskan Candida albicans yang melekat pada lempeng uji.

h. Selanjutnya 0,1 ml cairan Sabouraud’s Broth dibenihkan pada Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA), kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370

i. Penghitungan koloni Candida albicans dilakukan setelah 48 jam dengan menggunakan satuan CFU/ml dalam 100 ml.

C.


(71)

3.7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian adalah :

1. Uji ANOVA satu arah, untuk melihat pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas terhadap pertumbuhan Candida albicans pada semua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen, rebusan daun sirih, dan larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol.

2. Uji Kruskal Wallis, karena hasil tes Homogenity of Variances menunjukkan data tidak terdistribusi normal dan varians tidak sama (p<0,05)

3. Uji LSD (Least Significant Differences), untuk melihat perbedaan pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polomerisasi panas pada kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen, dan dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.


(72)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Bonggol Nanas Queen terhadap Pertumbuhan Candida albicans

Hasil penelitian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen terhadap pertumbuhan Candida albicans memperlihatkan jumlah koloni Candida albicans yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol. (Gambar 13)

Gambar 13. A. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam dalam Ekstrak Bonggol Nanas Quee, dan B. Jumlah Koloni Candida albicans pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panasyang Direndam dalam Larutan NaCl 0,9% Sebagai Kontrol.

Jumlah koloni Candida albicans dilakukan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen tertinggi dijumpai pada sampel nomor 2 yaitu 150x100 CFU/ml dan terendah dijumpai pada sampel nomor 7 yaitu 20x100 CFU/ml, sedangkan pada bahan basis


(73)

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kelompok kontrol tertinggi terdapat pada sampel nomor 6 yaitu 2480x100 CFU/ml dan paling sedikit terdapat pada sampel nomor 3 yaitu 589x100 CFU/ml (Tabel 1).

Tabel 1. JUMLAH KOLONI Candida albicans PADA BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS YANG

DIRENDAM DALAM EKSTRAK BONGGOL NANAS Queen DAN

LARUTAN NaCl 0,9% SEBAGAI KONTROL (CFU/ML)

Sampel Jumlah Koloni Candida albicans (CFU/ml)

Ekstrak Bonggol Nanas Queen Larutan NaCl 0,9 % (Kontrol)

1 30x100 811x100

2 150x100* 764x100

3 40x100 589x100*

4 70x100 846x100

5 125x100 835x100

6 90x100 2480x100*

7 20x100* 809x100

8 82x100 1248x100

9 96x100 1412x100

10 74x100 820x100

Nilai rerata dan simpangan baku untuk kelompok yang direndam dalam ekstrak bonggol nanas Queen adalah 7770,00 ± 4091,740 dan untuk kelompok yang direndam dalam latutan NaCl 0,9% sebagai kontrol adalah 106140.00 ± 55418.693.


(1)

Test of Homogeneity of Variances

Candida Albicans

Levene Statistic df1 df2 Sig.

8.543 2 27 .001

ANOVA

Candida Albicans

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 5.760E10 2 2.880E10 27.473 .000

Within Groups 2.830E10 27 1.048E9

Total 8.590E10 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Candida Albicans LSD

(I) Kelompok perlakuan

(J) Kelompok perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.


(2)

Kontrol/NaCl -98370.000* 14479.145 .000 Sirih Nenas 12010.000 14479.145 .414

Kontrol/NaCl -86360.000* 14479.145 .000 Kontrol/NaCl Nenas 98370.000* 14479.145 .000 Sirih 86360.000* 14479.145 .000 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Multiple Comparisons

Candida Albicans LSD

(I) Kelompok perlakuan

(J) Kelompok perlakuan

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Nenas Sirih -41718.75 17698.75

Kontrol/NaCl -128078.75 -68661.25

Sirih Nenas -17698.75 41718.75

Kontrol/NaCl -116068.75 -56651.25

Kontrol/NaCl Nenas 68661.25 128078.75


(3)

(4)

NPar Tests (kruskal wallis)

Notes

Output Created 10-Feb-2006 02:11:06

Comments

Input Data C:\Users\fatimah\Desktop\SPSS

ika\data ika 2.sav

Active Dataset DataSet5

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-W=cand BY klp(1 3) /MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.000


(5)

Notes

Output Created 10-Feb-2006 02:11:06

Comments

Input Data C:\Users\fatimah\Desktop\SPSS

ika\data ika 2.sav

Active Dataset DataSet5

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-W=cand BY klp(1 3) /MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.000

Number of Cases Alloweda 112347


(6)

[DataSet5] C:\Users\fatimah\Desktop\SPSS ika\data ika 2.sav

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kelompok

perlakuan N Mean Rank

Candida Albicans Nenas 10 6.15

Sirih 10 14.85

Kontrol/NaCl 10 25.50

Total 30

Test Statisticsa,b

Candida Albicans

Chi-Square 24.243

Df 2

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan