Peran Masyarakat dalam Sistem Politik di

KATA PENGATAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya makalah “Peran Masyarakat
dalam Sistem Politik di Indonesia” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu, teriring Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, berkat beliau kita bisa
terbawa ke alam yang penuh dengan ilmu dan hikmah. Semoga kebaikan semuanya
dibalas oleh Allah SWT.
Makalah ini membahas tentang bentuk peranan warga Negara dalam sistem
politik yang ada di Indonesia. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Makassar , 18 april 2016

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ………….………………………………..……….…….3
B. Rumusan Masalah……………………..………………………………………..….5
C. Tujuan Penulisa

……………………………………………………..………….6

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Politik di Indonesia…………………………………………..……….…….7
B. Peran Masyarakat dalam Sistem Politik di Indonesi…………………….....…12
C. Ciri – cirri Masyarakat Politik di Indonesia …….........……………..……….….17
D. Bentuk Peran masyarakat Dalam Sistem politik ……………………………....19
E. Peran Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Eksekutif ……..…………...20
F. Peran Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Legislatif ………..………....23
G. Peran Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Yidikatif ……………...…….24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….………….….26
2


B. Saran …………………………………………………………………….…………27
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….……….………….28

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa. Bangsa tersebut merasa
kan pentingnyakeberadaan negara sehingga tumbuhlah kesadaran untuk
mempertahankan untuktetap tegaknya dan utuhnya negara melalui upaya bela
negara. Sebagai suatu bangsa atauwarga negara, setiap manusia khususnya yang
berada di Indonesia mempunyai kedudukan,hak dan kewajiban yang sama, yang
pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjaminhaknya dan mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi „statless‟ atau tidak berkewarga
negaraan. Kala ini warga negara harus mengetahuihubungan timbal balik antara
warga negara ataupun pemerintah yang menaunginya. Sepertimasyarakat Modern
saat ini, hubungan timbal balik antar warga negara semakin nyata, makadiperlukan
adanya pengetahuan tentang peranan warga negara yang sebenarnya seperti apa.
Partisipasi politik amat urgen dalam konteks dinamika perpolitikan dalam

suatu masyarakat. Sebab dengan partisipasi politik dari setiap individu maupun
kelompok masyarakat maka niscaya terwujud segala yang menyangkut kebutuhan
3

warga masyarakat secara universal. Sehingga demikian, keikutsertaan individu
dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan
kepentingan umum. Dan paling ditekankan dalam hal ini terutama sikap dan perilaku
masyarakat dalam kegiatan politik yang ada. Dalam artian setiap individu harus
menyadari peranan mereka dalam mendirikan kontribusi sebagai insan politik.
Dalam hal ini peranan meliputi pemberian suara, kegiatan menghadiri kampanye
serta aksi demonstrasi. Namun kegiatan-kegiatan sudah barang tentu harus
dibarengi rasa sukarela sebagai kehendak spontanitas individu maupun kelompok
masyarakat dalam partisipasi politik. Dengan kegiatan-kegiatan politik ini pula,
intensitas daripada tingkat partisipasi politik warga masyarakat dapat termanifestasi.
Oleh karena itu, sikap dan perilaku warga masyarakat dalam kegiatan politik berupa
pemberian suara dan kegiatan kampanye dalam pemilihan kepala daerah
merupakan parameter dalam mengetahui tingkat kesadaran partisipasi politik warga
masyarakat.

Paling tidak warga masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik

sekaligus mengambil bagian untuk mempengaruhi pemerintah dalam keputusan
politik. Pemilihan kepala daerah sebagai wahana menyalurkan segala aspirasi
masyarakt melalui suksesi dalam pemilihan kepala daerah, peran warga masyarakat
terutama dalam mempengaruhi keputusan politik sangat prioritas. Dengan adanya
pemilihan kepala daerah setiap individu maupun kelompok masyarakat dapat
memanifestasikan kehendak mereka secara sukarela, tanpa pengaruh dari
siapapun. Dalam hal ini setiap anggota masyarakat secara langsung dapat
memberikan suara dalam pemilihan serta aktif dalam menghadiri kegiatan-kegiatan
politiknya, seperti kampanye.

4

Namun keaktifan anggota masyarakat baik dalam memberikan suara maupun
kegiatan kampanye tentu harus didorong oleh sikap orientasi yang begitu tinggi. Dan
disamping itu pula kesadaran dan motivasi warga masyarakat dalam kegiatan politik
sebagaimana di kemukakan tadi sangat penting untuk menopang tingkat partisipasi
politik terhadap pemilihan kepala daerah. Karena dengan adanya sikap antusias dari
warga masyarakat dalam partisipasi politik tentu membawa pada konsekuensi pada
tatanan politik yang stabil. Oleh karena kesadaran dan pemahaman politik
merupakan penunjang dalam mewujudkan stabilitas politik masyarakat dengan

kesadaran dan pemahaman politik pula setiap sikap dan perilaku masyarakat secara
partisipasi dapat terwujud sebagaimana mestinya.

Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam partisipasi
politik kadang kala mengarah pada sikap apatis, sinisme, dan arogan sehingga yang
demikian ini mempengaruhi partisipasi mereka dalam pemilihan kepala daerah. Yang
akhirnya mereka enggan memberikan suara dalam pemilihan dan juga tidak
menghadiri kegiatan-kegiatan politik (kampanye). Fenomena-fenomena ini selalu
muncul dimana-mana lebih-lebih lagi dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

B.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem politik di Indonesia?
2


Bagaimana peran Masyarakat dalam sistem politik indonesia ?
5

3

Apakah ciri-ciri masyarakat politik di Indonesia ?

4

Bagaimana bentuk-bentuk peran masyarakat dalam sebuah lingkungan politik
Eksekutif, Legislatif dan Yudikat ?

C.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui Sistem politik di Indonesia
2. Mengetahui peran masyarakat dalam system politik Indonesia
3. Mengetahui ciri-ciri masyarakat politik di indonesia
4. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk peran masyarakat dalam sebuah

lingkungan politik Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

6

BAB II
PAMBAHASAN
A.

Sistem Politik di Indonesia

Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan
fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatandalam

Negara

kepentingan


termasuk

umum

Indonesia

yang

berkaitan

dengan

prosespenentuan tujuan, upaya-upaya

mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi
negara

7


( termasuk

fungsi

legislatif,

eksekutif,

dan

yudikatif ). Dalam

Penyusunan

keputusankeputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan
terjalinnya
kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan
terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang

dimaksud
suprastruktur

politik

adalah

Lembaga-Lembaga

Negara.

Lembaga-lembaga

tersebut di
Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini
yang akan
membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan


yang

ada

di

masyarakat

seperti

Parpol,

Ormas,

media

massa,

Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi
Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah
merupakaninfrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan

8

aspirasinya.

Tuntutan

dan

dukungan

sebagai

input

dalam

proses

pembuatan keputusan.
Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah
sesuai
dengan aspirasi dan kehendak rakyat
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan
berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden berkedudukan
sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.
Para Bapak Bangsa (the Founding Fathers) yang meletakkan dasar pembentukan
negara
Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka
sepakat
menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya
yang tersebar
di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan federal di bawah Republik
Indonesia Serikat
(RIS) selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke
bentuk
pemerintahan republik.
9

Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon desakan daerahdaerah
terhadap

sistem

pemerintahan

yang

bersifat

sangat

sentralistis,

dengan

menawarkan konsep
Otonomi Daerah untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.

Undang-undang Dasar 1945
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang
mengatur
kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara; kewenangan, tugas, dan
hubungan
antara lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). UUD 1945 juga
mengatur
hak dan kewajiban warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
merupakan lembaga
tertinggi negara dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden, yang dalam menjalankan tugasnya dibantu
oleh
seorang wakil presiden dan kabinet. Di tingkat regional, pemerintahan provinsi
dipimpin oleh
seorang gubernur, sedangkan di pemerintahan kabupaten/kotamadya dipimpin oleh
seorang
bupati/walikota.
Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh
Mahkamah Agung
10

(MA) sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain
yang berada
di bawahnya. Fungsi MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan,
memberi
nasehat, dan fungsi adminsitrasi.
Saat ini UUD 1945 dalam proses amandemen, yang telah memasuki tahap
amandemen
keempat. Amandemen konstitusi ini mengakibatkan perubahan mendasar terhadap
tugas dan
hubungan lembaga-lembaga negara.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Fungsi pokok MPR selaku lembaga tertinggi negara adalah menyusun konstitusi
negara;
mengangkat dan memberhentikan presiden/wakil presiden; dan menyusun Garisgaris Besar
Haluan Negara (GBHN).
Fungsi pokok MPR yang disebut di atas dapat berubah bergantung pada proses
amandemen
UUD 1945 yang sedang berlangsung.
Jumlah anggota MPR adalah 700 orang, yang terdiri atas 500 anggota DPR dan 200
anggota
Utusan Golongan dan Utusan Daerah, dengan masa jabatan lima tahun.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

11

Selaku lembaga legislatif, DPR berfungsi mengawasi jalannya pemerintahan dan
bersama-sama
dengan pemerintah menyusun Undang-undang.

B.

Peran masyarakat dalam Sistem Politik di Indonesia

Dalam masyarakat Demokrasi peran Warga Negara sangatlah dibutuhkan
untuk terciptanya masyarakat yang demokratis, sehingga peran warga Negara ini
dapat menjadi acuan untuk terciptanya pemerintahan yang demokratis pula. Dalam
menciptakan masyarakat yang demokatis maka tidak lain adalah keikutsertaan
masayarakat dalam perannya terhadap politik. Sehingga masyarakat yang ikut
berperan aktif dalam politik dapat mengembangkan partisipasi politiknya yang
berpengaruh terhadap sistem politik Negara dan pemerintahannya.

Dalam konteks politik ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam
berbagai proses politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala
tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian
keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
Sebagai defenisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
politik, yaitu dengan cara memilih pimpinan dan secara langsung dan secara tidak
12

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini
mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum atau kepala
daerah, menghadiri kegiatan (kampanye), mengadakan hubungan (contakting)
dengan pejabat pemerintah, atau anggota parlement dan sebagainya.

Herbert Meclosky (1994:3), berpendapat bahwa partisipasi politik adalah
kegiatan-kegiatan suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung dalam
proses pembentukan kebijakan umum. Berdasarkan defenisi ini, partisipasi warga
masyarakat menekankan pada keikutsertaan individu maupun kelompok masyarakat
untuk melakukan kegiatan politik secara aktif.

Dimana setiap anggota masyarakat, seyogyanya memberikan suara dalam
pemilihan kepala daerah. Dan juga dijelaskan bahwa kegiatan sukarela adalah
dimana dalam pelaksanaan pemberian suara dalam pemilihan tanpa pengaruh
paksaan dari siapapun.

“Norman H. Nie (2002:9), dan Sidney Verba” partisipasi politik adalah
kegiatan pribadi warga negara yang loyal sedikit banyak langsung bertujuan untuk
mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara/tindakan-tindakan diambil oleh
mereka, yang teropong terutama adalah “tindakan-tindakan yang bertujuan
mempengaruhi

keputusan-keputusan

pemerintah”

yaitu

usaha-usaha

untuk

mempengaruhi alokasi nilai secara otoritatif untuk masyarakat.

Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga
masyarakat, tindakan yang dilakukan demi mencapai kepentingan umum, yang

13

berdasarkan pada nilai-nilai yang legal. Dalam hal ini partisipasi politik lebih
menekankan pada beberapa hal yaitu:



Sikap warga masyarakat terhadap pemimpin



Kerjasama

antara

anggota

masyarakat

dengan

pemimpin

dalam

mempengaruhi keputusan politik
Perilaku warga masyarakat dalam kegiatan politik harus didorong oleh nilai-



nilai ideal.
Keikutsertaan warga masyarakat memberikan hal suara dalam pemilihan



suka rela.
Gabriel Almond (2004:26), berpendapat bahwa yang dinamakan partisipasi
politik hanya terbatas pada kegiatan sukarela saja yaitu: kegiatan yang dilakukan
tanpa paksan atau tekanan dari siapapun.

Milbiath (2001:143), menjelaskan

partisipasi sebagai dimensi utama stratifikasi sosial.. dia membagi partisipasi politik
menjadi empat bagian yaitu:
Pemimpin Politik



Pemimpin politik adalah pemegang kekuasaan yang memiliki legitimasi secara
abash dari warga masyarakat. Pemimpin politik ini selalu memberikan perlindungan
terhadap masyarakat sebagai objek kekuasaan.

Aktivis Politik



Aktivis politik adalah orang-orang yang selalu menghadiri setiap kegiatan
politik.
14



Komunikator

Komunikator adalah orang yang menerima dan menyampaikan ide, sikap dan
informasi politik lainnya kepada orang lain.

 Warga Negara

Warga negara adalah semua individu maupun kelompok yang turun serta
dalam agenda politik. Partisipasi politik dapat pula dikategorikan berdasarkan jumlah
pelaku, yakni individual dan kolektif. Maksudnya, seseorang yang ikut memberikan
keputusan politik lewat kegiatan politik. Sebaliknya partisipasi secara kolektif tentu
menyangkut kegiatan warga negara secara serentak untuk mempengaruhi
penguasa seperti dalam proses pemilihan.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu.
Menurut model ini terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik
seseorang actor politik. Pertama, lingkungan sosial tak langsung,seperti sistem
politik, sistem ekonomi, budaya, dan media massa. Kedua, lingkungan sosial politik
yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian actor, seperti keluarga, agama,
sekolah, dan kelompok pergaulan. Ketiga, struktur kepribadian yang tercermin dalam
sikap individu. Keempat, faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi
yaitu keadaan yang mempengaruhi actor secara langsung ketika hendak melakukan

15

suatu kegiatan seperti kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman
dengan segala bentuknya.

Faktor lingkungan social politik tak langsung mempengaruhi lingkungan sosial
politik yang berupa sosialisasi, interalisasi dan politisas. Selain itu mempengaruhi
juga sosial politik langsung berupa situasi. Faktor lingkungan yang akan
mempengaruhi secara langsung oleh satu dari kedua faktor yang mencakup struktur
kepribadian atau sikapnya terhadap objek kebijakan.

C.

Ciri-Ciri Mayarakat Politik di Indonesia.
Adapun yang menjadi cirri-ciri masyarakat politik yaitu :
1.

Adanya pendidikan politik bagi warga negaranya
Untuk menciptakan masyarakat politik maka pemerintah harus memberikan
pendidikan politik kepada warga negaranya, pendidikan politik dimaksudkan
untuk mengembangkan dan mempertahankan situasi politik yang sudah ada.
Sehingga masyarakat akan menjadi melek politik dan dengan pendidikan
politik masyarakat akan tahu bagaimana system politik dan budaya politik
yang ada di Negara tersebut sehingga sangat perpengaruh terhadap
keberlangsungsn dan perkembangan politik di Negaranya. Pendidikan politik
di Indonesia dilakuakan diantaranya melalui pendidikan formal di sekolah
seperti pelajaran Pendidikan Kewarganegaaan.

2.

Adanya Kesadaran Politik warga negara yang tinggi
16

Dengan pendidikan politik yang diperoleh warga Negara maka diharapkan
munculnya

rasa

kecintaan

kepada

negaranya

sehingga

diharapka

munculnya kesadaran politik. Kesadaran politik yang tinggi warga Negara
sangat diperlukan untuk keberlangsungan pemerintahan.

3.

Adanya Budaya Politik yang berkembang di masyarakat suatu Negara
Budaya

politik

akan

muncul

dengan

sendirinya

seiring

dengan

perkembangan politik suatu Negara. Budaya adalah sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang dan dijadikan suatu nilai sehingga muncul ciri dari politik
suatu Negara.

4.

Bagaimana cara sosialisasi politik masyarakatnya
Cara menerapkan sosialisasi politik terhadap warga negaranya, baik melalui
lembaga formal maupun non formal harus dilakukan untuk mempertahankan
keberlangsungan politik suatu negara. Jika sosialisasi yang dilakuakan
pemerintah berjalan baik maka budaya politik yang sudah ada akan terus
bertahan dan berkembang seiring denga waktu.

5.

Adanya peran aktif warga Negara dalam sistem politik
Peran aktif warga Negara sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilitasan
politik dan pemerintah suatu Negara. Negara tidak akan berkembang secara
politik jika tidak ada peran aktif warga Negara dalam politik. Hal ini akan
mengakibatkan suatu pemerintahan yang absolute, karena tidak adanya
pengawasan dari masyarakatnya.

6.

Adanya keloyalan warga Negara terhadap negaranya
17

Keloyalan warga Negara sangat mempengaruhi perkembangan politik suatu
Negara. Dengan partisipasi yang aktif warga Negara dan keloyalan terhadap
Negara maka proses perkembangan budaya politik di suatu Negara akan
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dibutuhkan keloyalan tidak hanya
sekedar mencari kekuasaan akan mengangkat drajat seseorang yang
bersedia untuk selalu loyal terhadap negaranya sehingga kemungkinankemungkian terjadinya penyelewengan akan terkikis dengan sendirinya

7. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani
Masyarakat madani berpengaruh terhadap perkembangan politik suatu Negara,
Negara akan lebih mudah dalam meningkatkan partisipasi politik, dalam hal
sosialisasi dan pengawasan jalannya politik akan lebih stabil jika masyarakat
madani berkembang dalam suatu masyarakat.
Masyarakat

dalam ilmu politik sendiri terbentuk dalam tiga karakter. yaitu

masyarakakat yang Kritis, Konservatif, dan Idealis. diantaralain sebagai berikut :


Masyarakat Kritis adalah masyarakat yang berani menantang apa yang
dikatakan atau dikemukakan oleh pihak-pihak yang lebih berkuasa,
pemerintah dan lembaga untuk menantang perilaku atau praktek yang
dilakukan seseorang atau menganalisis pekerjaan sebuah serikat, atau
gerakan sosial, atau untuk menantang dan melawan (oppose) kekuatankekuatan dominan di dalam komunitas.



Masyarakat Konservatif adalah masyarakat yang selalu mendukung dengan
kebijakan-kebijakan Pemerintah karena mereka merasa diuntungkan dengan
kebijakan tersebut.

18



Masyarakat Idealis adalah masyarakat yang mempunyai pengetahuan politik
yang selalu merasa kurang puas dengan kinerja pemerintah karena tidak
sesuai dengan apa yang mereka harapkan.



Demokratis adalah kebebasan berpendapat dan menguluarkan aspirasinya
terhadap pemerintah, dan biasanya mengandung unsur pro dan kontra
Masalah politik tanpa kecepatan dan ketepatan penyelesaian politik menjadi

celah atau membuka ruang untuk terus disoroti, dikomentari dan dianalisis oleh
banyak pihak. Kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi wahana tumbuh
suburnya aneka pendapat. Dan dalm situasi itu, baik ketika berkontribusi pada
penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Namun ketika berlaru-larut maka
kebebasan berpendapat dengan aneka opini menjadi disinsentif bagi demokrasi.
Publik akan menjadi muak, jenuh dan jengkel dengan olah politik.

D.

Bentuk Peran Masyarakat Dalam Sistem Politik

modeL partisipasi politik bersumber pada faktor “kebiasaan” partisipasi politik
di suatu zaman, maka bentuk partisipasi politik mengacu pada wujud nyata kegiatan
politik tersebut. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk
partisipasi politik menjadi:

-

Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan
bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu;
19

-

Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi
pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka
tentang suatu isu;

-

Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi,
baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemerintah;

-

Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi
keputusan mereka, dan

-

Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok
guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan
kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huruhara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan
pemberontakan.

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi
bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah
tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal.
Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk
partisipasi politik adalah masuk ke dalam kajian ini.

Klasifikasi bentuk partisipasi politik Huntington dan Nelson relatif lengkap.
Hampir setiap fenomena bentuk partisipasi politik kontemporer dapat dimasukkan ke
dalam klasifikasi mereka. Namun, Huntington dan Nelson tidak memasukkan
20

bentuk-bentuk partisipasi politik seperti kegiatan diskusi politik, menikmati berita
politik, atau lainnya yang berlangsung di dalam skala subyektif individu.

Menurut kami, peran serta dalam masing-masing bidang yang akan dibahas
berikutnya adalah dengan bergabung dengan salah satu dari lembaga tersebut baik
itu Eksekutif, Legislatif maupun yudikatif.

E.

Peran Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Eksekutif

Rakyat Indonesia harus dapat bersikap positif dalam mengembangkan
demokrasi pancasila dapat menggunakan hak pilih, baik hal memilih maupun dipilih,
ikut melaksanakan pemilu secara langsung umum, bebas dan rahasia serta jujur dan
adil. Musyawarah, mufakat mengakui dan menghormati hak asasi manusia termasuk
kebebasan beragama dan menjunjung tinggi hokum yang sedang berlaku.

1.

Peran serta masyarakat secara umum

Bentuk perwujudan dan wewenang warga Indonesia dalam demokrasi pancasila
yaitu :
a. Menjadi anggota / pengurus ormas atau orpol sesuai dengan pasal 28
UUD 1945
b. Memperoleh pendidikan dan ikut menangani serta mengembangkan
pendidikan sesuai dengan pasal 31 UUD 1945
c. Ikut aktif kegiatan koperasi dan kegiatan ekonomi denga pasal 33 UUD
1945

21

Warga Negara Indonesia harus ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan
pengembangan demokrasi pancasila dalam kehidup
An bermayarakat berbangsa dan bernegara.

2.

Peran Serta Pendidik

Peserta didik adalah mereka (warga belajar) yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
Suara dari peserta didik sebagai oposisi adalah benar-benar murni sebagai
moral force (kekuatan moral) yang membawa aspirasi rakyat tanpa ada vested
intercts (kepentingan tertentu).

a.

Peserta Didik Sebagai Pengkritik Setia (Loyal Opposhon).

Peserta didik adalah pengkritik setia yang harus dibina dan dibimbing pemerintah
(eksekutif dan legeslatif) agar saran dan kritik yang lontarkan dapat menjadi
alternative bagi perencanaan masalah terhadap persoalan yang sedang dihadapi.

b.

Peserta didik sebagai kelompok kepentingan (interst group)

Beberapa kegiatan sehubungan dengan peserta didik sebagai preesure group atau
interst group yaitu :
1. Mengadakan seminar – seminar atau symposium dan kajian-kajian
terhadap suatu kebijakan pemerintahan yang dirasa tidak rasional dan
dapat merugikan kepentingan orang banyak.

22

2. Melakukan kunjungan ke instansi pemerintah sebagai decision maker
(pembuat keputusan) untuk mengadakan audensi (temu wicara)
sekaligus

memberi

masukan

–masukan

sebagai

alternative

pemecahan masalah sehingga dapat membatlkan atau menunda
keputusan yang akan dibuat.
3. Mengadakan mimbar bebas
c.

Peserta didik sebagai control social (social control).
Peserta didik sebagai control berarti adanya kegiatan pengawasan dan

pengendalian yang dilakukan secara incidental, periodic maupun terus-menerus
untuk memantau sekaligus mempngaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah.

Peran Serta Dalam Sistem Politik di Indonesia
Partisipasi politik dapat diartikan sebagai penentu sikap keterlibatan hasrat
setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasi. Sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi
serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Secara umum arti lembaga eksekutif adalah pelaksanaan pemerintah yang
dikepalai oleh presiden yang dibantu pejabat, pegawai negeri, baik sipil maupun
militer. Sedangkan wewenang menurut Meriam Budiardjo mencangkup beberapa
bidang: 1) Diplomatik: menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negaranegara lainnya. 2) Administratif: melaksanakan peraturan serta perundangundangan dalam administrasi negara. 3) Militer: mengatur angkatan bersenjata,
menjaga keamanan negara dan melakukan perang bila di dalam keadaan yang
23

mendukung. 4) Legislatif: membuat undang-undang bersama dewan perwakilan. 5)
Yudikatif: memberikan grasi dan amnesti.

Sistem Lembaga Eksekutif terbagi menjadi dua:

1.

Sistem Pemerintahan Parlementer: Kepala negara dan kepala pemerintahan
terpisah. Kepala pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri, sedangkan
kepala negara dipimpin oleh presiden. Tetapi kepala negara disini hanya
berfungsi sebagai simbol suatu negara yang berdaulat.

2.

Sistem Pemerintahan Presidensial: Kepala pemerintahan dan kepala negara,
keduanya dipegang oleh presiden.
Peran

serta

masyarakat

dalam

bidang

Eksekutif

ini

adalah

bentuk

keikutsertaan dari suatu warga Negara dalam menjalankan tugas dalam bidang
eksekutif. Seperti menjadi Presiden, Wakil Presiden, Menteri Kabinet dan lainnya.
Karena pada dasarnya Eksekutif adalah warga Negara biasa yang terpilih dalam
pemilu.

F.

Peran Serta Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Legislatif

Dilihat dari kata Legislate yang bermakna lembaga yang bertugas membuat
undang-undang. Namun tidak hanya sebatas membuat undang-undang, melainkan
juga merupakan wakil rakyat atau badan parlemen. Pernyataan ini didasari oleh teori
kedaulatan rakyat yaitu teori yang bertentangan dengan teori monarki dan
absolutisem. Jadi hakikatnya badan legislatif digunakan untuk mencegah terjadinya
tindakan sikap absolut dari pemerintah pusat atau presiden. Adapun fungsi dari
badan legislatif sebagai berikut:
24

1.

Question Hour/Pertanyaan Parlemen Anggota legislatif diizinkan mengajukan
pertanyaan kepada pemerintahan pusat mengenai hal-hal yang perlu
ditanyakan yang jelasnya berkaitan dengan nasib rakyat.

2.

Interpelasi Hak anggota legislatif untuk meminta keterangan pada kebijakan
pemerintah pusat terutama yang telah dilaksanakan di lapangan.

3.

Engquete/Angket Hak untuk anggota legislatif untuk melakukan penyelidikan
sendiri dengan cara membentuk panitia penyelidik.

4.

Mosi Hak kontrol yang memiliki potensi besar untuk menjatuhkan lembaga
eksekutif.

G.

Peran Serta Masyarakat dalam Sistem Politik Bidang Yudikatif

Lembaga ini merupakan lembaga ketiga dari tatanan politik Trias Politica yang
berfungsi mengontrol seluruh lembaga negara yang menyimpang atas hukum yang
berlaku pada negara tersebut. Fungsi Lembaga Yudikatif adalah sebagai alat
penegakan hukum, penyelesaian penyelisihan, hak menguji apakah peraturan
hukum sesuai atau tudak dengan UUD dan landasan Pancasila, serta sebagai hak
penguji material.

Badan

Yudikatif

Indonesia

berfungsi

menyelenggarakan

kekuasaan

kehakiman dengan tujuan menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman
di Indonesia, menurut konstitusi, berada di tangan Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya (peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, peradilan tatausaha negara) serta sebuah Mahkamah Konstitusi.

25

Berbagai cara bisa dilakukan warga Negara dalam menyampaikan aspirasi dan
keinginan politik dalam peran sertanya pada sistem politik yang ada. Berikut contoh
peran serta warga Negara dalam sistem politik di Indonesia:
1.

Konvensional



Ikut dalam Pemilu baik menggunkan hak aktif maupun pasifnya



Ikut memberikan kritikan dan masukan lewat berbagai media, semisal media

social seperti FB


Berkomunikasi dengan para pejabat dalam penyesuaian sebuah kebijakan

publik semisal lewat demonstrasi sesuai dengan aturan
2.

Non Konvensional



Demonstrasi dengan tidak meminta izin dulu kepada pihak yang berwajib



Menghina pejabat publik

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

26

Dalam rangka menguatkan pelaksanaan demokrasi dan sistem kepartaian
yang efektif sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 diperlukan penanaman nilai-nilai politik dalam masyarakat
untuk mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan politik baik
secara sukarela maupun yang ingin eksis dalam kegiatan-kegiatan politik.
Partisipasi politik adalah aktivitas warganegara yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang
dalam posisinya sebagai warganegara, bukan politikus ataupun pegawai negeri.
Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun
partai yang berkuasa. Ruang bagi partisipasi politik adalah sistem politik. Sistem
politik memiliki pengaruh untuk menuai perbedaan dalam pola partisipasi politik
warganegaranya.
Bahwa partai politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi kebebasan yang
bertanggung

jawab.

Hal

ini

untuk

memperkukuh

kemerdekaan

berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari upaya untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta demokratis dan
berdasarkan hukum.

B.

Saran

27

Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan berhubungan dengan
pembahasan pada makalah ini, yaitu:
1.

Partisipasi dan peran serta masyarakat dalam suatu sistem politik adalah
menentukan nasib dari suatu negara. Karena itu, pendidikan politik harus
ditanamkan semenjak dini.

2.

Faktor

ketidakpercayaan

masyarakat

terhadap

sistem

perpolitikan

di

Indonesia harus disikapi oleh partai politik dengan melakukan suatu sistem
perubahan

internal

sehingga

dapat

membangun

kepercayaan

publik

khususnya kaum perempuan yang memiliki hak sama dengan kaum laki-laki.

28

DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka
Setia
Rush, Michael dan Althoff, Phillip. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
Rajawali Pers
Sahid, Komarudin. 2011. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia
Wahyudin,

Tur.

2008.

Partisipasi

Politik,

dalam

http://turwahyudin.

wordpress.com/2008/04/16/partispasi-politik/, diakses tanggal ! Desember 2009
William, Liddle. 1992. Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru.
Jakarta: Pustaka Utama Grafitri
http://artikel-makalah-belajar.blogspot.com/2012/01/partisipasi-politik.html
http://irf4nh4kim.wordpress.com/2012/12/22/partisipasi-politik-dan-contoh-kasus/
http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik
http://handikap60.blogspot.com/2013/03/bentuk-bentuk-partisipasi-politik.html

29

Mata Kuliah : SANKRI
Dosen
: Dr. HALIM,S.H.,M.H.

PERAN MASYARAKAT DALAM SISTEM POLITIK
DI INDONESIA

Di Susun Oleh
ACHMAD FAUZI KUSMIN

2016.04.003

INDRAWATI

2016.04.011

HASMAWATI

2016.05.005

ASMILAH ABDULLAH

2016.04.006

IBNU MASHUD

2016.04.012

ANDI ARYA ARYADILLA

2016.04.001

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
KONSENTRASI AKP/APK
STIA LAN MAKASSAR
TAHUN 2016

30