Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Census Bureau (dalam DeGenova, 2008) menyatakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling terikat karena kelahiran, pernikahan, adopsi ataupun tinggal bersama. Mengacu pada definisi di atas, keluarga memiliki dua karakteristik, yakni orang-orang saling berhubungan karena ikatan darah ataupun hukum dan mereka harus tinggal bersama di dalam satu rumah tangga. DeGenova (2008) mengkategorikan beberapa bentuk keluarga berdasarkan struktur dan hubungan di antara orang-orang yang berada dalam keluarga tersebut, salah satunya ialah keluarga inti. Keluarga inti (nuclear family) terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dan anak-anak yang belum menikah (DeGenova, 2008). Semakin beragamnya anggota keluarga, di mana mengikutsertakan orang lain di luar ayah, ibu dan anak-anak untuk tinggal bersama dalam satu rumah, maka keluarga tersebut tidak lagi merupakan keluarga inti.

Berns (dalam Lestari, 2012) menyebutkan ada lima fungsi dasar dari keluarga, yaitu reproduksi, sosialisasi/edukasi, penugasan peran sosial, dukungan ekonomi, dan dukungan emosi/pemeliharaan. Dengan reproduksi, keluarga mempertahankan populasi yang ada di masyarakat. Dengan sosialisasi/edukasi, keluarga menjadi sarana transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan teknik ke generasi selanjutnya. Dalam hal penugasan peran sosial, keluarga memberikan identitas ras, etnik, religi, sosial ekonomi dan peran


(2)

gender pada anggotanya. Keluarga juga menyediakan tempat berlindung, makanan dan jaminan kehidupan. Selain keempat hal di atas, keluarga juga memberikan pengalaman interaksi sosial pertama bagi anak sehingga dapat memberikan rasa aman bagi anak.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka keluarga memiliki fungsi dan peran yang utama di dalam masyarakat. Sebuah keluarga memiliki ikatan batin yang kuat karena berasal dari suatu ikatan darah yang sama. Anak memiliki ikatan darah yang kuat dengan orangtuanya terkhusus ibu yang mengandung dan melahirkannya. Melalui ikatan darah yang kuat, tentu naluri ibu juga sangat kuat dan jarang salah apabila ada sesuatu yang terjadi terhadap anaknya dan sudah menjadi tanggung jawab bagi seorang ibu untuk merawat anaknya. Peran ayah pun sangat besar dalam pembentukan karakteristik anak dan apabila anaknya sudah besar dan beranjak dewasa, sudah menjadi tanggung jawab anaklah untuk merawat kedua orangtuanya yang sudah tua dan lanjut usia. Bahwa pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dimana masing-masing anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi, saling membutuhkan, semua mengembangkan hubungan intensif antar anggota keluarga. Dalam hal ini, merawat orangtua merupakan fungsi sosial anak dalam keluarga yang disesuaikan dengan status, peranan, jenis kelamin, dan umur anggota-anggota keluarga. Anak bersifat fungsional di dalam keluarga terhadap orangtuanya yang sudah lansia. Bagi keluarga pada umumnya anak mempunyai peranan dan tanggung jawab utama dalam merawat dan pemenuhan kebutuhan materiil maupun secara moriil bagi orangtuanya.


(3)

Adapun kewajiban seorang anak untuk merawat orangtuanya dapat dilakukan sendiri di dalam rumah, namun adakalanya anak atau keluarga dan sanak saudara memilih untuk memberikan perawatan khusus bagi orangtua lansia yang kita kenal sebagai rumah atau panti jompo. Anak tidak mampu merawat sendiri orangtua dapat dikarenakan faktor pekerjaan yang padat dan juga ada diantara orangtua lansia yang tidak memiliki anak sehingga keluarga dan sanak saudara yang berperan dalam merawat mereka juga tidak bersedia meluangkan waktu dalam merawatnya.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), secara umum jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan. Jumlah penduduk lanjut usia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah penduduk lanjut usia laki-laki (8,29 juta orang) Peningkatan usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Ada kenaikan sebanyak 6 juta orang dibanding tahun 1995 dimana lansia berjumlah lebih kurang 12 juta orang. Badan Pusat Statistik memprediksikan persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun2020(http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docma n&Itemid=114

Pada negara-negara berkembang dan maju yang di dalamnya terdapat banyak kota-kota besar, banyak terjadi perubahan-perubahan pada aspek

diakses pada hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 09.10). Gejala bertambahnya jumlah warga lansia dapat dikatakan bersifat universal, dan terjadi di berbagai negara, terutama negara-negara maju.


(4)

kehidupan sosial. Tonnies (dalam Waluya, 2007) menyatakan bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang memiliki hubungan erat dan kooperatif menjadi masyarakat besar yang memiliki hubungan khusus dan impersonal. Gejala ini tampak jelas pada masyarakat perkotaan di mana terjadi perpecahan dalam masyarakat, keterasingan individu dan melemahnya ikatan sosial akibat pencarian kekuasaan dan perubahan sosial budaya menuju individualisasi. Perubahan ini semakin nyata dan terlihat jelas ketika seorang anak menitipkan orang tuanya yang sudah berusia lanjut di panti jompo.

Panti jompo merupakan rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo (orang yang sudah berusia lanjut). Panti jompo sebagai wadah sosial yang disediakan bagi orangtua lansia yang membutuhkan perhatian dan perawatan secara khusus. Para lanjut usia dirawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya tidak terlantar, bagi yang tidak punya sanak saudara atau mereka ingin hidup tenang jauh dari keramaian.

Nilai budaya adalah wujud ideal dari kebudayaan yang merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat. Secara fungsional, nilai budaya berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan manusia. Orientasi nilai budaya (cultural value orientation) yang dikembangkan oleh Clyde Kluckhohn dan istrinya, Florence Kluckhohn pada bukunya yang berjudul Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions (1952, dalam Pelly, 1994). Mereka beranggapan bahwa dalam rangka sistem budaya dari tiap kebudayaan ada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan bernilai


(5)

dalam hidup. Dengan demikian, maka sistem nilai budaya itu juga befungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya. Sejak kecil seorang individu telah diresapi dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya, konsep-konsep itu telah berakar di dalam mentalitasnya dan kemudian sukar diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.

Pada masyarakat etnis Tionghoa, menghormati orangtua menjadi nilai budaya dan prinsip moral bagi kehidupan sosial dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dengan perayaan hari raya Ceng Beng yang menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa. Perayaan ini dilaksanakan setiap tahun biasanya jatuh pada tanggal 5 April dengan berziarah ke makam leluhur, orangtua ataupun sanak saudara yang sudah meninggal. Perayaan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap bakti leluhurnya dan penghormatan bagi anggota keluarga yang sudah meninggal. Masyarakat Tionghoa mengadakan upacara-upacara penghormatan untuk memperingati kepergian nenek moyang leluhur mereka. Mereka sadar bahwa dengan adanya leluhur mereka, mereka lahir ke dunia dan memiliki keturunan. Mereka mempercayai bahwa leluhur mereka akan selalu mendoakan mereka agar keturunan-keturunan mereka senantiasa diberkati oleh Sang Pencipta. Masyarakat Tionghoa senantiasa memiliki sikap saling menghormati terhadap orangtua, keluarga, bahkan nenek moyang leluhur. Seperti halnya pada tradisi perayaan Ceng Beng ini yang masih tetap dibudayakan oleh masyarakat Tionghoa. Hal itu menjadi suatu tanda bahwa mereka memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap orangtua walaupun sudah meninggal sekalipun.

Berdasarkan kebudayaannya, etnis Tionghoa berlandaskan pada ajaran Konfusius yang menekankan pentingnya hubungan dengan keluarga. Ajaran


(6)

Konfusianisme merupakan ajaran moral yang menjadi suatu kepercayaan pada masyarakat tradisional etnis Tionghoa, dimana dalam ajaran tersebut ditekankan kepatuhan anak terhadap orangtua. Anak memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap kedua orangtuanya. Dan orangtua pun memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya. Besar harapan orangtua terhadap anaknya untuk mencapai kesuksesan kelak. Harapan tersebut dirasakan oleh anak sehingga menjadi dorongan dan semangat dalam kehidupan dan diwujudkan dengan berbakti kepada orang tua (filial piety), yaitu: rasa hormat dan patuh anak kepada orangtuanya. Para leluhur yang sudah meninggal saja masih mereka hormati apalagi di saat orangtua masih hidup. Mereka akan menyempatkan diri untuk mewujudkan cinta kasih, rasa sayang dan rasa hormat mereka terhadap orangtua dengan menjaga, merawat dan memenuhi kebutuhan orangtua di masa tua.

Pada umumnya, bantuan-bantuan yang diberikan anak sebagai bentuk perawatan terhadap orang tua mereka yang berusia lanjut diberikan oleh anak perempuan karena anak perempuan dianggap memiliki sifat merawat dan memiliki waktu yang lebih banyak untuk merawat orang tua dibandingkan dengan laki-laki. Namun, kenyataan pada kebudayaan Tionghoa menunjukkan bahwa anak laki-laki tertua dianggap memiliki tanggung jawab penuh terhadap orang tuanya sebab mereka akan menetap dan kelak akan menggantikan posisi orang tuanya. Sementara, anak perempuan akan pergi dan tinggal bersama suaminya dikarenakan oleh kebudayaan Tionghoa yang menganut sistem partrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal menganut garis keturunan yang didasarkan pada pihak


(7)

ayah (pihak laki-laki) sehingga garis keturunan diteruskan dengan membawa marga ayah (pihak laki-laki).

Masyarakat Tionghoa sulit membangun rasa percaya terhadap orang lain yang bukan keluarga dan juga kerabatnya apalagi yang berbeda etnis. Hal ini dapat kita lihat bahwa masyarakat etnis Tionghoa hanya akan menjalin hubungan bisnis dengan orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan saja dan tak jarang mereka menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pekerjaan hanya dengan kaum etnisnya. Mereka menitipkan orangtua mereka sendiri di panti jompo berarti mereka percaya bahwa panti jompo tersebut dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi orangtuanya.

Panti jompo yang terdapat di kota Medan salah satunya adalah Panti Jompo Karya Kasih yang terletak di jalan Mongonsidi Medan yang menjadi lokasi penelitian ini. Adapun panti jompo yang berada di wilayah Medan antara lain panti jompo Hisosu yang terletak di jalan Iman Bonjol, Dusun Kenanga-Brahrang Medan Binjai, Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bhakti yang terletak di jalan Medan-Belawan km 16, Panti Jompo Yayasan Himpunan Sosial & Olahraga Sumatera Utara yang terletak di jalan Linjum Brahrang dan Panti Jompo milik Yayasan Harapan Jaya yang berada di jalan A.M.D Kompleks Graha Sultan, Medan Marelan.

Di panti-panti jompo yang berada di Medan tersebut tak jarang dijumpai orangtua lansia yang beretnis Tionghoa. Dalam keluarga etnis Tionghoa, hubungan keluarga yang paling penting adalah hubungan antara orangtua dan anak, terutama hubungan antara ayah dengan anak laki-lakinya. Walaupun hubungan antara ayah dan anak laki-lakinya dituntut kepatuhan tanpa syarat dan


(8)

penghormatan dari sang anak, tetapi sebenarnya hubungan ini mengandung ketergantungan satu sama lain yang sangat besar. Dalam diri seorang ayah, terpendam semacam sindrom kekhawatiran akan masa tuanya kelak, tetapi disisi lain ia tidak ingin kekhawatiran tersebut dapat terbaca oleh anaknya, karena bagaimanapun posisi anak harus tetap inferior (inferior dimaksudkan bahwa anak memiliki posisi yang lebih rendah atau berada di posisi lebih bawahan daripada orangtua). Hal ini berkaitan dengan jaminan orangtua yang didapatkan dari anaknya kelak jika orangtua tidak mampu lagi bekerja memenuhi kebutuhannya (Wibowo, 2008).

Panti Jompo Karya Kasih merupakan salah satu panti jompo yang ada di kota Medan yang mewadahi fasilitas dalam kegiatan jasmani para orangtua. Di Panti Jompo Karya Kasih yang bertempat di jalan Mongonsidi Ujung No. 3 ini menjadi sebuah wadah sosial bagi pelayanan orangtua lansia yang membutuhkan uluran kasih dan perhatian khusus yang berada di sekitar kawasan kota Medan. Panti Jompo Karya Kasih merupakan yayasan sosial dibawah naungan gereja Katolik Medan. Dalam panti jompo ini mayoritas terdapat orangtua yang beretnis Tionghoa dengan jumlah keseluruhan orangtua sekitar 106 orang dan 80% dari keseluruhan orangtua yang menetap di Panti Jompo Karya Kasih ini beretnis Tionghoa sedangkan selebihnya ada yang beretnis Batak, Jawa dan India.

Nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat etnis Tionghoa yang menjadi salah satu alasan bagi sebagian orang mengapa panti jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan orangtua lanjut usia. Menitipkan orangtua yang sudah berusia lanjut yang memerlukan perawatan ekstra ke panti jompo dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji


(9)

dan bertolak belakang apabila ditinjau dari akar kebudayaan masyarakat etnis Tionghoa yang sangat menjunjung tinggi nilai penghormatan terhadap orangtua. Hal inilah yang menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana orientasi nilai keluarga etnis Tionghoa yang menitipkan

orangtua di panti jompo?

2. Mengapa keluarga etnis Tionghoa memilih untuk menitipkan orangtuanya

di panti jompo? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana orientansi nilai

keluarga etnis Tionghoa yang menitipkan orangtua di panti jompo.

2. Untuk mengetahui adakah faktor perubahan nilai sosial yang terjadi dalam kaitannya terhadap orangtua yang dititipkan di panti jompo khususnya dan orangtua etnis Tionghoa Medan umumnya.

3. Untuk mengetahui seberapa besar bentuk perhatian dan kasih sayang

keluarga terhadap orangtuanya. Apakah bukan hanya ketidakmampuan tetapi juga ketidakmauan dalam merawat orangtua mereka (ketidakmampuan disini karena adanya faktor kesibukan).

4. Untuk menganalisis dalam bentuk apakah kebutuhan yang diinginkan oleh

orangtua lansia (moril atau materiil). 1.4 Manfaat Penelitian


(10)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dan kalangan akademik untuk menambah pengetahuan dalam memahami permasalahan yang berkaitan dengan hubungan keluarga antara anak dengan orangtua yang sudah lanjut usia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini ialah :

1. Memberikan gambaran orientasi nilai sosial keluarga secara umum pada

masyarakat etnis Tionghoa di Medan.

2. Memberikan kesadaran bagi masyarakat mengenai peran anak atau

keluarga terhadap orangtua lansia yang seharusnya dijalankan.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan mengenai peran

sosial yayasan panti jompo sebagai sebuah wadah gerakan sosial dalam upaya pelayanan dan penanganan orangtua lansia.

1.5 Definisi Konsep

Orientasi : peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan

sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Nilai : sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Menurut Soerjono Soekanto, nilai sebagai konsepsi (pemikiran) abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai sosial


(11)

Orientasi nilai : bersifat komplek tetapi berpola pada prinsip yang mengutamakan tatanan dan langsung pada tindakan dan pikiran manusia yang berhubungan dengan solusi dalam memecahkan masalah.

Nilai budaya : wujud ideal dari kebudayaan yang merupakan konsep yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat. Nilai berdasarkan pada sistem, seperti sistem norma, hukum, hukum adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan-santun, dan sebagainya.

Panti jompo : rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo (orang yang

sudah berusia lanjut).

Yayasan : badan hukum yang tidak mempunyai anggota, dikelola oleh

sebuah pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial.

Konfusianisme : suatu ajaran moral sebagai pandangan atau paham yang menjadi dasar kepercayaan etnis Tionghoa dalam menjaga hubungan sosial antar manusia terutama orangtua dengan anak. Ajaran moral dan etika Konfusius ini bersifat humanis religius untuk bertujuan menciptakan keharmonisan hubungan antar umat manusia dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti; bentuk penghormatan anak terhadap orangtua.

Filial piety : berasal dari bahasa Inggris yang berarti bakti. Bakti yang

dimaksudkan ialah suatu rasa, bentuk dan tanda hormat anak kepada orangtuanya.


(12)

Patrilineal : mengenai hubungan keturunan melalui garis kerabat pria saja, bapak. Patrilineal ini adalah sistem kekerabatan masyarakat yang melalui garis keturunan laki-laki (ayah). Sistem kekerabatan patrilineal ini terdapat pada masyarakat etnis Tionghoa seperti dalam pembahasan ini dan secara umum pada masyarakat etnis Batak.

Konsanguinal : menekankan pada pentingnya ikatan-ikatan darah, seperti

hubungan antara seseorang dengan orang tuanya dianggap lebih penting daripada ikatan antara suami atau isterinya. Konsanguinal merupakan suatu sistem keluarga yang dideskripsikan menurut Clayton.


(1)

ayah (pihak laki-laki) sehingga garis keturunan diteruskan dengan membawa marga ayah (pihak laki-laki).

Masyarakat Tionghoa sulit membangun rasa percaya terhadap orang lain yang bukan keluarga dan juga kerabatnya apalagi yang berbeda etnis. Hal ini dapat kita lihat bahwa masyarakat etnis Tionghoa hanya akan menjalin hubungan bisnis dengan orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan saja dan tak jarang mereka menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pekerjaan hanya dengan kaum etnisnya. Mereka menitipkan orangtua mereka sendiri di panti jompo berarti mereka percaya bahwa panti jompo tersebut dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi orangtuanya.

Panti jompo yang terdapat di kota Medan salah satunya adalah Panti Jompo Karya Kasih yang terletak di jalan Mongonsidi Medan yang menjadi lokasi penelitian ini. Adapun panti jompo yang berada di wilayah Medan antara lain panti jompo Hisosu yang terletak di jalan Iman Bonjol, Dusun Kenanga-Brahrang Medan Binjai, Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bhakti yang terletak di jalan Medan-Belawan km 16, Panti Jompo Yayasan Himpunan Sosial & Olahraga Sumatera Utara yang terletak di jalan Linjum Brahrang dan Panti Jompo milik Yayasan Harapan Jaya yang berada di jalan A.M.D Kompleks Graha Sultan, Medan Marelan.

Di panti-panti jompo yang berada di Medan tersebut tak jarang dijumpai orangtua lansia yang beretnis Tionghoa. Dalam keluarga etnis Tionghoa, hubungan keluarga yang paling penting adalah hubungan antara orangtua dan anak, terutama hubungan antara ayah dengan anak laki-lakinya. Walaupun hubungan antara ayah dan anak laki-lakinya dituntut kepatuhan tanpa syarat dan


(2)

penghormatan dari sang anak, tetapi sebenarnya hubungan ini mengandung ketergantungan satu sama lain yang sangat besar. Dalam diri seorang ayah, terpendam semacam sindrom kekhawatiran akan masa tuanya kelak, tetapi disisi lain ia tidak ingin kekhawatiran tersebut dapat terbaca oleh anaknya, karena bagaimanapun posisi anak harus tetap inferior (inferior dimaksudkan bahwa anak memiliki posisi yang lebih rendah atau berada di posisi lebih bawahan daripada orangtua). Hal ini berkaitan dengan jaminan orangtua yang didapatkan dari anaknya kelak jika orangtua tidak mampu lagi bekerja memenuhi kebutuhannya (Wibowo, 2008).

Panti Jompo Karya Kasih merupakan salah satu panti jompo yang ada di kota Medan yang mewadahi fasilitas dalam kegiatan jasmani para orangtua. Di Panti Jompo Karya Kasih yang bertempat di jalan Mongonsidi Ujung No. 3 ini menjadi sebuah wadah sosial bagi pelayanan orangtua lansia yang membutuhkan uluran kasih dan perhatian khusus yang berada di sekitar kawasan kota Medan. Panti Jompo Karya Kasih merupakan yayasan sosial dibawah naungan gereja Katolik Medan. Dalam panti jompo ini mayoritas terdapat orangtua yang beretnis Tionghoa dengan jumlah keseluruhan orangtua sekitar 106 orang dan 80% dari keseluruhan orangtua yang menetap di Panti Jompo Karya Kasih ini beretnis Tionghoa sedangkan selebihnya ada yang beretnis Batak, Jawa dan India.

Nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat etnis Tionghoa yang menjadi salah satu alasan bagi sebagian orang mengapa panti jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan orangtua lanjut usia. Menitipkan orangtua yang sudah berusia lanjut yang memerlukan


(3)

dan bertolak belakang apabila ditinjau dari akar kebudayaan masyarakat etnis Tionghoa yang sangat menjunjung tinggi nilai penghormatan terhadap orangtua. Hal inilah yang menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana orientasi nilai keluarga etnis Tionghoa yang menitipkan orangtua di panti jompo?

2. Mengapa keluarga etnis Tionghoa memilih untuk menitipkan orangtuanya di panti jompo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana orientansi nilai keluarga etnis Tionghoa yang menitipkan orangtua di panti jompo.

2. Untuk mengetahui adakah faktor perubahan nilai sosial yang terjadi dalam kaitannya terhadap orangtua yang dititipkan di panti jompo khususnya dan orangtua etnis Tionghoa Medan umumnya.

3. Untuk mengetahui seberapa besar bentuk perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap orangtuanya. Apakah bukan hanya ketidakmampuan tetapi juga ketidakmauan dalam merawat orangtua mereka (ketidakmampuan disini karena adanya faktor kesibukan).

4. Untuk menganalisis dalam bentuk apakah kebutuhan yang diinginkan oleh orangtua lansia (moril atau materiil).

1.4 Manfaat Penelitian


(4)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dan kalangan akademik untuk menambah pengetahuan dalam memahami permasalahan yang berkaitan dengan hubungan keluarga antara anak dengan orangtua yang sudah lanjut usia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini ialah :

1. Memberikan gambaran orientasi nilai sosial keluarga secara umum pada masyarakat etnis Tionghoa di Medan.

2. Memberikan kesadaran bagi masyarakat mengenai peran anak atau keluarga terhadap orangtua lansia yang seharusnya dijalankan.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan mengenai peran sosial yayasan panti jompo sebagai sebuah wadah gerakan sosial dalam upaya pelayanan dan penanganan orangtua lansia.

1.5 Definisi Konsep

Orientasi : peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Nilai : sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Menurut Soerjono Soekanto, nilai sebagai konsepsi (pemikiran) abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai sosial


(5)

Orientasi nilai : bersifat komplek tetapi berpola pada prinsip yang mengutamakan tatanan dan langsung pada tindakan dan pikiran manusia yang berhubungan dengan solusi dalam memecahkan masalah.

Nilai budaya : wujud ideal dari kebudayaan yang merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat. Nilai berdasarkan pada sistem, seperti sistem norma, hukum, hukum adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan-santun, dan sebagainya.

Panti jompo : rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo (orang yang sudah berusia lanjut).

Yayasan : badan hukum yang tidak mempunyai anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial.

Konfusianisme : suatu ajaran moral sebagai pandangan atau paham yang menjadi dasar kepercayaan etnis Tionghoa dalam menjaga hubungan sosial antar manusia terutama orangtua dengan anak. Ajaran moral dan etika Konfusius ini bersifat humanis religius untuk bertujuan menciptakan keharmonisan hubungan antar umat manusia dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti; bentuk penghormatan anak terhadap orangtua.

Filial piety : berasal dari bahasa Inggris yang berarti bakti. Bakti yang dimaksudkan ialah suatu rasa, bentuk dan tanda hormat anak kepada orangtuanya.


(6)

Patrilineal : mengenai hubungan keturunan melalui garis kerabat pria saja, bapak. Patrilineal ini adalah sistem kekerabatan masyarakat yang melalui garis keturunan laki-laki (ayah). Sistem kekerabatan patrilineal ini terdapat pada masyarakat etnis Tionghoa seperti dalam pembahasan ini dan secara umum pada masyarakat etnis Batak.

Konsanguinal : menekankan pada pentingnya ikatan-ikatan darah, seperti hubungan antara seseorang dengan orang tuanya dianggap lebih penting daripada ikatan antara suami atau isterinya. Konsanguinal merupakan suatu sistem keluarga yang dideskripsikan menurut Clayton.


Dokumen yang terkait

Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan.

5 54 65

Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA.

14 112 194

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

29 227 96

Gambaran Gangguan Pendengaran pada Lanjut Usia di Panti Jompo Karya Kasih Medan pada Tahun 2014

1 17 56

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME PADA ETNIS TIONGHOA Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Etnis Tionghoa (Studi Kasus pada Keluarga Etnis Tionghoa di Kampung Loji Wetan Kelurahan Kedung Lumbu Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta).

0 1 18

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME PADA ETNIS TIONGHOA Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Etnis Tionghoa (Studi Kasus pada Keluarga Etnis Tionghoa di Kampung Loji Wetan Kelurahan Kedung Lumbu Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta).

0 2 16

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

0 1 9

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

0 0 20

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

0 0 4

Orientasi Nilai Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtua di Panti Jompo (Studi Deskriptif Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Menitipkan Orangtuanya di Panti Jompo Karya Kasih Medan)

0 0 2