Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. VITAMIN A

1. Defenisi Vitamin A

Vitamin A merupakan substansi yang larut di dalam lemak, dan disimpan di dalam tubuh terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah untuk kemudian digunakan oleh seluruh sel epitel tubuh, termasuk mata dan sel-sel benih fotoreseptor mata (Arisman, 2002).

2. Sumber Vitamin A

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terdapat di dalam pangan nabati . Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang di berikan untuk keperluan penyembuhan.

Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna kuning jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis , wortel, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten (Almatsier, 2009).


(2)

3. Fungsi Vitamin A

Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu untuk : • Penglihatan

• Diferensiasi sel • Kekebalan tubuh

• Pertumbuhan dan perkembangan • Memelihara fungsi reproduksi

• Mencegah kanker dan penyakit jantung

• Membantu Proses pembentukan sel darah merah dengan interaksi zat besi (Almatsier, 2009).

Fungsi utama vitamin A adalah untuk pertumbuhan jaringan epitel, regenerasi, rodopsin di retina mata, kesehatan kulit dan selaput lender. Apabila tubuh kekurangan vitamin A maka akan terjadi luka-luka di kulit dan selaput lender menjadi kurang sehat (Irianto, 2004).

4. Defisiensi Vitamin A

Diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata yaitu • Xeroftalmia


(3)

Tabel 2.1 Klasifikasi xeroftalmia

Dikutip dari “sight and life manual on vitamin A deficiency disorder” Edisi II tahun 2001; oleh Donald S. Mclaren dan Martin Frigg

Klasifikasi Keterangan Prognosis

XN Rabun senja Kondisi ini bersifat

reversible dan biasanya merespon berbagai

pengobatan dengan vitamin A

X1A Serosis konjungtiva

X1B Bintik Bitot: Konjungtiva kering dan tampak kasar, sering juga didapati butiran seperti busa pada sudut luar dekat iris mata.

X2 Serosis kornea, dengan gambaran khas seperti kornea kering seperti kabut (atau susu)

X3A2, X3B3 Keratomalasia/ulserasi kornea: perlunakan dan ulserasi kornea merupakan stadium xeroftalmia terparah yang tidak jarang berlanjut sebagai perforasi kornea. Akibatnya isis bola mata tumpah dan lahirlah kebutaan.Ulserasi dan perforasi bahkan dapat timbul sangat cepat (dalam hitungan jam), terutama anak kecil yang tengah menderita campak serta penyakit akut lain

Stadium ini tidak reversible hingga menimbulkan

gejala sisa

XS Parut kornea

XF Xeroftalmia fundus

• Subklinis

- Serum retinol < 0,70 Umol/L (< 20 Ug/dl) • Infeksi

• Perubahan pada kulit • Gangguan pertumbuhan

• Keratinisasi sel-sel rasa pada lidah menyebabkan: - Berkurangnya nafsu makan


(4)

• Metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih dan saluran pencernaan (Arisman, 2002).

5. Penyebab Kurang Vitamin A

• Tidak tercukupinya asupan vitamin A dan Provitamin A • Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

• Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna kuning dan hijau yang mengandung karatenoid

• Ada gangguan penyerapan vitamin A atau Provitamin A (Arisman, 2002).

6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Pasokan Vitamin A di awal kehidupan akan tercukupi melalaui air susu ibu, asalkan ibu memeiliki status vitamin A yang baik. Status Vitamin A yang baik di awal kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut.

Langkah Pertama upaya program pencegahan KVA : “Memberikan suplementasi vitamin A pada Ibu nifas” Yaitu pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.00 SI) sebanyak 2 kapsul pada ibu nifas (Arisman, 2002)

7. Manfaat Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas

• Meningkatkan kandungan Vitamin A pada ASI

• Bayi lebih kebal dan jarang terserang penyakit infeksi • Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan


(5)

• Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah

• Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh

• Pemberian 1 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI selama 60 hari.

• Pemberian 2 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan. ASI eksklusif 6 bulan (Depkes, 2004).

8. Cara Pemberian

Diberikan sebanyak 2 x 200.00 SI atau 2 (dua) kapsul vitamin A, warna merah dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut pada masa nifas:

- 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah melahirkan

- 1 (satu) kapsul vitamin A kedua diminum pada hari berikutnya, minimal 24 jam setelah kapsul pertama (Depkes, 2004).

Tabel 2.2

Rekomendasi IVACG tentang suplementasi vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas di daerah yang memiliki masalah kekurangan vitamin A

Populasi Jumlah kapsul vitamin A yang diberikan

Jadwal Pemberian Ibu Nifas 400,000 UI sebagai dua dosis @

200,000 SI, pemberian sedikitnya dengan selang waktu satu hari

Dan/tau 10,000 SI setiap hari atau 25,000 IU setiap minggunya

Segera setelah melahirkan dan tidak lebih dari enam

minggu setelah melahirkan

Selama enam bulam pertama setelah melahirkan


(6)

9. Strategi Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas

• Bersamaan dengan pemberian imunisasi pemberian hepatitis B kepada bayi umur 0-7 hari pada kunjungan neonatal (KN1)

• Kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN1, maka dapat diberikan pada kunjungan KN2 (8-18)

• Sweeping dalam kunjungan rumah (Depkes, 2004)

10.Efek Samping Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi

Vitamin A dosis tinggi ini jelas menimbulkan efek samping. Namun demikian, pengaruh ini tidak begitu berat, dan hanya berlangsung sebentar. Pengaruh yang tidak diinginkan ini berupa peningkatan tekanan intracranial (2-3% pada hampir semua kelompok usia). Efek samping yang lazim hanyalah sakit kepala atau muntah ringan (jika fontanela anak telah tertutup), atau pencembungan fontanela (jika fontanela belum tertutup) dan tidak memerlukan pengobatan yang khas (Arisman, 2004).

B. Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimualai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2002).

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan program nasional pada masa nifas paling sedikit 4 kali


(7)

dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Antara lain:

a. 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuan :

• Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

• Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut.

• Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. • Pemberian ASI awal.

• Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

• Menjaga bayi tetap sehat, dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. 6 hari setelah persalinan.

• Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

• Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. • Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan


(8)

• Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. c. 2 minggu setelah persalinan.

• Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.

d. 6 minggu setelah persalinan.

• Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

• Memberikan konseling untuk KB secara dini (Ambarwati, 2009).

C. PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan yang mencakup dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu ( know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(9)

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrospeksikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasai dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada. 6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada (Notoadmodjo, 2007).


(1)

• Metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih dan saluran pencernaan (Arisman, 2002).

5. Penyebab Kurang Vitamin A

• Tidak tercukupinya asupan vitamin A dan Provitamin A • Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

• Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna kuning dan hijau yang mengandung karatenoid

• Ada gangguan penyerapan vitamin A atau Provitamin A (Arisman, 2002).

6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Pasokan Vitamin A di awal kehidupan akan tercukupi melalaui air susu ibu, asalkan ibu memeiliki status vitamin A yang baik. Status Vitamin A yang baik di awal kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut.

Langkah Pertama upaya program pencegahan KVA : “Memberikan suplementasi vitamin A pada Ibu nifas” Yaitu pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.00 SI) sebanyak 2 kapsul pada ibu nifas (Arisman, 2002)

7. Manfaat Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas

• Meningkatkan kandungan Vitamin A pada ASI

• Bayi lebih kebal dan jarang terserang penyakit infeksi • Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan


(2)

• Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah

• Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh

• Pemberian 1 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI selama 60 hari.

• Pemberian 2 kapsul vitamin A (200.000 SI) warna merah diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan. ASI eksklusif 6 bulan (Depkes, 2004).

8. Cara Pemberian

Diberikan sebanyak 2 x 200.00 SI atau 2 (dua) kapsul vitamin A, warna merah dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut pada masa nifas:

- 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah melahirkan

- 1 (satu) kapsul vitamin A kedua diminum pada hari berikutnya, minimal 24 jam setelah kapsul pertama (Depkes, 2004).

Tabel 2.2

Rekomendasi IVACG tentang suplementasi vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas di daerah yang memiliki masalah kekurangan vitamin A

Populasi Jumlah kapsul vitamin A yang diberikan

Jadwal Pemberian Ibu Nifas 400,000 UI sebagai dua dosis @

200,000 SI, pemberian sedikitnya dengan selang waktu satu hari

Dan/tau 10,000 SI setiap hari atau 25,000 IU setiap minggunya

Segera setelah melahirkan dan tidak lebih dari enam

minggu setelah melahirkan

Selama enam bulam pertama setelah melahirkan


(3)

9. Strategi Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas

• Bersamaan dengan pemberian imunisasi pemberian hepatitis B kepada bayi umur 0-7 hari pada kunjungan neonatal (KN1)

• Kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN1, maka dapat diberikan pada kunjungan KN2 (8-18)

• Sweeping dalam kunjungan rumah (Depkes, 2004)

10.Efek Samping Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi

Vitamin A dosis tinggi ini jelas menimbulkan efek samping. Namun demikian, pengaruh ini tidak begitu berat, dan hanya berlangsung sebentar. Pengaruh yang tidak diinginkan ini berupa peningkatan tekanan intracranial (2-3% pada hampir semua kelompok usia). Efek samping yang lazim hanyalah sakit kepala atau muntah ringan (jika fontanela anak telah tertutup), atau pencembungan fontanela (jika fontanela belum tertutup) dan tidak memerlukan pengobatan yang khas (Arisman, 2004).

B. Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimualai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2002).

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan program nasional pada masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir


(4)

dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Antara lain:

a. 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuan :

• Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

• Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut.

• Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. • Pemberian ASI awal.

• Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

• Menjaga bayi tetap sehat, dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. 6 hari setelah persalinan.

• Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

• Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. • Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan


(5)

• Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. c. 2 minggu setelah persalinan.

• Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.

d. 6 minggu setelah persalinan.

• Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

• Memberikan konseling untuk KB secara dini (Ambarwati, 2009).

C. PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan yang mencakup dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu ( know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(6)

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrospeksikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasai dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada. 6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada (Notoadmodjo, 2007).


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Vitamin A kepada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013

0 36 117

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010

20 121 65

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

1 48 74

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

0 0 12

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

0 0 5

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Vitamin A Dengan Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

0 0 24

PENGETAHUAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIONG KERANJIK KABUPATEN MELAWI

0 0 7

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Vitamin A kepada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013

0 0 18