Perubahan Kekerasan Resin Akrilik Heat-Cured Setelah Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel

(1)

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK

HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN

CUKA APEL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

HANNY TRI INDRI ASTUTY NIM : 070600070

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2010

Hanny Tri Indri Astuty

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL

Xi + 45 halaman

Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan.

Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan yang juga menyerap cairan. Tujuan pengamatan ini untuk


(3)

mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan cuka apel. Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan larutan cuka apel (150 ml air : 30 ml) dilakukan selama 5, 10, 15 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.

Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa perendaman adalah 413,860 HV±20,8120. Pada perendaman dalam larutan cuka apel selama 5 menit adalah 388,420 HV±24,330 ,10 menit adalah 371,380 HV±28,439 dan 15 menit adalah 362,500 HV±25,5507.

Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa larutan cuka apel dan lama perendaman dapat menurunkan kekerasan resin akrilik heat-cured pada perendaman 5, 10 dan 15 menit.


(4)

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK

HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN

CUKA APEL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

HANNY TRI INDRI ASTUTY NIM : 070600070

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 13 Desember 2010

Pembimbing : Tanda tangan

1. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ... NIP : 1954 08031980032 001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 13 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D

2. Rusfian, drg., M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena rahmat-NYA yang senantiasa memberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk bertindak dan melakukan segalanya penuh rahmat-NYA, dan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta Bapak (Ir. Aris Suherry Rd) dan Ibu (Neng Tuty Hardiyanti), abang (Mas Cahyo), yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun materil, semangat dan dorongan, doa, serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan dan juga dapat menyelesaikan proses skripsi ini dengan baik.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin , drg., Ph.D., C.Ort., Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utrara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen


(8)

serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi universitas Sumatera Utara atas kesediaannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen IMTKG FKG USU.

4. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp. BM selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. Ir. Suparmin MT selaku kepala Laboratorium Mesin Politeknik USU Medan dan Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku instruktur di Unit Uji Laboratorium Mesin Politeknik USU Medan.

6. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Pembantu Dekan I FKM-USU yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Annisa, Doni, Lukman, Margaret, Yuli, Egi, Ona. Teman-teman seperjuangan di IMTKG Friska, Lisa, Richard tetap semangat. Serta semua angkatan 2007 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bagi masyarakat.


(9)

(HANNY TRI INDRI) NIM : 070600070

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4


(10)

2.1 Resin Akrilik ... 5

2.2 Jenis-jenis ... 5

2.2.1 Heat actived denture base resin akrilik ... 5

2.2.2 Poli (metil metakrilat)... 6

2.2 Sifat-sifat resin akrilik... 8

2.3.1 Density... 8

2.3.2 Strength... 8

2.3.3 Hardness... 8

2.4 Vickers Hardness Test ... 9

2.5 Larutan cuka apel ... 11

2.5.1 Aturan pemakaian larutan cuka apel ... 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 13

3.2 Desain Penelitian ... ... 14

3.3 Tempat Penelitian ... 14

3.4 Objek, Sampel Dan Besar Sampel ... 14

3.4.1 Objek ... 14

3.4.2 Sampel ... 14

3.4.3 Besar Sampel ... 14

3.5 Variabel Penelitian... 14

3.5.1 Variabel Bebas ... 14


(11)

3.5.3 Variabel Terkendali ... 15

3.6 Definisi Operasional ... 16

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 16

3.7.1. Alat Penelitian ... 16

3.7.2. Bahan Penelitian ... 17

3.8 Prosedur Penelitian ... 22

3.8.1 Pembuatan Sampel ... 22

3.8.2 Pembuatan Larutan Cuka Apel ... 26

3.8.3 Perendaman Sampel ... 27

3.9 Pengukuran Sampel ... 29

3.10 Analisis Data ... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian... 31 5.2 Analisis Hasil Penelitian... 32 BAB 5 PEMBAHASAN... 34 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 38


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 39

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata hasil pengukuran 5 titik pada lempeng akrilik (dalam HV) ... 31 2. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa

perendaman dalam larutan cuka apel (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman selama 5,10,dan 15 menit dalam larutan cuka apel ... 32


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan... 9

2 Bentuk indentor dan bentuk lekukan yang dihasilka oleh tes kekerasan Vickers... 10

3. Wax... 17

4. a. Gyps... 18

b. Stopwatch... 18

5. a. Pot Akrilik... 18

b. Masker... 18

6. a. Sarung tangan... 19

b. Resin Akrilik heat-cured (QC 20, England)... 19


(14)

8. a. Cold Mould Seal... 20

b.. Mould sample pada cuvet... 20

9. a. Rotary Grinder... 20

b. Leeb Hardness Tester TH 160... 20

10. a. Press Hidrolik... 21

b. Polishing Motor... 21

11. a. Larutan cuka apel... 21

b. Aquadest... 21

c. Kaca Pengaduk... 21

d. Tabung elemeyer... 21

e. Tabung ukur ... 21

12. Sampel wax... 22

13. Hasil penanaman wax pada cuvet... 23

14. Membuang wax... 23

15. Pengolesan CMS... 23

16. Pengisian mold dan pengepresan cuvet... 24

17. Proses curing dalam waterbath... 25

18. Proses polishing... 26

19. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm... 26

20. Perbandingan aquadest dan larutan cuka apel... 27


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kerangka Konsep Penelitian... 42 2 Skema Alur Penelitian... 43 3 Analisa Data ANOVA Oneway... 44


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2010

Hanny Tri Indri Astuty

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL

Xi + 45 halaman

Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan.

Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan yang juga menyerap cairan. Tujuan pengamatan ini untuk


(17)

mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan cuka apel. Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan larutan cuka apel (150 ml air : 30 ml) dilakukan selama 5, 10, 15 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.

Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa perendaman adalah 413,860 HV±20,8120. Pada perendaman dalam larutan cuka apel selama 5 menit adalah 388,420 HV±24,330 ,10 menit adalah 371,380 HV±28,439 dan 15 menit adalah 362,500 HV±25,5507.

Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa larutan cuka apel dan lama perendaman dapat menurunkan kekerasan resin akrilik heat-cured pada perendaman 5, 10 dan 15 menit.


(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946. Sebanyak 98% dari semua basis gigi tiruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer (metil metakrilat) murni tidak berwarna, transparan, dan padat. 1

Resin akrilik merupakan suatu polimer yang mempunyai peran penting dalam pembuatan gigi tiruan lepasan, reparasi gigi tiruan, dan prostetis maksilofasial untuk menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang.2, 3

Bahan basis protesa poli (metil metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Bubuk terdiri dari partikel-pertikel polymer dalam bentuk butir butir kecil yang berisi poli (metil metakrilat) dan cairan mengandung metil metakrilat tidak terpolimer. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh massa yang dapat dibentuk kemudian dipolimerisasi. Setelah proses polimerisasi selesai hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan untuk dipasang pada pasien. 1, 4-6


(19)

Jenis resin akrilik yang sering dipakai adalah akrilik polimerisasi panas karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu memenuhi syarat estetik, stabilitas warna baik, tidak mengiritasi, tidak toksik, harga relatif murah, cara pengerjannya mudah, pembuatan dan reparasi mudah. Resin akrilik mempunyai beberapa kekurangan, yaitu dapat menyerap air atau cairan, sisa makan atau bahan kimia, serta mudah patah bila terjatuh pada permukaan yang keras.1-2, 4-5, 7-8

Sifat fisik dan sifat mekanis resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk kekerasan, keuatan, pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan. Kekuatan dan kekerasan dari resin basis protesa bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi yang ada dalam ronnga mulut. 2, 4-5

Kekerasan (hardness) adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tekanan benda keras, kekerasan termasuk salah satu sifat mekanik dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaannya akan mengalami pergesekan seperti resin akrilik yang merupakan bahan dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang digunakan oleh pasien dalam rongga mulut yang senantiasa akan mengalami pergesekan dengan makanan yang dikonsumsi pasien tersebut dan kekerasan juga dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari deformasi plastis yakni deformasi yang diberikan dan dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai alat uji.9-12


(20)

Utari K (2005) meneliti tentang perbedaan kekerasan permukaan basis gigi tiruan poliester EBP2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan minuman yang terdiri atas empat perlakuan, yakni direndam dalam aquadest; red soft

drink; kopi; kelompok kontrol tanpa dilakukan perlakuan selama 90 hari. Kemudian

nilai kekerasan diukur dengan Vickers Hardness Tester (Shimadsu). Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kekerasan permukaan poliester EBP 241 menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada kekerasan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah perendaman di dalam larutan minuman.6

Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat kandungan nutrisi cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung dan paru, dan sejumlah penyakit lain.2

Salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna coklat muda. Tanin merupakan senyawa polifenol. Fenol bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik. 13-14


(21)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suguh, dkk (2010), dilakukan perendaman sample akrilik polimerisasi dengan masa perendaman bervariasi dari 45 menit, 11 hari dan 17 hari. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan bermakna kekuatan impak resin akrilik setelah perendaman selama 45 menit dan 17 hari di larutan cuka apel. Semakin lama waktu perendaman resin akrilik dalam larutan cuka apel ternyata dapat mengurangi kekuatan impak resin akrilik. Namun resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan karena sifat porus dan juga menyerap cairan dari resin akrilik.2

Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan cuka apel.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah lama perendaman dalam larutan cuka apel dapat mempengaruhi kekerasan resin akrilik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan cuka apel dan pengaruh lama perendaman selama 5, 10 dan 15 menit terhadap perubahan kekerasan resin akrilik heat-cured

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada pengaruh larutan cuka apel dan lama perendaman terhadap perubahan kekerasan resin akrilik heat-cured.


(22)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat khususnya yang menggunakan gigitiruan, bahwa mengkonsumsi larutan cuka apel dapat atau tidak menyebabkan terjadinya perubahan kekerasan pada resin akrilik


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Resin akrilik adalah derivat dari etylen dan terdiri dari group vynil dengan rumus struktur yang sempurna. Resin akrilik dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri dari:

1. Acrylic acid, CH2+CHOOH

2. Methacrylic acid, CH2=C(CH3)COOH

95% bahan dental ini sekarang ini digunakan sebagai bahan utama resin akrilik.1, 4-5,

12

2.2 Jenis-jenis

Adapun jenis-jenis resin aklrilik berdasarkan metode pengaktifannya, antara lain :1, 4-5, 12

1. Heat activated resins 2. Chemically activited resins 3. Fluid activated resins 4. Light activited resins

2.2.1 Heat activited denture base resin akrilik

Adapun komposisi dari resin ini adalah bahan bubuk dan cairan, adalah : a. Bubuk


(24)

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik b. Cairan

Monomer : metil metakrilat

Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate

Inhibitor : hydroquinone

Bubuk ini memiliki sifat yang transparan atau mirip dengan warna gigi atau warna pink (dapat menyerupai gusi dan juga mirip dengan gambaran darah), sedangkan cairan (monomer) ini adalah bahan yang dibuat dalam botol (untuk mencegah terjadinya polimerisasi karena berkontak dengan sinar ultraviolet).1, 4-5, 15-16

2.2.2 Poli (metil metakrilat) Resin

Secara luas bahan telah banyak dipakai dalam kedokteran gigi untuk berbagai keperluannya. Salah satu alasan pemakaian bahan ini cukup diminati adalah karena mudah dalam proses pembuatannya. Walaupun, bahan ini mempunyai sifat termoplastik, tetapi tidak menjadi penghalang dalam kedokteran gigi. Bahan ini terdiri dari cairan (monomer) metil metakrilat dengan campuran dari bubuk (polimer). Monomer ini adalah bahan plastis dan polimer ini dicampur untuk mendapatkan konsistensi yang lebih mudah.1, 3-5, 15-16

Jenis resin denture base yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu bahan poli (metil metakrilat) resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukannya resin denture base jenis poli (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-jenis resin denture base adalah:11


(25)

Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan karena diperoleh dari penyatuan dari liquid dengan powder. Dengan nama lain adalah poli (metil metakrilat).

2. Akrilik (gel-type)

Bahan ini merupakan hasil uraian unsur berbentuk gel yang dihasilkan dengan cara mencampur liquid dengan powder.

3. Akrilik (puor-type)

Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja. 4. Akrilik (high-impact strength)

Bahan ini memiliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan dengan cara menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena-styrene menjadi molekul akrilik.

5. Akrilik (rapid heat-polymerized)

Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu dengan panas dan kimia.

6. Polyurethane resins

Bahan ini memiliki polimerisasi dari resin dengan proses memancarkan spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang gelombang antara 450-490 nm.15

2.3 Sifat-sifat resin akrilik

Adapun yang menjadi sifat-sifat dari resin akrilik adalah density, strength,


(26)

2.3.1 Density

Densitas dari bahan ini adalah 1,19 g/cm3 .1, 4-5, 15-16

2.3.2 Strength

Bahan ini memiliki sifat strength yang khas, karena bahan ini memiliki

compressive strength dan tensile strength untuk bahan yang gigi tiruan penuh dan

gigi tiruan sebahagian. Compressive strenghtnya adalah 75 Mpa, tensile srenght 52 Mpa. Secara umum bahan resin ini memiliki strenght yang sangat rendah. Efek yang mempengaruhi kekuatan dari suatu bahan antara lain; komposisi, teknik pemprosesan, derajat dari polimerisasi, absorbsi air, subsekuensi dari lingkungan sekitarnya.1, 4-5, 13-14

2.3.3 Hardness

Kekerasan (hardness) adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tekanan benda keras, kekerasan termasuk salah satu sifat mekanik dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaannya akan mengalami pergesekan seperti resin akrilik yang merupakan bahan dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang digunakan oleh pasien dalam rongga mulut yang senantiasa akan mengalami pergesekan dengan makanan yang dikonsumsi pasien tersebut dan kekerasan juga dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari deformasi plastis yakni deformasi yang diberikan dan dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai alat uji.9-12, 25


(27)

Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah, karena bahan ini dapat dengan mudah tergores dan abrasi. Kekerasan Heat cured resin akrilik, 18-20 KHN dan self

cured resin akrilik, 16-18 KHN. 5, 26

Jenis-jenis hardness tester yang digunakan untuk pengukuran kekerasan suatu bahan adalah antara lain Rockwell, Vickers, Brinel, dan Knoop. Setiap alat ini memiliki kebaikan dan kelemahan setiap alat dalam mengukur berbagai jenis materi dan tergantung dari besar dan ukuran materi tersebut. Secara umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu untuk jenis materi mikro dan jenis materi makro. Untuk materi makro yaitu jenis Rockwell dan Brinel sedangkan untuk jenis materi mikro adalah jenis Vickers dan Knoop (bentuk indentor seperti tertera pada gambar 1).5

Gambar 1. Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan (Vickers, Rockwell, Brinell)

Dalam hal ini resin akrilik adalah jenis materi mikro yang menggunakan alat

Vickers Hardness tester.

2.


(28)

logam-jangka waktu tertentu melalui piramida berbentuk berlian. Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop dan nilai Kekerasan Vickers dibaca dari tabel konversi.1, 4-5, 9-10, 15-16

Kekerasan Vickers adalah ukuran dari kekerasan material, dihitung dari ukuran dari lekukan yang dihasilkan di bawah beban indenter berlian berbentuk piramida. Disusun pada tahun 1920 oleh para insinyur di Inggris Raya, piramida kekerasan berlian tes, karena menjadi banyak dikenal, diizinkan pembentukan skala kontinu sebanding angka yang secara akurat mencerminkan berbagai hardnesses ditemukan pada baja. Teknik indenter digunakan dalam pengujian Vickers adalah persegi berbasis piramida sisi yang berlawanan bertemu di puncak pada sudut 136 º, seperti yang terlihat pada gambar 2. 15-19

Gambar 2. Bentuk indentor dan bentuk lekukan yang dihasilka oleh tes kekerasan Vickers.


(29)

Dengan rumus, 21-24

F / P = Load / Beban (kg)

d = rata-rata penjumlahan kedua diagonal, d1 dan d2 (mm)

HV = Vickers hardness

2.5 Larutan Cuka Apel

Larutan cuka apel adalah minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat kandungan nutrisi cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung dan paru, dan sejumlah penyakit lain. 2

Salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna coklat muda. Tanin merupakan senyawa polifenol. Fenol bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik. 2, 13-14


(30)

kekerasan. Kekerasan yang optimal diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadi kepatahan/fraktur pada basis gigitiruan yang terbuat dari resin akrilik. Kepatahan/fraktur tersebut dapat terjadi waktu dilakukan pembersihan gigitiruan secara rutin sehari-hari, misalnya gigitiruan resin akrilik terjatuh membentur lantai yang keras. 13-14

2.5. Aturan Pemakaian Larutan Cuka Apel

Aturan pemakaian larutan cuka apel yang ideal adalah 2 sendok makan cuka apel (30 ml) dicampur dengan air 150 ml dan diminum 3 kali dalam sehari. Pada pemakai gigi tiruan yang mengkonsumsi cuka apel sebagai minuman kesehatan, setiap kali minum diperkirakan larutan cuka apel akan kontak dan tinggal di dalam rongga mulut selama 15 menit. 2


(31)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium

3.2 Desain penelitian : Posttest only control grup design

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Departemen Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan, Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

Waktu : September s/d November 2010

3.4 Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Objek : Lempeng akrilik yang dibuat dengan metode penggodokan

heat-cured dengan proses kuring dengan ukuran 20x20x2mm.

3.4.2 Sampel : Lempeng akrilik hasil kuring direndam dalam larutan cuka apel dengan variasi waktu perendaman 5, 10, dan 15 menit. 3.4.3 Besar Sampel: Sampel yang dibuat sebanyak 10 buah untuk setiap

perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Lempeng akrilik yang direndam dalam larutan cuka apel 3.5.2 Variabel tergantung


(32)

2. Konsentrasi larutan cuka apel yang digunakan untuk perendaman sampel 3.5.3 Variabel terkendali

1. Ratio : - Gips

- Resin akrilik heat-cured 2. Sampel yang tidak poreus

3. Waktu perendaman sample resin akrilik heat-cured 4. Temperatur selama proses penggodokan

5. Lama pengadukan (Mixing Time) : - Gips

- Resin akrilik heat-cured 6. Tekanan Press Hidrolik


(33)

Variabel bebas

• Lempeng akrilik yang

direndam dalam larutan cuka apel

Variabel terkendali • Ratio : - Gips

- Resin Akrilik Heat-cured

• Sampel yang tidak poreus

• Waktu perendaman sample

• Besarnya temperatur selama penggodokan

Lama pengadukan (Mixing Time) :

- Gips

- Resin Akrilik Heat-Cured Variabel tergantung • Lamanya perendaman sampel • Konsentrasi larutan cuka apel yang digunakan untuk perendaman sampel


(34)

3.6 Definisi Operasional

1. Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap suatu tekanan pada permukaan bahan.1-5,8-12,16-18,23-24

2. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel dengan ratio pengenceran 30 ml cuka apel : 150 ml air.2

3. Grup kontrol tanpa dilakukan perendaman

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat Penelitian

1. Rubber bowl dan spatula 2. Pot akrilik

3. Cuvet

4. Kuring unit (Waterbath) 5. Kertas tissue

6. Tempat merendam bahan resin akrilik terbuat dari kaca tertutup

7. Alat untuk mengukur kekerasan suatu bahan ( Merk Leeb Hardness Tester TH 160 buatan Beijing)

8. Press hidrolik 9. Polising motor 10. Polishing Clotch 11. Gelas Ukur 12.Termometer


(35)

13. Stopwatch 14. Mikromotor 15. Rotary Grinder 3.7.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik heat-cured (QC 20, England) 2. Liquid (QC 20, England)

3. Wax (Anchor Brand Medium) 4. Aquadest

5. Cuka apel (Tahesta, dengan ratio 30 ml cuka apel : 150 ml air) 6. Gips putih (Siam gipsum plaster L.P.)

7. Vaseline 8. Plastik selopan 9. Coarse pumice 10. Whitting slurry

7. Kertas pasir waterproof (Atlas) ukuran 150, 400, 600 9. Bahan separasi(could mould seal)


(36)

Gambar 3. Wax

(a) (b)

Gambar 4. (a) Gyps (b) Stop Watch

(a) (b)


(37)

(a) (b)

Gambar 6. (a) Sarung tangan (b) Resin Akrilik heat-cured (QC 20, England)

(a) (b)


(38)

(a) (b)

Gambar 8. (a) Cold Mould Seal (b) Mould sample pada cuvet

(a) (b)


(39)

(a) (b)

Gambar 10. (a) Press Hidrolik (b) Polishing Motor

Gambar 11. (a) Larutan cuka apel (b) Aquadest (c) Kaca pengaduk (d) Tabung elemeyer (e) Tabung ukur

a b

c

d


(40)

3.8 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

3.8.1 Pembuatan sampel

1. Membuat sampel wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel, seperti gambar 12.

Gambar 12. Sampel wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel 2. Menanam sampel wax pada flask bawah dilakukan sampai permukaan wax sama dengan permukaan gips

3. Setelah gips mengeras diberi lapisan separating medium (vaselin) kemudian dituangkan adonan gips pada flask atas, hasilnya seperti tampak pada gambar 13.


(41)

Gambar 13. Hasil penanaman wax pada cuvet.

4. Membuang wax dilakukan dengan memanaskan flask sampai wax meleleh kemudian flask dibuka dan wax yang tertinggal dibersihkan, seperti tampak pada gambar 14.

5. Mengoles bahan separating medium atau could mould seal pada permukaan gips, seperti tampak pada gambar 15.

Gambar 14. Membuang wax Gambar 15. Pengolesan CMS

6. Membuat adonan resin akrilik dengan mencampur monomer-polimer dengan perbandingan 2 gram polimer : 1 ml monomer sampai semua monomer


(42)

7. Adonan didiamkan kira-kira 10 menit. Jika adonan sudah mencapai

dough-stage baru dimasukkan ke dalam mold , letakkan plastik selopan di antara

kuvet atas dan bawah, dan dipres dengan tekanan 1000 psi menggunakan pres hidrolik. Kuvet dibuka kembali dan akrilik berlebih dibuang, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan kedua dengan tekanan 2200 psi, kemudian baut dipasang, seperti tampak pada gambar 16.

Gambar 16. Pengisian mold dan pengepresan cuvet.

8. Melakukan penggodokan dengan cara memasukkan flask ke dalam alat kuring unit (waterbath), mula-mula suhu dan waktu kuring dinaikkan yakni 700C selama 90 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikkan menjadi 1000C selama 30 menit, kemudian cuvet dikeluarkan dan didinginkan pada suhu kamar, seperti tampak pada gambar 17.


(43)

Gambar 17. Proses curing dalam waterbath

9. Spesimen resin akrilik dikeluarkan dan dibersihkan sisa-sisa yang berlebih dengan menggunakan mikromotor dengan frasser bur. Sampel kemudian dihaluskan salah satu permukaannya dengan kertas pasir waterpoof grade 150, 400 dan 600 yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 3 menit dengan kecepatan 500 rpm, kemudian dilanjutkan dengan Stoch-Brite brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan

coarse pumice selama 5 menit hingga mengkilat, dan dikilatkan lagi dengan polising

cloth dan menggunakan whitting slurry selama 5 menit, seperti tampak pada gambar 18.


(44)

Gambar 18. Proses polishing.

10.Diperoleh sample tanpa poreus, seperti pada gambar 19.

Gambar 19. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm 3.8.2 Pembuatan larutan cuka apel

Cuka apel dalam botol dikocok dahulu agar endapan dapat tercampur.

Cuka apel diambil sebanyak 30ml (diukur dengan menggunakan tabung ukur) dan dimasukkan ke dalam baker glass berisi akuades steril 150 ml, kemudian diaduk 10


(45)

kali menggunakan kaca pengaduk (aturan pakai dari pabrik), seperti tampak pada gambar 20.

.

Gambar 20. Perbandingan aquadest dan larutan cuka apel. 3.8.3 Perendaman sampel

Sampel dimasukkan kedalam larutan cuka apel dengan cara mengikat sampel dengan benang supaya tidak menyentuh dasar wadah perendaman yaitu dengan tiga perlakuan dalam rentang waktu yang berbeda antara lain:

1. Kelompok I (kontrol) : 10 buah sampel akrilik yang telah di polis dengan baik, kemudian diukur kekerasannya dengan menggunakan alat Leeb Hardness Tester TH 160. Setiap sampel dibuat 5 titik hasil pengukuran dan begitu seterusnya sampai semua sampel kontrol (tanpa perendaman) selesai dan hasilnya didapatkan.


(46)

2. Kelompok II (perendaman selama 5 menit) : 10 buah sampel akrilik yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 5 menit dengan cara menggantungkan sample dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian setelah stopwatch menunjukkan angka 5 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness Tester TH 160, sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.

3. Kelompok III (perendaman selama 10 menit) : 10 buah sampel akrilik yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 10 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian setelah stopwatch menunjukkan angka 10 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness Tester TH 160, sama dengan sampel control sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.

4. Kelompok IV (perendaman selama 15 menit) : 10 buah sampel akrilik yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 15 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian setelah stopwatch menunjukkan angka 15 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness Tester TH 160, sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.


(47)

3.9 Pengukuran Sampel

Spesimen diuji kekerasan permukaannya dengan alat penguji kekerasan (Leeb Hardness Tester TH 160) dengan satuan kekerasan Hardness Vickers (HV), dengan cara :

1. Uji kekerasan permukaan dilakukan pada 5 titik untuk setiap spesimen dengan ditandai menggunakan spidol.

2. Spesimen diletakkan dibidang datar dan operator menekankan alat impak pada titik pertama di permukaan sampel, kemudian geserlah loading sheath ke bawah dan dilanjutkan dengan menekan tombol release agar timbul daya balik ke atas yang menandakan kekerasan sample yang diuji.

3. Setelah tombol release dilepaskan, maka hasil kekerasan dari akrilik resin polimerisasi panas akan tertera pada layar alat penguji. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali pada titik yang telah ditandai sebelumnya pada masing-masing sampel. Setelah hasil kekerasan pada titik kelima tertera di layar, maka layar alat uji kekerasan otomatis akan menampilkan hasil rata-rata kekerasan dari kelima hasil yang di dapat. Peneliti dapat mencatat masing-masing hasil kekerasan yang tertera pada layar alat uji kekerasan.

4. Satuan nilai kekerasan yang di dapat adalah Hardness Vickers (HV) , seperti yang tampak pada sambar 21.


(48)

5. Semua data dicatat untuk kemudian diolah dalam analisis penelitian.

Gambar 21. Pengukuran sample dengan alat Leeb Hardness Tester TH 160. 3.10 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05)


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan dan setiap sampel mengalami 5 titik pengukuran. Rata-rata hasil pegukuran 5 titik pada setiap sampel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Hasil Pengukuran Kekerasan 5 titik pada Lempeng Akrilik (dalam HV).

No 0 menit

(kontrol)

5 menit (perendaman)

10 menit (perendaman)

15 menit (perendaman) 1

417,8 351,2 377,2 374,4

2

412,4 357,8 386,6 374,8

3

406,8 399,6 377,6 420,2

4

459,6 415,8 359 373

5

391,8 409,4 432 350

6

396,2 400,6 388,4 352,6

7

420,8 356,8 353 351,6

8

432,6 394,2 367 343,2

9

391 388,8 342,6 360

10


(50)

5.2. Analisis Hasil Penelitian

Data pengukuran perubahan kekerasan resin akrilik setelah dilakukan perendaman dalam larutan cuka apel dianalisis secara statistik menggunakan uji

ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa perendaman dalam larutan cuka apel (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman selama 5,10,dan 15 menit dalam larutan cuka apel.

Waktu

dalam menit

N Mean ± SD Mean Difference

(I-J)

Sig.

0 10 413,860±20,8120

5 10 388,420±24,330 25,440(*) ,028

10 10 371,380±28,439 42,480 (*) ,001

15 10 362,500±25,5507 51,360 (*) ,000

Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna

Perbedaaan rata-rata hasil pengukuran kekerasan pada lempeng akrilik pada masing-masing waktu yang berbeda dapat di lihat pada grafik 1.


(51)

Means Plots

Grafik 1. Perbedaan rata-rata perubahan kekerasan resin akrilik

Kelompok perlakuan

Perendaman 15 menit Perendaman 10 menit

Perendaman 5 menit Kontrol 420 410 400 390 380 370 360 350 M ea ns of H ar dne ss N um be r


(52)

BAB 5

PEMBAHASAN

Perbedaan rata-rata kekerasan hasil pengukuran pada sampel resin akrilik, yaitu 413,860 HV pada 0 menit sebagai kontrol, 388,420 HV pada perendaman 5 menit, 371,380 HV pada perendaman selama 10 menit dan 362,500 HV pada perendaman selama 15 menit.

Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata nilai perubahan kekerasan menurun pada setiap perlakuan perendaman 5, 10 dan 15 menit jika dibandingkan dengan group kontrol (tanpa perendaman). Dari hasil tersebut nilai perubahan kekerasan yang terbesar adalah lempeng akrilik yang direndam 15 menit dan yang terkecil yang direndam selama 5 menit. Dari pengukuran lempeng akrilik dimana lempeng akrilik direndam dalam larutan cuka apel menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05) pada setiap perendaman 5, 10 dan 15 menit. Berarti jenis larutan yang digunakan untuk merendam, yaitu larutan cuka apel, sangat berpengaruh terhadap perubahan kekerasan lempeng resin akrilik.

Dari hasil uji Anova satu arah pada perendaman selama 5 menit diperoleh signifikasi sebesar 0,028(p<0,05), perendaman selama 10 menit diperoleh signifikasi sebesar 0,001(p<0,05), dan perendaman selama 15 menit diperoleh signifikasi sebesar 0,000. Tingkat signifikasi ini kurang dari 0,05 maka terdapat beda bermakna antar kelompok perlakuan. Perbedaan kekerasan yang paling besar antara sampel kontrol dengan sampel perendaman setelah 15 menit. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi sebesar 0,000(p<0,05) yang artinya terjadi perubahan


(53)

kekerasan pada resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan cuka apel yaitu sebesar 51,360.

Hasil uji tersebut menunjukkan lama perendaman resin akrilik heat-cured dalam larutan cuka apel mempengaruhi kekerasan resin akrilik tersebut. Dari hasil uji ini terlihat bahwa makin lama waktu perendaman resin akrilik maka nilai kekerasan makin menurun.

Dari hasil penelitian ini, penurunan angka kekerasan resin akrilik heat-cured mungkin dapat dipengaruhi karena kandungan fenol dalam larutan cuka apel, dimana bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik. 2

Menurut Shen, fenol dengan konsentrasi 5% apabila kontak dengan resin akrilik menunjukkan peningkatan berat oleh karena penyerapan air dan pengaruh kimia pada morfologi permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat diserap oleh permukaan resin akrilik dan menyebabkan permukaan resin menjadi mengembang dan lunak. Resin akrilik mempunyai sifat menyerap air atau cairan. Fenol merupakan suatu senyawa yang terkandung dalam larutan cuka apel dan mempunyai berat molekul yang lebih kecil dari berat molekul polimer resin akrilik. Hal ini menyebabkan fenol dapat berpenestrasi ke dalam lempeng resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik. Sebagai akibatnya, ikatan antar


(54)

resin akrilik. Kemungkinan lain adanya larutan asam dari larutan cuka apel bila bereaksi dengan resin akrilik akan menyebabkan perubahan kimia, yaitu yang terjadi adalah kelarutan beberapa bahan pengisi. Selama mengalami reaksi saat berpolimerisasi, ikatan karbon ganda silang bereaksi dengan oligomer, membentuk ikatan dengan bahan pengisi menjadi matrik polimer. Ikatan ini dapat terdegradasi oleh absorbsi air dari resin akrilik selama digunakan. Adanya kelebihan ion H+ pada kelarutan asam akan menyebabkan ketidakstabilan ikatan kimia dari resin akrilik. Ion H+ dari asam menyebabkan degradasi ikatan polimer sehingga beberapa monomer dari resin akrilik melepaskan diri, yang disertai pelepasan bahan pengisi yang ada. Adanya kelarutan ini akan menyebabkan banyaknya ruang-ruang kosong di antara matrik polimer sehingga memudahkan terjadinya ikatan antara unsur-unsur yang ada pada cairan dengan matrik polimer di tempat tersebut.2, 13-14

Dari hasil penelitian Suguh dkk (2010), diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna kekuatan impak resin akrilik setelah perendaman 45 menit dan 17 hari di larutan cuka apel. Dari penelitian ini juga disimpulkan bahwa waktu perendaman resin akrilik yang lebih lama dalam larutan cuka apel dapet mengurangi kekuatan impak resin akrilik.2

Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh degan hasil penelitian Utari Kresnodi (2005) yang menyatakan dalam penelitiannya terhadap perubahan kekerasan permukaan basis gigitiruan EBP 2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan minuman; aquadest, red soft drink dan coffee, menyatakan terjadinya perubahan kekerasan resin akrilik yang direndam selama 30 menit terdapat perubahan yang signifikan walaupun rendah.6


(55)

Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan larutan yang digunakan sebagai bahan perendaman. Dalam hal komposisi resin akrilik dan larutan cuka apel atau mungkin karena tutup botol liquid dan larutan cuka apel yang terlalu lama terbuka atau terkena sinar matahari selama proses produksi, penyimpanan ataupun ketika melakukan perendaman, sehingga mungkin saja menguap dan mempengaruhi konsentrasi liquid dan larutan cuka apel. Temperatur ruangan tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika perendaman juga mungkin menyebabkan perubahan pada liquid dan larutan cuka apel yang digunakan.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Terdapat perubahan yang bermakna antara kekerasan resin akrilik tanpa perendaman dengan yang telah direndam dalam larutan cuka apel selama 5, 10 dan 15 menit.

2. Perubahan kekerasan yang terkecil terdapat pada kelompok perlakuan 5 menit perendaman dengan signifikasi sebesar 0,028 (p<0,05).

3. Perubahan kekerasan yang terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 15 menit perendaman dengan signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05).

4. Semakin lama perendaman resin akrilik heat-cured dalam larutan cuka apel dapat menurunkan kekerasan resin akrilik tersebut.

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut. 2. Diharapkan penelitian lanjutan dapat meneliti perubahan sifat-sifat mekanis maupun sifat-sifat fisis resin akrilik lainnya pada saat direndam dalam larutan cuka apel.

3. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasan resin akrilik pada saat perendaman dalam larutan cuka apel pada penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 12th ed. St. Louis: CV Mosby Company, 2006: 513-553.


(57)

2. Suguh B.P. dkk. Perubahan Kekuatan Impaksi Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Dalam Perendaman Larutan Cuka Apel. Dentofasial Jurnal Kedokteran

Gigi, 2010; 9 (1): 13-20.

3. Dewi K. Kekuatan Transversa (Transversal Strenght) Akrilik Self Cured Dan

Akrilik Heat Cured Direndam Rebusan Daun Sirih (Piper Bitle) Sebagai Bahan Pembersih Gigi Tiruan Lepasan. Majalah Ilmiah Ked.Gigi, 2007; 22

(4): 121-127.

4. Anusavice, KJ. Phillip’s Science of Dental Materials . Alih Bahasa Budiman JA, Purwoko S. 10th ed. Jakarta: EGC, 2003: 197-226.

5. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. 1st ed New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 1998: 16-18; 94-134.

6. Kresnodi U. Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Poliester EBP 2421 dan

Resin Akrilik Setelah Perendaman dalam Larutan Minuman. Surabaya

Indonesia, Dent. J, 2005; 38 (1): 156.

7. Grossman LI. Hanbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia: J.B.LI, 1958: 501-503.

8. Siti S dkk. Pengaruh Cara Pemrosesan Resin Akrilik Terhadap Sifat Fisik

Dan Mekanik. Jurnal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UGM, 2005;

30 (1): 19-23.

9. Hilgenberg, S. P. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins

for provisional prosthesis. 2008. <http://www.scielo.br> (13 Agustus 2008).


(58)

11.Y Dodi. Material Teknik Pengujian Kekerasan dan Metalografi. Pengujian

Kekerasan. 2009. <http://dodi_y.staff.gunadarma.ac.id> (25 Agustus 2009).

12.Simon, WJ. Clinical Operative Dentistry. Philadelphia and London : WB Saunders Company, 1956: 248.

13.Bhatnagar, M.S. A Textbook of Polymers. New Delhi : S.Chand and Company LTD, 2004; 9-20.

14.Biesenberger, A.J., Sebastian D.H. Principles of Polymerization Engineering. New York : A Wiley-Interscience Publication, 1989 : 662-680.

15.Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.

16.Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh: Blackwell Scientific Publication, 1984: 83-91.

17.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford University Press, 2004: 42-46.

18.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby Inc, 2008; 48: 216-226.

19.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd, 1992: 11-13.

20.Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London: Macmillon Education Ltd, 1989: 54-57.

21.Gordon England Company. Vickers Hardness Test.


(59)

22.Arifin A. Pengujian Kekerasan Material. 2010. <

http://blog.unsri.ac.id/amir/material-teknik/pengujian-kekerasan-material/mrdetail/6808/> (03 Maret 2010)

23.Dziab H, dkk. The Hardness of Five Acrylic Artificial Teeth Brands Marketed

in Bandung City. Padjadjaran, Dent. J, 2008; 20 (1): 19-22.

24.Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed. London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.

25.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci 2005; 13(3): 291-5.

26.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester

Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1):


(60)

Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian

\

Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm3

Penanaman pada kuvet

Terbentuk mold sebagai tempat pengisian resin akrilik

Powder dicampur dengan liquid dengan

ratio 2 : 1 sampai mencapai stage dough Proses Curing

Pengisian akrilik resin pada mold

Pengepresan kuvet dengan hidrolik press

Sampel Resin Acrylic Heat-Cured Proses kuring di waterbath

Penyelesaian akhir

Perendaman dalam larutan cuka apel dengan pengenceran 30ml : 150 ml air ,

selama 5 menit, 10 menit, 15 menit. Tanpa perendaman atau

kontrol (0 menit)


(61)

Lampiran 2. Skema Alur Penelitian

Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm Flasking

Molding

Proses Curing

P C i

Polishing

Perendaman Sample dalam larutan cuka apel

Sample tidak dilakukan perendaman 5 menit 10 menit 15 menit

Pengukuran kekerasan

Hasil pengukuran

Uji statistik


(62)

Lampiran 3

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Nilai kekerasan

,286 3 36 ,835 Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Nilai kekerasan

15326,640 3 5108,880 8,231 ,000

22345,536 36 620,709

37672,176 39

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Descriptives Hardness Number (HV)

10 413,860 20,8120 6,5813 398,972 428,748 391,0 459,6

10 388,420 24,2330 7,6632 371,085 405,755 351,2 415,8

10 371,380 28,4539 8,9979 351,025 391,735 330,4 432,0

10 362,500 25,5507 8,0798 344,222 380,778 325,2 420,2

40 384,040 31,0798 4,9141 374,100 393,980 325,2 459,6

Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean


(63)

Post Hoc Tests

Means Plots

Kelompok perlakuan

Perendaman 15 menit Perendaman 10 menit

Perendaman 5 menit Kontrol 420 410 400 390 380 370 360 350 Me ans of H ar dne ss N um be r Multiple Comparisons

Dependent Variable: Hardness Number (HV) LSD

25,440* 11,1419 ,028 2,843 48,037

42,480* 11,1419 ,001 19,883 65,077

51,360* 11,1419 ,000 28,763 73,957

17,040 11,1419 ,135 -5,57 39,637

25,920* 11,1419 ,026 3,323 48,517

-25,440* 11,1419 ,028 -48,073 -2,843

-17,040* 11,1419 ,135 -39,637 5,557

8,880 11,1419 ,431 -13,717 31,477

-42,480** 11,1419 ,001 -65,077 -19,883

-25,920* 11,1419 ,026 -48,517 -3,323

-8,880 11,1419 ,431 -31,477 13,717

-51,360* 11,1419 ,000 -73,957 -28,763

(J) Kelompok perlakuan Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Perendaman 15 menitl Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 15 menit Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Kontrol

(I) Kelompok perlakuan Kontrol

Perendaman 5 menit

Perendaman 10 menit

Perendaman 15 menit

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(1)

11.Y Dodi. Material Teknik Pengujian Kekerasan dan Metalografi. Pengujian

Kekerasan. 2009. <http://dodi_y.staff.gunadarma.ac.id> (25 Agustus 2009).

12.Simon, WJ. Clinical Operative Dentistry. Philadelphia and London : WB Saunders Company, 1956: 248.

13.Bhatnagar, M.S. A Textbook of Polymers. New Delhi : S.Chand and Company LTD, 2004; 9-20.

14. Biesenberger, A.J., Sebastian D.H. Principles of Polymerization Engineering. New York : A Wiley-Interscience Publication, 1989 : 662-680.

15.Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.

16.Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh: Blackwell Scientific Publication, 1984: 83-91.

17.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford University Press, 2004: 42-46.

18.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby Inc, 2008; 48: 216-226.

19.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd, 1992: 11-13.

20.Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London: Macmillon Education Ltd, 1989: 54-57.

21.Gordon England Company. Vickers Hardness Test.


(2)

22.Arifin A. Pengujian Kekerasan Material. 2010. <

http://blog.unsri.ac.id/amir/material-teknik/pengujian-kekerasan-material/mrdetail/6808/> (03 Maret 2010)

23.Dziab H, dkk. The Hardness of Five Acrylic Artificial Teeth Brands Marketed

in Bandung City. Padjadjaran, Dent. J, 2008; 20 (1): 19-22.

24.Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed. London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.

25.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci 2005; 13(3): 291-5.

26.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester

Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1):


(3)

Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian

\

Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm3

Penanaman pada kuvet

Terbentuk mold sebagai tempat pengisian resin akrilik

Powder dicampur dengan liquid dengan

ratio 2 : 1 sampai mencapai stage dough Proses Curing

Pengisian akrilik resin pada mold

Pengepresan kuvet dengan hidrolik press

Sampel Resin Acrylic Heat-Cured Proses kuring di waterbath

Penyelesaian akhir

Perendaman dalam larutan cuka apel dengan pengenceran 30ml : 150 ml air ,

selama 5 menit, 10 menit, 15 menit. Tanpa perendaman atau

kontrol (0 menit)


(4)

Lampiran 2. Skema Alur Penelitian

Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm Flasking

Molding

Proses Curing

P C i

Polishing

Perendaman Sample dalam larutan cuka apel

Sample tidak dilakukan perendaman 5 menit 10 menit 15 menit

Pengukuran kekerasan

Hasil pengukuran

Uji statistik

Hasil statistik


(5)

Lampiran 3

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Nilai kekerasan

,286 3 36 ,835

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Nilai kekerasan

15326,640 3 5108,880 8,231 ,000

22345,536 36 620,709

37672,176 39

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Descriptives

Hardness Number (HV)

10 413,860 20,8120 6,5813 398,972 428,748 391,0 459,6 10 388,420 24,2330 7,6632 371,085 405,755 351,2 415,8 10 371,380 28,4539 8,9979 351,025 391,735 330,4 432,0 10 362,500 25,5507 8,0798 344,222 380,778 325,2 420,2 40 384,040 31,0798 4,9141 374,100 393,980 325,2 459,6 Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean


(6)

Post Hoc Tests

Means Plots

Kelompok perlakuan

Perendaman 15 menit Perendaman 10 menit

Perendaman 5 menit Kontrol 420 410 400 390 380 370 360 350 Me ans of H ar dne ss N um be r Multiple Comparisons Dependent Variable: Hardness Number (HV)

LSD

25,440* 11,1419 ,028 2,843 48,037

42,480* 11,1419 ,001 19,883 65,077

51,360* 11,1419 ,000 28,763 73,957

17,040 11,1419 ,135 -5,57 39,637

25,920* 11,1419 ,026 3,323 48,517

-25,440 * 11,1419 ,028 -48,073 -2,843

-17,040 * 11,1419 ,135 -39,637 5,557

8,880 11,1419 ,431 -13,717 31,477

-42,480* * 11,1419 ,001 -65,077 -19,883

-25,920 * 11,1419 ,026 -48,517 -3,323

-8,880 11,1419 ,431 -31,477 13,717

-51,360 * 11,1419 ,000 -73,957 -28,763

(J) Kelompok perlakuan Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Perendaman 15 menitl Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 15 menit Kontrol

Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Kontrol

(I) Kelompok perlakuan Kontrol

Perendaman 5 menit

Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.