Analisa di Balik Penyadapan Australia te

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Analisa Di Balik Penyadapan Australia terhadap Indonesia
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia tidak selalu stabil. Hubungan
bilateral ini cenderung fluktuatif lengkap dengan pasang-surut kedekatannya yang
dipengaruhi berbagai hal. Kasus yang terbilang masih hangat yang sempat menggemparkan
hubungan kedua negara tersebut adalah kasus penyadapan yang dilakukan oleh badan
intelejen Australia terhadap para petinggi negara Indonesia yang terkuak pada tahun 2013
silam. Kepercayaan yang selama ini dibina di antara kedua negara menjadi berkurang dan
dipertanyakan lagi esensi dan keperluannya. Dalam kasus ini Indonesia merasa Australia
tidak menghargai kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka. Di sisi lain,
beberapa kalangan Pemerintah Australia berkata bahwa spionase adalah hal yang biasa
dilakukan dalam hubungan negara-negara (Saputra, Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
Menyikapi Tindakan Penyadapan oleh Australia, 3) dan berkata bahwa Indonesia terlalu
berlebihan dalam menyikapi kasus ini.
Indonesia sudah mengambil beberapa tindakan seperti mengirim surat kepada Perdana
Menteri Australia, Tonny Abbott, untuk meminta penjelasan, sikap resmi, dan tanggung
jawab terkait isu penyadapan itu [ CITATION Tri13 \l 1057 ]. Meski pada akhirnya Menteri
Luar Negeri Australia, Julie Bishop, menyatakan penyesalan [ CITATION And13 \l 1057 ]

namun pada awalnya Australia, melalui Abbott, tidak mau meminta maaf namun juga tidak
mengelak bahwa penyadapan ini benar-benar terjadi [ CITATION Lip13 \l 1057 ]. Indonesia
mengambil sikap untuk menghentikan beberapa kerjasama dengan Australia untuk sementara
hingga mendapatkan penjelasan resmi dari Pemerintah Australia mengenai penyadapan ini.
Tindakan Indonesia tersebut terkesan “menggantung” dan tidak tegas, karena hanya
menghentikan kerjasama secara sementara alih-alih secara permanen. Jika memang Indonesia
1

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

merasa diremehkan, seharusnya Indonesia mengambil sikap yang lebih berani dan
menunjukkan power yang dimilikinya. Indonesia cenderung terlihat sangat lunak dan terlalu
mudah memaafkan tindakan krusial yang dilakukan Australia ini menyangkut kedaulatannya
sendiri. Kasus ini menjadi sangat penting untuk dibicarakan karena ini menyangkut
kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang dengan mudahnya “diremehkan” oleh
negara dekatnya dengan tindakan penyadapan. Dan hal yang menjadi latar belakangnya perlu
ditelaah lebih lanjut agar kita mengetahui apa motif dari tindakan penyadapan ini dan agar
dapat dijadikan pelajaran bagi aktor-aktor dalam hubungan internasional sehingga dapat
melakukan tindakan preventif agar tidak menjadi korban untuk kasus serupa.
2. Rumusan Masalah

Sikap Indonesia yang dinilai terlalu lunak dan sikap Australia yang cenderung santai
dalam menyikapi kasus ini membuat kita semakin penasaran dan bertanya-tanya apa yang
sebenarnya terjadi? Dan satu pertanyaan yang sangat mendasar yang akan penulis bahas lebih
lanjut dalam makalah ini yaitu; apa latar belakang Australia melakukan tindakan penyadapan
terhadap Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan perspektif
interest, institution, dan economy dalam menelaah hipotesa-hipotesa. Penulis menggunakan
metode studi literatur dalam tulisan ini.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penulis mengambil beberapa bacaan dengan topik terkait untuk dijadikan sebagai
rujukan hipotesa. Bacaan-bacaan tersebut terdiri dari antara lain skripsi yang disusun oleh
Chintya Magdalena Sinaga, lulusan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin,
dengan judul Dinamika Hubungan Australia-Indonesia dalam Bidang Politik. Sebuah
penelitian yang disusun Dodi Saputra, mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional
Universitas Riau, dengan judul Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan
2

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Penyadapan oleh Australia juga dijadikan rujukan. Selain itu penulis juga merujuk pada
jurnal Australia’s Relations with Indonesia: Progress despite economic and socio-cultural

constrains? yang diterbitkan Australian National University.
Dalam skripsi dengan judul Dinamika Hubungan Australia-Indonesia dalam Bidang
Politik dikatakan bahwa Indonesia memandang hubungan dengan Australia tidak begitu
penting, sementara Australia menganggap ancaman-ancaman terhadap negaranya berasal dari
utara sehingga Australia memandang Indonesia sebagai negara penyangga (buffer-state)
terhadap ancaman-ancaman yang dikhawatirkan Australia. Australia menganggap kerjasama
dengan Indonesia sangatlah menguntungkan. Dengan demikian Australia sering membantu
Indonesia dalam berbagai bidang.
Dikatakan pula dalam skripsi tersebut bahwa Australia membantu Indonesia untuk
membantu dirinya sendiri. Australia tidak ingin Indonesia jatuh ke tangan suatu pemerintahan
yang komunis atau negara asing yang bermusuhan dengan Australia. Australia juga berusaha
membuat Indonesia terbuka dalam hal wilayah maritimnya karena menyangkut kepentingan
Australia. Semua langkah yang dilakukan Australia ini sesuai dengan strategi pertahanan
Australia yang melihat jauh ke depan (Forward Defence Strategy).
Pada penelitian Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan
Penyadapan oleh Australia juga disinggung mengenai interdependensi Australia kepada
Indonesia. Australia menganggap penyadapan adalah hal yang biasa dilakukan negara-negara.
Dalam penelitian ini dikatakan bahwa salah satu mantan Duta Besar Australia untuk
Indonesia mengaku dalam biografinya bahwa Australia secara rutin memecahkan dan
membaca sandi diplomatik Indonesia sejak pertengahan 1950. Di lain hal, salah satu pejabat

intelejen pertahanan Australia mengatakan Australia juga memantau sistem komunikasi
Angkatan Laut dan Militer Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menilai keseriusan Indonesia

3

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

untuk mencegah penyelundupan manusia atau orang-orang yang mencari suaka ke Australia.
Selain itu, yang mungkin menjadi latar belakang kasus penyadapan ini adalah semboyan
salah satu dinas intelejen Australia: Reveal their secrets, protect our own. Semboyan ini
menjadi semacam doktrin untuk menggali informasi dari negara lain hingga di luar batas,
dalam kasus ini dengan melakukan penyadapan.
Tidak jauh berbeda dengan pokok bahasan dua literatur sebelumnya, jurnal
Australia’s Relations with Indonesia: Progress despite economic and socio-cultural
constrains? juga menyebutkan bahwa Indonesia dianggap sebagai negara penting bagi
Australia. Australia mendekati Indonesia yang memiliki peran dalam ASEAN dan dianggap
dapat menjadi partner yang menguntungkan peran Australia dalam APEC.
Namun ketiga literatur tersebut melupakan atau tidak membahas secara mendalam
beberapa poin yang mungkin juga melatarbelakangi kasus penyadapan Australia kepada
Indonesia di tahun 2009. Yaitu peran Amerika Serikat dalam kasus ini. Padahal dalam

literatur skripsi yang disebutkan di atas menyebutkan bahwa Amerika Serikat adalah sekutu
alamiah Australia sejak tahun 1939. Pada literatur penelitian juga menyebutkan bahwa
Australia adalah wakil polisi dunia Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Disebutkan pula
bahwa kasus penyadapan ini memiliki nama sandi Reprieve yang merupakan bagian dari
program intelejen Lima Mata di mana Amerika Serikat adalah salah satu anggotanya.
Poin lain yang lepas dari perhatian literatur-literatur di atas, terutama literatur
penelitian yang disebutkan, yaitu peran-peran atau kedudukan orang-orang yang menjadi
target penyadapan. Pada penelitian tersebut ditampilkan daftar target penyadapan beserta
kedudukannya pada saat itu. Mereka adalah orang-orang dekat Presiden RI dan memiliki
peran yang terfokus pada bidang urusan luar negeri, ekonomi, serta hukum dan HAM.

4

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Padahal jika ditelaah lebih lanjut, bisa saja Australia memiliki maksud lain dengan
menargetkan orang-orang dekat Presiden dengan posisi-posisi tertentunya.
C. HIPOTESIS
Penjelasan dari ketiga literatur yang ditinjau memiliki beberapa hal yang belum
diungkapkan secara mendalam. Selain karena kepentingan dari dalam negara Australia

sendiri, kasus penyadapan ini juga dilatarbelakangi oleh kepentingan Amerika Serikat yang
“membonceng” Australia dalam usaha memperoleh informasi yang dibutuhkannya. Karena
dalam salah satu literatur yang ditinjau disebutkan bahwa Australia adalah wakil polisi dunia
Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik, dan beberapa alasan lain yang penulis coba telaah
dalam tulisan ini. Selain itu, kepentingan yang melatarbelakangi tindakan penyadapan
tersebut menyangkut urusan ekonomi, hukum dan HAM, serta urusan luar negeri mengingat
target penyadapan adalah orang-orang yang memiliki posisi penting dalam bidang-bidang
tersebut di samping Presiden.
D. PEMBAHASAN
Mendengarkan atau memperoleh informasi rahasia tanpa sepengetahuan orang yang
bersangkutan, atau penyadapan, ternyata dapat terjadi dalam hubungan internasional. Bahkan
antarnegara yang memiliki hubungan dekat sekalipun penyadapan dapat terjadi. Seperti yang
dilakukan Australia terhadap Indonesia. Penyadapan ini dilakukan oleh badan intelejen
Australia Defence Signal Directorate (DSD) pada bulan Agustus tahun 2009. DSD menyadap
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sebanyak 15 kali. Selain SBY, berdasarkan
bukti slides rahasia Departemen Pertahanan Australia yang berjudul “IA Leadership Targets +
Handsets”, ada 9 orang lainnya yang menjadi target penyadapan. Target lainnya adalah Ani
Yudhoyono sebagai Ibu Negara, Wakil Presiden Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla,
mantan Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal, mantan Juru Bicara
5


Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Kepresidenan Andi Mallarangeng, mantan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, mantan
Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Koor. Politik
Hukum dan HAM Widodo A.S., dan mantan Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil
[ CITATION Sap14 \l 1057 ].
Penyadapan ini terungkap berdasarkan informasi rahasia yang dibocorkan oleh
mantan konsultan Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden.
Informasi tersebut mengatakan bahwa ada 90 negara, termasuk Indonesia, yang disadap
badan intelejen Amerika Serikat dan Australia [ CITATION Sap14 \l 1057 ]. Sementara
Indonesia sendiri mengetahui tentang penyadapan ini dari media massa Australia, The Sydney
Morning Herald dan The Guardian pada hari Senin 18 November 2013. Dalam media
tersebut dikatakan bahwa pada bulan Agustus 2009 Australia berusaha mencegat dan
menyadap panggilan telepon dari Thailand yang masuk ke ponsel Presiden SBY [ CITATION
Viv14 \l 1057 ]. Sejak mengetahui tindakan tersebut, Indonesia segera meminta penjelasan
dari pihak Australia dan menghentikan beberapa kerjasama untuk sementara. Sedangkan
pihak Australia beranggapan Indonesia berlebihan dalam menyikapi hal ini.
Terlepas dari sikap masing-masing pihak setelah kasus penyadapan ini terungkap,
tentu terdapat hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya penyadapan ini. Menurut tiga literatur

yang penulis tinjau; Dinamika Hubungan Australia-Indonesia dalam Bidang Politik,
Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan oleh Australia, dan
Australia’s Relations with Indonesia: Progress despite economic and socio-cultural
constrains?, semua menekankan pada asumsi bahwa yang melatarbelakangi penyadapan ini
adalah interdepedensi Australia terhadap Indonesia. Dalam literatur penelitian Kebijakan
Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan oleh Australia disebutkan -meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut, ada peran Amerika dalam kasus ini. Penulis setuju
bahwa peranan Amerika juga menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi kasus
6

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

penyadapan ini. Selain itu berdasarkan posisi atau jabatan target-target penyadapan, tentu ada
hal lain yang ingin digali informasinya oleh Australia yang juga menjadi latar belakang
tindakan penyadapannya kepada Indonesia.
1. Keterlibatan Amerika Serikat
Kedekatan Australia dengan Amerika Serikat (AS) bukan baru-baru ini terjadi dan
faktor sejarah juga berpengaruh pada tindakan masa kini. Sejak berakhirnya Perang Dunia II,
Australia dikenal sebagai aliansi AS terutama dalam hal antikomunis. Pada masa
pemerintahan Perdana Menteri John Howard, Australia mendekatkan diri pada AS dan
menempatkan Australia sebagai “Deputy Sherif Amerika Serikat di kawasan Asia”

[ CITATION Mar05 \l 1057 ]. Prof. Dr. Salim Said, MA, MAIA, seorang pengamat militer
yang juga mantan Duta Besar RI untuk Republik Ceko, dalam wawancaranya dengan JPNN
[CITATION JPN13 \l 1057 ] mengatakan,
“Saya curiga, ini bagian dari penyadapan global yang dilakukan Amerika. Australia
itu bekerja untuk Amerika. Amerika ingin tahu banyak tentang Indonesia dan
Australia punya alat sadap yang canggih untuk meng-cover Indonesia. Ingat, Australia
itu pembantu Amerika untuk wilayah Asia Tenggara. Amerika senang atas kesediaan
Australia menjadi pembantunya.”
Dengan menggunakan perspektif interest berdasarkan beberapa argumen mengenai
kedekatan Australia dengan AS di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa Amerika Serikat
memiliki kepentingan tersendiri di wilayah Asia Pasifik dan memanfaatkan hubungannya
dengan Australia untuk memperoleh banyak informasi demi mencapai kepentingannya
tersebut. Tindakan penyadapan oleh AS yang “membonceng” Australia ini merupakan
langkah awal dari rencana atau tindakan lebih besar yang akan dilakukan AS di wilayah Asia
Pasifik. Asumsi menurut Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Pertahanan dan Militer dari
7

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Universitas Indonesia, AS memiliki kepentingan dan ingin menguasai sumber daya alam dan

jalur perdagangan di kawasan Asia Pasifik. Bahkan menurut Prof. Ann Marie Murphy,
peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University, AS akan
menurunkan 60 persen kekuatan Angkatan Lautnya ke Asia Pasifik (pangkalan militernya
berada di Australia). Mengapa Indonesia yang menjadi target penyadapan? Karena menurut
AS, Indonesia adalah perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara dan berperan penting
dalam ASEAN. Mengenai hal ini, Indonesia segera tanggap dan meminta penjelasan terkait
pembangunan pangkalan militer AS di dekat wilayah Indonesia.
Menilik dari perspektif economy dan institution, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa Amerika Serikat (AS) ingin menguasai jalur perdagangan di kawasan
Asia Pasifik. Keterikatan Australia dengan AS pada perjanjian dagang AUSFTA 1 mungkin
juga bisa menjadi alasan mengapa Australia mau diboncengi AS dalam penyadapan ini.
Selain itu keterlibatan AS dalam APEC2, di mana Australia dan Indonesia juga menjadi
anggotanya, menyiratkan bahwa AS memiliki kepentingan ekonomi di kawasan Asia Pasifik
yang terinstitusi. Hal ini kembali menegaskan adanya keterlibatan AS yang “membonceng”
Australia dalam kasus penyadapan terhadap Indonesia untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan demi mencapai kepentingannya.
2. Target Penyadapan
Target penyadapan yang dilakukan badan intelejen Australia terhadap Indonesia
bukanlah sembarang orang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mereka adalah orangorang yang memiliki kedudukan penting di pemerintahan Indonesia pada kala itu. Yang
menjadi pertanyaan besar adalah mengapa Australia fokus pada target yang memiliki posisi

penting di bidang ekonomi, hukum dan HAM, serta urusan luar negeri? Ternyata penetapan
1 Australia-United States Free Trade Agreement
2 Asia Pacific Economic Coorporation (APEC) adalah suatu forum kerjasama untuk
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik.

8

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

target tersebut bukan sembarang target. Australia memang memiliki kepentingan tersendiri
yang menyangkut Indonesia terutama dalam bidang-bidang tersebut. Dalam Sydney Morning
Herald dituliskan bahwa Kedutaan Australia di Jakarta fokus mengumpulkan data intelejen
bidang politik, diplomasi, dan ekonomi.
Australia dan Indonesia memiliki kepentingan mendasar dalam menjaga pertumbuhan
ekonomi dan kerjasama [ CITATION Soe95 \l 1057 ]. Penduduk Indonesia yang lebih banyak
tentu dilihat sebagai peluang pangsa pasar yang bagus bagi Australia. Posisi strategis
Indonesia yang “mengangkangi” jalur perdagangan Australia menjadi sangat penting bagi
Australia. Australia memandang Indonesia adalah sebuah negara yang penting dan tingkat
interdepedensi Australia terhadap Indonesia tinggi. Namun sebaliknya, Indonesia tidak
sepenuhnya bergantung pada Australia. Australia bukan lah investor terbesar bagi Indonesia.
Bagaimana dengan impor daging yang selama ini dilakukan Indonesia dari Australia?
Indonesia bisa saja merubah orientasi impor dagingnya dari Australia ke India atau negaranegara lainnya. Hal ini membuat Australia takut jika Indonesia tidak lagi atau menurunkan
intensitas kerja sama dengannya karena Australia tidak begitu penting bagi Indonesia.
Mengenai penyadapan petinggi negara Indonesia yang memiliki posisi penting di
bidang hukum dan HAM serta urusan luar negeri, hal ini bisa saja berkaitan dengan
hubungan Indonesia dengan Timor Timur di mana menurut Australia selama 25 tahun Timor
Timur masih di bawah pemerintahan Indonesia, Indonesia telah melakukan pelanggaran
HAM di Timor Timur. Banyak terjadi pembunuhan terhadap penduduk Timor Timur dan
banyak yang kehilangan rumahnya. Saat ini tentara Australia memiliki misi khusus dalam
menjaga perdamaian di Timor Timur. Bisa jadi hal ini yang melatarbelakangi Australia juga
menyadap Widodo A.S. yang pada waktu itu menjabat menjadi Menteri Koorinator Hukum
dan HAM serta Dino Patti Djalal yang pada masa itu menjabat sebagai Juru Bicara
Kepresidenan Bidang Luar Negeri. Meski demikian, belum ada bukti yang cukup kuat untuk
9

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

mendukung argumen ini. Hanya saja dalam Sydney Morning Herald dikatakan bahwa yang
menjadi fokus pengumpulan data intelejen oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta juga
mencakup bidang politik dan diplomasi.
E. PENUTUP
Kasus penyadapan yang dilakukan oleh intelejen Australia terhadap petinggi negara
Indonesia pada bulan Agustus 2009 lalu dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Australia ingin
mengetahui keseriusan Indonesia dalam menyikapi hubungan bilateral kedua negara.
Dikarenakan tingkat interdepedensi Australia terhadap Indonesia tinggi, namun tidak
sebaliknya, Australia takut untuk “kehilangan” Indonesia. Indonesia menjadi negara yang
begitu penting bagi Australia dalam berbagai bidang seperti ekonomi dan keamanan. Maka
dari itu Australia menargetkan untuk menyadap Sri Mulyani Indrawati yang pada saat itu
menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia. Di bidang keamanan, bagi
Australia Indonesia adalah buffer-state yang menahan ancaman dari utara jika ada yang ingin
menyerang Australia.
Selain itu, keikutsertaan Amerika Serikat yang “membonceng” Australia dalam
penyadapan ini juga benar. Kedekatan hubungan dengan Australia membuat AS dengan
mudah “membonceng” Australia dalam melakukan penyadapan terhadap Indonesia untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkannya demi mencapai kepentingan nasionalnya di
kawasan Asia Pasifik. Pendapat ini telah didukung oleh beberapa fakta tentang kepentingan
AS di Asia Pasifik dan beberapa pendapat ahli. Namun mengenai mengapa Australia
menargetkan mantan Menteri Koor. Hukum dan HAM belum bisa dikatakan sebagai latar
belakang lain karena penulis belum bisa memberikan bukti yang cukup kredibel.

10

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Chauvel, Richard, dkk. Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan
Politik Bilateral. Jakarta: Granit, 2005.
Soesastro, Hadi dan Tim McDonald. Indonesia-Australia Relations: Diverse Cultures,
Converging Interests. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995.
JURNAL DAN KARYA ILMIAH
Churchward, Lloyd G. “Australia and America, 1788-1972: An Alternative History”. The
Journal of American History, Vol. 69, No. 1, June 1982, pp. 128-129.
Malik, Mohan. “Perspective Australia, America and Asia”. Pacific Affairs, Vol. 79, No. 4,
Winter 2006/2007, pp. 587-595.
Roberts, Christopher B. dan Ahmad D. Habir. “Australia’s Relations with Indonesia:
Progress despite economic and socio-cultural constrains?”. National Security
College. No. 11, May 2014, pp. 85-96.
Saputra, Dodi. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan
oleh Australia. Penelitian, Riau: FISIP Universitas Riau, 2014.
Sinaga, Chintya Magdalena. Dinamika Hubungan Australia-Indonesia dalam Bidang Politik
(2010-2015). Skripsi, Makassar: FISIP Universitas Hasanuddin, 2014.

11

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

INTERNET
Indo Crop Circles. Penempatan 60% Tentara AS di Australia: 8 Tahun Lagi, Perang Beralih
ke

Asia

Pasifik.

25

Juni

2013.

<

http://indocropcircles.wordpress.com/2013/06/25/perang-amerika-beralih-ke-asia/ >,
diakses 15 Oktober 2014.
Jaring News. AS Tempatkan Pasukan di Australia, China dan Indonesia Meradang. 4 April
2012. < http://jaringnews.com/internasional/umum/12880/as-tempatkan-pasukan-diaustralia-china-dan-indonesia-meradang >, diakses 15 Oktober 2014.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Regional; Asia-Pacific Economic
Coorperation.

, diakses 18 Oktober

2014.
JPNN.Com.

Menyadap

untuk

Kepentingan

Amerika.

20

November

2013.

<

http://www.jpnn.com/read/2013/11/20/201703/Menyadap-untuk-KepentinganAmerika- >, diakses 14 Oktober 2014.
Liputan 6. SBY Kirim Surat ke PM Australia Tony Abbott. 20 November 2013. <
http://news.liputan6.com/read/751947/sby-kirim-surat-ke-pm-australia-tony-abbott
>, diakses tanggal 13 Oktober 2014.
The Australian Army. East Timor Peacekeeping to Conclude. < http://www.army.gov.au/Ourwork/News-and-media/News-and-media-2012/News-and-media-December2012/East-Timor-peacekeeping-mission-to-conclude >, diakses tanggal 18 Oktober
2014.

12

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

TribunNews.com. Apa Isi Surat Balasan Tony Abbott atas Surat Presiden SBY?. 23
November 2013. < http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/23/apa-isi-suratbalasan-tony-abbot-atas-surat-presiden-sby >, diakses tanggal 13 Oktober 2014.
Viva News. Mengakhiri Ketegangan RI dan Australia Soal Penyadapan. 29 Agustus 2014. <
http://m.news.viva.co.id/news/read/533139-mengakhiri-ketegangan-ri-dan-australiasoal-penyadapan >, diakses tanggal 14 Oktober 2014.
Voice of America. Menlu Australia Nyatakan Penyesalan Atas Kasus Penyadapan. 5
Desember 2013. < http://www.voaindonesia.com/content/menlu-australia-nyatakanpenyesalan-atas-kasus-penyadapan/1804054.html >, diakses tanggal 13 Oktober
2014.

13