Mekanisme Pola Pengelolaan Keuangan Bada

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN

MEKANISME POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN
UMUM PADA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
Paper Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara

disusun oleh:
GIGIH SURYA PRAKASA
103060017337
Kelas 2L Akuntansi Pemerintahan
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan
Tahun 2012

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

1. Abstraksi
Di dalam pembukaan UUD 1945, ada tujuan bernegara yang menyatakan tentang

mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa tidak hanya dilakukan oleh Kemendikbud saja namun dilakukan oleh setiap
kementerian yang mampu melaksanakan dan menyelenggarakan fungsi pendidikan.
Fungsi pendidikan dan pelatihan pada tiap kementerian biasanya dilakukan oleh
badan diklat eselon satu di kementerian tersebut. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
adalah salah satu unit satker dibawah BPPK yang menjalankan fungsi
penyelenggaraan pendidikan kepada calon pegawai di kementerian keuangan. STAN
dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik dan melatih calon pegawai negeri sipil
di bidang akuntansi, perpajakan, dan keuangan diatur sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan kementerian keuangan yang kemudian saat mahasiswa lulusan STAN
lulus nanti dapat langsung ditempatkan di 14 instansi kementerian keuangan di
seluruh Indonesia.
Mulai dari tahun 2008, STAN ditetapkan menjadi BLU diberikan keleluasaan untuk
mengelola keuangan instansi secara mandiri sesuai dengan pola pengelolaan BLU.
Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Sedangkan untuk Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang

memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menetapkan praktek-praktek bisnis
yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada. masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan negara pada umumnya. STAN menyelenggarakan suatu sistem
penerimaan mahasiswa baru bernama Ujian Saringan Masuk atau USM STAN yang
diminati oleh ratusan ribu calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Dengan adanya

2

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

kewenangan pengelolaan keuangan mandiri, STAN dapat menerapkan dan
menentukan tarif pendaftaran USM STAN sesuai dengan asas yang berlaku dan tujuan
pelayanan bukan mencari profit. Kekuasaan ini juga tidak mewajibkan STAN untuk
memasukkan PNBP yang didapat ke dalam Rekening Kas Negara. Pendapatan yang
diterima bisa langsung digunakan untuk membayar dan menutupi beban yang timbul
selama penyelenggaraan dan pemberian jasa USM STAN.
2. Pendahuluan
A. Konsep BLU

Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran dari
pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis
kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi
pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk
menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat
memenuhi kebutuhan dana yang makin tinggi.
Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang telah dianut
luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara. Pendekatan penganggaran yang
demikian sangat diperlukan bagi satuan kerja instansi pemerintah yang memberikan
pelayanan kepada publik. Salah satu alternatif untuk mendorong peningkatan
pelayanan publik adalah dengan mewiraswastakan pemerintah. Mewiraswastakan
pemerintah (enterprising the government) adalah paradigma yang memberi arah yang
tepat bagi sektor keuangan publik. Ketentuan tentang penganggaran tersebut telah
dituangkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Selanjutnya, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka
koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan Pasal 68
dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.


3

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut menjadi
dasar penetapan instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU). BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
BLU memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang

dipisahkan);
2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik;

3. Tidak bertujuan mencari keuntungan;
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisien dan produktivitas ala korporasi;
5. Rencana

kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada


instansi induk;
6. Pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung;
7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS; dan
8. Bukan sebagai subjek pajak.

B. Tujuan, Asas, dan Pengelolaan keuangan BLU
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi
dan produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat.
1) Asas
Asas BLU adalah sebagai berikut:

4

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

BLU


1.

beroperasi

sebagai

unit

kerja kementerian

negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum
yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan;
BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian

2.

negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi
induk.

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung

3.

jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas

4.

pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya
oleh Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.
5.

BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan

6.


BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
kerja

dan

anggaranserta laporan

keuangan

dan

kinerja kementerian

negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
7.

BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan
praktik bisnis yang sehat.

2) Pola Pengelolaan Keuangan BLU

Pola pengelolaan keuangan pada BLU merupakan pola pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

5

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Hal yang dimaksud
dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses penyelenggaraan fungsi organisasi
berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan
yang bermutu dan berkesinambungan.
Instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan
keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Ditjen Perbendaharaan.
a. STAN sebagai BLU di Kementerian Keuangan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan perguruan tinggi kedinasan
yang berada dalam naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pendidikan
Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN bertujuan

untuk menghasilkan tenaga ahli-tenaga ahli di bidang keuangan negara dengan
spesialisasi tertentu seperti Akuntansi, Perpajakan, Pajak Bumi dan Bangunan/Penilai,
Kebendaharaan Negara, Kepabeanan dan Cukai, dan Kepiutanglelangan. Oleh karena
itu, para lulusan dibekali pengetahuan dan keterampilan serta keahlian profesional
sesuai dengan spesialisasinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai dan
mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di lingkungan
Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lainnya seperti Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI).
STAN sebagai satker agar dapat ditetapkan sebagai BLU harus memenuhi
beberapa persyaratan.
b. Persyaratan Substantif
1.

Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan:
a) Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di bidang
kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan
pengembangan (litbang);

6


Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

b) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet); atau
c) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau
pelayanan kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha
kecil dan menengah.
Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional

2.

yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods)
3.

Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan.

c. Persyaratan Teknis
1. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan

ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan
oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya;
dan
2. Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana

ditunjukan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
d. Persyaratan Administratif
1) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan

manfaat bagi masyarakat. Pernyataan tersebut disusun sesuai dengan format yang
tercantum

dalam

lampiran Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

119/PMK.05/2007 dan bermaterai, ditandatangani oleh pimpinan satker Instansi
Pemerintah yang mengajukan usulan untuk menerapkan PPK-BLU dan disetujui
oleh menteri/pimpinan lembaga terkait.
2) Pola tata kelola. Merupakan peraturan internal satuan kerja Instansi Pemerintah

yang menetapkan:

7

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

a) organisasi dan tata laksana, yang memuat antara lain struktur organisasi,

prosedur kerja, pengelompokan fungsi yang logis, ketersediaan dan
pengembangansumber daya manusia;
b) akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada satuan kerja Instansi
Pemerintah bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik, meliputi akuntabilitas program, kegiatan, dan keuangan;
c) transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan ketersediaan

informasi kepada publik.
3) Rencana strategis bisnis, mencakup:
a) visi, yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang

berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
b) misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang

ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik;
c) program strategis, yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada
atau mungkin timbul; dan
d) kesesuaian visi, misi, program, kegiatan, dan pengukuran pencapaian kinerja;
e) indikator

kinerja

lima

tahunan

berupa

indikator pelayanan, keuangan, administrasi, dan SDM;
f) pengukuran pencapaian kinerja, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan
menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun berjalan dapat tercapai dengan

8

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

disertai analisis atas faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tercapainya kinerja tahun berjalan.
4) Laporan keuangan pokok, terdiri atas:

a) Kelengkapan laporan:
i) Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional Keuangan, yaitu laporan

yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
ekonomiyang

dikelola,

serta

menggambarkan

perbandingan

antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan yang
terdiri atas unsur pendapatan danbelanja;
ii) Neraca/Prognosa Neraca, yaitu dokumen yang menggambarkan posisi

keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu;
iii) Laporan Arus Kas, yaitu dokumen yang menyajikan informasi kas

sehubungan

dengan aktivitas

operasional, investasi,

dan transaksi

nonanggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,
dan saldo akhir kas selama periode tertentu;
iv) Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu dokumen yang berisi penjelasan

naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran,Neraca/Prognosa Neraca, dan Laporan Arus Kas, disertai
laporan mengenai kinerja keuangan.
b) Kesesuaian dengan standar akuntansi;
c) Hubungan antar laporan keuangan.
d) Kesesuaian

antara keuangan dan indikator

strategis;

9

kinerja yang

ada

direncana

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

e) Analisis laporan keuangan.
5) Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan ukuran pelayanan yang harus

dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah untuk menerapkan PK BLU.
SPM ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan kualitas
layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya serta kemudahan memperoleh
layanan.
SPM sekurang-kurangnya mengandung unsur:
a) Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker. Jenis kegiatan

merupakan pelayanan yang diberikan oleh satker baik pelayanan ke dalam
(satker itu sendiri) maupun pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Jenis kegiatan ini merupakan tugas dan fungsi dari satker yang bersangkutan.
b) Rencana Pencapaian SPM. Satuan kerja menyusun rencana pencapaian SPM

yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas
waktu pencapaian SPM sesuai dengan peraturan yang ada.
c) Indikator pelayanan. SPM menetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM
dan batas waktu pencapaian SPM.
d) Adanya

tanda

tangan

pimpinan satuan

kerja yang

bersangkutan

dan menteri/pimpinan lembaga.
6) Laporan audit terakhir, merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum satuan

kerja instansi pemerintah yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PK
BLU. Dalam hal satuan kerja instansi pemerintah tersebut belum pernah
diaudit, satuan kerja instansi pemerintah dimaksud harus membuat pernyataan
bersedia untuk diauditsecara independen yang disusun dengan mengacu pada
formulir yang telah ditetapkan.

10

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Setelah memenuhi ketiga persyaratan di atas, melalui Keputusan Menteri Keuangan
No. 71/KMK.05/2008 akhirnya STAN ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum.
e. Pengelolaan Keuangan STAN sebagai Satker BLU yang Mandiri Tarif
Satker berstatus BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan
atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang
diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana yang dapat bertujuan untuk
menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. Tarif layanan tersebut
dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLU yang
bersangkutan. Apabila BLU memiliki jenis layanan yang tidak terlalu banyak, maka
cukup memiliki tarif berupa angka mutlak ataupun kisaran tarif. Apabila BLU
memiliki jenis layanan yang banyak dan bersifat kompleks, seperti rumah sakit, maka
tarifnya berupa pola tarif untuk kelompok layanan.
Tarif layanan diusulkan oleh BLU bersangkutan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga, kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga mengajukan usulan tarif tersebut
kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan. Dalam penetapan tarif dimaksud,
Menteri Keuangan dibantu oleh suatu tim dan dapat menggunakan narasumber yang
berasal dari sektor terkait.
Hal-hal yang wajib dipertimbangkan dalam menyusun tarif adalah sebagai berikut:
1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. Daya beli masyarakat;
3. Asas keadilan dan kepatutan;
4. Kompetisi yang sehat.

11

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Biaya Satuan
Dalam penyusunan tarif dan biaya layanan, terlebih dahulu ditentukan biaya satuan
per unit output dari layanan atau kegiatan BLU. Biaya satuan dibuat berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya untuk setiap output barang/jasa yang dihasilkan.
Dalam rangka penyusunan biaya satuan per unit layanan, maka perlu diperhitungkan
biaya-biaya yang timbul, yaitu:
1.

Biaya langsung; adalah biaya-biaya yang secara khusus dapat ditelusuri atau
diidentifikasi sebagai komponen langsung dari biaya produk. Total biaya langsung
ini dalam beberapa literatur juga sering disebut dengan istilah biaya utama (prime
cost).

2.

Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak dapat diidentifikasi
secara khusus terhadap suatu produk dan dibebankan kepada seluruh jenis produk
secara bersamaan. Biaya tidak langsung ini sering disebut juga dengan istilah
biaya overhead (overhead cost).

3.

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara total seiring dengan
berubahnya volume produk yang dibuat. Sehingga hubungan antara total biaya
variabel dengan total unit barang yang diperoduksi adalah linier (garis lurus).
Sedangkan biaya per unit-nya adalah tetap. Contoh: Biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung.

4.

Biaya tetap (fixed cost), seperti biaya penyusutan dan biaya sewa akan selalu
tetap (constant) dalam suatu rentang waktu/periode tertentu. Perlu dicatat bahwa
biaya tetap akan selalu konstan pada semua tingkat produksi (volume), sedangkan
biaya tetap per unit akan menurun seiring dengan meningkatnya volume produksi.

Langkah-langkah perhitungan biaya satuan adalah sebagai berikut:
1.

Menentukan kegiatan berdasarkan program yang telah ditetapkan;

12

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

2.

Menentukan indikator kinerja berupa keluaran (output), tolok ukur kinerja,
dan target kinerja;

3.

Untuk satu jenis keluaran, tentukan jenis biaya dan besaran biaya per unit
output. Jenis biaya dapat berupa: biaya langsung variabel, biaya langsung tetap,
biaya tidak langsung variabel, dan biaya tidak langsung tetap.

4.

Menghitung biaya per jenis kegiatan dengan mengalikan rincian biaya dengan
satuan biaya.

5.

Menjumlahkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan satuan biaya per
kegiatan.

Pengelolaan PNBP
Penggunaan PNBP. Pada BLU Penuh, Satuan kerja berstatus BLU Penuh
diberikan

fleksibilitas

pengelolaan

keuangan,

antara

lain

dapat

langsung

menggunakan seluruh PNBP dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar
dana yang yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan
ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target yang ditetapkan dalam RBA
tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan
langsung mendahului pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang
melampaui ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan atau menjadi
saldo awal tahun berikutnya.
Surplus dan Defisit BLU
Surplus anggaran BLU adalah selisih lebih antara pendapatan dengan belanja
BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada
suatu periode anggaran. Estimasi surplus dalam tahun anggaran berjalan
diperhitungkan dalam RBA tahun anggaran berikut untuk disetujui penggunaannya.

13

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya
kecuali atas perintah Menteri Keuangan, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke
rekening kas umum negara dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.
Defisit anggaran BLU adalah selisih kurang antara pendapatan dengan belanja
BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada
suatu periode anggaran.
Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran
berikutnya kepada Menteri Keuangan melalui Menteri/Pimpinan Lembaga. Menteri
Keuangan dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran
BLU dalam APBN tahun anggaran berikutnya.
Pengelolaan Kas
Pengelolaan kas BLU dilakukan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam
melaksanakan pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut :
1.

Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;

2.

Pemungutan pendapatan atau tagihan;

3.

Penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;

4.

Pembayaran;

5.

Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan

6.

Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan
tambahan.

Pengelolaan kas BLU dapat dilakukan melalui:
1.

Penarikan dana yang bersumber dari APBN dengan menerbitkan SPM;

14

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

2.

Pembukaan Rekening Bank BLU oleh pimpinan BLU, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku kecuali dalam rangka cash management;

3.

Investasi jangka pendek dalam rangka cash management (jika terjadi surplus
kas) pada instrumen keuangan dengan resiko rendah.

C. Dasar Hukum
Di bawah ini adalah daftar Undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang
Badan layanan Umum.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
1.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal
68 dan 69;

3.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum;

Peraturan Menteri Keuangan
1.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2006 tentang Persyaratan
Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007);

2.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan
Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;

15

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

3.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.02/2006 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007);

4.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola,
dan Pegawai Badan

Layanan

Umum

Dewan

sebagaimana

telah

Pengawas,
diubah

terakhir

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007;
5.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran
serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009);

6.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai
Badan Layanan Umum;

7.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum;

8.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

9.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU;

10.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan

Dana

Bergulir

Pada

Kementrian

Negara/Lembaga

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009);

16

(diubah

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

11.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Revisi DIPA untuk Satuan Kerja BLU Tahun Anggaran 2008;

12.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis
dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut
denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011);

13.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009 tentang Pengelolaan
Pinjaman pada BLU;

14.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2009 tentang Pedoman
Pemberian Bonus Atas Prestasi bagi Rumah Sakit Eks-Perjan yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

15.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga;

16.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan
Piutang BLU;

17.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis
dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

Peraturan Dirjen Perbendaharaan
1.

Peraturan

Dirjen

Perbendaharaan

Nomor

PER-30/PB/2011 tentang

Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan
Umum;
2.

Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara
Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif dan Revisi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

17

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Khusus untuk STAN, menteri keuangan saat itu, Sri Mulyani, melalui Keputusan
Menteri Keuangan No. 71/KMK.05/2008 tanggal 31 Maret 2008, STAN ditetapkan
sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK BLU).
3. Realisasi
Sejak tanggal 31 maret 2008, STAN resmi menyandang status baru yaitu Badan
Layanan Umum (BLU). Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya Keputusan
Menteri Nomor 71/KMK.05/2008 oleh menteri Keuangan, Sri Mulyani. sebelumnya
rencana perubahan ini telah dipresentasikan di hadapan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ketika mengadakan kunjungan ke Departemen Keuangan (Depkeu).
Pada dasarnya, perubahan status ini ditujukan agar STAN dapat memberikan
pelayanan yang lebih prima pada para stakeholder dengan konsep better, higher, dan
bigger. Yang dimaksud stakeholder meliputi mahasiswa dan instansi pengguna,
termasuk di dalamnya adalah warga masyarakat sekitar kampus, sebagai perwujudan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kini STAN termasuk salah satu instansi pemerintah yang bisa menggunakan
penerimaannya secara langsung untuk kegiatan pelayanan kembali. Sederhananya,
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari STAN, uang Ujian
Saringan Masuk misalnya, tidak akan masuk kas negara lebih dulu, tetapi langsung
masuk kas STAN. Dengan demikian, proses yang kurang efisien atas pengalihan dana
operasional yang berasal dari APBN dapat dihindari.
Menurut keterangan dari Direktur STAN saat itu, Suyono Salamun berkata bahwa
STAN tetap mendapatkan uang dari pemerintah. Yang lebih luwes pengelolaannya
adalah uang yang dapat STAN hasilkan sendiri. Dana yang diambil dari APBN itu
tetap ketat. Luwes menurut Bapak Suyono Salamanu adalah efisien, ekonomis,
efektif, produktif, juga mengikuti ketentuan pemerintah. Dengan kata lain, good
governance.

18

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Selain itu, STAN juga dapat diperlakukan sebagai bisnis unit, diizinkan untuk
mengusahakan dana sendiri guna membiayai operasionalnya. Dengan begitu, STAN
mempunyai kesempatan untuk mandiri, tidak banyak bergantung lagi pada APBN.
Dalam hal kesempatan bisnis ini, muncul kekhawatiran bahwa STAN akan mengarah
pada korporasi. Bambang Yuli Istanto, selaku Kasubbag Keuangan STAN dengan
tegas menanggapi hal ini, “BLU Ini jangan dipersepsikan orientasinya mencari
untung, atau mengejar penerimaan. Orientasi kita adalah pendidikan bagi calon
pegawai Depkeu.”
Berbagai cara dilakukan STAN untuk mencapai kualitas yang baik dalam
penyelenggaraaan BLU terutama dalam pelaksanaan USM STAN. STAN selalu
mengupayakan pelayanan pendaftaran harus lebih baik dari sebelumnya. Sebelum
melaksanakan tugas pendaftaran, manajemen STAN mengadakan pelatihan pelayanan
prima setengah hari untuk membekali kembali para petugas pendaftaran akan
pentingnya layanan publik yang terbaik.
Tujuan pelatihan tersebut adalah “meningkatkan semangat, simpati, empati,
dan motivasi peserta dalam menjalankan tugas pelayanan proses pendaftaran Ujian
Saringan Masuk (USM) STAN kepada para pendaftar (lulusan SLTA).”
Pelatihan ini menjadi prasyarat wajib bagi STAN yang mengimplementasikan
Standar ISO 9001: 2008 untuk proses USM. Pelatihan diikuti k.l. 50 pegawai STAN
yang ditugaskan dalam pelaksanaan pendaftaran USM STAN, terdiri atas petugas
komputer, penyelia, dan petugas arsip. Kriteria peserta pelatihan dipilih yang menjadi
frontliner yakni petugas yang bersentuhan/berinteraksi secara langsung dengan
pelanggan utama USM yakni lulusan SLTA yang berminat dan memenuhi syarat
untuk mendaftar.sebagai BLU, STAN menekankan pentingnya pelayanan prima yang
sudah selayaknya dipandang sebagai kebutuhan. Pelayanan prima tidak dibutuhkan
ketika ada pendaftaran calon mahasiswa baru saja, tetapi juga ketika bekerja seharihari (pelayanan akademik ke mahasiswa, ke sesama teman kerja, dsb). Pelatihan
pelayanan prima tersebut menggunakan jasa motivator dari Bakrie School of
Business, Pak Surjo Sulaksono.

19

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Selain itu diadakan audit internal ISO di setiap kegiatan penyelenggaraan USM
setiap tahun. USM STAN merupakan acara STAN sebagai BLU yang paling besar
karena pelaksanaanya serempak di seluruh Indonesia. Tentu akan banyak percobaan
kecurangan dalam pelaksanaan USM sehingga STAN harus lebih mengedepankan sisi
profesionalitas dalam menghadapinya. Untuk tahun 2010, ditetapkan bahwa iuran
pendaftaran USM STAN untuk pendaftar adalah Rp 150.000,00. Uang pendaftaran ini
dianggap sebagai PNBP dan dapat digunakan langsung untuk membiayai kegiatan
USM STAN tanpa harus masuk terlebih dahulu ke rekening kas negara. Dengan
demikian, pengelolaan keuangan BLU STAN menjadi lebih luwes dan fleksibel.
4. Referensi
Sumber Internet
http://dewanggastanjakarta.wordpress.com/2007/05/19/setjen-depkeu-beri-lampuhijau-blu-stan-makin-nyata/
http://infostan.wordpress.com/2008/05/22/stan-pasca-pengesahan-blu/
http://pkblu.perbendaharaan.go.id/
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/23TAHUN2005PP.htm
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2007/119~PMK.05~2007Per.htm
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2008/71~KMK.05~2008Kep.HTM
http://www.stan.ac.id/kategori/reformasi-birokrasi
http://www.stan.ac.id/posts/20091207/pelatihan-audit-internal-sertifikasi-iso.html
http://www.stan.ac.id/posts/20091208/audit-internal-tim-iso-stan.html
http://www.stan.ac.id/posts/20100514/pelatihan-pelayanan-prima-petugaspendaftaran-usm-stan-ta-20102011.html
http://www.stan.ac.id/posts/20100515/frame-part-v-dan-sertifikat-iso-90012008.html
http://www.stan.ac.id/tentang-stan
http://www.wikiapbn.org/artikel/Badan_Layanan_Umum

20