Bank Sentral Republik Indonesia dalam

Bank Sentral Republik Indonesia

PENJELASAN OPERASI MONETER

Kerangka Operasi Moneter | Proses Operasi Moneter | Kriteria Surat Berharga &
Counterparty Penyempurnaan Operasi Moneter | Proyeksi Likuiditas Harian
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target
suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga
kebijakan (BI 7DDR). Dalam tataran operasional, BI 7DDR tercermin dari suku bunga
pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter.
Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB)1
overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.

Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI
7DDR), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan
likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar
dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter (OM).

Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam
rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities.

Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi
di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka
mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n. Sementara instrumen
Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank
Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di
Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT
dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas
inisiatif bank.

Instrumen Operasi Moneter

Keterangan :
PUAB atau Pasar Uang Antar Bank adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara
satu bank dengan bank lainnya. Suku bunga PUAB merupakan harga yang
terbentuk dari kesepakatan pihak yang meminjam dan meminjamkan dana.
Kegiatan di PUAB dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) yaitu
terciptanya kesepakatan antara peminjam dan pemilik dana yang dilakukan tidak
melalui lantai bursa. Transaksi PUAB dapat berjangka waktu dari satu hari kerja
(overnight) sampai dengan satu tahun.


Operasi Moneter
OPERASI PASAR TERBUKA
Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang dalam rangka
Operasi Moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Peserta Operasi
Moneter. Operasi Pasar Terbuka dilakukan untuk mencapai target suku bunga PUAB
O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. OPT terdiri dari 2 jenis, yaitu:
OPT Absorpsi

OPT absorpsi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari
indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kelebihan likuiditas, yang
diantaranya diindikasikan melalui penurunan suku bunga PUAB secara tajam.
Instrumen yang digunakan dalam OPT absorpsi ini adalah (i) Penerbitan SBI dan
SBIS, (ii) Penerbitan SDBI (iii)Transaksi Reverse Repo SBN, (iv) Transaksi Penjualan
SBN secara outright, (v) Penempatan berjangka (Term Deposit) dalam rupiah di
Bank Indonesia dan (vi) Jual Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot,
forward atau swap). Peserta pada OPT Absorpsi adalah bank dan/atau lembaga
perantara yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
OPT Injeksi
OPT injeksi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari
indikator suku bunga di PUAB diperkirakan mengalami kekurangan likuiditas, yang

diantaranya diindikasikan melalui peningkatan suku bunga PUAB secara tajam.
Instrumen yang digunakan dalam OPT injeksi ini adalah (i) Transaksi Repo, (ii)
Transaksi Pembelian SBN secara outright dan (iii) Beli Valuta Asing terhadap Rupiah
(dalam bentuk spot, forward atau swap). Peserta pada OPT Injeksi adalah bank
dan/atau lembaga perantara yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
Berikut ini adalah tabel jenis instrumen OPT dan dampaknya terhadap likuiditas
serta karakteristiknya :
Keterangan:
- VRT (Variable Rate Tender)

- FRT (Fixed Rate Tender)

- FX (foreign exchange)

- SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

- SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)

- SBN (Surat Berharga Negara)


- SDBI (Sertifikat Deposito Bank Indonesia)

Bank Sentral Republik Indonesia

Operasi Moneter
PENJELASAN OPERASI MONETER

Kerangka Operasi Moneter | Proses Operasi Moneter | Kriteria Surat Berharga &
Counterparty Penyempurnaan Operasi Moneter | Proyeksi Likuiditas Harian

A.

Proyeksi Likuiditas

Untuk menentukan berapa jumlah likuiditas yang harus diserap (absorpsi) maupun
disediakan (injeksi) dalam rangka menjaga keseimbangan supply dan demand,
Bank Indonesia melakukan estimasi kebutuhan likuiditas perbankan sehingga dapat
ditetapkan target operasi moneter setiap harinya. Estimasi likuiditas perbankan
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor otonom (autonomous factor)
seperti operasi keuangan Pemerintah dan mutasi uang kartal.


Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya
informasi yang handal dan setara kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta
persepsi yang sama untuk mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga
yang wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober 2008 Bank Indonesia mulai
mengumumkan kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar dan masyarakat
sebanyak dua kali setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan
sarana lainnya. Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan
dapat membantu treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan
meningkatkan efektifitas pelaksanaan Operasi Moneter.

Pengumuman proyeksi likuiditas meliputi 2 (dua) materi utama yaitu:

Proyeksi Total Likuiditas Tersedia
Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar dan
merupakan hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang berperan dalam
menambah/mengurangi ketersediaan likuiditas rupiah. Ketersediaan likuiditas
rupiah antara lain dipengaruhi oleh net aliran masuk/keluar uang kartal dari/ke
sistem perbankan dan mutasi rekening pemerintah di Bank Indonesia, net
instrumen Operasi Moneter jatuh waktu, dan net perubahan saldo giro perbankan di

Bank Indonesia.

Proyeksi Excess Reserve
Proyeksi Excess Reserve adalah perkiraan selisih antara saldo giro perbankan di
Bank Indonesia dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum (GWM).

Tautan Terkait:
Pengumuman Proyeksi Likuiditas

B.

Bank Sentral Republik Indonesia

Operasi Moneter
PENJELASAN OPERASI MONETER
Kerangka Operasi Moneter I Proses Operasi Moneter I Kriteria Surat Berharga &
Counterparty Penyempurnaan Operasi Moneter I Proyeksi Likuiditas Harian
A. Surat Berharga
Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah
sebagai berikut :

diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau Negara Republik Indonesia;

dalam mata uang rupiah;
ditatausahakan di Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS);
tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di BI-SSSS; dan
tidak sedang diagunkan.
Jenis-jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud di atas
terdiri dari :
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) & Sertifikat Bank Indonesia (SBIS);
Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SBI); dan
Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari :
Surat Utang Negara (SUN), yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
dan Obligasi Negara termasuk ZCB dan ORI; dan
Surat Berharga Syariah Negara (SBS) termasuk SBSN Ritel.
Persyaratan Surat Berharga :
Untuk transaksi repo dalam rangka OPT dan lending facility :
SBI, SBIS dan SDBI memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada
saat second leg transaksi repo.
SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second
leg transaksi repo.


B. Peserta & Perantara Operasi Moneter
Pihak yang dapat menjadi counterparty Bank Indonesia dalam pelaksanaan operasi
moneter di pasar keuangan domestik, baik yang melibatkan transaksi rupiah
maupun valuta asing harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Peserta Operasi Moneter
Peserta Operasi Moneter terdiri dari :
Peserta OPT, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
dan
Peserta Standing Facilities, yaitu bank

Persyaratan peserta Operasi Moneter adalah sebagai berikut:
Berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS;
Tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan
Operasi Moneter;
Wajib memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
Wajib memiliki rekening giro valuta asing di Bank Indonesia dalam hal peserta
operasi moneter mengikuti transaksi OPT di pasar valuta asing.
Wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS dan/atau di lembaga kustodian
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Peserta Operasi Moneter wajib menyediakan dana yang cukup di rekening giro
rupiah di Bank Indonesia dan/atau surat berharga yang cukup di rekening surat
berharga di BI-SSSS atau di lembaga kustodian untuk penyelesaian kewajiban pada
tanggal penyelesaian transaksi
Peserta Operasi Moneter yang mengikuti transaksi di pasar valuta asing wajib
menyediakan dana di Bank Indonesia atau transfer dana ke rekening Bank
Indonesia yang cukup penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi
Peserta OPT dapat mengikuti OPT secara langsung dan/atau tidak langsung melalui
lembaga perantara.
Lembaga Perantara
Lembaga Perantara melakukan transaksi OPT untuk kepentingan peserta Operasi
Moneter.
Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud terdiri dari:
Pialang pasar uang rupiah dan valuta asing; dan
Pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
sebagai Dealer Utama.
Pialang pasar modal hanya dapat menjadi lembaga perantara dalam transaksi repo,
transaksi reverse repo dan transaksi pembelian atau penjualan Surat Berharga
secara outright.
Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut :

Berstatus aktif sebagai Peserta BI-SSSS; dan
Tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh otoritas pengawas yang
berwenadan

Bank Sentral Republik Indonesia

Operasi Moneter

PENJELASAN MONETER

Kerangka Operasi Moneter | Proses Operasi Moneter | Kriteria Surat Berharga &
Counterparty Penyempurnaan Operasi Moneter | Proyeksi Likuiditas Harian

Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan operasi moneter dan mendorong
perkembangan pasar uang domestik, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan
operasi moneter yang mulai dilakukan sejak Maret 2010. Penyempurnaan operasi
moneter tersebut dilakukan melalui upaya penyerapan ekses likuiditas rupiah
dengan lebih mengutamakan penggunaan instrumen Operasi Pasar Terbuka (OPT)
tenor yang lebih panjang.


Secara umum, pasar uang domestik berada pada kondisi ekses likuiditas yang
bersifat permanen/struktural yang ditunjukkan dengan meningkatnya posisi Operasi
Moneter dari waktu ke waktu. Kondisi ekses likuiditas menyebabkan secara harian
penawaran (supply) likuiditas umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat
permintaannya (demand). Hal tersebut mendorong suku bunga pasar uang jangka
pendek, dalam hal ini suku bunga PUAB o/n, berada di level yang rendah.

Di sisi lain, sebagai sasaran operasional kebijakan moneter, Bank Indonesia
menjaga agar suku bunga pasar uang jangka pendek tersebut tidak terlalu melebar
dari suku bunga kebijakan (BI Rate) untuk mendukung pencapaian sasaran akhir
kebijakan moneter. Dengan kondisi supply likuiditas harian di pasar uang yang
masih tinggi, dan untuk menjaga agar suku bunga pasar uang jangka pendek
bergerak tidak terlalu jauh dari BI Rate, maka Bank Indonesia akan melakukan
operasi pasar terbuka dengan berbagai variasi tenor.

1. Perpanjangan Profil Jatuh Waktu Sertifikat Bank Indonesia

Dalam rangka menyempurnakan operasi moneter, Bank Indonesia memperpanjang
profil jatuh waktu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Perubahan tersebut dilakukan
melalui perubahan pelaksanaan lelang SBI dari mingguan menjadi bulanan, dan
melakukan penyerapan ekses likuiditas rupiah dengan lebih mengutamakan kepada
SBI. dengan tenor yang lebih panjang.

Pelaksanaan lelang dari mingguan menjadi bulanan diharapkan dapat mendorong
bank mengelola likuiditasnya dalam rentang waktu yang lebih panjang. Adapun
penyerapan ekses likuiditas yang mengutamakan SBI dengan tenor yang lebih
panjang diharapkan dapat mendorong berkembangnya transaksi di pasar uang dan
pelaksanaan operasi moneter yang lebih efektif.

Penyempurnaan operasi moneter diimplementasikan mulai Juni 2010, dengan masa
transisi selama 3 (tiga) bulan mulai 10 Maret 2010. Pada masa transisi, BI mengatur
tenor penyerapan likuiditas sehingga jatuh waktunya dapat disesuaikan pada
minggu kedua setiap bulannya. Pada masa transisi tersebut lelang SBI dapat
memiliki tenor di luar kebiasaan dan target indikatif yang lebih besar dari biasanya.
Secara bertahap lelang SBI yang masih dilaksanakan mingguan akan menjadi dwimingguan dan kemudian bulanan. Pada masa transisi, upaya penyerapan ekses
likuiditas sudah mulai diarahkan ke SBI 3 dan 6 bulan. Untuk memudahkan pelaku
pasar uang dalam mengelola likuiditasnya di masa transisi, BI menetapkan kalender
lelang SBI. Dalam rangka menjaga kecukupan likuiditas agar stabilitas suku bunga
tetap terjaga, BI tetap mengoptimalkan penggunaan instrumen operasi moneter
lainnya, seperti Term Deposit, Standing Facility, Repo dan Reverse Repo. Dengan
demikian, tidak ada perubahan struktur instrumen operasi moneter yang ada saat
ini. Sementara itu, pelaksanaan lelang SBI Syariah (SBIS) mengikuti jadwal lelang
dan tenor SBI terpendek.

Penjelasan resmi mengenai hal ini dapat dilihat dalam Siaran Pers
No.12/12/PSHM/Humas tanggal 5 Maret 2010

Dokumen terkait:
a. FAQ - Penyempurnaan Operasi Moneter: Perpanjangan Profil Jatuh Waktu SBI.
b. Sosialisasi Penyempurnaan Operasi Moneter: Perpanjangan Profil Jatuh Waktu SBI.

c. Jadwal lelang SBI dan SBIS periode bulan Maret – Juni 2010 (updated)

Kembali keatas

2. Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar
Keuangan

Untuk merespon dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar keuangan domestik
maupun global, Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk
meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, memperkuat stabilitas
sistem keuangan, serta mendorong pendalaman pasar keuangan, pada Selasa, 15
Juni 2010, di Jakarta. “Kebijakan ini bukan merupakan kontrol devisa dan tetap
dalam koridor sistem devisa bebas yang secara konsisten dianut Indonesia selama
ini. Pada gilirannya kebijakan tersebut juga akan mendukung kesinambungan
stabilitas makro ekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi.

Paket kebijakan yang diambil secara umum berupa kebijakan untuk memperkuat
operasi moneter dan menyempurnakan aspek prudential perbankan, terdiri dari
penambahan instrumen dan penyempurnaan beberapa ketentuan baik di pasar
uang rupiah maupun valas, yang terdiri dari:

Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N; diimplementasikan mulai 17 Juni 2010.
Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
diimplementasikan mulai 7 Juli 2010.
Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit; berlaku
mulai 7 Juli 2010.
Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Neto (PDN); berlaku mulai 1 Juli
2010.
Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; yang diimplementasikan pada
minggu ke-II Agustus 2010 (SBI 9 Bulan)
Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN);
Sebagai tindak lanjut dari beberapa penyempurnaan Operasi Moneter dimaksud,
Bank Indonesia juga telah menyempurnakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan

ketentuan pelaksanaanya (Surat Edaran Bank Indonesia), yaitu PBI No.
12/11/PBI/2010 tanggal 2 Juli 2010 tentang Operasi Moneter dan Surat Edaran Bank
Indonesia (SE BI) No. 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan
Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter, SE BI No.
12/17/DPM tanggal 6 Juli 2010 perihal Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) dan
SE BI No. 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74