Perkembangan Dakwah di Asia Tenggara (1)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam merupakan penduduk mayoritas Asia Tenggara, menurut para ahli,
islamisasi di kawasan ini berlangsung secara damai dan melalui proses panjang yang
masih terus berlangsung sampai sekarang. Tidak banyak terjadi penaklukan secara
militer, pergolakan politik, atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma
masyarakat dari luar negeri. Karena itu, tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan
“bilamana”, “mengapa”, “darimana” dan “dalam bentuk apa” Islam mulai
menimbulkan dampak pada masyarakat-masyarakat Asia Tenggara untuk pertama
kalinya. Sesungguhnya, kini kita mulai menyadari bahwa proses Islamisasi ini
mungkin tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi kawasan
ini lebih merupakan suatu proses sinambung yang selain mempengaruhi masa kini,
juga masa depan kita.
Selanjutnya kita dapat memperluas kompleksitas agama di kawasan ini melalui
pengamatan bahwa Islam bukanlah agama besar pertama yang tumbuh subur di lahan
subur Asia Tenggara. Sejarah agama di kawasan ini sendiri kompleks. Pertama Hindu,
kemudian Budha, Islam dan belakangan Kristen, menawarkan model-model yang
telah membentuk matriks budaya-agama pribumi selama ribuan tahun.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diajukankan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penyebaran islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimana Cara Masuknya Islam di Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan
Brunei Darussalam?

BAB II
PEMBAHASAN

1

A. Proses Penyebaran Islam di Asia Tenggara

Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang
dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang
disebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara
dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah
diterima masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan
para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.

Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia
dan Asia Tenggara.Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah
mempunyai kedudukan penting.Karena itu, para pedagang dan mubaligh Arab dan Persia
yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan
Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir
Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton
pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di sekitar daerah
Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari
masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk
menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut,
ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih.Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan PoSse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab.Jadi jelaslah bahwa orang
Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam. 1

Cara masuknya Islam ke Asia Tenggara.
1. Saluran perdagangan

11Subaguk, Sejarah Peradan di Asia Tenggara, Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 2000, Hal 32
2

Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan
dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi
melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut
serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang
Muslim.
2. Saluran Perkaawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih
baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteriputeri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum
dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan,
lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah

dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim
yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam
terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara
saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja
dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi.
3. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok
yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau
pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah
keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak
ketempat tertentu mengajarkan Islam.

3

4. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta
para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar
cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam

serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya
juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni
bangunan dan seni ukir.
B. MALAYSIA
Dalam sejarah keddah dikatakan bahwa islam masuk ke Malaysia pada tahun
1510 H, yang dibawa oleh ulama arab syekh Abdullah Yamani. Abdullah Yamani
kemudian melakukan misi dakwahnya hingga akhirnya berhasil mengislamkan
masyarakat keddah, raja, pejabat, dan keluarga istana. Pada masa itu dipegang oleh
raja Prawangsa yang kemudian berganti nama dengan Sultan Muzafar Syakh.
Sementara itu, posisi kebangkitan islam diMalaysia pelopori oleh masuknya pahampaham yang di ajarkan oleh kaum salaf yang di inspirasi oelh gerakan –gerakan luar,
seperti Jalaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dan
pengaruhnya sangat terasa di negeri Malaysia.
Kebangkitan diMalaysia terus berkembang dengan da’i yang terdiri dari; kelompokkelompok dakwah, partai politik islam, pemerintah, dan kerajaan. Sumber-sumber
penyebaran islam atau dakwah islam dalam politik dan masyarakat islam dapat
dijelaskan melalui perspektif sejarah realita sekarang yaitu;
Pertama, secara historis dapat dilihat sejak kelahiran koran reformis al-amin pada
tahun 1906. Malaysia menyaksikan masa-masa aktivitas keislaman yang intensif pada
tahun 30-an dan 40-an.
Kedua, adalah perkembangan dari lokal negeri ini dalam artian peristiwa-peristiwa
lokal yang mendorong mobilisasi peredaran umat islam dalam skala yang besar, serta

naiknya islam ke pusat masyarakat dan politik Malaysia. Pada tingkat lokal

4

pemerintah Malaysia atas islam juga telah menjadikan dirinya sebagai alat dalam
penyelenggaraan etos islam di Malaysia, dan hal inilah yang menguatkan dengan
kebijakan yang sangat mendukung aktivitas keislaman di Malaysia.
Agam islam di Malaysia banyak diwarnai dengan debat-debat yang terdiri dari dua
kelompok besar, yakni kelompok reformis (kaum muda) dan kelompok tradisionalis
(kelompok tua). Dan inilah yang kemudian menambah khazanah pemikiran islam
dinegeri Malaysia. Kedua kelompok ini adalah perkembangan dari local negeri
Malaysia dalam artian peristiwa-peristiwa local yang mendorong mobilisasi
peredaran umat muslim dalam skala yang besar, serta naiknya islam ke pusat
masyarakat dan politik Malaysia. Pada tingkat local pemerintah Malaysia islam juga
menjadi sebagai alat dalam penyelenggaraan etos islam diMalaysia.
Pada kemerdekaan Malaysia merupakan isu penting bagi kebijakan terhadap umat
islam. Karena pada periode kemerdekaan Malaysia dakwah islam berlangsung secara
bebas karena berkaitan dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah yang sangat
mendukung dalam melakukan dakwah. Dan sebagian besar kesultanan melayu
berusaha mempertahankan sebuah departemen urusan agama meliputi tugas

pembangunan masjid, pemberlakuan moral, dan hukum pidana islam, serta
pengumpulan zakat. Pengajaran doktrin heretik (syirik) dapat dikenai hukuman, dan
sejumlah peraturan dikeluarkan untuk menghukum jika tidak menunaikan shalat
jum’at dan berpuasa. Pada masa kemerdekaan inilah islam dijadikan agama resmi
pemerintah Malaysia. Umat muslim mendapat perlakuan istimewa dan dalam bidang
mendapat izin khusus untuk mendirikan perusahaan tertentu dan berbagai jabatan
didalam tugas-tugas publik. Dan sekolah-sekolah diwajibkan memberikan pelajaran
agama islam walaupaun jumlah muslimnya minoritas.
Dan sebagai puncaknya adalah perkembangan dakwah islam semarak pada tahun 70an, dakwah islam dinegeri Malaysia mengalami kebangkitan tentang keislaman atau
menguatnya

nilai-nilai

keislaman

dalam

masyarakat.

Indikasi-indikasi


dari

kecenderungan yang meningkat ini dapat ditangkap dengan melihat dalam jumlah
yang besar orang-orang melayu yang kembali ke masjid untuk menunaikan shalat,

5

penggunaan simbol-simbol keislaman , seperti mengenakan jilbab, serban, dan bentuk
pakaian yang menunjukkan identitas keislaman.
Pada saat itu juga diadakan semarak diskusi atau seminar tentang ke islaman, dan
masyarakat lebuh memperhatikan terhadap jenis makanan halal. Pola dakwah yang
dikembangkan banyak berbentuk organisasi-organisasi keislaman. Hal ini terjadi
lebih terkait dengan keterlibatan dan peran mahasiswa-mahasiswa didalam maupun
diluar negeri, dan ternyata ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan social, politik
dan keagamaan.
Organisai besar tersebut, seperti; ABIM (Angkatan Belia Islam Muda) yang didirikan
pada tahun 1971 dipimpin oleh Anwar Ibrahim telah memberikan kontribusinya pada
pembaharuan tingkat individual untuk melahirkan praktik islam yang sesuai denga
Al-qur’an, dan pembaharu pada tingkat social untuk melahirkan sebuah pranata

kolektif muslim yang adil. Dalam aksi dakwahnya organisasi ini mengonsentrasikan
diri pada islamisasi individu, keluarga, umat, dan negara, serta mendidik generasi
Malaysia yang bertakwa kepada Allah. Gerakan dakwahnya yang lain adalah
melakukan usaha-usaha bersama untuk memberikan gambaran yang baik tentang
islam untuk mengoreksi prasangka yang ada tentang islam, apakah itu dari kaum
nonmuslim atau kaum muslim itu sendiri.
Di bidang politik adalah PAS (Partai Islam Se-Malaysia) yang didirikan pada tahun
1951 memainkan peran dakwah yang cukup berarti. Tujuan mereka adalah
terbentuknya suatu negara islam, dimana islam tidak hanya sebatas praktik kehidupan
pribadi, tetapi melingkup urusan-urusan politik dan ekonomi negara. PAS berhasil
memenangkan pemilu dan memimpin di beberapa negeri.
Gerakan modern yang cukup menggemparkan adalah darul arqam, banyak mendapat
dukungan dari kalangan masyarakat terutama pejabat Malaysia dan para mahasiswa
yang belajar dinegeri Malaysia. Darul arqam merupakan kelompok dakwah yang
banyak membuat berbagai usaha bersama (koperasi), klinik, sekolah, dan
menekankan sikap independen melalui aktivitas ekonomi seperti dalam bidang
pertanian industri dalam skala kecil. Dalam kehidupan agama darul arqam
mengkhususkan kepada pola kehidupan yang sesuai dengan al-qur’an dan tradisi

6


arab, termasuk diantaranya pemisahan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki
dalam majelis.
C. THAILAND
Thailand dikenal sebagai sebuah negara yang pandai menjual potensi
pariwisata sekaligus sebagai salah satu negara agraris yang cukup maju di Asia
Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian
kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimin di Thailand memang tidak lebih dari
10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua
setelah Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian
selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya
yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu
sangat terasa di daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan
beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisisi
kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani
Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau
cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal.
Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar
Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi

sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di
Thailand Selatan.
Umat islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Hubungan
mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat
ditelusuri ke zaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan islam di negeri Thailand telah
terasa pada masa kerajaan sukhothai di abad ke-13, yang merupakan buah dari
hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada
dua orang bersaudara dari persia, yaitu Syekh Ahmad dan Muhammad Syaid yang
juga disebut khaek chao sen (cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan Thailand
dan terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama islam. Sebelum

7

berdirinya kerajaan ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan sukhothai setelah yang
terakhir ini runtuh pada abad ke-14, islam telah memiliki kekuatan politik yang
sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan
politik kerajaan-kerajaan maritim di kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17.
Perdaganganlah yang merupakan factor dominan yang mendekatkan islam dengan
kerajaan ayyuthaya. Sekelompok islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di
negeri Thailand sekarang tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala,
Naratiwat, dan Satul. Kelompok umat islam ketiga berasal dari sebelah utara, yang
dikenal sebagai orang cina Ho. Meskipun jumlahnya tidak banyak mereka memiliki
kontribusi yang sangat besar dalam perdagangan khususnya di provinsi chiangmai.
Selain cina Ho, di utara juga terdapat
.
Gerakan dakwah yang terus dilakukan umat muslim di Thailand mengenai kebebasan
dan otoritas beragam telah menghasilkan beberapa konsesi yang diberikan oleh
pemerintah dan akhirnya terbentuk organisasi-organisasi islam yang menjadi corong
kegiatan umat secara nasional yang mendapatkan legal dari pemerintah. Organisasi
tersebut meliputi;
a)

Kantor chularajamantori atau saikhul islam. Kantor ini dianggap sebagai kantor

tertinggi masyarakat muslim Thailand. Kantor ini juga terdiri dari 26 provinsi yang
memiliki banyak penduduk muslim. Chula yang dipilih harus mendapat persetujuan
dan pengesahan dari raja.
b)

Komite islam nasional, lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga tertinggi

untuk urusan administrasi islam di Thailand. Komite ini terdiri dari 26 kepala komite
islam provinsi.
c)

Komite masjid, ini adalah komita setiap masjid yang diketuai oleh imam yang

diseleksi dan dipilih oleh segenap anggota masyarakat sesuai dengan jumlah masjid
yang ada di Thailand.
d)

Komite islam provinsi, merupakan komite di setiap provinsi yang memiliki

banyak penduduk muslim.

8

Pada perkembangan selanjutnya pemerintah Thailand lebih akomodatif dalam
memberikan kebijakan kepada masyarakat muslim. Masyarakat diberikan kebebasan
dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu
masyarakat muslim dalam msalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
keagamaan. Kaum muslim juga diperbolehkan dalam melaksanakan dakwah,
membentuk organisasi, dan mengelola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang
sedang tumbuh.
Meskipun demikian kaum muslim sendiri tidak bebas dari perpecahan. Ada empat
kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan
masyarakat muslim, yaitu;
1
2
3
4

Chularajamontri, sebuah yang didukung Negara
Kelompok modernis yang menerbitkan jurnal Al-jihad
Kelompok ortodoks yang menerbitkan Al-rabitah
Kelompok muslim melayu tradisonal di daerah selatan yang menentang
kepemimpinan chularajamontri.

D. SINGAPURA
Total jumlah penduduk yang memeluk islam di singapura adalah 17% dari
keseluruhan penduduk singapura. Sejak mereka dari federasi Malaysia pada tahun
1965 komunitas muslim singapura secara bertahap namun pasti telah terintegrasi ke
dalam mainstream masyarakat singapura walaupun masih banyak memepertahankan
identitas budayanya. Sebuah realitas bahwa orang melayu (secara cultur) merupakan
kelompok besar dalam komunitas muslim di singapura pada umumnya terfokus pada
etnis melayu, bukan etnis lain dari kaum muslim seperti, arab dan india. Secara
ekonomi kaum muslim dikatakan kurang maju dengan penduduk yang lain.
Berdasarkan keadaan demografi tersebut walaupun secara umum orang muslim
singapura merupakan kaum minoritas, namun aktivitas gerakan dakwah disana
berkembang secara dinamis.
Hal ini diindikasikan dengan mulai bermunculannya organisasi atau lembagalembaga keislaman. Organisasi islam yang terkemuka adalah Masyarakat Dakwah
Muslim, didirikan pada tahun 1932. Gerakan dakwah organisasi ini adalah antara lain

9

mendirikan Gedung Peringatan Raja Faisol (King faisol Memorial Hall), mendirikan
klinik pengobatan dan pusat hukum. Sementara itu, organisasi masyarakat muslim
penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Muallaf (Darul Arqom), yang merupakan
organisasi dakwah yang utama di singapura.
Di samping itu juga berdiri lembaga dan organisasi keislaman seperti, Majelis Ulama
Indonesia Singapura (MUIS), Himpunan Dakwah Islam Singapura (JAMIYAH),
Majelis Pusat Organisasi-organisai Melayu, Majelis Pusat Anak-anak Muslim
(MENDAKI), serta berita harian yaitu surat kabar untuk masyarakat muslim di
singapura. Dari surat kabar inilah tulisan atau artikel kaum muslim dipublikasikan,
dengan demikian banyak pemikiran atau fenomena umat terkini diinformasikan yang
kemudian sedikit banyak telah mempengaruhi pemikiran dan perkembangan muslim
singapura.
Pasca kemerdekaan di era 70-an terjadi kebangkitan muslim singapura. Hal ini
dilatarbelakangi oleh negara singapura yang sedang mengalami modernisasi secara
besar-besaran. Pada era 80-an komunitas muslim di singapura mulai perhatian
terhadap peningkatan status sosial ekonomi secara memadai dalam profil yang tinggi.
Gerakan dakwah ini mulai di arahkan untuk melakukan perbaikan dan bergeser ke
prioritas-prioritas baru dalam menghadapi kebijakan pemerintah, dimana pemerintah
singapura yang sedangmemasuki tangga teknologi sampai akhirnya menjadi salah
satu “Negara-negara industri baru” (NIC’S). Gerakan organisasi ini juga menghimbau
kepada pemimpin-pemimpin muslim (ulama) dan aktifitas-aktifitas yang beriorientasi
islam agar menanggulangi status ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-prinsip
islam.
Sementara itu dalam media publikpada berita mingguan tetap eksis dan meningkatkan
kualitasnya yang kemudian disebarkan lewat pemikiran-pemikiran abstrak dan tematema keislaman kontemporer yang lebih luas, seperti: topik-topik modernitas dan
pembangunan dan khusus untuk lembaga dakwah “ Darul Arqam” membuat
organisasi ini menjadi organisasi muslim yang paling aktif di singapura dan
menyebarkan literatur keislaman di singapura khususnya kepada para muallaf dan
para pemuda muslim pada umumnya.

10

Gerakan dakwah yang terkait dengan masalah pendidikan, maka didirikan “Majelis
Pendidikan Untuk Anak-anak” (MENDAKI), yang mengarahkan kegiatan pendidikan
bagi anak-anak muslim. Dalam hal ini pemimpin muslim sangat berhasil dalam
menarik dukungan yang besar dan bukan hanya dari perhimpunan atau kelompokkelompok muslim tetapi juga pemerintah singapura. Kehadiran MENDAKI
mempercepat kehadiran dan publikasi bahan-bahan dan karya-karya terkait dengan
tema-tema pendidikan islam khususnya bagi minoritas muslim singapura.
MENDAKI menerbitkan seperti A. Collection of MENDAKI papers, suatu kompilasi
dari 10 proyek yang mencakup bermacam-macam masalah yang berkaitan dengan
pendidikan bagi kaum muslim sementara MUIS (Majelis Ulama Islam Singapura)
menerbitkan jurnal yang pertama kali tentang masalah kaum muslim di singapura,
fajar islam dimotori oleh Muhammad Husain Muthalib, media ini diterbitkan dengan
tujtuan untuk memahami perkembangan social, ekonomi, politik, serta memberikan
informasi mengenai dunia islam bagi kaum muslim singapura.
E. FILIPINA
Filipina adalah sebuah negara Republik dengan luas wilayah 114.830 mil
dengan jumlah penduduk 49.139. 350 jiwa. Dilihat dari luas wilayahnya, maka
Filipina tidaklah termasuk negara padat penduduk. Mayoritas penduduknya beragama
Katolik yaitu, 85,8% dari keseluruhan jumlah penduduk. Islam 4%, Protestan 3,1%,
Iglesiani Kristo 1,3%, Budhis 0,08%, dan lain-lain 20%. Iklim daerah Filipina adalah
tropis yang hampir sama dengan semua yang terjadi di Asia Tenggara, namun Filipina
mempunyai temperatur panas yang tinggi dan kurang berawan.
Kedaulatan Filipina di peroleh pada tanggal 4 Juli 1946 didasarkan UndangUndang 1935. Bahasa Nasional Filipina adalah “Philipino” yang pada dasarnya
diambil dari bahasa “Tagalog” yang banyak digunakan oleh masyarakat di Manila
dan sekitarnya. Ada 87 banyaknya dialek bahasa, hal ini mencerminkan banyaknya
suku dan etnis. Mata uangnya adalah Peso terdiri dari kertas dan logam. .Proses
Islamisasi di seluruh Filipina secara tiba-tiba terhenti akibat datangnya bangsa

11

Spanyol dari Utara sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, akibatnya Islam tidak
dapat memiliki kesempatan untuk berkembang secara penuh dan mendapatkan
akarnya di bagian-bagian lain negara kecuali Filipina Selatan dan beberapa daerah
pantai. Keadaan ini terus berlanjut sampai Filipina merdeka, kekuasaan baik secara
politik, ekonomi dan sosial didominasi oleh kalangan Non-Muslim yang membuat
warga muslim Filipina merasa terancam di negara sendiri dengan kebijakan
pemerintah yang mengecilkan arti kelompok-kelompok minoritas.
Kondisi ini tidak membuat warga muslim Filipina tinggal berdiam diri,
mereka menyadari keberadaannya sebagai bagian dari warga bangsa yang
mempunyai hak yang sama, maka mereka melakukan kegiatan atau aktifitas yang
dapat

menyadarkan

kaum

muslim.

Seorang ilmuan Muslim, Asiri Abu Bakar, menunjukkan faktor-faktor bangkitnya
warga muslim Filipina: 1. Bertambahnya hubungan ulama dan para pendatang dengan
muslim yang terpelajar dari dunia Arab; 2. bertambahnya jumlah warga Moro yang
pergi naik haji; 3. bertambahnya kesempatan kesempatan melakukan studi di berbagai
pusat Islam di seluruh dunia; 4. partisipasi aktif dalam berbagai pertemuan; 5.
kembalinya ratusan pelajar Muslim dari luar negeri; 6. Semakin banyaknya didirikan
madrasah-madrasah di daerah; 7. kedatanagan para pejabat dari dunia Islam ke Moro;
8. banyaknya konferensi pers internasional dan peliputan perang yang berlangsung di
Mindanao serta kekejaman beberapa personel meliter di wilayah tersebut.
Kebangkitan tersebut dapat dilihat pula dari
1.dibayarkannya tunggakan perang Dunia II kepada beberapa Muslim yang
memungkinkan mereka naik haji dan kemudian membangkitkan kesadaran Islam
mereka;
2. bertambahnya perkumpulan dan organisasi Islam yang didukung oleh warga lokal
maupun luar negeri;

12

3. didirikannya sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas swasta dan negeri
di negara ini yang memberikan kuliah-kuliah dan gelar-gelar dalam studi Islam;
4. pemberontakan Moro, yang telah mengakibatkan peningkatan kesadaran dan
kewaspadaan Muslim.
Kebangkitan Islam terus digaungkan oleh dua kelompok yang sama-sama
mengatasnamakan umat Islam Filipina. Kelompok pertama yang berpandagan
radikal, dipegang oleh para anggota Moro National Liberation Front (MNLF) yang
merupakan minoritas di kalangan penduduk muslim, sedangkan kedua yang
berpandagan moderat, dipegang oleh warga Muslim yang ingin memprakarsai
berbagai perubahan dalam masyarakat yang lebih luas. Kelompok moderat yang
didukung oleh mayoritas penduduk berusaha mempertahankan diri sebagai
masyarakat Muslim. Mereka mau masuk ke dalam sistem politik Filipina demi
mencapai tujuan-tujuan mereka, dengan menggunakan semua cara-cara legal dan
konstitusional yang ada, termasuk penyebarluasan ide-ide pemikiran, mengorganisir
kelompok-kelompok penekan dan berpartisipasi dalam usaha-usaha pemerintah untuk
menemukan suatu penyelesaian yang damai adil terhadap Moro. Sedangkan Moro
National Liberation Front (MNLF) menggunakan dua strategi yakni menarik
perhatian internasional, khususnya negara-negara Islam – tentang nasib mereka yang
tertindas; menjalankan perang gerilya untuk melemahkan Pemerintah Filipina.
Suasana dan posisi umat Islam yang sedemikian tersebut di atas mempengaruhi
strategi dan keberlangsungan kegiatan dakwah. Sebuah organisasi Islam yang
berskala Filipina adalah CONVISLAM atau “Converst to Islam”, didirikan pada 1954
secara aktif bergerak untuk kegiatan dakwah. Pada tahun 1981, Convislam
mempelopori sebuah organisasi dakwah yang berskala nasional yang disebut Islamic
Da’wah Council of the Philippines, Inc (Majlis al-Da’wah al-Islamiyyah alPhilipiniyyah) untuk menjadi payung semua gerakan dan kegiatan dakwah. Kegiatankegiatannya antara lain penerbitan buku-buku Islam, kunjungan ke cabang-cabang
provinsi, menyelenggarakan serangkaian kuliah umum, membangun masjid,
menghadiri konferensi-konferensi internasional dan program-program pelatihan

13

untuk usaha dakwah Islam, menyelenggarakan sekolah minggu dan kursus-kursus
bahasa Arab, dan banyak lagi yang lainnya.
Di samping itu, terdapat banyak sekolah madrasah yang didirikan oleh
organisasi-organisasi Muslim terutama di provinsi-provinsi bagian selatan.
Kemudian seorang tokoh terkenal Muslim Filipina, Peter Gordon Gowing, juga
menyebutkan kelompok dakwah seperti tableegh Marawi City. Mereka ini adalah
Shubba’anol Muslimeen Tableegh of Philippenes, Jama’at Tableegh, dan Islamic
Tableegh of the Philippines. Organisasi-organisasi ini sedikit yang dapat diketahui
karena kurangnya informasi yang lebih jauh mengenai eksistensi dan kegiatannya,
kendati dari sisi distribusi keanggotaannya cukup luas. Hal yang tidak dapat
dilewatkan mengenai organisasi-organisasi yang erat kaitannya dengan kebangkitan
Islam di Filipina walaupun sangat terkait dengan posisi tawar –menawar antara umat
Islam secara umum dengan pemerintah antara lain lahirnya Peranan Kementerian
Urusan Muslim, yang di antara lain-lainnya, bertugas menyelenggarakan ibadat haji.
Demikian pula Bank Amanah, sebuah bank Muslim yang berhubungan dengan
kementerian, dan secra khusus didirikan untuk melaksanakan ketentuan Islam
mengenai larangan riba. Didirikannya bank semacam ini sungguh merupakan suatu
prestasi.
F. BRUNEI DARUSSALAM
Penduduk

Brunei

hanya

berjumlah

370

ribu

orang

dengan

pendapatan berkapitas e k i t a r 2 3 , 6 0 0 d o l l a r A m e r i k a a t a u s e k i t a r 2 2 5
j u t a r u p i a h , P e n d u d u k n y a 6 7 % beragama Islam, Budha 13%, Kristen
10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%.Islam adalah agama resmi
kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah
Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
Secara resmi bahwa Brunei Darussalam merupakan negara yang bersendikan
ajaran-ajaran “ahlu al sunnah wal jamaah” . Disamping itu mazhab Syafi’i
ditetapkan sebagai mazhab resmi negara dalam perlembagaan negara. Bahkan
didapatkan informasi bahwa telah ditetapkan jauh sebelumnya yaitu sejak raja ke 24,

14

Sultan Abdul Momin (1852-1885), sedangkan mazhab lain dianggap sebagai
kegiatan akademik saja.. Dengan demikian, maka Brunei Darussalam merupakan
satu-satunya negara di dunia yang menetapkan dasar negara, tidak hanya Islam tetapi
juga Ahlussunnah Wal Jamaah bermazhab Syafi’i. Islam masuk ke Brunei pada
masa raja ke -5, Sultan Bolkiah (1485-1524) setelah jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis.
Awang Alak Betatar ialah raja Brunei yang pertama memeluk islam dengan gelar
Paduka Seri Sultan Muhammmad Shah. Dia terkenal sebagia pengasas kerajaan islam
di Brunei dan Borneo. Pedagang dari Cina yang pernah ke Brunei merekamkan beliau
sebagai Ma-Ha-Mo-Sha. Beliau meninggal dunia pada 1402.2
Awang Alak menganut islam dari Syarif Ali, dikatakan, Syarif Ali adalah keturunan
Ahlul Bait yang bersambung dengan kelurga Rasullah melalui cucu baginda, Saidina
Hassan. Pendekatan dakwah yang dilakukan Syarif Ali tidak sekedar menarik hati
Awang Alak, dakwahnya menambat hati rakyat Brunei. Dengan kebaikan dan
sumbangan besarnya dalam dakwah islam di Brunei, beliau dinikahkan dengan puteri
Sultan Muhammad Shah. Setelah itu beliau dilantik menjadi Sultan Brunei atas
persetujuan pembesar dan rakyat setempat, Sebagai pemimpin agama dan ulama
Syarif Ali gigih mendaulatkan agama islam. Diantaranya membina mesjid dan
melaksanakan hukum islam dalam pentadbiran negara. Kegiatan membina mesjid ini
dijadikan pusat kegiatan keagamaan dan penyebaran islam. Setelah tujuh tahun
memerintah Brunei, pada 1432 Syarif Ali meninggal dunia dan dimakamkan di
makam Diraja Brunei.
Perkembangan Islam semakin maju dan setelah pusat penyebaran dan kebudayaan
islam Malaka jatuh ketangan Portugis (1511), sehingga banyak ahli agama islam
pindah ke Brunei. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tersebut telah menyebabkan
Sultan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-17
sewaktu memperluas kekuasaanya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filiphina di
sebelah utaranya.3
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan
monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai kepala negara kepala
pemerintahan, merangkup sebagai perdana mentri dan mentri pertahanan dengan
dibantu oleh dewan penasehat kesultanan dan beberapa mentri yang dipilih dan
diketahui oleh Sultan sendiri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan
dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan
Brunei. Islam benar-benar berfungsi sebagai pandangan hidup rakyat Brunei dan satu2 http://wikipedia.org/wiki/islam_di_Brunei
33 Van Hoeve.1999.Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru

15

satunya ideologi negara. Umtuk itu di bentuk jabatan hal Ehwal agama yang bertugas
menyebarkan paham islam.
Untuk kepentingan pemerintah agama islam, pada tanggal 16 September 1985,
dilainkan pusat dakwah yang juga bertugas bertugas melaksanakan progra tugas
dakwah serta pendidikan kepada pegawai-pegawai agama serta msyarakat luas dan
pusat pemeran perkembangan dunia islam. Di Brunei orang-orang cacat dan anak
yatim menjadi tanggungan negara. Seluruh pendidikan rakyat (dari taman pendidikan
kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi) dan pelayanan kesehatan diberikan secara
gratis.
Geliat keislaman di Brunei Darussalam jelas terlihat pada saat hari-hari besar islam.
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia seperti Maulid nabi Muhammad SAW, Nuzulul
Qur'an dan isra' mi'raj. Pada setiap hari besar islam, pihak kesultanan Brunei selalu
menyelenggarakan acara perayaan.(Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Di
Brunei Darussalam) Bahkan, Sultan Hassanal Bolkiah selaku pemimpin negara
mewajibkan para pegawai kerajaan untuk menghadiri peringatan tersebut. Proses
pengembangan islam ini oleh pemerintah Brunei utamanya ditekankan pada bidang
pendidikan. Langkah mengembangkan islam dalam sendi-sendi masyarakat di Brunei
dilaksanakan dengan hati-hati agar proses itu berjalan seimbang. Proses pengislaman
itu diatur sedemikian rupa hingga tidak memberikan dampak tragedi 2 September
tidak begitu dirasakan diketahui langkah masyarakat Brunei.4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Agama islam masuk ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan kesenian. Memang berbeda dengan negara yang lain, yang mana
4http://youcankymayeli.blogspot.com

16

negara-negara lain islam masuk dengan melakukan penjajahan tetapi di Asia bukan
melalui penjajahan, sehingga agama islam mudah di terima masyarakat Asia dan
berkembang dengan cepat.
Di negara Asia Tenggara yang meliputi Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan
Brunai Darussalam pada umunya kebanyakan suku melayu dan bercorak hindu dan
budha. Tetapi setelah kedatangan islam di Asia Tenggara mampu mengubah agama
mereka walaupun tidak semuanya. Gerakan dakwah yang dilakukan di Asia Tenggara
mengalami kesuksesan dalam berdakwah yang mana ketika di negara Malaysia islam
banyak memberika kontribusi kepada masyarakat melayu, seperti mendirikan
sekolah-sekolah yang mana dalam sekolah ini diwajibkan memberikan pelajaran
agama islam.
Dakwah di Thailand juga islam membuahkan hasil yang mana pada waktu itu banyak
tumbuh kegiatan islam di lingkungan pemerintah dengan menggunakan simbolsimbol islam dan pemerintah sangat mendukung dakwah yang dilakukan umat islam.
Di Singapura juga dakwah islam berjalan dengan mulus dan dengan kehadiran islam
di Singapura membuat pendidikan di Singapura mengalami banyak perubahan dan
banyak juga berdiri organisasi-organisasi islam seperti MENDAKI, MUIS JAMIYAH
dan lain-lain.
Di Filipina terbentuk organisasi Islam yang berskala Filipina adalah CONVISLAM
atau “Converst to Islam”, didirikan pada 1954 secara aktif bergerak untuk kegiatan
dakwah.
Di Brunei Darussalam Islam didakwakan oleh seorang raja yang bernama Seri Sultan
Muhammmad Shah
DAFTAR PUSTAKA
A.S.Harahap,

Sejarah Penyiaran

Islam

di

Asia

Tenggara.(Medan

:islamiyah,1951)Hlm,20-21
Wahyu Ilaihi, S.Ag, MA, Pengantar Sejarah Dakwah.(jakarta:kencana 2007)
Hlm,156-157

17

Harjani Hefni, Lc, MA, Pengantar Sejarah Dakwah.( jakarta:kencana,2007)
Hlm, 157-158
Sayful Muzani,Membangun dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta:pustaka LP3S,1993),Hlm 114-115
Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara,
(Bandung; Mizan,1993),Hlm,118-119.
A.S.Harahap,

Sejarah Penyiaran

Islam

di

Asia

Tenggara.(Medan

:islamiyah,1951) Hlm,20-21
Wahyu Ilaihi, S.Ag, MA, Pengantar Sejarah Dakwah.(jakarta:kencana 2007)
Hlm,156-157
Harjani Hefni, Lc, MA, Pengantar Sejarah Dakwah.( jakarta:kencana,2007)
Hlm, 157-158
Sayful Muzani,Membangun dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta:pustaka LP3S,1993),Hlm 114-115
Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara,
(Bandung; Mizan,1993),Hlm,118-119.

18