Perubahan Warna pada Gigi Anak anak yang

Perubahan Warna pada Gigi Anak-anak yang disebabkan
oleh karena Karies Rampan

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas makalah di klinik Pedodonsia
Disusun oleh :
Dewi Fitria Anugrahati
(091611101003)

Pembimbing :
drg. Sulistyani, M.Kes

KLINIK PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

0

BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Perubahan warna gigi adalah salah satu alasan yang paling sering dijumpai
mengapa pasien mencari perawatan gigi. Perubahan warna gigi dapat
menyebabakan adanya permasalahan estetik, mengurangi rasa percaya diri
maupun trauma psikologis. Pemahaman tentang etiologi perubahan warna gigi
sangat penting untuk dokter gigi untuk menentukan diagnosis yang benar.
Pengetahuan tentang penyebab perubahan warna gigi juga akan membantu dokter
gigi untuk menjelaskan sifat yang tepat dari kondisi pasien. Dalam beberapa
kasus, mekanisme pewarnaan gigi mungkin memiliki efek pada hasil pengobatan
dan mempengaruhi pilihan perawatan yang ditawarkan kepada pasien (Watts
dkk,2001).
Penyebab terjadinya perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menurut
tempat stain, yaitu ekstrinsik maupun intrinsik. Perubahan warna intrinsik terjadi
akibat faktor dari dalam gigi yang umunya terdapat pada email dan dentin. Gigi
dapat mengalami perubahan warna atau diskolorisasi sebelum masa erupsi yaitu
pada saat pembentukan gigi karena terpaparnya struktur gigi dengan penyebab
diskolorisasi.

Diantara


penyebab

diskolorisasi

adalah

obat-obatan

yang

dikonsumsi sewaktu masa pertumbuhan gigi, misalnya tetrasiklin dan fluoride.
Sedangkan diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi. Perubahan
warna ekstrinsik umumnya terjadi karena penggunaan rokok atau tembakau,
minuman dan makanan berwarna seperti kopi dan teh (Manuel dkk, 2010).
Rampan karies adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan suatu
keadaan sebagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan atau
karies secara luas dan berkembang dengan cepat akibat pemberian susu botol.
Pada umumnya, susu botol diberikan pada balita sepanjang hari mulai dari anak
bermain sampai tidur. Tindakan ini merupakan penyebab utama terjadinya rampan

karies. Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi
yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan

1

mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-anak salah satunya
yaitu terjadinya perubahan warna pada gigi (Zafar, 2003).
Prevalensi rampan karies mencapai tingkat yang tinggi pada negara
berkembang dan keparahanya meningkat seiring pertambahan usia anak. Oleh
karena itu gigi sulung diharapkan dalam kondisi yang baik untuk perkembangan
sistem stomatognatik anak yang baik dan adekuat. Gigi sulung yang sehat penting
untuk kemampuan bicara, mastikasi, pencegahan kebiasaan oral yang buruk, dan
berperan sebagai penuntun erupsi gigi permanen. Selain itu, estetika dari gigi
anterior

menunjang

perkembangan

kepribadian


yang

normal

sehingga

kepercayaan diri akan meningkat secara positif dan dapat mempengaruhi kualitas
hidup anak pada masa depannya (Namita&Rai,2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar uraian di atas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana karies
rampan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada gigi?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui mekanisme terjadinya karies rampan dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan warna pada gigi.

2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diskolorisasi Gigi

2.1.1 Definisi Diskolorisasi Gigi
Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi.
Diskolorasi pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining),
penuaan (aging), dan bahan-bahan kimia. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi
dan obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan menyebabkan
terbentuknya stain yang akan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar
sehingga mudah ditempeli sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk
plak. Apabila tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi
(calculus) kemudian sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah,
gampang goyah dan tanggal. Stain pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara :
1) Perlekatan stain secara langsung pada permukaan gigi.
2) Stain terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak.
3) Penggabungan stain dengan struktur gigi atau material restoratif.
2.1.2 Etiologi Diskolorasi Gigi
2.1.2.1 Diskolorasi gigi berdasarkan sumber
Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi
eksogen dan endogen. Diskolorasi eksogen disebabkan oleh substansi dari luar
gigi dan sering disebabkan kebiasaan minum minuman berwarna yang
berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup dan merokok. Tar dari asap rokok dapat
menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam. Diskolorasi endogen

sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber lokal maupun sistemik.
Faktor lokal dapat disebabkan karena pedarahan akibat trauma, kesalahan
prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan
pasta pengisi saluran akar, dan pengaruh bahan-bahan restorasi. Perubahan warna
yang terjadi mengenai bagian dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi
dan umumnya perubahan warna terjadi di dalam dentin sehingga relatif sulit
dirawat secara eksternal.
2.1.2.2 Diskolorasi gigi berdasarkan lokasi
Perubahan warna gigi menurut lokasinya dibagi menjadi intrinsik dan
ekstrinsik. Perubahan warna intrinsik adalah perubahan yang masuk ke dalam
dentin selama masa pertumbuhan gigi. Disebabkan karena penumpukan bahan3

bahan dalam struktur gigi. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya diskolorasi
intrinsik :
1) Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Gas yang dihasilkan oleh pulpa
nekrosis dapat membentuk ion sulfida berwarna hitam.
2) Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab
paling sering dari perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian obat golongan
tetrasiklin selama proses pertumbuhan
gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen. Periode waktu

pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi :
1) Semasa dalam kandungan, pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan, molekul
tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung yang sudah
terbentuk.
2) Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi
pembentukan mahkota gigi seri permanen. Mekanismenya adalah tetrasiklin akan
terikat dengan kalsium dan
membentuk senyawa kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi
yang sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium,
tetapi juga molekul tetrasiklin
yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.
3) Penyakit metabolik berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria
menyebabkan warna coklat, endemik fluorosis menyebabkan bercak coklat pada
gigi.
Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel dan biasanya bersifat lokal.
Mayoritas diskolorasi yang terjadi pada gigi permanen bersifat ekstrinsik.
Berdasarkan penyebabnya stain ekstrinsik dibagi menjadi 2 kategori :
1) Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organik melekat pada
pelikel. Warnanya berasal dari warna asli kromogen tersebut. Diketahui dapat
menyebabkan stain langsung adalah

merokok, mengunyah tembakau, teh, dan kopi. Pada gigi terlihat warna berasal
dari komponen polyphenol yang memberikan warna makanan.
2) Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab
perubahan warna dengan permukaan gigi (Manuel dkk, 2010).
2.2 Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi
Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8
minggu kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari
4

6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri
pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi
seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan
akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah yang akan diikuti dengan
tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham kedua atas dan
bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun
(Afrilina,2006).
Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
bayi, tetapi perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh
gangguan keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan
yang tinggi atau infeksi usus dapat mengganggu keseimbangan mineral dan lebih

banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin dibanding gangguan nutrisi ibu
(Narendra, 2002).
2.2.1 Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi
Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan
seseorang anak, tahap-tahap penting pertumbuhan gigi dapat dilihat pada Tabel 1.














Gigi geligi

Geligi rahang atas
Gigi seri pertama
Gigi seri kedua
Gigi taring
Gigi geraham pertama
Gigi geraham kedua
Geligi rahang bawah
Gigi seri pertama
Gigi seri kedua
Gigi taring
Gigi geraham pertama
Gigi geraham kedua

Waktu erupsi (bulan)
6,5
8
18
14
24
6

7
16
10
20

2.3 Definisi
Menurut Winter (1996), rampant karies adalah sebuah lesi yang onsetnya
akut yang meliputi sebagian besar atau semua bagian dari gigi yang telah erupsi,
secara cepat menghancurkan jaringan koronal, sering pada bagian yang normalnya

5

kebal terhadap karies dan mengarah kepada keterlibatan dari pulpa gigi sedari
dini.
Menurut Tinanoff (1983) mendefinisikan rampant caries sebagai karies
yang terdapat pada orang hidup yang memiliki 5 atau lebih permukaan gigi yang
karies selama setahun.
Menurut Masseler (1945), rampant karies merupakan keadaan karies yang
muncul secara tiba-tiba, menyebar dengan cepat dan terdapat keterlibatan awal
dari pulpa, dan mengenai gigi-gigi yang biasanya kebal terhadap karies yang
biasa.
2.4 Prevalensi Rampan karies
Prevalensi rampan karies mencapai tingkat yang tinggi pada negara
berkembang dan keparahanya meningkat seiring pertambahan usia anak. Oleh
karena itu gigi sulung diharapkan dalam kondisi yang baik untuk perkembangan
system stomatognatik anak yang baik dan adekuat. Gigi sulung yang sehat penting
untuk kemampuan bicara, mastikasi, pencegahan kebiasaan oral yang buruk, dan
berperan sebagai penuntun erupsi gigi permanen. Selain itu, estetika dari gigi
anterior

menunjang

perkembangan

kepribadian

yang

normal

sehingga

kepercayaan diri akan meningkat secara poaitif dan dapat mempengaruhi kualitas
hidup anak pada masa depannya.
Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi
yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan
mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-anak. Kesulitan
makan adalah keluhan yang sering dialami anak penderita rampan karies, karena
sakit bila mengunyah sehingga, anak sering mengemut makananya untuk
menghindari terjadinya rasa nyeri bila mengunyah, anak sering menangis karena
rasa nyeri yang mengenai seluruh gigi, serta adanya bau mulut.
2.5 Gambaran Klinis
Bentukan dari rampant karies pada gigi sulung biasanya berhubungan
dengan urutan dari erupsi gigi, dengan pengecualian pada insisiv sulung
mandibula. Pada insisiv mandibula kemungkinan lebih resistan terhadap karies

6

karena jaraknya yang dekat dari tempat sekresi kelenjar mandibula juga karena
proses pembersihan dari lidah selama proses menghisap susu botol.
Lesi awal biasanya muncul pada permukaan labial dari insisiv maksila
dekat dengan margin gingiva, terlihat sebagai area keputihan dari dekalsifikasi
atau pitting dari permukaan enamel segera setelah erupsi. Lesi ini dengan cepat
terpigmentasi menjadi warna kuning dan pada waktu yang bersamaan menyebar
ke arah permukaan proximal dan juga kearah sisi insisal dari gigi. Pada kasus
yang jarang dekalsifikasi muncul pada permulaan di permukaan palatal atau pada
insisal edge pada kasus yang extreme. Pada kasus yang lebih parah, proses karies
akan menyebar pada lingkar gigi, yang nantinya mengarah pada fraktur patologis
dari mahkota pada trauma yang kecil. Gigi yang lain, seperti molar 1 sulung,
molar 2 sulung dan bahkan kaninus akan terkena secara bertahap.
Nursing bottle caries, juga dikenal dengan nama seperti bottle caries, baby
bottle syndrome, baby bottle decay merupakan bentukan dari rampant karies pada
gigi sulung dari bayi atau anak-anak(2, 3, dan 4 tahun). Pada kebanyakan kasus,
masalahnya biasanya ditemui pada bayi yang sering tertidur dengan botol bayi
yang berisi susu atau air gula. Kondisi seperti ini juga bisa ditemui pada bayi yang
meminum ASI yang memiliki kebiasaan minum ASI yang terlalu lama atau pada
bayi yang menggunakan dot yang dicelupkan ke madu, gula, atau syrup.
Penurunan flow rate saliva selama tidur juga mengumpulkan larutan manis
disekitar gigi, juga berakibat pada lingkungan kariogenik yang tinggi.
Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja,
karena seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik
juga minuman yang manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang
dewasa ditandai dengan karies pada bukal dan lingual dari premolar dan molar
dan juga proximal dan labial karies di insisiv Rahang bawah.
Bentukan spesifik dari rampant karies bisa muncul pada anak-anak dan
orang dewasa yang memiliki aliran saliva yang menurun drastis sebagai hasil dari
radioterapi untuk perawatan kanker bagian kepala dan leher setelah pembedahan
neoplasma pada rongga mulut.
2.6 Etiologi Rampan Karies
7

Dua faktor predisposisi mayor pada rampant karies adalah specific
mikroorganisme dan diet. 4 variabel penting yang mengawali dan berperan dalam
terjadinya karies yaitu:
Host: Saliva dan permukaan gigi harus dipertimbangkan sebagai penyebab dari
penyakit ini.·
Saliva: Beberapa faktor yang menyebabkan saliva bertanggung jawab sebagai
faktor penyebab.
Aliran saliva: Seseorang yang memiliki sekresi saliva yang lebih rendah dari
biasanya akan lebih nudah terserang karies. Seseorang yang sedang menjalani
radiotherapy dan obat antihistamin memiliki lebih sedikit sekresi saliva.
Faktor biologis: Saliva mengandung beberapa komponen, yang dapat mengurangi
tingkat terserang karies, seperti misalnya opsononis, lysozomes dan agen
bakterolytic
Fungsi khemis: 2 fungsi khemis dari saliva yang telah diketahui. Kemampuan
buffer saliva dan kereaktifannya terhadap ion inorganic, khususnya kalsium dan
fosfat dengan permukaan enamel.
Permukaan gigi: Gigi yang mengalami hypoplastik atau hypokalsifikasi lebih
mudah terserang karies.
Microflora oral
Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen yang penting dalam proses
perkembangan karies. Biasanya mikroorganisme ini tidak terdeteksi pada mulut
bayi sampai tahap lanjut dari kerusakan insisiv. Tidak terdeteksinya s.mutans pada
tahap perkembangan menandakan bahwa keberadaan dari micro-organisme ini
berhubungan dengan infeksi awal, dan sumber utama dari s.mutans pada infeksi
awal ini biasanya dari ibu.
Microorganisme lain yaitu lactobacilus, veillonella juga bertanggung
jawabterhadap karies

gigi. Mikroorganisme ini bisa bereaksi terhadap

substrat(makanan) seperti misalnya sukrosa untuk membentuk extracellular dan
intracellular polysaccharides seperti amylopectins, dextrans, dan levans. Substansi
extracellular ini yang berasal dari substansi yang lengketyang nantinya mengikat
plak pada struktur gigi dan polysaccharida intracellular memberikan nutrisi yang
terus menerus kepada plak yang nantinya akan membentuk bakteria.
Substrate (Diet)
Berdasarkan hasil studi klasik dari vipeholm mengemukakan tentang potensi
terjadinya kariogenik sangat erat kaitannya dengan texture dari karbhohidrate dan
8

frekuensi mengkonsumsi gula-gula yang lengket dibandingkan dengan jumlah
gula yang dikonsumsi. Molekul karbhohidrat yang sederhana yang siap berdifuse
dengan plak dan dimetabolisme oleh bakteri plak lebih kariogenik dibandingkan
molekul karbhohidrat komplek. Sukrosa diketahui sebagai gula yang paling
kariogenik, karena :
• Kecil, mudah berdifusi ke dental plak
• Sangat soluble, dan bertindak sebagai substrat untuk produksi extracellular
polysaccharides dan produksi asam
Berpengaruh dalam menjaga kehidupan s.mutans dalam gigi
Penyebab lain dari rampant karies adalah:
• Pemberian susu botol dengan air gula yang terlalu lama, biasanya saat





tidur siang.
Pemberian susu ASI yang terlalu lama.
Anak-anak menggunakan dot yang biasanya di celupkan kedalam madu
atau gulaRemaja yang sering mengkonsumsi snack, makanan yalengket
dan coklat, serta jus buah.

2.7 Proses Terjadinya Rampan Karies
Penyebab terjadinya rampan karies (baby bottle syndrome) adalah
pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu
atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,
bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan
menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah
jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap
susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis
bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan
membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,
pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva
mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian
akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa
dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi
asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya
karies (Kidd Edwina,2001).

9

2.8 Pencegahan Rampan Karies
Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena
semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus
dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :
a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan
nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula
(susu formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol
atau dot karet.
b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan
gula ke dalam dot botol.
c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur karena
ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot
botol yang berisi air.
d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi
dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau
karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang
tumbuh dalam gigi dan gusi.
f. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau
cangkir menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum
menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.
g. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi,
apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau
bercak/spot hitam pada gigi anak
2.9 Perawatan Rampant karies
Tipe perawatan dari pasien yang terserang rampant karies sangat tergantung
dari motivasi pasien dan orang tua terhadap perawatan gigi, luas dari karies, umur,

10

dan kekooperatifan anak. Faktor-faktor ini harus diperhitungkan pada kunjungan
awal anak ke dokter gigi.
Perawatan awal mencakup :
Perawatan sementara
Stabilisasi karies dan tumpatan sementara harus di tempatkan pada gigi yang
bebas gejala dengan karies dentin yang terjaga untuk meminimalisasi resiko
terpaparnya pulpa di masa depan dan untuk meningkatkan fungsi dari gigi.
Pulpotomy formacresol bisa dilakukan jika pulpa masih dalam keadaan vital, tapi
indikasi pulpektomy yang diikuti oleh obturasi dengan zinc oxide eugenol cement,
dilakukan bila pulpa nonvital.
Program diet
Orang tua harus diberikan pengetahuan untuk mengurangi frekuensi
konsumsi sukrose oleh anak-anak mereka, terutama diantara waktu makan.
Konsumsi makanan dan hidangan yang mengandung gula harus dibatasi saat
makan. Orang tua bisa di instruksikan untuk merekam jumlah dan kuantitas dari
makanan dan hidangan yang dikonsumsi selama dan diantara waktu makan untuk
3 hari berurutan. Suplemen vitamin makanan dan juga medikasi oral harus
dimasukkan. Keberhasilan management dari rampant karies mengharuskan
modifikasi pola makan yang berat.
Instruksi oral Hygiene
Banyak anal-anak berumur 3 sampai 5 tahun tidak bisa menyikat gigi secara
benar ketika tidak diajari dan di awasi. Kebanyakan anak berumur 5 tahun
menghabiskan kurang dari 60 second untuk menyikat gigi dan lebih dari 80% dari
waktu menyikat diletakkan pada tempat yang jarang karies – regio anterior
mandibular yang peka. Karena dari itu, sangatlah penting untuk mengajari anakanak teknik yang benar dalam menyikat gigi pada kelompok umur yang berbeda.
Pada umumnya, anak yang berusia dibawah 8 tahun bisa menguasai teknik

11

circular scrub dengan baik, dibawah pengawasan orang tua. Setelah 11 sampai 12
tahun, teknik menyikat sulkular seperti teknik Bass bisa diajarkan.
Perawatan di rumah dan penggunaan Fluor oleh dokter gigi
Baik perawatan fluor sistemik maupun topikal sangat berguna dalam
mencegah karies gigi. Pilihannya didasarkan pada level dari fluoride yang
terkandung dalam air minum dan tahap perkembangan dari gigi geligi.
Anak-anak yang masih terdapat gigi sulung akan sangat baik bila
menggunakan tablet fluor dan pasta gigi berfluoride dalam jumlah kecil. Anakanak harus diberikan dorongan untuk mengunyah tablet ini, pada saat sebelum
tidur. Terapi topical fluoride yang periodik dengan gel acidulated phosfate fluoride
(APF) atau varnish fluoride sangat bermanfaat pada anak-anak dengan rampant
karies untuk mencegah kehancuran gigi.
Berikut merupakan metode dari perawatan fluoride dan metode lain yang
digunakan dalam mencegah terjadinya rampant karies dalam kelompok umur
yang berbeda.
Gigi sulung (usia 0 – 5 tahun)
Saran pola makanan - Konsultasi tentang pemberian pola makan yang baik
dengan orang tua






Terapi Fluoride - pasta gigi
pemberian tablet pada daerah yang kurang fluoridasi air
Fluoridasi
pemberian topikal fluoridasi oleh dokter gigi.
Aplikasi setiap 6 bulan sekali



Plak kontrol - menginstruksikan orang tua untuk menjaga oral hygiene
anaknya. Mengawasi saat anak sikat gigi. (suruh datang kembali setelah 3

– 6 bulan)
Fase geligi pergantian (5-12 tahun)
• Saran pola makanan - konsul tentang pola makan dengan orang tua dan


pasien
Terapi fluoride - pasta gigi
− Pemberian tablet hingga usia 8 tahun pada daerah yang air nya
tidak terfluoridasi
− Pembersihan mulut
− topikal fluoride setiap 6 bulan oleh dokter gigi.
12



Plak kontrol - Instruksi untuk menjaga oral hygiene pada pasien. Menyikat
gigi tanpa diawasi orang tua, disclosing tablet, fissure sealent (suruh

datang kembali setelah 3-6 bulan)
Fase geligi permanen (12 tahun dan seterusnya)
• Terapi fluoride - pasta gigi
− Pembersihan mulut
− topikal fluoride setiap 6 bulan oleh dokter gigi.


Plak kontrol - Instruksi untuk menjaga oral hygiene pada pasien. Disclosing tablet, fissure sealents, dental floss.
(suruh datang kembali setelah 3-6 bulan untuk fissure sealant)

BAB III
PEMBAHASAN

13

3.1 Etiologi Perubahan Warna Gigi
3.1.1 Perubahan Warna Intrinsik
Diskolorisasi intrinsik terjadi akibat faktor dari dalam gigi yang umumnya
terdapat pada email dan dentin. Gigi dapat mengalami perubahan warna atau
diskolorisasi sebelum masa erupsi yaitu pada saat pembentukan gigi karena
terpaparnya struktur gigi dengan penyebab diskolorisasi. Diantara penyebab
diskolorisasi ialah obat-obatan yang dikonsumsi sewaktu masa pertumbuhan gigi
misalnya tetrasiklin dan fluoride.Penggunaan obat tetrasiklin pada ibu hamil
selama bulan-bulan terakhir kehamilan akan menyebabkan diskolorisasi gigi
sulung anaknya. Ini karena tetrasiklin akan berikatan dengan jaringan gigi yang
sedang mengalami proses mineralisasi dan membentuk kompleks tetrasiklin
kalsium ortofosfat.
Penyebab kedua adalah trauma yang terjadi selama pertumbuhan gigi,
perubahan pada pulpa, nekrosis pulpa dan penyebab lain pada gigi nonvital,
misalnya trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi, dan material
perawatan saluran akar. Perubahan warna yang disebabkan oleh penumpukan
produk nekrosis di dalam tubulus dentin dapat diputihkan secara bleaching
internal dan dapat memberikan hasil yang baik.

3.1.2 Perubahan warna ekstrinsik
Perubahan warna atau diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar
gigi. Perubahan warna ekstrinsik umumnya terjadi karena penggunaan bahanbahan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya akibat dari penggunaan
rokok atau tembakau, minuman dan makanan yang berwarna seperti kopi dan
minuman berkarbonasi sehingga membentuk stain pada bagian email. Warna stain
yang terlihat pada gigi berasal dari komponen polyphenol, yang memberikan
warna pada makanan. Ditambah lagi dengan oral hygiene yang buruk sehingga
menyebabkan pembentukan plak dan kalkulus juga dapat mempengaruhi warna
gigi. Perubahan warna ekstrinsik relatif lebih mudah ditanggulangi dengan
membersihkan stain pada emailnya dibandingkan dengan perubahan warna
intrinsik. Stain dari nikotin lebih banyak ditemukan pada bagian lingual di rahang
14

bawah dan bagian palatal di rahang atas. Perubahan warna ini dapat diputihkan
secara bleaching eksternal dan dapat memberikan hasil yang baik.

3.2 Etiologi Karies
Karies terjadi karena sejumlah faktor di dalam mulut yang saling
berinteraksi. Newburn (1997) menggolongkan faktor tersebut menjadi tiga faktor
utama, yaitu host meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta satu
faktor tambahan yaitu waktu.
Faktor yang paling berperan untuk terjadinya karies rampan adalah
aktifitas mikroorganisme penyebab karies yang tinggi, seringnya menkonsumsi
makanan dan minuman kariogenik serta kebersihan mulut yang buruk. Faktor
psikologis, sistemik, dan herediter dapat juga berhubungan dengan terjadinya
karies rampan.
3.2.1 Faktor Etiologi Utama
Faktor etiologi utama meliputi host (gigi dan saliva), mikroorganisme,
substrat, dan waktu.

3.2.1.1

Gigi (Host)
Proses karies gigi sulung berjalan lebih cepat dibanding gigi tetap

karena ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi tetap. Enamel gigi
sulung lebih banyak mengandung bahan organik dan air, sedangkan jumlah
mineral lebih sedikit dibanding gigi tetap.
Finn (1973) menyatakan bahwa permukaan oklusal gigi sulung
memiliki tonjol yang tinggi sehingga pit dan fissure relatif dalam menyebabkan
daerah ini sulit dibersihkan sehingga mempermudah timbulnya karies. Menurut
Schour dan Massler (1964) gigi sulung memiliki permukaan proksimal yang datar,
kontak antar gigi merupakan kontak bidang sehingga memudahkan plak melekat
dan sulit disingkirkan. Rider (1982) menyatakan bahwa gigi yang mengalami
hipoplasia enamel akan mempengaruhi kecepatan terjadinya karies. Di samping

15

itu, susunan gigi geligi pada masa gigi bercampur yang sering crowding dan
overlapping akan mendukung prevalensi karies pada gigi sulung.

3.2.1.2

Saliva (Host)
Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Ini terbukti pada

penderita xerostomia akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu
singkat. Anak-anak yan mendapatkan radioterapi untuk perawatan kanker di
daerah kepala dan leher atau terkena pembedahan neoplasma di rongga mulut
akan mengalami penurunan sekresi saliva sehingga fungsi saliva terganggu dn
mempermudah terjadinya karies.

3.2.1.3

Mikroorganisme
Mikroorganisme

berperan

dalam

terjadinya

karies

gigi.

Mikroorganisme utama di dalam mulut yang berhubungan dengan karies adalah
jenis

streptokokus

dan

laktobasilus.

Jumlah

Streptokokus

mutans

dan

Laktobasilus pada sampel plak anak dengan karies rampan seratus kali lipat
dibanding anak yang bebas karies. Kohler dkk. (1980) melaporkan bahwa
semakin cepat rongga mulut seorang anak terkolonisasi Streptokokus mutans
maka semakin tinggi pula prevalensi karies. Ibu yang memiliki Streptokokus
mutans di dalam mulutnya dapat memindahkan mikroorganisme tersebut ke mulut
bayinya sebelum gigi bayinya erupsi ketika menggunakan sendok untuk memberi
makan bayinya atau membasahi dot dengan air ludahnya sebelum diberikan ke
bayinya.

3.2.1.4

Substrat
Pada awal kehidupan bayi, diet yang diberikan berupa susu, baik air

susu ibu (ASI), air susu sapi (ASS), atau keduanya. ASS mengandung kalsium,
fosfor, dan protein dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding ASI sehingga
dapat membantu remineralisasi email sedangkn ASI mengandung lebih banyak
laktosa (7 persen) dibanding ASS yang hanya 4 persen. ASI lebih mudah

16

menyebabkan penurunan pH dibanding ASS. Oleh karena itu, ASI memiliki
potensi kariogenik yang lebih tinggi dibanding ASS.
Diet karbohidrat terutama gula merupakan substrat yang paling penting
untuk metabolisme mikrorrganisme. Peranan langsung karbohidrat dalam
terjadinya karies adalah kemampuannya menyediakan sumber energi yang dapat
difermentasi secara sempurna oleh mikroorganisme. Stephen dan Joy (1956)
dalam penelitiannya menjumpai bahwa semakin sering individu mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di antara jam makan dapat
menyebabkan karies rampan.

3.2.1.5

Waktu
Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta

lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Kroll dan Stone melihat
adanya korelasi karies dan waktu tidur anak dengan susu botol di dalam mulutnya.
Hal ini didukung oleh Dilley dkk. dan Johnson (1988) yang menemukan
persentase karies yang tinggi pada anak yang mengisap susu botol sambil tidur
sepanjang malam.
Bayi menyusui 10 sampai 40 kali setiap hari sehingga pemberian ASI
yang tidak tepat seperti tetap membiarkan bayi tertidur selama menyusui akan
mempercepat proses kerusakan gigi.
Keadaan lain yang menybabkan substrat lama berada di dalam mulut
adalah kebiasaan anak menahan makanan kariogenik di dalam mulut dimana
makanan tidak cepat-cepat ditelan.

3.2.2

Faktor Etiologi Penunjang
Faktor etiologi penunjang penyebab karies rampan adalah kebersihan

mulut yang buruk, faktor psikologis, sistemik, dan herediter.

17

3.2.2.1

Kebersihan Mulut
Pada dasarnya anak balita belum mampu melaksanakan kebersihan

mulut sendiri. Belum ada kesadaran dan pengetahuan tentang hal ini sehingga
sangat

diperlukan

mendemostrasikan,

peran

orang

mengawasi,

tua

terutama

membantu,

ibu untuk

dan

mengajarkan,

melakukan

pelaksanaan

kebersihan mulut anak.
Kebersihan mulut yang buruk mengakibatkan penumpukan plak dalam
jumlah banyak dan berkembangnya mikroorganisme sehingga keadaan pH rongga
mulut turun mencapai di bawah 5,5. Pada keadaan ini terjadi demineralisasi
enamel dan proses karies pun dimulai.

3.2.2.2

Faktor Psikologis
Stimulasi

serabut

simpatis

di

glandula

submandibularis

atau

sublingualis menyebabkan sekresi saliva yang bersifat kental dimana sistem saraf
ini merupakan bagian penting mekanisme seseorang dalam bereaksi terhadap
stres. Hal inilah yang menjadi penyebab pada orang-orang yang mengalami stres
terjadi pengentalan dan penurunan sekresi saliva.
Gangguan emosi pada anak seperti perasaan tertekan, rasa takut,
ketidakpuuasan pada prestasi, pemberontakan terhadap situasi rumah, perasaan
rendah diri, pengalaman buruk (trauma) di sekolah, dan kegelisahan serta
ketegangan yang terus-menerus akan mempermudah terjadinya karies. Gangguan
emosi ini juga akan mengakibatkan kebiasaan buruk dalam hal memilih dan
mengkonsumsi diet dimana anak suka mengkonsumsi makanan dan minuman
kariogenik.

3.2.2.3

Faktor Sistemik
Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi penurunan sekresi saliva

sehingga

menyebabkan

xerostomia.

Keadaan

perkembangan karies.

18

ini

akan

mempermudah

3.2.2.4

Faktor Herediter
Faktor potensial imunitas lainnya yang mempengaruhi perkembangan

karies pada anak-anak adalah level imunitas yang diperoleh untuk melawan
bakteri penyebab karies. Ibu yang dilahirkan di daerah geografis dengan
prevalensi karies rendah akan memiliki perkembangan level imunitas yang rendah
pula terhadap karies. Lehner (1980) menyatakan bahwa imunitas terhadap
streptokokus mutans yang dimiliki ibu dapat berpindah ke janin.

3.3 Mekanisme Terjadinya Karies Rampan
Penyebab terjadinya rampan karies (baby bottle syndrome) adalah
pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu
atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,
bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan
menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah
jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap
susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis
bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan
membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,
pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva
mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian
akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa
dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi
asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya
karies (Kidd Edwina).
Mekanismenya, sebagai berikut :
1. EARLY ENAMEL LESION
Awal dari proses demineralisasi, tanda-tandanya:
• Email berwarna “Chalky White” dari warna translusennya
• Permukaan email menjadi rapuh
• Meningkatnya porositas
• Berkurangnya kepadatan email
2. The Advancing Coronal Lesion



Permukaan email rapuh dan berlubang (kavitas)

19



Proses remineralisasi semakin sulit dilakukan (penumpukan




bakteri oleh plak meningkat dan asam dari makanan)
Adanya respon pulpa ok asam mulia masuk ke tubuli dentin
Peningkatan mineralisasi sebagai pertahanan dari pulpa

3. The Slowly Progression Lesion



Lesi dan kavitas semakin besar (email dan dentin semakin
rapuh)

4. The Rampant Lesion




Karies semakin luas, dasar dentin lunak
Pulpa dalam keadaan bahaya ok proses remineralisasi dapat

mengurangi permeabilitas tubulus
Berdasarkan perkembangannya, Early Childhood Caries atau karies
rampan dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
1. Stadium inisial
Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi
yang opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika
anak berusia 10 – 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat
reversibel tetapi sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat
memeriksa rongga mulut anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian
servikal permukaan labial dan palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa
setelah gigi yang terlibat dikeringkan.

Gambar 1. Karies Rampan Stadium Insisal
2. Stadium kedua
Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 – 24 bulan.
Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang
dengan cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas
terhadap rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya
20

lunak. Orang tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi
perhatian. Pada gigi molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal,
proksimal dan oklusal.

Gambar 2. Karies Labial (stadium 1 dan 2) pada anak usia 3 tahun
3. Stadium ketiga
Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 – 36
bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi
insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika
mengunyah atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada
malam hari. Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung
ECC stadium 2 dan pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila
berlangsung ECC stadium 1.

Gambar 3. Karies rampan stadium 3
4. Stadium keempat
Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 – 48
bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi
anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi
sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila
21

berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu
mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak
dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan
tidur dan menolak makanan.

Gambar 4. Karies Rampan Stadium 4
3.4 Pencegahan Rampan Karies
Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena
semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus
dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :
a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan
nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula
(susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot
b.

botol atau dot karet.
Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan

c.

gula ke dalam dot botol.
Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena
ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.Biasakan anak menghisap dot
botol yang berisi air.
22

d.
e.

Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi
dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau
karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang

f.

tumbuh dalam gigi dan gusi.
Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride,
maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan

g.

fissure sealant dapat diberikan.
Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau
cangkir menjelang umurnya 1 tahun.Anak sebaiknya berhenti minum

h.

menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.
Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi,
apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau
bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta, 2009).

3.5 Perawatan Rampan Karies
Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai
berikut :
a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa
b.

atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,analgetik)
Menghentikan proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit
hilangkavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik

c.

sehingga proses karies terhenti.
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral

d.

hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.
Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang

e.

mengandung fluor.
Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene
yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila
ada) .

23

BAB IV. KESIMPULAN
Penyebab terjadinya perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menurut
tempat stain, yaitu ekstrinsik maupun intrinsik. Perubahan warna intrinsik terjadi
akibat faktor dari dalam gigi yang umunya terdapat pada email dan dentin.
Rampan karies juga dikenal sebagai karies botol merupakan karies gigi yang
parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang dengan cepat dan
mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada gigi anak-anak.

24

DAFTAR PUSTAKA
Afrilina, G. 2006. 75 Masalah Gigi Anak Dan Solusinya. Jakarta: Gramedia
Child development, 2009. Pertumbuhan gigi, http://www.bayisehat.com/childdevelopment-mainmenu35.html
Gultom, M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Ibu-ibu Rumah Tangga.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter I.pdf.html
Kidd, Edwina. 1991. Dasar-dasar karies. Jakarta: EGC
Mamimendy, 2010. Rampan Karies. http://mamymendy.Blogspot.com
Manuel ST, Abhisek P, Kundabala M, 2010. Etiology of tooth discoloration. Nig
Dent J Vol.18.
Namita, Rita Rai. 2012. Adolescent Rampant Caries. Contemporary Clinical
Dentistry Vol 3.
Narendra, M.sularyo, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Kesehatan
Gigi Anak dan Jaringan Sekitarnya. Jakarta : Sagang Seto
Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi,
Jakarta: EGC
Siahaan, Riden A. Masalah Karies Rampan Pada Anak : Pencegahan Dan
Perawatannya. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8059
Sobia Zafar, Soraya Yasin, Alaudin. 2003. Early Childhood Caries. International
Dentisry Vol.11(4).
Tarigan, R. 1991. Karies Gigi. Editor : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates

25

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57