Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan.

(1)

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI DENGAN STATUS

GIZI PADA MANULA DI PANTI JOMPO

KARYA KASIH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

VINCILIA PANTO NIM: 080600155

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2012

Vincilia Panto

Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di panti jompo Karya Kasih Medan.

xi + 40 halaman

Kehilangan gigi merupakan akibat dari perubahan pada tubuh akibat proses penuaan yang akan mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan yang dihindari, keluhan yang dialami, mengetahui kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi dan jumlah gigi fungsional dan mengetahui hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi geligi dan jumlah gigi fungsional.

Rancangan penelitian adalah cross-sectional. Mencari hubungan kehilangan gigi dengan status gizi dalam satu populasi yang diobservasi secara bersamaan. Besar sampel adalah 85 orang. Sampel diambil secara total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan manula yang kehilangan gigi geligi dan gigi fungsional menghindari makanan daging, makanan berserat, makanan yang kering dan makanan yang lengket. Selain itu juga mengalami kesulitan mengunyah, lelah di rahang dan kesulitan menelan. Sebesar 41,2% subjek edentulus dan sebesar 64,7% subjek memiliki 0 FTUs. Sebesar 52% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan berstatus gizi kurus. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi (p=0,084). Sebesar 43,6% yang memiliki 0 FTUs berstatus gizi kurus. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi (p=0,033).

Dapat disimpulkan bahwa kehilangan gigi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi geligi dan kehilangan gigi


(3)

mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi fungsional.


(4)

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI DENGAN STATUS

GIZI PADA MANULA DI PANTI JOMPO

KARYA KASIH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

VINCILIA PANTO NIM: 080600155

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 19 Desember 2012

Pembimbing: Tanda tangan

Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes. ... NIP: 19810516 200501 2 003


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Desember 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM.

ANGGOTA : 1. Gema Nazri Yanti, drg.

2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, serta segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing dan Tim Penguji, atas keluangan waktu, saran, bantuan dan dukungan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Gema Nazri Yanti, drg., selaku Tim Penguji, atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K), selaku penasehat akademik, yang banyak memberikan nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Sr Theresia Sinaga, KSSY , selaku pimpinan Graha Residen Senior Karya Kasih Medan yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Alm. ayah Phang Min Hoa dan ibu Lily Roes, abang


(8)

penulis Vincent Panto, drg dan adik penulis Novia atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Sahabat-sahabat tersayang penulis Cay, Ferry, SE., Kaya, SKG., Yogalavanya, SKG., Kalvina, SKG., Thilages, SKG., Adilla, Kirandeep, Vidya, Aishah, Lulu, Ryanda, Silvia ’09, Yenny ‘09 serta teman-teman stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penelitian ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan untuk kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 19 Desember 2012 Penulis,

(Vincilia Panto) NIM. 080600155


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehilangan gigi ... 6

2.1.1 Dampak Kehilangan Gigi ... 7

2.1.1.1 Dampak Emosional ... 7

2.1.1.2 Dampak Sistemik ... 8

2.1.1.3 Dampak Fungsional ... 8

2.1.2 Keadaan Gigi Geligi ... 9

2.1.2.1 Jumlah Gigi Geligi ... 9

2.1.2.2 Jumlah FTUs ... 10

2.2 Status Gizi ... 11


(10)

2.2.2 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi ... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15

3.2 Populasi dan Sampel ... 15

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 15

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi di rongga mulut ... 18

4.2 Kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi fungsional ... 20

4.3 Jenis makanan yang dihindari para manula di Panti Jompo ... 20

4.4 Keluhan yang dialami para manula di Panti Jompo ... 23

4.5 Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi geligi di rongga mulut ... 31

4.6 Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi fungsional ... 32

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi geligi di rongga mulut ... 36

5.2 Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi fungsional ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Delapan buah gigi yang diperiksa untuk perhitungan FTUs ... 11


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori ambang batas indeks massa tubuh manula menurut DEPKES

RI tahun 2003 ... 13

2. Gambaran responden di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 18

3. Persentase distribusi kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi di

rongga mulut ... 18

4. Persentase distribusi responden yang memakai gigi tiruan... 19

5. Persentase distribusi jenis gigi tiruan yang dipakai responden ... 19

6. Persentase distribusi kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi

fungsional ... 20

7. Persentase menghindari makanan daging berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 20

8. Persentase menghindari makanan berserat berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 21

9. Persentase menghindari makanan kering berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 22

10. Persentase menghindari makanan lengket berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 23

11. Persentase keluhan kesulitan mengunyah berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 24

12. Persentase keluhan lelah di rahang berdasarkan jumlah gigi geligi dan


(13)

13. Persentase keluhan mulut kering berdasarkan jumlah gigi geligi dan

jumlah gigi fungsional ... 26

14. Persentase keluhan kesulitan menelan berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 27

15. Persentase keluhan batuk saat makan berdasarkan jumlah gigi geligi dan

jumlah gigi fungsional ... 28

16. Persentase keluhan sakit saat menelan berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 29

17. Persentase keluhan menelan dengan air berdasarkan jumlah gigi geligi

dan jumlah gigi fungsional ... 30

18. Persentase keluhan makanan tersangkut di tenggorokan berdasarkan

jumlah gigi geligi dan jumlah gigi fungsional ... 31

19. Hasil uji statistik persentase kehilangan gigi dengan status gizi

berdasarkan jumlah gigi geligi ... 32

20. Hasil uji statistik persentase kehilangan gigi dengan status gizi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan.

2. Output analisis perhitungan uji chi-square.

3. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Panti Jompo Karya Kasih Medan.


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2012

Vincilia Panto

Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula di panti jompo Karya Kasih Medan.

xi + 40 halaman

Kehilangan gigi merupakan akibat dari perubahan pada tubuh akibat proses penuaan yang akan mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan yang dihindari, keluhan yang dialami, mengetahui kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi dan jumlah gigi fungsional dan mengetahui hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi geligi dan jumlah gigi fungsional.

Rancangan penelitian adalah cross-sectional. Mencari hubungan kehilangan gigi dengan status gizi dalam satu populasi yang diobservasi secara bersamaan. Besar sampel adalah 85 orang. Sampel diambil secara total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan manula yang kehilangan gigi geligi dan gigi fungsional menghindari makanan daging, makanan berserat, makanan yang kering dan makanan yang lengket. Selain itu juga mengalami kesulitan mengunyah, lelah di rahang dan kesulitan menelan. Sebesar 41,2% subjek edentulus dan sebesar 64,7% subjek memiliki 0 FTUs. Sebesar 52% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan berstatus gizi kurus. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi (p=0,084). Sebesar 43,6% yang memiliki 0 FTUs berstatus gizi kurus. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi (p=0,033).

Dapat disimpulkan bahwa kehilangan gigi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi geligi dan kehilangan gigi


(16)

mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi fungsional.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Proses penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.1 Proses penuaan terjadi secara terus menerus dalam kehidupan manusia yang ditandai dengan perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanis dalam tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Akibat terganggunya fungsi-fungsi tersebut akan menyebabkan penurunan kemampuan untuk mempertahankan homeostasis.2

Menurut data statistik penduduk Indonesia, manula diatas 60 tahun pada tahun 2003 berjumlah 17.777.700 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 berjumlah 18.097.700 jiwa. Peningkatan jumlah manula ini mengisyaratkan bahwa perlu dilakukan peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi manula.2

Kehilangan gigi bukan merupakan bagian dari proses penuaan. Proses penuaan bukan penyebab utama terjadinya penyakit pada rongga mulut, menurut dokter gigi dan profesional kedokteran gigi lainnya dengan bertambahnya usia, penyakit pada rongga mulut seperti kehilangan gigi pada umumnya merupakan akibat terjadinya perubahan jaringan lunak mulut, penurunan sistem kekebalan tubuh, peningkatan sejumlah penyakit sistemik, penurunan kemampuan untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan perawatan gigi yang dilakukan secara individual untuk individu yang mengalami stroke, arthritis, penyakit Parkinson, dementia (pikun), atau penyakit Alzheimer dan mulut kering akibat peningkatan penggunaan obat-obatan.3 Seiring bertambahnya usia, terjadi beberapa perubahan pada rongga mulut. Perubahan-perubahan yang terjadi akan menyebabkan terjadinya karies dan penyakit periodontal yang merupakan penyebab hilangnya gigi pada manula.2,3


(18)

Kehilangan gigi pada manusia akan mempunyai beberapa dampak yaitu dampak emosional, sistemik dan fungsional. Dampak yang paling penting yang perlu diperhatikan adalah dampak fungsional dimana kehilangan gigi akan menyebabkan penurunan fungsi pengunyahan dan masalah kesehatan umum lainnya.4,6 Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan fungsi penguyahan selain kehilangan gigi yaitu kesalahan gigitan dan maloklusi. Untuk meningkatkan fungsi pengunyahan, gigi yang hilang biasanya akan diganti dengan gigi tiruan.6 Namun data yang diperoleh dari Indonesia’s National Basic Health Research Survey terdapat hanya 14,5% yang mengganti kehilangan gigi dengan gigi tiruan.8 Status gigi dapat dievaluasi dengan berbagai indeks. Salah satu indeks penting yang mewakili kesehatan rongga mulut adalah jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut yang dapat mengurangi kemampuan pengunyahan bila terdapat kehilangan gigi dalam jumlah yang banyak. Indeks lain yang signifikan adalah functional tooth units (FTUs) yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan pengunyahan, kondisi rongga mulut dan asupan diet.4,8

Indeks yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan melihat status gigi yaitu jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut dan FTUs. Bila manula dapat mempertahankan gigi geligi sebanyak mungkin dapat meningkatkan kepuasan dan kemampuan dalam pengunyahan. Gilbert et al dalam penelitiannya menunjukan bahwa orang Florida yang memiliki gigi geligi yang lebih sedikit mempunyai kenyamanan dan fungsi yang buruk.5 The Federation Dentaire Internationale merekomendasikan 50% dari populasi penduduk dengan umur 65 tahun atau lebih tua harus memiliki 20 gigi geligi atau lebih untuk meningkatkan harapan hidup.4 FTUs didefinisikan sebagai gigi posterior yang berkontak dengan gigi antagonisnya. Gigi geligi yang dimaksud disini adalah gigi tanpa karies yang telah merusak mahkota ataupun gigi tiruan (cekat atau lepasan).8 Pengukuran dengan menggunakan FTUs karena jumlah FTUs merupakan faktor penentu kemampuan pengunyahan dimana jumlah FTUs yang kecil menggambarkan kesulitan dalam pengunyahan dan buruknya status fungsi gigi.4,6


(19)

Pengunyahan dan penelenan merupakan faktor penting dalam sistem pencernaan. Oleh sebab itu, konsumsi makanan yang tepat dan seimbang merupakan komponen yang penting bagi penuaan yang sehat. Akibat gangguan fungsi pengunyahan yang terjadi pada manula akan mempengaruhi kemampuan untuk makan. Para manula cenderung memilih-milih makanan sehingga terjadi defisiensi nutrisi. Manula yang mengalami kehilangan gigi mengkonsumsi buah, daging, kacang dan lemak yang kurang atau menghindari makanan-makanan yang dianggap sulit atau tidak dapat dikunyah sehingga asupan nutrisi yang penting kurang terkonsumsi. Oleh karena kehilangan gigi, cenderung terjadi pembatasan makanan yang akan mempengaruhi status gizi para manula.7,10

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbang tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Sedangkan pengaruh tidak langsung dari status gizi adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian yang dilakukan secara langsung meliputi pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan antropometri, sedangkan penilaian yang dilakukan secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.9

Penilaian status gizi dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan penilaian langsung yaitu antropometri. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia yang ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri ini digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Terdapat berbagai cara pengukuran antropometri untuk mengukur status gizi, yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT).9


(20)

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula. Alasan penulis mengadakan penelitian di Panti Jompo ini karena diketahui sebagian besar penghuni Panti Jompo telah mengalami kehilangan gigi dengan beragam status gizi.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti :

1. Apakah ada hubungan kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi geligi?

2. Apakah ada hubungan kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi fungsional?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis makanan yang dihindari para manula di Panti Jompo berdasarkan jumlah kehilangan gigi dan jumlah gigi fungsional.

2. Untuk mengetahui keluhan tentang kondisi rongga mulut yang dialami para manula di Panti Jompo berdasarkan jumlah kehilangan gigi dan jumlah gigi fungsional.

3. Untuk mengetahui kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut.

4. Untuk mengetahui kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi fungsional. 5. Untuk mengetahui hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut.

6. Untuk mengetahui hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi fungsional.


(21)

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut.

2. Ada hubungan kehilangan gigi dengan status gizi pada manula berdasarkan jumlah gigi fungsional.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan penyuluhan untuk masyarakat akan pentingnya pemeliharaan gigi geligi untuk mendapatkan fungsi pengunyahan yang optimal.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengelola Panti Jompo supaya

memperhatikan kondisi rongga mulut dan asupan gizi.

3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kesehatan gigi masyarakat.

4. Memberikan pengalaman melakukan penelitian kepada peneliti. 5. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah awal dari proses pencernaan.8 Manula pada umumnya memiliki gigi geligi yang lebih sedikit dan mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kehilangan keseluruhan gigi akibat efek kumulatif dari karies, penyakit periodontal dan trauma.4,10

Di Indonesia batasan usia lanjut diatur dalam UU No13 tahun 1988 tentang kesejahteraan manula yang berbunyi : “Manula adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas”.1 Kehilangan gigi merupakan masalah umum yang terjadi dalam rongga mulut manula dan memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan rongga mulut dan kesehatan secara umum.5,7

2.1Kehilangan Gigi

Seiring dengan bertambahnya usia, manula pada umumnya akan memiliki gigi geligi yang lebih sedikit dan memiliki resiko lebih tinggi mengalami kehilangan seluruh gigi geligi.10 Menurut Indonesia’s National Basic Health Research Survey pada tahun 2007 manula yang mengalami kehilangan seluruh gigi geligi terdapat sebanyak 17,6%.8 Kehilangan gigi terjadi akibat beberapa faktor yaitu karies, penyakit periodontal dan trauma.4 Penelitian di Ghana oleh Bruce menyatakan bahwa faktor utama penyebab kehilangan gigi yang paling banyak adalah karies gigi yaitu 83% dan penyakit periodontal yaitu 17%.13 Manula pada umumnya lebih sering mengalami karies dan periodontitis kronis yang merupakan faktor utama penyebab kehilangan gigi.11

Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang terdapat dalam


(23)

karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi dan diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringpan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Bila karies tidak dirawat maka akan menyebakan kehilangan gigi. Oleh sebab itu, masalah ini perlu mendapat perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahan dan penanggulangannya.11,12

Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan peradangan pada gingiva. Terdapat dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah penyakit periodontal yang ringan dengan ciri-ciri gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan pada tulang pendukung gigi yang disebut sebagai periodontitis. Bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang menghasilkan toksin yang akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah kedalamannya dan merusak semakin banyak tulang dan jaringan pendukung. Bila penyakit ini terus berlanjut dan tidak segera dirawat maka akan menyebabkan perlekatan gigi semakin longgar dan harus dicabut.12

Kehilangan gigi juga dapat disebabkan oleh trauma. Trauma yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Trauma dapat terjadi akibat kecelakaan, psikotik pasien dan radiasi.13

2.1.1 Dampak Kehilangan Gigi

2.1.1.1Dampak Emosional

Prinsipnya fungsi dari gigi geligi adalah memungkinkan kita untuk mengunyah makanan, memudahkan berbicara dan menyempurnakan penampilan wajah. Semua fungsi tersebut dapat terganggu akibat kehilangan gigi.16 Penelitian yang dilakukan oleh McMillan dkk di Hongkong menemukan bahwa 22% populasi


(24)

mengalami kesulitan untuk menerima kehilangan gigi. Dampak yang terjadi yaitu penurunan interaksi sosial karena merasa malu dan tidak percaya diri. Penelitian di Inggris membuktikan bahwa banyak orang merasa kesulitan saat mengalami kehilangan gigi, mereka cenderung membatasi kegiatan sosial mereka dan menghindari berhubungan dengan orang.14 Penelitian lain yang meneliti suatu populasi yang mengalami kehilangan seluruh gigi geligi menunjukkan 45% mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi ini, banyak yang mengalami kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan menerima perubahan dalam bentuk wajah.15

2.1.1.2Dampak Sistemik

Konsumsi diet yang sesuai dan seimbang merupakan penuaan yang sehat. Terdapat tantangan untuk menjaga keseimbangan asupan makanan untuk para manula akibat kehilangan gigi yang diderita.7 Kehilangan gigi pada manula menyebabkan manula cenderung memilih makanan, dengan kecenderungan mengkonsumsi buah yang kurang, makanan rendah serat dan makanan yang mengandung lemak yang tinggi. Akibat dari pemilihan makanan tersebut akan menyebabkan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,dsb.7,11

2.1.1.3 Dampak Fungsional

Pengunyahan dan penelanan merupakan langkah awal dalam pencernaan yang menggunakan kemampuan rongga mulut untuk mengoptimalkan efektivitasnya. Kemampuan rongga mulut pada manula dapat dilihat dari jumlah gigi geligi yang ada dan juga kualitas dan kuantitas saliva. Akibat dari kehilangan gigi dapat menyebabkan fungsi pengunyahan menurun karena di dalam pengunyahan melibatkan gigi geligi, lidah, saliva dan otot-otot. Manula pada umumnya telah mengalami penurunan produksi saliva. Penurunan produksi saliva diakibatkan oleh Sindrom Sjogren, pre-radioterapi dan kebanyakan diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan.10,15


(25)

Akibat penurunan produksi saliva, individu akan mungkin memiliki pelumasan dan kelembaban yang tidak memadai di dalam rongga mulut untuk mengunyah makanan dan membuat bolus makanan yang cukup untuk penelanan. Selain itu, dapat terjadi perubahan pada persepsi rasa.11 Pada kondisi-kondisi seperti ini mempunyai potensi untuk mempengaruhi pola makan individu yaitu terjadi pemilihan makanan akibat kemampuan mengunyah yang tidak memadai dan kesulitan mengunyah dan menelan akibat perubahan saliva.10 Penelitian yang dilakukan oleh Loesche et al, pada individu yang mengalami xerostomia akan menghindari makanan seperti wortel, roti dan makanan yang lengket.11

Pemilihan makanan yang terjadi akibat kemampuan mengunyah yang tidak memadai akan menyebabkan status gizi individu terganggu. Penelitian yang dilakukan oleh Rhodus dan Brown pada 84 manula xerostomia mempunyai energi, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B6, thiamin, riboflavin, kalsium dan zat besi

yang lebih rendah sehingga mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rendah.11

2.1.2 Keadaan Gigi Geligi

Keadaan gigi geligi dapat dievaluasi dengan melihat jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut dan jumlah FTUs. Dengan berkurangnya jumlah gigi geligi yang ada di rongga mulut, maka kemampuan pengunyahan akan menurun. Hilangnya jumlah gigi fungsional di dalam rongga mulut akan menyebabkan penurunan kemampuan pengunyahan.3,8

2.1.2.1 Jumlah Gigi Geligi

Di Jepang, The Ministry of Health and Welfare dan The Japan Dental Association bersama-sama memulai kampanye 8020 pada tahun 1989 untuk mendorong penduduk Jepang mempertahankan setidaknya 20 gigi asli atau lebih sampai umur 80 tahun untuk meningkatkan harapan hidup.4 Jumlah gigi geligi yang sedikit akan menghasilkan bolus yang kasar sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan nutrisi.17 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melissa terlihat bahwa 72% populasi mengalami kehilangan gigi dan 18% populasi mengalami


(26)

kehilangan keseluruhan gigi dan mempengaruhi status gizi para manula yaitu 9% underweight dan 47% overweight. Oleh sebab itu, mempertahankan gigi geligi dapat memberikan kenyaman dalam pengunyahan sehingga asupan makanan juga seimbang.7,10,17 Kenyamanan dalam pengunyahan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Ueno dkk dimana individu yang memiliki 20 gigi geligi atau lebih akan memiliki kemampuan pengunyahan yang lebih baik bila dibandingkan dengan individu yang memiliki 19 gigi geligi atau kurang.4

2.1.2.2 Jumlah FTUs

FTUs didefinisikan sebagai gigi posterior yang berkontak dengan gigi antagonisnya.3,5 Gigi geligi yang dimaksud disini adalah gigi geligi asli tanpa karies yang telah merusak mahkota atau gigi tiruan (cekat atau lepasan).8 Kehilangan FTUs merupakan faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan pengunyahan karena oklusi merupakan faktor penting dalam melakukan penguyahan makanan.17 Dari penelitian Ueno dkk menunjukkan bahwa FTUs sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengunyahan dimana jumlah FTUs yang besar dapat mengunyah lebih baik daripada jumlah FTUs yang kecil.6 Jumlah FTU lebih akurat dalam menggambarkan kemampuan pengunyahan dibandingkan dengan jumlah gigi geligi karena jumlah gigi asli dapat memberikan estimasi yang terlalu tinggi dari kemampuan pengunyahan pada orang tertentu karena nilai tersebut tidak memperhitungkan fungsional dari gigi.17 Perhitungan FTUs hanya melihat gigi posterior tanpa mengikutsertakan gigi molar tiga. Bila gigi premolar atas berkontak dengan premolar bawah maka didefinisikan sebagai satu FTUs dan bila gigi molar atas berkontak dengan molar bawah maka didefinisikan sebagai dua FTUs. Oleh karena itu, bila seseorang yang memiliki gigi lengkap mulai dari premolar satu hingga molar dua kiri dan kanan maka akan memiliki 12 FTUs.2,4


(27)

Gambar 1 : Delapan buah gigi yang diperiksa untuk perhitungan FTUs

2.2Status Gizi

Dalam kehidupan manusia, seseorang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, zat –zat itulah yang disebut sebagai gizi. Dengan kata lain makanan yang kita makan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan bukan hanya makanan, tetapi juga makanan yang mengandung zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan antara lain : protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Zat-zat gizi tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan.18

Seiring dengan bertambahnya usia, manula akan mengalami penurunan status gizi akibat kehilangan beberapa gigi dan bahkan kehilangan seluruhnya sehingga terjadi kesulitan dalam mengunyah makanan. Apabila makanan tidak diolah sedemikian rupa maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus. Di samping itu, alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun sehingga makanan yang dianjurkan untuk para manula adalah makanan yang mudah dicerna supaya tidak memberatkan fungsi pencernaan.8,18


(28)

Kebutuhan energi untuk para manula sudah menurun. Oleh sebab itu, konsumsi makanan untuk manula secara kuantitas berbeda dengan kelompok lainnya. Yang paling penting adalah kualitas makanan yang berarti keseimbangan zat gizi harus dijaga. Bila zat gizi tidak seimbang maka akan berakibat buruk terhadap kesehatan para manula dan meningkatkan resiko untuk berbagai penyakit.18

2.2.1 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi yang dilakukan secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi yang dilakukan secara langsung meliputi pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.9,19

Pengukuran antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi seperti protein dan energi. Ketidakseimbangan ini dapat terlihat pada pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter tersebut disebut indeks antropometri.9 Secara internasional, indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Body Mass Index (BMI). Di Indonesia BMI diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT) yang digunakan untuk megukur berat badan normal orang dewasa bukan untuk menentukan overweight dan obesitas pada anak dan remaja.19 Tinggi badan dan berat badan pasien adalah indeks antropometri penting dari pertumbuhan, risiko penyakit dan kekurangan gizi. Teknik pengukuran dan hasil interpretasi bervariasi tergantung usia.18

IMT merupakan indeks yang paling murah dalam segi biaya dan paling sederhana digunakan untuk membantu penilaian status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.8,9,19 Terdapat studi terdahulu yang menyatakan bahwa IMT yang rendah atau kondisi berat badan mempengaruhi mental dan fisik seseorang dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas.8 IMT tidak diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. IMT juga tidak bisa diterapkan pada


(29)

keadaan khusus seperti adanya edema, asitesis dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :18

Pada saat mengukur tinggi badan seorang manula, perlu diingat bahwa manula mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan bertambahnya usia. Pengurangan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Oleh sebab itu, dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut tidak akan berkurang, kecuali terdapat fraktur tungkai bawah.20 Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia diatas 59 tahun. Perhitungan tinggi badan manula dengan menggunakan formula sebagai berikut :18

Pria : (2,02 x tinggi lutut) - (0,04 x umur) + 64,19 Wanita : (1,83 x tinggi lutut) – (0,24 x umur) + 84,88

Kategori indeks massa tubuh (IMT) untuk Indonesia adalah sebagai berikut :20

Tabel 1. Kategori ambang batas indeka massa tubuh manula menurut Depkes RI tahun 2003

Kategori Laki-laki Perempuan

Kurus < 17 kg/m2 < 18 kg/m2

Normal 17-23 kg/m2 18-25 kg/m2

Kegemukan 23-27 kg/m2 25-27 kg/m2

Obesitas > 27 kg/m2 > 27 kg/m2

2.2.2 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi

Kehilangan gigi pada manula merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi lansia. Terdapat banyak penelitian yang menunjukkan


(30)

hubungan kehilangan gigi dengan asupan makanan dimana pada individu yang mengalami kehilangan gigi akan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi buah dan sayuran yang kurang, makanan yang tidak mengandung serat dan makanan yang mengandung kadar lemak yang tinggi.11

Joshipura et al mengobservasi pria dengan kehilangan seluruh gigi geligi mengkonsumsi buah yang kurang, makanan yang kurang serat dan karoten, makanan yang mengandung kolesterol, lemak jenuh dan kalori yang tinggi daripada individu yang memiliki 25 gigi atau lebih. Mereka lebih cenderung mengkonsumsi mikronutrien yang rendah seperti kalsium, besi, asam pantotenik, vitamin C dan vitamin E.11

Kehilangan gigi yang terjadi juga mempengaruhi efisiensi pengunyahan. Johansen dkk pada penelitiannya terhadap manula yang sehat melaporkan bahwa subjek yang mengalami kehilangan gigi memiliki IMT yang lebih tinggi daripada subjek yang masih memiliki gigi asli di rongga mulutnya. Penelitian lain oleh Elwood dan Bates menunjukkan bahwa manula yang tidak memiliki gigi asli mempunyai kecenderungan nilai berat badan dan IMT yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh pola asupan makanan yang kurang baik akibat penurunan kemampuan pengunyahan oleh karena kehilangan gigi.11

Selain faktor berkurangnya kemampuan pengunyahan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada manula yaitu akibat berkurangnya cita rasa, koordinasi otot, keadaan fisik yang kurang baik, faktor ekonomi dan sosial serta faktor daya absorbsi.21


(31)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional, yakni dengan mencari hubungan kehilangan gigi dengan status gizi dalam satu populasi yang diobservasi secara bersamaan.

3.2Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manula-manula yang menghuni Panti Jompo Karya Kasih Medan. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan total sampling yaitu keseluruhan penghuni Panti Jompo Karya Kasih Medan yang berjumlah 85 orang.

3.3 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Usia : ulang tahun terakhir responden

2. Jenis Kelamin : gender responden terdiri dari laki-laki dan perempuan 3. Jenis makanan yang dihindari yang terdiri dari :

a. Makanan daging : tidak memakan daging ayam, daging sapi, dll.

b. Makanan berserat : tidak memakan buah, sayur, gandum dan kacang-kacangan.

c. Makanan kering: tidak memakan biskuit, roti, keripik dan abon . d. Makanan lengket : tidak memakan selai, coklat, dodol dan kue-kue. 4. Keluhan tentang kondisi di rongga mulut yang terdiri dari :

a. Kesulitan mengunyah : susah saat makan b. Lelah di rahang : rasa cape saat makan

c. Mulut kering : rasa kering pada mulut saat makan d. Kesulitan menelan : susah saat menelan makanan


(32)

e. Batuk saat makan : makanan masuk ke saluran yang salah f. Sakit saat menelan : rasa sakit pada tenggorokan

g. Menelan dengan air : makan dengan bantuan air

h. Makanan tersangkut di tenggorokan : makanan tidak bisa turun ke saluran pencernaan.

5. Kehilangan gigi : satu atau lebih gigi yang lepas dari soketnya atau tempatnya, terdiri dari :

a. Jumlah gigi geligi : banyaknya gigi yang masih ada di rongga mulut

b. Jumlah gigi fungsional : banyaknya gigi yang berkontak dengan gigi antagonisnya.

6. Status gizi : pengukuran keadaan tubuh responden berdasarkan kategori

Indeks Massa Tubuh (IMT) dari perhitungan rumus IMT = , terdiri dari :

a. Kurus : hasil IMT untuk laki-laki kurang dari 17 kg/m2 dan untuk perempuan kurang dari 18 kg/m2.

b. Normal : hasil IMT untuk laki-laki di antara 17-23 kg/m2 dan untuk perempuan di antara 18-25 kg/m2.

c. Kegemukan : hasil IMT untuk laki-laki di antara 23-28 kg/m2 dan untuk perempuan di antara 25-27 kg/m2.

d. Obesitas : hasil IMT untuk laki-laki dan perempuan lebih dari 27 kg/m2.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data karakteristik responden dilakukan dengan wawancara secara langsung yang berpedoman kepada kuesioner.

2. Untuk data keadaan gigi geligi dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung di rongga mulut subjek dengan menggunakan kaca mulut.

3. Untuk data antropometri didapat melalui penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan Camry Mechanical Personal Scale dan pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan meteran yang memiliki ketelitian 0,1 cm. Tinggi badan


(33)

diperoleh dari pengukuran tinggi lutut. Pengukuran tinggi lutut dilakukan dengan cara mendudukan subjek di kursi dengan kaki menyentuh lantai dan membentuk 90˚, pengukuran dilakukan dari bawah tumit hingga atas lutut. Hasil pengukuran tinggi lutut kemudian dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus :

Pria : (2,02 x tinggi lutut) - (0,04 x umur) + 64,19 Wanita : (1,83 x tinggi lutut) – (0,24 x umur) + 84,88

Gambar 2 : Pengukuran tinggi lutut

3.5Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dipindahkan ke kartu sesuai tujuan penelitian. Data diproses dan diolah dengan bantuan komputer. Untuk mendapatkan hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi, maka data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.


(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden terbesar terdapat pada usia 80-89 tahun yaitu 36,5%. Jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 68,2% perempuan dan 31,8% laki-laki. (Tabel 2)

Tabel 2. Gambaran responden di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan usia dan jenis kelamin (N=85)

Karakteristik N %

Usia (tahun) 60-69 70-79 80-89

≥90

25 23 31 6

29,4 27,1 36,5 7,1 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

27 58

31,8% 68,2%

4.1 Kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi geligi di rongga mulut

Sebanyak 41,2% edentulus, subjek lain mengalami kehilangan 18-27 gigi sebanyak 34,1%, kehilangan 8-17 gigi sebanyak 21,2% dan kehilangan 0-7 gigi sebanyak 3,5%. (Tabel 3)


(35)

Tabel 3. Persentase distribusi kehilangan gigi berdsarkan jumlah kehilangan gigi

Kehilangan gigi N %

Edentulus 35 41,2

18-27 29 34,1

8-17 18 21,2

0-7 3 3,5

Jumlah 85 100

Sebanyak 71,4% subjek edentulus tidak memakai gigi tiruan dan subjek yang mengalami kehilangan 18-27 gigi sebanyak 77,4% tidak memakai gigi tiruan. (Tabel 4)

Tabel 4. Persentase distribusi responden yang memakai gigi tiruan

Kehilangan Gigi

Memakai gigi tiruan Tidak memakai gigi tiruan

N % N %

Edentulus 10 28,6 25 71,4

18-27 6 22,6 23 77,4

8-17 2 6,3 16 93,7

0-7 0 0 3 100

Sebanyak 33,3% memakai gigi tiruan rahang atas, sebanyak 55,6% memakai gigi tiruan penuh dan sebanyak 11,1% memakai gigi tiruan sebagian lepasan. (Tabel 5)

Tabel 5. Persentase distribusi jenis gigi tiruan yang dipakai responden

Jenis N %

Gigi tiruan rahang atas 6 33,3

Gigi tiruan penuh 10 55,6

Gigi tiruan sebagian lepasan 2 11,1


(36)

4.2 Kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi fungsional

Sebanyak 64,7% memiliki 0 FTUs, sebanyak 21,2% memiliki 1-6 FTUs dan sebanyak 14,1% memiliki 7-12 FTUs. (Tabel 6)

Tabel 6. Persentase distribusi kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi fungsional

Jumlah gigi fungsional (FTUs) N %

0 55 64,7

1-6 18 21,2

7-12 12 14,1

Jumlah 85 100

4.3Jenis makanan yang dihindari para manula di Panti Jompo

Subjek yang menghindari makanan daging terdapat pada edentulus yang tidak memakai gigi tiruan yaitu 54,5%, seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin kecil pula yang mengindari makanan daging yaitu 12,1%. Sedangkan sebanyak 84,8% yang memiliki 0 FTUs menghindari makanan daging, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang menghindari makanan daging yaitu 3%. (Tabel 7)


(37)

Tabel 7. Persentase menghindari makanan daging berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Menghindari makanan daging

N Ya

N= 33

Kadang-kadang N = 8

Tidak N = 44

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

1 3 0 0 9 20,5 10

18 54,5 0 0 7 15,9 25

pakai 18-27 tidak pakai

3 9,1 1 12,5 2 4,5 6

7 21,2 5 62,5 11 25 23

8-17 4 12,1 2 25 12 27,3 18

0-7 0 0 0 0 3 6,8 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 28 84,8 7 87,5 20 45,5 55

1-6 4 12,1 1 12,5 13 29,5 18

7-12 1 3 0 0 11 25 12

Sebanyak 71,4% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan menghindari makanan berserat, seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit yang menghindari makanan berserat yaitu 14,3%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 54,8% tidak menghindari makanan berserat, semakin banyak jumlah gigi fungsional semakin sedikit yang menghindar makanan berserat yaitu 17,7%. (Tabel 8)


(38)

Tabel 8. Persentase menghindari makanan berserat berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Menghindari makanan berserat

N Ya

N = 14

Kadang-kadang N = 9

Tidak N = 62

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

1 7,1 0 0 9 14,5 10

10 71,4 3 33,3 12 19,4 25

pakai 18-27

tidak pakai

1 7,1 1 11,1 4 6,5 6

2 14,3 4 44,4 17 27,4 23

8-17 0 0 1 33,3 17 27,4 18

0-7 0 0 0 0 3 4,8 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 12 85,7 9 100 34 54,8 55

1-6 1 7,1 0 0 17 27,4 18

7-12 1 7,1 0 0 11 17,7 12

Subjek yang menghindari makanan kering yaitu 50% pada edentulus yang tidak memakai gigi tiruan, semakin sedikit kehilangan gigi semakin sedikit yang menghindari makanan kering yaitu 3,8%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 80,8% menghindari makanan kering, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang menghindari makanan kering yaitu 19,2%. (Tabel 9)


(39)

Tabel 9. Persentase menghindari makanan kering berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Menghindari makanan kering

N Ya

N = 26

Kadang-kadang N = 16

Tidak N = 43

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

0 0 1 6,2 9 20,9 10

13 50 5 31,2 7 16,3 25

pakai

18-27 tidak pakai

2 7,7 0 0 4 9,3 6

7 26,9 6 37,5 10 23,2 23

8-17 3 11,5 4 25 11 25,6 18

0-7 1 3,8 0 0 2 4,6 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 21 80,8 13 81,2 21 48,8 55

1-6 5 19,2 2 12,5 11 25,6 18

7-12 0 0 1 6,2 11 25,6 12

Sebanyak 42,8% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan menghindari makanan lengket, kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit yang menghindari makanan lengket yaitu 17,1%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 74,3% menghindari makanan lengket, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang menghindari makanan lengket yaitu 5,7%. (Tabel 10)


(40)

Tabel 10. Persentase menghindari makanan lengket berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Menghindari makanan lengket

N Ya

N = 35

Kadang-kadang N = 11

Tidak N = 39

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

2 5,7 0 0 8 20,5 10

15 42,8 5 45,4 5 12,8 25

pakai 18-27

tidak pakai

3 8,6 0 0 3 7,7 6

9 25,7 3 27,3 11 28,2 23

8-17 6 17,1 3 27,3 9 23,1 18

0-7 0 0 0 0 3 7,7 0

Gigi Fungsional (FTUs)

0 26 74,3 10 90,9 19 48,7 55

1-6 7 20 1 9,1 10 25,6 18

7-12 2 5,7 0 0 10 25,6 12

4.2 Keluhan yang dialami para manula di Panti Jompo

Keluhan kesulitan mengunyah didapati pada subjek edentulus yang tidak memakai gigi tiruan yaitu 55,2%, semakin sedikit kehilangan gigi semakin sedikit pula yang mengalami kesulitan mengunyah yaitu 10,3%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 82,8% mengalami kesulitan mengunyah semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang mengalami kesulitan mengunyah yaitu 17,2%. (Tabel 11)


(41)

Tabel 11. Persentase keluhan kesulitan mengunyah berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Kesulitan mengunyah

N Ya

N = 29

Kadang-kadang N = 21

Tidak N = 35

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

0 0 1 4,8 9 25,7 10

16 55,2 5 23,8 4 11,4 25

Pakai 18-27

tidak pakai

2 6,9 2 9,5 2 5,7 6

8 27,6 5 23,8 10 28,6 23

8-17 3 10,3 8 38,1 7 20 18

0-7 0 0 0 0 3 8,6 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 24 82,8 15 71,4 16 45,7 55

1-6 5 17,2 5 23,8 8 22,8 18

7-12 0 0 1 4,8 11 31,4 12

Sebanyak 50% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami lelah di rahang. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 75% mengalami lelah di rahang, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang mengalami lelah di rahang yaitu 25%. (Tabel 12)


(42)

Tabel 12. Persentase keluhan lelah di rahang berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Lelah di rahang

N Ya

N = 8

Kadang-kadang N = 15

Tidak N = 62

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

0 0 2 13,3 8 12,9 10

4 50 7 46,7 14 22,6 25

pakai 18-27

tidak pakai

0 0 2 13,3 4 6,4 6

1 12,5 3 20 19 30,6 23

8-17 3 37,5 1 6,7 14 22,6 18

0-7 0 0 0 0 3 4,8 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 6 75 11 73,3 38 61,3 55

1-6 2 25 2 13,3 14 22,6 18

7-12 0 0 2 13,3 10 16,1 12

Sebanyak 39,1% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami mulut kering, seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit pula yang mengalami mulut kering yaitu 17,4. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 66,7% tidak mengalami mulut kering, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang tidak mengalami mulut kering yaitu 11,1%. (Tabel 13)


(43)

Tabel 13. Persentase keluhan mulut kering berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Mulut kering

N Ya

N = 23

Kadang-kadang N = 17

Tidak N = 45

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

0 0 6 35,3 4 8,9 10

9 39,1 2 11,8 14 31,1 25

pakai 18-27

tidak pakai

3 13 1 5,9 2 4,4 6

7 30,4 5 29,4 11 24,4 23

8-17 4 17,4 2 11,8 12 26,7 18

0-7 0 0 1 5,9 2 4,4 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 17 73,9 8 47 30 66,7 55

1-6 6 26,1 2 11,8 10 22,2 18

7-12 0 0 7 41,2 5 11,1 12

Sebanyak 30,8% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan tidak mengalami kesulitan menelan, seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit yang tidak mengalami kesulitan menelan yaitu 5,8%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 63,5% tidak mengalami kesulitan menelan, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang tidak mengalami kesulitan menelan yaitu 15,4%. (Tabel 14)


(44)

Tabel 14. Persentase keluhan kesulitan menelan berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Kesulitan menelan

N Ya

N = 13

Kadang-kadang N = 20

Tidak N = 52

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

0 0 4 20 6 11,5 10

5 38,5 4 20 16 30,8 25

pakai 18-27

tidak pakai

1 7,7 1 5 4 7,7 6

3 23,1 8 40 12 23,1 23

8-17 4 30,8 3 15 11 21,1 18

0-7 0 0 0 0 3 5,8 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 8 61,5 14 70 33 63,5 55

1-6 5 38,5 2 10 11 21,1 18

7-12 0 0 4 20 8 15,4 12

Sebanyak 41,7% edentulus pemakai gigi tiruan mengalami batruk saat mak, seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit yang mengalami batuk saat makan yaitu 8,3%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 50% tidak mengalami batuk saat maka, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang mengalami batuk saat makan yaitu 16,7%. (Tabel 15)


(45)

Tabel 15. Persentase keluhan batuk saat makan berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Batuk saat makan

N Ya

N = 36

Kadang-kadang N = 31

Tidak N = 18

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

3 8,3 4 12,9 3 16,7 10

15 41,7 8 25,8 2 11,1 25

pakai 18-27

tidak pakai

1 2,8 4 12,9 1 5,5 6

14 38,9 5 16,1 4 22,2 23

8-17 3 8,3 8 25,8 7 38,9 18

0-7 0 0 2 6,4 1 5,5 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 30 83,3 16 51,6 9 50 55

1-6 3 8,3 9 29 6 33,3 18

7-12 3 8,3 6 19,4 3 16,7 12

Sebanyak 27,9% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan tidak mengalami sakit saat menelan, dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit yang tidak mengalami sakit saat menelan yaitu 4,9%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 72,7% mengalami sakit saat menelan, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang mengalami sakit saat menealan yaitu 9,1%. (Tabel 16)


(46)

Tabel 16. Persentase keluhan sakit saat menelan berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Sakit saat menelan

N Ya

N = 11

Kadang-kadang N = 13

Tidak N = 61

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

1 9,1 0 0 9 14,7 10

3 27,3 5 38,5 17 27,9 25

pakai 18-27

tidak pakai

1 9,1 1 7,7 4 6,5 6

4 36,4 4 30,8 15 24,6 23

8-17 2 18,2 3 23,1 13 21,3 18

0-7 0 0 0 0 3 4,9 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 8 72,7 10 76,9 37 60,6 55

1-6 2 18,2 3 23,1 13 21,3 18

7-12 1 9,1 0 0 11 18,1 12

Sebanyak 31% subjek yang kehilangan 8-17 gigi dan tidak memakai gigi tiruan menelan dengan air. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 69% menelan dengan air, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang menelan dengan air yaitu 10,3%. (Tabel 17)


(47)

Tabel 17. Persentase keluhan menelan dengan air berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Menelan dengan air

N Ya

N = 58

Kadang-kadang N = 13

Tidak N = 14

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

5 8,6 0 0 5 35,7 10

17 29,3 5 38,5 3 21,4 25

pakai 18-27

tidak pakai

5 8,6 0 0 1 7,1 6

18 31 3 23,1 2 14,3 23

8-17 11 19 4 30,8 3 21,4 18

0-7 2 3,4 1 7,7 0 0 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 40 69 9 69,2 6 42,8 55

1-6 12 20,7 3 23,1 3 21,4 18

7-12 6 10,3 1 7,7 5 35,7 12

Sebanyak 43,3% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami makanan tersangkut di tenggorokan, kehilangan gigi yang semakin sedikit, semakin sedikit pula yang mengalami makanan tersangkut di tenggorokan yaitu 13,3%. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 50% tidak mengalami makanan tersangkut di tenggorokan, semakin banyak jumlah gigi fungsional, semakin sedikit yang tidak mengalami makanan tersangkut di tenggorokan yaitu 13,6%. (Tabel 18)


(48)

Tabel 18. Persentase keluhan makanan tersangkut di tenggorokan berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi dan jumlah gigi fungsional (N=85)

Keadaan Gigi Geligi

Makanan tersangkut di tenggorokan

N Ya

N = 30

Kadang-kadang N = 33

Tidak N = 22

N % N % N %

Kehilangan Gigi Geligi pakai Edentulus tidak pakai

6 20 2 6,1 2 9,1 10

13 43,3 9 27,3 3 13,6 25

pakai 18-27

tidak pakai

1 3,3 3 9,1 2 9,1 6

6 20 9 27,3 8 36,4 23

8-17 4 13,3 9 27,3 5 22,7 18

0-7 0 0 1 3 2 9,1 3

Gigi Fungsional (FTUs)

0 21 70 23 69,7 11 50 55

1-6 3 10 7 21,2 8 36,4 18

7-12 6 20 3 9,1 3 13,6 12

4.5 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi Pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan Berdasarkan Jumlah Gigi Geligi di Rongga Mulut

Hasil penelitian menunjukkan edentulus pemakai gigi tiruan sebanyak 30% kurus, kehilangan gigi yang semakin sedikit, status gizi semakin bagus yaitu 66,7% normal. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status gizi (p = 0.084). (Tabel 19)


(49)

Tabel 19. Hasil uji statistik persentase distribusi kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan jumlah kehilangan gigi geligi

Keadaan Gigi Geligi

Kurus Normal Kegemukan Obesitas Hasil uji statistik

N % N % N % N %

pakai Edentulus tidak pakai

3 30 3 30 2 20 2 20

p=0.084

13 52 7 28 4 16 1 4

pakai 18-27

tidak pakai

4 66,7 1 16,7 0 0 1 16,7

7 30,4 10 43,5 5 21,7 1 4,3

8-17 2 11,1 12 66,7 3 16,7 1 5,6

0-7 0 0 2 66,7 0 0 1 33,3

4.6 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan Berdasarkan Jumlah Gigi Fungsional

Sebanyak 43,6% subjek yang memiliki 0 FTUs berstatus kurus, semakin banyak jumlah gigi fungsional semakin bagus status gizi yaitu 30,8% normal. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi fungsional dan status gizi (p = 0.033). (Tabel 20)

Tabel 20. Hasil uji statistik persentase distribusi kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi fungsional

Jumlah FTUs

Kurus Normal Kegemukan Obesitas Hasil uji statistik

N % N % N % N %

0 24 43,6 22 40 7 12,7 2 3,6

p=0.033

1-6 3 17,6 8 47,1 5 29,4 1 5,9


(50)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 41,2% subjek edentulus. Persentase penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Adiatman di Jakarta menggambarkan 18% subjek edentulus.8 Hal ini mungkin disebabkan karena wilayah penelitian lebih kecil bila dibandingkan dengan wilayah penelitian yang dilakukan oleh Adiatman dan perbedaan pola pengasuhan di Panti Jompo. Hal ini juga dikaitkan dengan etiologi kehilangan gigi baik akibat karies, penyakit periodontal maupun trauma.4

Sebesar 64,7% memiliki 0 FTUs, sebesar 21,2% memiliki 1-6 FTUs dan sebesar 14,1% memiliki 7-12 FTUs. Persentase penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Adiatman di Jakarta.8 Hal ini mungkin disebabkan oleh kehilangan gigi yang tidak diganti dengan gigi tiruan sehingga gigi kehilangan fungsionalnya.

Hasil penelitian menunjukkan persentase yang sangat besar pada subjek edentulus yang tidak memakai gigi tiruan menghindari makanan daging, berserat, kering dan lengket dan terjadi penurunan persentase seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit. Hal ini didukung oleh penelitian Gilbert dkk pada org Florida yang memiliki fungsi dan kenyamanan yang buruk pada pengunyahan sehingga manula cenderung memilih makanan yang mudah untuk dikunyah.5 Sedangkan subjek yang memiliki 0 FTUs juga menujukkan persentase yang tinggi menghindari makanan daging, kering dan lengket dan terjadi penurunan persentase seiring dengan bertambahnya jumlah gigi fungsional. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah gigi fungsional yang semakin banyak akan mempunyai fungsi yang adekuat sehingga kekuatan untuk penggilingan makanan lebih besar dan memberikan kenyaman yang lebih baik. Untuk makanan berserat terlihat sebesar 54,8% yang memiliki 0 FTUs tidak menghindari makanan berserat, hal ini mungkin disebabkan oleh makanan berserat cenderung lunak dan tidak membutuhkan pengunyahan dengan gigi posterior.


(51)

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 55,2% subjek edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami kesulitan mengunyah dan terjadi penurunan persentase seiring dengan kehilangan gigi yang semakin sedikit. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah gigi yang sedikit tidak dapat menggiling makanan dengan baik sehingga menimbulkan kesulitan pada saat makan. Sedangkan sebesar 82,8% yang memiliki 0 FTUs mengalami kesulitan mengunyah. Hal ini mungkin diakibatkan kehilangan gigi fungsional menyebabkan terganggunya proses penggilingan makanan sehingga membutuhkan kekuatan dari fungsi lain untuk membantu pengunyahan yang akan menimbulkan kesulitan bagi para manula.

Sebesar 50% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami lelah di rahang. Hal ini mungkin disebabkan otot-otot pengunyahan membutuhkan kerja yang lebih ekstra untuk menggiling makanan sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah pada rahang, perubahan disebabkan akibat proses penuaan. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 75% mengalami lelah di rahang. Hal ini mungkin disebabkan pengunyahan yang hanya mengandalkan gigi tanpa antagonis akan membutuhkan kerja otot yang lebih berat sehingga akan mengakibatkan rasa lelah.

Hasil penelitian juga menunjukkan persentase yang besar mengalami mulut kering baik kehilangan gigi geligi maupun gigi fungsional. Hal ini mungkin disebabkan oleh usia karena terdapat beberapa penelitian yang menyatakan semakin bertambahnya usia maka semakin kering mulut seseorang.11

Sebesar 38,5% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami kesulitan menelan. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 61,6% mengalami kesulitan menelan. Hal ini mungkin disebabkan akibat mulut kering yang dialami manula sehingga berkurangnya pelumasan dan mengakibatkan makanan susah untuk masuk ke dalam proses pencernaan yang selanjutnya.

Sebesar 41,7% edentulus pemakai gigi tiruan mengalami batuk saat makan. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 83,3% mengalami batuk saat makan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengendoran otot yang dialami akibat proses penuaan sehingga makanan masuk ke saluran yang salah yang akan menyebabkan batuk,


(52)

selain pengendoran otot hal ini juga dikaitkan dengan refleks katup yang sudah tidak berfungsi dengan baik.

Sebesar 27,3% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami sakit saat menelan. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebanyak 72,7% mengalami sakit saat menelan. Hal ini mungkin disebabkan akibat kehilangan gigi maupun gigi fungsional menyebabkan makanan yang dikunyah menghasilkan bolus yang besar dan kasar sehingga bila ditelan akan menimbulkan sakit. Selain itu, makanan yang kering juga akan menyebabkan sakit karena kondisi manula yang mengalami mulut kering akibat proses penuaan.17

Sebesar 31% subjek yang kehilangan 8-17 gigi dan tidak memakai gigi tiruan menelan dengan air. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 69% menelan dengan air. Hal ini mungkin disebabkan akibat proses penuaan pada manula yang mengalami mulut kering sehingga menggunakan air untuk membantu proses penelanan tersebut.

Sebanyak 43,3% edentulus yang tidak memakai gigi tiruan mengalami makanan tersangkut di tenggorokan. Sedangkan yang memiliki 0 FTUs sebesar 70% mengalami makanan tersangkut di tenggorokan. Hal ini mungkin disebabkan oleh bolus makanan yang besar dan kasar dan mulut kering yang diderita sehingga makanan akan susah untuk turun akibat kurangnya pelumasan dari saliva.

5.1 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi geligi di rongga mulut

Hasil penelitian menunjukkan edentulus yang tidak memakai gigi tiruan sebanyak 52% kurus, kehilangan gigi yang semakin sedikit, status gizi semakin bagus yaitu 66,7% normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian Joshipura dkk bahwa ada kecenderungan menurunnya konsumsi zat gizi sebagai akibat menurunnya jumlah gigi di rongga mulut.10 Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi dan status gizi (p = 0.084). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Srisilapanan dkk pada manula di Thailand dimana adanya hubungan kehilangan gigi yang menyebabkan status gizi


(53)

underweight.7 Namun hasil penelitian sesuai dengan penelitian Adiatman dkk yang tidak menemukan adanya hubungan kehilangan gigi dengan status gizi.

5.2 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Manula di Panti Jompo Karya Kasih Medan berdasarkan jumlah gigi fungsional

Sebanyak 43,6% subjek yang memiliki 0 FTUs berstatus kurus, semakin banyak jumlah gigi fungsional semakin bagus status gizi yaitu 30,8% normal. Hal ini mungkin terjadi akibat kehilangan gigi fungsional, gigi tidak dapat melakukan fungsi secara maksimal dalam pengunyahan sehingga terjadi kesulitan dan keterbatasan dalam pengunyahan. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi fungsional dan status gizi (p = 0.033). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan M. Adiatman dkk, yang mana kehilangan gigi fungsional secara keseluruhan menyebabkan responden memiliki status gizi underweight atau obesitas.8


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kehilangan gigi geligi dan gigi fungsional dalam jumlah besar akan menyebabkan manula menghindari makanan daging, makanan berserat, makanan yang kering dan makanan yang lengket

2. Kehilangan gigi geligi dan gigi fungsional dalam jumlah besar akan menyebakan manula mengalami beberapa keluhan seperti kesulitan mengunyah, lelah di rahang dan kesulitan menelan. Sedangkan untuk keluhan seperti mulut kering, batuk saat makan, menelan dengan bantuan air dan makanan tersangkut di tenggorokan lebih diakibatkan oleh proses penuaan.

3. Manula di panti jompo sebesar 41,2% mengalami kehilangan keseluruhan gigi.

4. Manula di panti jompo sebesar 64,7% mengalami kehilangan keseluruhan gigi fungsional.

5. Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi geligi secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p=0,084).

6. Hubungan kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan jumlah gigi fungsional secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p=0,033).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disarankan :

1. Disarankan kepada pihak panti untuk memperhatikan status gizi para manula dengan menyediakan menu makanan yang bervariasi dengan kandungan gizi yang seimbang agar sebagian lansia yang memiliki status gizi kurus dapat


(55)

memperbaiki status gizinya menjadi lebih baik dan juga memperhatikan sebagian lansia yang memiliki status gizi kegemukan dan obesitas supaya tidak mengonsumsi secara berlebihan untuk kesehatan umum para manula.

2. Disarankan kepada dokter gigi yang bertugas di panti agar memperhatikan dan mengedukasi penghuni untuk mengganti gigi yang hilang dengan gigi tiruan untuk menjaga kesehatan rongga mulut secara khusus sehingga pola asupan zat gizi yang mempengaruhi status gizi dapat ditanggulangi.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ismayadi. Proses Menua (Aging Proses). https:// repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/3595/1/keperawatan-ismayadi.pdf (28 April 2012).

2. Primasari A. Proses Menua. ocw.usu.ac.id/course/download/.../ bo_243_slide_proses_menua.pdf (28 Mei 2012).

3. Fedele DJ. The Effects Of Aging And Tooth Loss On The Mouth.

4. Ueno M, Yanagisawa T, Shinada K, Ohara S, Kawaguchi Y. Category of functional tooth units in relation to the number of teeth and mastcatory ability in Japanese adult. Springer-Verlag 2009.

5. Morita I, Nakagaki H, Kato K, et al. Relation between number of natural teeth in older Japanese people and health related functioning. J Oral Rehabil 2007; 34: 428-432.

6. Ueno M, Yanagisawa T, Shinada K, Ohara S, Kawaguchi Y. Masticatory ability and functional tooth units in Japanese adults. J Oral Rehabil 2008; 35: 337-344. 7. Perera R, Ekanayake L. Relationship between nutritional status and tooth loss in

an older population from Sri Lanka. Gerodontology 2011.

8. Adiatman M, Ueno M, Ohnuki M, Hakuta C, Shinada K, Kawaguchi Y. Functional tooth units and nutritional status of older people in care homes in Indonesia. Gerondotology 2012.

9. Suparyanto. Penilaian Status Gizi.

/konsep-status-gizi.html (2 Mei 2012).

10. Walls AWG, Steele JG. The relationship between oral health and nutrition in older people. Mechanism of Ageing and Development 125 (2004) : 853-857. 11. Bales CW , Ritchie CS. Nutrtion and Oral Health : Handbook of clinical Nutrtion

and aging. Second Edition. Human Press, a part of Springer Science + Bussiness Media, LLC 2009:66,70,248,253-58.


(57)

12. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat : pencegahan dan pemeliharaan. Medan : USU Press, 2008.

13. Sanya BO, Ng’Ang’A PM, Ng’Ang’A RN. Cause and Pattern of Missing Permanent Teeth Among Kenyans. East Am Med J 2004; 81: 322-325.

14. McMillan AS, Wong MCM. Emotional Effect of Tooth loss in Community-Dwelling Elderly People in Hongkong. Int J Prosthodont 2004;17:172-176. 15. Craddock HL. Concequences of Tooth Loss : 1. The Patient

Perspective-Aesthetic and Functional Implications. Dent Update 2009; 36: 616-619

16. Allen PF, McMillan AS. A Review of the Functional and Pshycosocial Outcomes of Edentolousness Treated with Complete Replacement Dentures. J Can Dent Assoc 2003; 69(10) : 662.

17. Andrade FB de, Franca Caldas Jr A de, Kitoko PM.Relationship between oral health, nutrient intake and nutritional status in a sample of Brazilian elderly people. Gerodontology 2009; 26: 40-45.

18. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat : prinsip-prinsip dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003.

19. Hatriyanti Yayuk, Triyanti. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKM UI. Ed.1. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007:267-8.

20. Glosarium. Data dan informasi kesehatan. Pusat data dan informasi Depkes RI.2006.

21. Nugroho Wahjudi. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Ed3. Jakarta: EGC,2008:102.


(58)

Lampiran 1

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI DENGAN STATUS GIZI PADA MANULA DI PANTI JOMPO

KARYA KASIH MEDAN

Nama : No. Kartu :

1. Usia : 1 2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan

2 3. Apakah nenek/kakek memakai gigi tiruan?

a. Ya 3

b. Tidak

4. Bila iya, apakah nenek/kakek menggunakannya pada saat makan? a. Ya

b. Tidak 4

c. Kadang-kadang

No Pertanyaan Ya Tidak

Kadang-kadang 5. Apakah nenek/kakek kesulitan makan daging?

6. Apakah nenek/kakek kesulitan makan

makananyang berserat? Misalnya (buah, sayur, gandum, kacang-kacangan)

7. Apakah nenek/kakek kesulitan makan makanan yang kering? (Misalnya bisuit, roti, keripik, abon)


(59)

8. Apakah nenek/kakek kesulitan makan makanan yang lengket? (Misalnya selai, coklat, dodol, kue-kue)

9. Apakah nenek/kakek mengalami kesulitan mengunyah?

10. Apakah nenek/kakek merasa lelah di rahang pada saat makan?

11. Apakah nenek/kakek merasa mulut kering pada saat makan?

12. Apakah nenek/kakek mengalami kesulitan saat menelan?

13. Apakah nenek/kakek batuk pada saat makan? 14. Apakah nenek/kakek mengalami sakit pada saat

menelan?

15. Apakah nenek/kakek menelan makanan dengan menggunakan bantuan air?

16. Apakah makanan sering tersangkut di tenggorokan nenek/kakek?

17. Jumlah gigi yang ada di rongga mulut : 1. Edentulus

2. 1-10 gigi 17 3. 11-20 gigi

4. 21-32 gigi 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 18. Jumlah gigi fungsional :

7 6 5 4 4 5 6 7 18

7 6 5 4 4 5 6 7


(60)

19. IMT = 19

IMT = = …………

Tinggi Badan :

Pria = (2.02 x tinggi lutut) – (0.04 x umur) + 64.19 =………

Wanita = (1.83 x tinggi lutut) – (0.24 x umur) + 84.88 =…………

No Kategori Laki-laki Perempuan

1 Kurus < 17 kg/m2 < 18 kg/m2

2 Normal 17-23 kg/m2 18-25 kg/m2

3 Kegemukan 23-28 kg/m2 25-27 kg/m2

4 Obesitas > 27 kg/m2 > 27 kg/m2

20. Observasi Menu


(61)

Lampiran 2

Crosstabs

Kehilangan Gigi * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Total

Kurus Normal Kegemukan Obesitas

Kehilangan Gigi Edentulus pakai Count 3 3 2 2 10

% within Kehilangan Gigi 30.0% 30.0% 20.0% 20.0% 100.0%

% of Total 3.5% 3.5% 2.4% 2.4% 11.8%

Edentulus tidak Count 13 7 4 1 25

% within Kehilangan Gigi 52.0% 28.0% 16.0% 4.0% 100.0%

% of Total 15.3% 8.2% 4.7% 1.2% 29.4%

1-10 pakai Count 4 1 0 1 6

% within Kehilangan Gigi 66.7% 16.7% .0% 16.7% 100.0%

% of Total 4.7% 1.2% .0% 1.2% 7.1%

1-10 tidak Count 7 10 5 1 23

% within Kehilangan Gigi 30.4% 43.5% 21.7% 4.3% 100.0%

% of Total 8.2% 11.8% 5.9% 1.2% 27.1%

11-20 Count 2 12 3 1 18

% within Kehilangan Gigi 11.1% 66.7% 16.7% 5.6% 100.0%

% of Total 2.4% 14.1% 3.5% 1.2% 21.2%

21-28 Count 0 2 0 1 3

% within Kehilangan Gigi .0% 66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .0% 2.4% .0% 1.2% 3.5%

Total Count 29 35 14 7 85

% within Kehilangan Gigi 34.1% 41.2% 16.5% 8.2% 100.0%


(62)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 21.306a 15 .127 .b

Likelihood Ratio 22.567 15 .094 .152

Fisher's Exact Test 20.085 .084

Linear-by-Linear Association 1.153c 1 .283 .295 .152 .018

N of Valid Cases 85

a. 18 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25. b. The standardized statistic is 1.074.

Crosstabs

Gigi Fungsional * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Total

Kurus Normal Kegemukan Obesitas

Gigi Fungsional 0 ftu Count 24 22 7 2 55

% within Gigi Fungsional 43.6% 40.0% 12.7% 3.6% 100.0%

% of Total 28.2% 25.9% 8.2% 2.4% 64.7%

1-6 ftu Count 3 9 5 1 18

% within Gigi Fungsional 16.7% 50.0% 27.8% 5.5% 100.0%

% of Total 3.5% 10.6% 5.9% 1.2% 21.2%

7-12 ftu Count 2 4 2 4 12

% within Gigi Fungsional 16.7% 33.3% 16.7% 33.3% 100.0%

% of Total 2.3% 4.7% 2.4% 4.7% 14.1%

Total Count 29 35 14 7 85

% within Gigi Fungsional 34.0% 40.0% 16.5% 8.2% 100.0%


(63)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 15.371a 6 .018 .017

Likelihood Ratio 12.495 6 .052 .074

Fisher's Exact Test 12.451 .033

Linear-by-Linear Association 8.931b 1 .003 .003 .002 .001

N of Valid Cases 85

a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.07. b. The standardized statistic is 2.988.


(64)

(65)

(1)

19. IMT =

19

IMT =

= …………

Tinggi Badan :

Pria = (2.02 x tinggi lutut) – (0.04 x umur) + 64.19

=………

Wanita = (1.83 x tinggi lutut) – (0.24 x umur) + 84.88

=…………

No

Kategori

Laki-laki

Perempuan

1

Kurus

< 17 kg/m

2

< 18 kg/m

2

2

Normal

17-23 kg/m

2

18-25 kg/m

2

3

Kegemukan

23-28

kg/m

2

25-27 kg/m

2

4

Obesitas

> 27 kg/m

2

> 27 kg/m

2

20. Observasi Menu


(2)

Lampiran 2

Crosstabs

Kehilangan Gigi * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Total

Kurus Normal Kegemukan Obesitas

Kehilangan Gigi Edentulus pakai Count 3 3 2 2 10

% within Kehilangan Gigi 30.0% 30.0% 20.0% 20.0% 100.0%

% of Total 3.5% 3.5% 2.4% 2.4% 11.8%

Edentulus tidak Count 13 7 4 1 25

% within Kehilangan Gigi 52.0% 28.0% 16.0% 4.0% 100.0%

% of Total 15.3% 8.2% 4.7% 1.2% 29.4%

1-10 pakai Count 4 1 0 1 6

% within Kehilangan Gigi 66.7% 16.7% .0% 16.7% 100.0%

% of Total 4.7% 1.2% .0% 1.2% 7.1%

1-10 tidak Count 7 10 5 1 23

% within Kehilangan Gigi 30.4% 43.5% 21.7% 4.3% 100.0%

% of Total 8.2% 11.8% 5.9% 1.2% 27.1%

11-20 Count 2 12 3 1 18

% within Kehilangan Gigi 11.1% 66.7% 16.7% 5.6% 100.0%

% of Total 2.4% 14.1% 3.5% 1.2% 21.2%

21-28 Count 0 2 0 1 3

% within Kehilangan Gigi .0% 66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .0% 2.4% .0% 1.2% 3.5%

Total Count 29 35 14 7 85


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 21.306a 15 .127 .b

Likelihood Ratio 22.567 15 .094 .152

Fisher's Exact Test 20.085 .084

Linear-by-Linear Association 1.153c 1 .283 .295 .152 .018

N of Valid Cases 85

a. 18 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25. b. The standardized statistic is 1.074.

Crosstabs

Gigi Fungsional * Status Gizi Crosstabulation

Status Gizi

Total

Kurus Normal Kegemukan Obesitas

Gigi Fungsional 0 ftu Count 24 22 7 2 55

% within Gigi Fungsional 43.6% 40.0% 12.7% 3.6% 100.0%

% of Total 28.2% 25.9% 8.2% 2.4% 64.7%

1-6 ftu Count 3 9 5 1 18

% within Gigi Fungsional 16.7% 50.0% 27.8% 5.5% 100.0%

% of Total 3.5% 10.6% 5.9% 1.2% 21.2%

7-12 ftu Count 2 4 2 4 12

% within Gigi Fungsional 16.7% 33.3% 16.7% 33.3% 100.0%

% of Total 2.3% 4.7% 2.4% 4.7% 14.1%

Total Count 29 35 14 7 85

% within Gigi Fungsional 34.0% 40.0% 16.5% 8.2% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 15.371a 6 .018 .017

Likelihood Ratio 12.495 6 .052 .074

Fisher's Exact Test 12.451 .033

Linear-by-Linear Association 8.931b 1 .003 .003 .002 .001

N of Valid Cases 85

a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.07. b. The standardized statistic is 2.988.


(5)

(6)